Pengertian Feminisme POLIGAMI DAN FEMINISME DI INDONESIA

Pelarangan poligami bagi organisasi dan partai Islam merupakan penentangan dan penolakan terhadap Islam, karena Islam dipahami sebagai ajaran yang secara normatif membolehkan poligami. Pelarangan poligami yang demikian dianggap sebagai penentangan terhadap Islam. Perdebatan semakin seru ketika Rancangan Undang-Undang tentang perkawinan diusulkan menjadi Undang-Undang. Akhirnya, setelah mengalami perdebatan yang panjang, monogami akhirnya ditetapkan menjadi salah satu asas tetapi dengan pengecualian bagi orang-orang yang menurut hukum dan agamanya diizinkan beristri lebih seorang. 74

C. Pengertian Feminisme

Istilah feminisme pertama kali digunakan di dalam literatur barat baru pada tahun 1880, yang secara tegas menuntut kesetaraan hukum dan politik dengan laki-laki. Istilah ini masih terus diperdebatkan, namun secara umum biasa dipakai untuk menggambarkan ketimpangan gender, subordinasi, dan penindasan terhadap perempuan. 75 Menurut Achmad Muthaliin, “feminisme” berasal dari kata latin femina yang berarti memiliki sifat keperempuan. 76 Namun feminisme yang dimaksudkan disini adalah kesadaran akan posisi perempuan yang rendah dalam masyarakat, dan keinginan untuk memperbaiki atau mengubah keadaan tersebut. 77 Gerakan 74 Inayah Rahmaniyah ed., Menyoal Keadilan Dalam Poligami, Yogyakarta: PSW UIN Sunan Kalijaga, 2009, h. 76 75 Gadis Arivia, Feminisme Sebuah Kata Hati, Jakarta: Gramedia, 2006, h. 10 76 Achmad Muthaliin, Bisa Gender Dalam pendidikan, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2001, h. 78 77 Ratna Saptari dan Brigitte Holzner, Perempuan Kerja Dan Perubahan Sosial: Sebuah Pengantar Studi Perempua, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1997, h. 47 perempuan ini muncul pada akhir abad XIX dalam frame feminisme dengan berbagai aliran, yang semuanya berusaha memperjuangkan kesetaraan antara perempuan dengan laki-laki. Berkembangnya feminisme itu dibarengi oleh modernisme yang menjanjikan pemecahan terhadap berbagai permasalahan sosial, 78 termasuk ketimpangan relasi gender. 79 Pengaruh yang muncul terhadap ideologi-ideologi yang ada di dunia, memunculkan berbagai aliran gerakan feminisme, seperti feminis liberal, feminis radikal, dan feminis marxis, feminis sosialis. Secara garis besar, aliran-aliran feminisme tersebut berpendapat, bahwa segala pemilikan pribadi, dalam hal ini laki-laki memiliki perempuan, adalah sumber penindasan. Aliran-aliran feminisme ini dapat dikaji sebagai berikut: 1. Feminisme Liberal, muncul sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, namun baru pada abad 60-an gerakan ini kelihatan menonjol. Tokoh aliran ini antara lain Margaret Fuller 1810-1873, dan Susan Anthony 1820-1906. Aliran ini mempunyai pandangan semua orang baik laki-laki atau perempuan diciptakan dengan hak-hak yang sama dan mempunyai hak yang sama untuk memajukan dirinya. 