kurangnya hukum.
127
6 Adanya keinginan untuk berpoligami tanpa harus diketahui oleh isterinya dan
karena merasa kerepotan apabila harus mengurus segala sesuatunya ke Pengadilan Agama.
b. Akibat yang ditimbulkan dari adanya manipulasi idenititas dalam perkawinan
Dengan terjadinya kasus manipulasi identitas sebagaimana tersebut diatas, maka timbullah berbagai dampak negatif, antara lain :
1 Keresahan masyarakat terutama bagi anggota masyarakat yang jadi korban,
setelah diketahui bahwa mereka jadi korban pemalsuanmanipulasi yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
2 Kegelisahan aparat Departemen Agama di daerah akibat semakin beraninya
oknum-oknum melaksanakan operasinya dengan sikap menantang. 3
Berkurangnya citra pemerintah pada umumnya Departemen Agama dan khususnya KUA.
4 Akan semakin banyaknya jumlah korban dan semakin besarnya kerugian negara
apabila kasus-kasus tersebut tidak ditanggulangi secara tuntas.
C. Upaya Pencegahan Terjadinya Manipulasi Identitas Dalam Perkawinan
Ada dua syarat penting yang apabila tidak dipenuhi, perkawinan dapat dicegah.
128
Pertama, syarat materiil adalah syarat yang berkaitan dengan pencatatan
127
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003, cet. Ke 6, h. 111.
128
Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, PT. Sinar Grafika, Cet. 1, 2006, h. 33.
perkawinan, akta nikah, dan larangan perkawinan seperti yang sudah diuraikan. Dan kedua syarat administratif adalah syarat perkawinan yang melekat pada setiap rukun
perkawinan, yang meliputi calon mempelai laki-laki dan calon mempelai wanita, saksi, wali, dan pelaksanaan akad nikahnya, juga harus diperhatikan. Selain itu, pasal
3 PP Nomor 9 Tahun 1975 menentukan: 1
Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan memberitahukan kehendaknya itu kepada pegawai pencatat di tempat perkawinan akan
dilangsungkan 2
Pemberitahuan tersebut dalam ayat 1 dilakukan sekurang-kurangnya 10 sepuluh hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan.
3 Pengecualian terhadap waktu tersebut dalam ayat 2 disebut sesuatu alasan yang
penting, diberikan oleh camat atas nama bupati kepala daerah. Selain itu dapat juga dilihat pada pasal 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 PP Nomor Tahun
1975. Sebagai contoh pasal 8 menyatakan bahwa setelah dipenuhinya tata cara dan syarat-syarat pemberitahuan serta tiada sesuatu halangan perkawinan, pegawai
pencatat menyelenggarakan pengumuman tentang pemberitahuan kehendak melangsungkan perkawinan dengan cara menempelkan surat pengumuman menurut
formulir yang sudah di tentukan dan mudah dibaca oleh umum.
129
Suatu upaya penanggulangan atau pencegahan akan lebih berdaya guna jika upaya tersebut berpangkal tolak dari asas kausalitas sebab akibat. Artinya tidak
129
Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, h. 34.
hanya menitikberatkan pembahasan kepada aspek akibatnya, tetapi yang terpenting upaya pencegahan tersebut harus menyentuh faktor-faktor penyebabnya.
Oleh karena itu, strategi pencegahan dan pengurangan kejahatan harus dikembangkan ke arah:
1. Memperkecil faktor-faktor yang mendorong orang melakukan kejahatan
2. Memperkecil kecendrungan orang menjadi korban kejahatan.
3. Meningkatkan kemampuan pranata sistem peradilan pidana dalam menindak dan
mencegah kejahatan.
130
Untuk lebih jelasnya di bawah ini dipaparkan mengenai upaya apa saja yang dilakukan oleh Kantor Urusan Agama KUA kecamatan Kadugede, dalam mencegah
terjadinya pemalsuan identitas dalam perkawinan, antara lain : 1.
Pemeriksaan dokumen-dokumen diri calon mempelai, data orang tua yang tercantum dalam N1, N2, dan N4 itu harus benar-benar diteliti dengan cermat
bahkan harus dinyatakan langsung kepada calon mempelai dan wali nikah mengenai kebenarannya. Pengecekan data diri dari calon mempelai dimaksudkan
agar petugas mengetahui apakah data yang ditulis oleh kedua calon mempelai itu benar-benar akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau hanya
formalitas belaka. 2.
Petugas KUA dalam hal ini adalah penghulu harus memeriksa syarat dan rukun nikahnya baik menurut hukum Islam maupun Undang-Undang No. 1 Tahun 1974.
130
Muhammad Mustofa, “Kejahatan dan Kekerasan, Tinjauan Kriminologis”, dalam Media Indonesia, Selasa, 18 Mei 1993, h. 4.
3. Apabila para pihak yang akan menikah baik itu calon mempelainya atau orang tua
mereka tidak bisa hadir untuk pemeriksaan ulang atau pengecekan data oleh penghulu, maka sedapat mungkin penghulu atau petugas KUA datang langsung
ke rumah mereka. Pemeriksaan para pihak atau kedua calon mempelai juga dilakukan dengan cara mendatangi rumah mereka, hal ini dilakukan dalam upaya
mencegah terjadinya pemalsuan identitas dalam perkawinan. 4.
Untuk mencegah terjadinya pemalsuan identitas juga harus diadakan penyuluhan rutin dari KUA mengenai pernikahan kepada masyarakat terutama bagi para calon
pengantin seperti kursus calon pengantin yang diadakan oleh KUA sebanyak dua kali dalam sebulan. Penyuluhan tentang perkawinan kepada masyarakat perlu
dilakukan oleh KUA agar bisa memberikan pengetahuan mengenai tugas dan fungsi KUA tersebut serta memberikan informasi seputar pernikahan.
5. Pemasangan pengumuman kehendak nikah, hal ini dimaksudkan agar apabila ada
pihak-pihak yang bersangkutan merasa keberatan dengan pernikahan tersebut dapat melaporkannya ke KUA setempat. Dengan adanya pemasangan
Pengumuman Kenhendak Nikah, maka para pihak yang terkait atau masyarakat memliki kesempatan untuk mengecek data dari calon mempelai yang akan
menikah. 6.
Selain itu kedua calon mempelai atau wali mereka diharuskan untuk datang secara langung ke KUA berkaitan dengan pendaftaran nikah. Hal ini dimaksudkan agar
calon pengantin mengetahui siapa saja penghulu yang sah dan ditunjuk oleh
pemerintah agar terhindar dari adanya penghulu liar yang mengatasnamakan KUA setempat.
Demikianlah upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Urusan Agama KUA kecamatan Kadugede dalam mencegah terjadinya manipulasi identitas di samping
melayani masyarakat secara optimal.
D. Analisis Penulis