80 2. Feminisme Marxis, ini salah satu penganut teori konflik yang menolak pemikiran kaum feminis liberal yang beranggapan, bahwa keterbelakangan perempuan disebabkan oleh tindakan invidu. Feminisme marxis memandang 78 Saiful Arif, Menolak Pembangunanisme, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000, h. 1 79 Zaitunah Subhan, Tafsir Kebencian, Studi Bias Gender dalam Tafsir Al Quran, Yogyakarta: LKiS, 1999, h. 18 80 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 1999, h. 64 keterbelakangan tersebut akibat dari struktur sosial, politik, dan ekonomi yang erat kaitannya dengan kapitalisme. Kelompok ini juga menolak pandangan aliran feminisme radikal yang menyatakan biologis sebagai dasar perbedaan gender. Menurut feminisme marxis, kapitalisme sengaja melanggengkan penindasan terhadap perempuan dengan berbagai cara dan alasan. 81 3. Feminisme radikal, muncul sebagai reaksi atas kultur sexis atau deskriminasi sosial berdasarkan jenis kelamin di barat pada tahun 60-an, khususnya dalam melawan kekerasan sexual dan pornografi. Kelompok ini sangat keras melawan patriarkhi yang dianggap menguntungkan laki-laki. 4. Feminisme Sosialis, aliran yang merupakan sintesis antara feminisme marxis dan feminisme radikal. Asumsi yang digunakan adalah ketidak adilan yang menimpa perempuan bukan disebabkan oleh faktor perbedaan gender, tapi lebih pada faktor konstruksi sosial budaya. Kapitalistik juga bukan penyebab utama keterbelakangan perempuan, melainkan karena manifestasi ketidakadilan gender yang merupakan konstruksi sosial. 82 Banyaknya perbincangan mengenai feminisme ini didorong oleh keprihatinan terhadap realitas kecilnya peran perempuan dalam kehidupan sosial- ekonomi, apalagi politik jika dibandingkan dengan peran laki-laki. 83 Peran-peran publik didominasi oleh laki-laki, sementara perempuan lebih banyak memainkan peran domestik, baik sebagai istri maupun ibu rumah tangga. 81 Mansour Fakih, Analisis gender dan Transformasi Sosial, Yogayakarta: Pustaka Pelajar, 1999, h. 13 82 Ibid, h. 84-92 83 M. Jadul Maula, Otonomi Perempuan MenabrakOrtodoksi, Yogyakarta: LKPSM, 1999, h. 8-9 Seiring dengan itu gelombang perjuangan feminisme di Barat terbagi menjadi tiga tahap: Pertama, dimulai pada akhir abad 19 dan pada awal abad ke- 20. Pada abad ini perjuangan feminisme difokuskan pada pengakuan hak-hak perempuan di mata hukum seperti hak untuk memilih to vote, memiliki properti, melakukan perjanjian atau kontrak dan lain-lain. Feminisme liberal sebagai feminisme yang pertama masuk dalam golongan ini. Kedua, muncul dengan ditandai dengan lahirnya karya monumental Simone de Beauvoirs di Prancis pada tahun 1949 berjudul The Second Sex. Pada saat ini pulalah feminisme menemukan analisis yang membedakan konsep sex dan gender dan bahwa keterpurukan wanita lebih disebabkan pada sosial constructions bentukan sosial dari pada biological determination takdir biologis. Pada periode ini pula gerakan feminisme muncul seperti feminisme radikal, feminisme stand-point, feminisme lesbian. Ketiga, mulai berkembang pada tahun 80-an. Gerakan gelombang ini lebih terfokus pada memperbaiki citra buruk feminisme. Para feminis lalu mendeskripsikan dirinya sebagai feminis yang tetap ingin tampil cantik, terampil memasak, mau hamil, dan bisa mengurus rumah tangga. Apapun yang dilakukan oleh perempuan harus didasarkan pada pilihan. Pada periode inilah feminisme multikultural muncul. Istilah feminisme di dunia Islam boleh jadi sudah dikenal sejak awal abad ini. Misalnya lewat pemikiran-pemikiran Aisyah Taymuriyah, penyusun dan penyair Mesir; Zaynab Fawwaz, Esais Libanon; Rokhya Sakhawat Hossain dan Nazar Sajjad Haydar. Termasuk RA. Kartini, Emilie Ruete dari Zanzibar, Taj al- Salthanah dari Iran, Huda Sya’rawi, Malak Hifni Nasir dan Nabawiyah Musa dari Mesir, Fatme Aliye dari Turki. Semua mereka adalah perintis-perintis besar dalam menumbuhkan kesadaran atas persoalan sensitif gender, termasuk dalam melawan kebudayaan dan ideologi masyarakat yang hendak mengurung kebebasan perempuan. 84 Feminisme yang juga mewarnai makna fiqh perempuan dengan memakai istilah yaitu “Kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap kaum perempuan di dalam masyarakat, di tempat kerja dan di dalam keluarga, serta suatu tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah kondisi tersebut.” 85 Sedangkan feminis Indonesia adalah sebuah gerakan pengaktualisasian wacana feminisme dalam konteks budaya dan nilai Muslim Indonesia dan juga didorong oleh kebutuhan mempertahankan jati diri dan meneguhkan identitas ke- Indonesia-an dan ke-Islam-an. Perubahan merupakan tema yang sangat penting dan menjadi kata kunci paling menentukan serta merupakan tujuan dari semua pemikiran dan gerakan feminisme ini. Feminisme yang berjuang untuk fiqh baru berhadapan vis a vis dengan kecenderungan mempertahankan status quo, seperti patriarkhi yang oleh banyak mufasir muslim dewasa ini yang pro dengan ide-ide kaum feminis dianggap sebagai asal dari seluruh kecenderungan misogonis kebencian terhadap perempuan dalam penafsiran Islam tentang perempuan. 84 Mansour Fakih dkk, Membincang Feminisme: Diskursus Gender Perspektif Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1996, h. 201 85 Ibid, h. 190 Sedangkan patriarkhi disini artinya adalah “kekuasaan sang ayah”. Ini berkaitan dengan sistem sosial ketika sang ayah menguasai seluruh anggota keluarganya, ia jugalah yang membuat keputusan penting dalam keluarga. Dalam sistem sosial dan fiqh perempuan, patriarkhi muncul sebagai bentuk kepercayaan atau ideologi, bahwa laki-laki lebih tinggi kedudukannya di banding perempuan. 86 Sebagaimana Firman Allah dalam surat An-Nisa’: 34 ُل ﺎ َﺟ ﱢﺮ ﻟ ا َن ﻮ ُﻣ ا ﱠﻮ َـﻗ ﻰ َﻠ َﻋ ِء ﺎ َﺴ ﱢﻨ ﻟ ا ﺎ َ ِ ﲟ َﻞ ﱠﻀ َﻓ ُﻪﱠﻠ ﻟ ا ْﻢ ُﻬ َﻀ ْﻌ َـﺑ ﻰ َﻠ َﻋ ٍﺾ ْﻌ َـﺑ ﺎ َ ِ ﲟ َ و اﻮ ُﻘ َﻔ ْـﻧ َأ ْﻦ ِﻣ ْﻢِِﳍاَﻮْﻣَأ ُت ﺎ َ ِ ﳊ ﺎ ﱠﺼ ﻟ ﺎ َﻓ ٌت ﺎ َﺘ ِﻧ ﺎ َﻗ ٌت ﺎ َﻈ ِﻓ ﺎ َﺣ ِﺐ ْﻴ َﻐ ْﻠ ِﻟ ﺎ َ ِ ﲟ َﻆ ِﻔ َﺣ ُﻪﱠﻠ ﻟ ا ِ ﰐ ﱠﻼﻟاَو َنﻮُﻓﺎََﲣ ﱠﻦ ُﻫ َز ﻮ ُﺸ ُﻧ ﱠﻦ ُﻫ ﻮ ُﻈ ِﻌ َﻓ ﱠﻦ ُﻫ و ُﺮ ُﺠ ْﻫ ا َ و ِ ﰲ ِﻊ ِ ﺟ ﺎ َﻀ َﻤ ْﻟ ا ﱠﻦ ُﻫ ﻮ ُﺑ ِﺮ ْﺿ ا َ و ْن ِﺈ َﻓ ْﻢ ُﻜ َﻨ ْﻌ َﻃ َأ َ ﻼ َﻓ اﻮ ُﻐ ْـﺒ َـﺗ ﱠﻦ ِﻬ ْﻴ َﻠ َﻋ ً ﻼ ﻴ ِﺒ َﺳ ﱠن ِإ َﻪﱠﻠ ﻟ ا َن ﺎ َﻛ ﺎ ﻴِ ﻠَ ﻋ ًﲑِﺒَﻛ ء ﺎ ﺴ ﻨ ﻟ ا : 34 Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka laki-laki atas sebahagian yang lain wanita, dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu, maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. An-Nisa’: 34 Berakar dalam Islam dan semangat kesataraan Al-Qur’an, feminisme memberikan suara politik yang kredibel bagi perempuan. Ia memberikan landasan bagi organisasi-organisasi perempuan, pengusung hak-hak perempuan, serta ilmuan gender di dunia muslim untuk bergerak dan melakukan perubahan, karena dengan melakukan itu berarti mereka memenuhi kewajiban religius masyarakat. 86 Mansour Fakih dkk, Membincang Feminisme, h. 1 Selanjutnya, feminisme Islam memberikan landasan untuk melakukan pembaharuan hukum sipil dan nasional dengan cara-cara yang terbukti progresif bagi seluruh elemen masyarakat. Dalam feminisme juga mengenal gender sebagai konstruksi sosial sebagai konsep perbedaan seks. Ini telah diwariskan secara teoritis seiring perkembangan gerakan ini. Konstruksi ini gender dipengaruhi oleh berbagai macam faktor: sosial, kultural, ekonomi, politik, termasuk penafsiran terhadap teks-teks keagamaan. Feminisme mengkaji secara kritis berbagai macam konstruksi gender yang ada dengan menggunakan paradigma kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Salah satu kajian feminisme yang menarik dalam hubungannya dengan pemikiran Islam adalah kajian kritis tentang konsep keseteraan gender dalam Al-Qur’an. Pemakaian gender dalam wacana feminisme mula pertama dicetuskan oleh Anne Oakley. Perbedaan antara seks jenis kelamin dan gender adalah bahwa yang pertama berkaitan erat dengan ciri-ciri biologis dan fisik tertentu, termasuk kromosom dan genitalia. Sementara identitas gender lebih banyak dibentuk oleh presepsi sosial dan budaya tentang stereotip perempuan dan laki- laki dalam sebuah masyarakat. 87 Dalam beberapa ayat Al-Qur’an masalah kesetaraan laki-laki dan perempuan ini mendapatkan penegasan. Secara umum dinyatakan oleh Allah SWT dalam surat al Hujarat ayat 13 bahwa semua manusia tanpa membedakan 87 Ibid, h. 231 jenis kelamin, warna kulit dan perbedaan-perbedaan yang bersifat lainnya, mempunyai status yang sama di sisi Allah SWT. ﺎ َﻳ ﺎ َﻬ ﱡـﻳ َأ ُس ﺎ ﱠﻨ ﻟ ا ﺎ ﱠﻧ ِإ ْﻢ ُﻛ ﺎ َﻨ ْﻘ َﻠ َﺧ ْﻦ ِﻣ ٍﺮ َﻛ َذ ﻰ َﺜ ْـﻧ ُأ َ و ْﻢ ُﻛ ﺎ َﻨ ْﻠ َﻌ َﺟ َ و ﺎ ًﺑ ﻮ ُﻌ ُﺷ َﻞ ِﺋ ﺎ َﺒ َـﻗ َ و اﻮ ُﻓ َر ﺎ َﻌ َـﺘ ِﻟ ﱠن ِإ ْﻢ ُﻜ َﻣ َ ﺮ ْﻛ َأ َﺪ ْﻨ ِﻋ ِﻪﱠﻠ ﻟ ا ْﻢ ُﻛ ﺎ َﻘ ْـﺗ َأ ﱠن ِإ َﻪﱠﻠ ﻟ ا ٌﻢ ﻴ ِﻠ َﻋ ٌﲑِﺒَﺧ ت اﺮ ﺠ ﳊ ا : 13 Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Al-Hujarat : 13 Jika membaca ayat-ayat Al-Qur’an secara seksama mengenai isu kesetaraan perempuan, maka akan ditemukan beberapa nas yang memberikan tawaran adil kepada perempuan, dengan pengertian adil tidak berarti harus sama. Kalau ditelusuri asbabun nuzul dari pada surat Ali Imran 195, Al-Ahzab 35, An- Nisa’ 32, akan ditemukan latar belakang mengapa ayat ini diturunkan, berawal dari Ummu Salamah yang bernada menggugat, karena menilai Al-Qur’an bias gender. Ketiga ayat ini dapat dijadiakan acuan konsep kesetaran gender. Dalam surat An-Nisa’ 35 misalnya, secara kontekstual menyebutkan adanya keutamaan tertentu kaum laki-laki atas perempuan, namun keutamaan yang dimaksud tidak disebutkan secara eksplisit, sehingga menimbulkan penafsiran yang beragam. 88 Dalam beberapa ayat lain, muncul problem kesetaraan, terutama dalam penafsiran teks-teks tersebut. Misalnya seperti permasalahan penciptaan laki-laki 88 Erwati Aziz dkk, Relasi Jender Dalam Islam, Semarang: PSW STAIN Surakarta Press, 2002, h. 46-48 Adam a.s dari tanah, sementara perempuan Hawa dari tulang rusuk Adam 89 . Problem kesetaraan lain tidak adanya perempuan jadi Nabi dan tidak bolehnya perempuan mengimami jamaah laki-laki dalam shalat 90 , atau menjadi khatib dalam shalat jum’at, bahkan perempuan tidak dibolehkan shalat selagi mereka sedang haidh. Begitu juga dalam masalah perkawinan, seperti perwalian, perceraian, poligami, nikah beda agama dan juga mengenai waris yang semuanya memunculkan problem kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Sepanjang telaah literatur terhadap tulisan para feminis Muslim tentang persoalan-persoalan di atas, yang mereka gugat bukanlah teks-teks suci Al-Qur’an itu sendiri, tetapi penafsiran para mufasir terhadap teks-teks tersebut yang tekstual, bahkan dalam beberapa hal dipengaruhi oleh bias dominasi laki-laki terhadap perempuan. 91 Sebenarnya feminisme dalam Islam tidak muncul dari suatu pemikiran teoritis dan gerakan yang tunggal yang berlaku bagi seluruh perempuan di seluruh negeri Islam. Secara umum feminisme Islam adalah alat analisis maupun gerakan yang selalu bersifat historis dan kontekstual dalam menjawab masalah perempuan yang menyangkut ketidakadilan. Berangkat dari itu, yang khas dari feminisme Islam ini adalah dialog yang intensif antara prinsip-prinsip keadilan dan 89 Masdar F. Mas’udi, Islam dan Hak-Hak Reproduksi Perempuan, Dialog fiqh Pemberdayaan Bandung: Mizan, 1997, h. 62 90 Hamim Ilyas, Perempuan Tertindas, Kajian Hadis-Hadis Misoginis Yogyakarta: PSW IAIN Sunan Kalijaga, 2003, h. 3 91 Yunahar Ilyas, Kesetaraan Gender Dalam Al Quran, Yogyakarta: LABDA PRESS, 2006, h. 3 kesederajatan yang ada dalam teks-teks keagamaan dengan realitas perlakuan terhadap perempuan dalam masyarakat muslim. Interaksi antara teori feminisme dan agama telah sejalan dengan berkembangnya paham teologi pembebasan yang memakai paradigma Marxisme. Teologi feminis adalah gerakan feminis dan revolusioner untuk mendekonstruksi ideologi atau pemahaman keagamaan yang bias laki-laki. Dekonstruksi ini bertujuan untuk menghapus patriarkhi, dan mencari landasan teologis akan persamaan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan teologi feminis dengan aliran feminisme lainnya adalah teologi feminis memakai agama dalam kerangka Islam dan lebih bersifat teologis untuk mencapai tujuannya. Di Indonesia, teologi feminis juga sudah mulai merebak dengan diadakannya simposium yang pernah diselenggarakan oleh Pusat Studi Islam Lembaga Penelitian Universitas Islam Indonesia PSI-LP-UII. Dalam simposium tersebut beberapa penafsiran fiqh perempuan telah digugat. Beberapa rumusan yang dihasilkan adalah perempuan boleh menjadi imam shalat, menjadi khatib, menjadi muadzin, dan melakukan akad nikah meskipun tanpa wali. 92 Ini dikenal dengan teori ekofeminisme yang menyinggung lebih kepada aspek spiritual, internal, dan substantif. Berbeda dengan teologi feminis yang lebih menyentuh aspek eksternal, materi dan legalistik agama. 92 Majalah Suara Hidayatullah, edisi 10th. VIIFebruari 1996, h. 71

D. Feminisme di Indonesia