Awal mula penggunaan buku paket Ciri-ciri buku paket yang baik

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa buku paket adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, jadi dapat dikatakan buku paket ekonomi adalah buku yang digunakan sebagai acuan dalam pengajaran yang disusun oleh pakar yang ahli dibidangnya dalam usaha mencapai tujuan- tujuan intruksional dan dapat menunjang program pengajaran ekonomi.

b. Awal mula penggunaan buku paket

Penggunaan buku paket dalam berbagai bidang studi, termasuk ekonomi dimulai ketika pemerintah mewajibkan penerapan Kurikulum Terpadu Satuan Pendidikan KTSP yang menggantikan kurikulum 2004 – Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK yang kemudian dinyatakan tidak berlaku lagi. Adapun mengenai penggunaan buku paket adalah “berdasarkan peraturan Mendiknas Menteri Pendidikan Nasional No. 242006 dan telah direalisasikan diberbagai wilayah. Karena itu, system KTSP secara bertahap diberlakukan sejak 2006 terhadap seluruh SD, SMP dan SMA yang berlanjut sampai sekarang ”. 9 Hal serupa juga telah diterapkan di sekolah SMP Moh. Husni Thamrin Gintung Ciputat yang menjadi obyek kajian penelitian penulis.

c. Ciri-ciri buku paket yang baik

Menurut Djago Tarigan dan H.G Tarigan dalam Buku Telaah Buku Teks SMTA, buku paket yang dapat dikategorikan baik dan berkualitas tinggi harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Sudut pandang b. Kejelasan konsep c. Relevan dengan kurikulum d. Menarik minat e. Menumbuhkan motivasi f. Menstimulasikan aktivitas siswa g. Ilustratif h. Komunikatif i. Penunjang mata pelajaran lain j. Menghargai perbedaan individu k. Memantapkan nilai-nilai. 9 Sangiran, “Buku Paket Pelajaran Hanya jadi Pajangan”. Dalam KOMPAS, Jakarta, 16 Juli 2008 Untuk keterangan lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut: a. Sudut pandang Buku paket mempunyai landasan, prinsip atau sudut pandang tertentu yang menjiwai atau melandasi buku paket secara keseluruhan. Sudut pandang ini dapat berupa teori ilmu jiwa, bahasa dan sebagainya. b. Kejelasan konsep Konsep-konsep yang digunakan dalam suatu buku peket harus jelas, tandas. Keremang-remangan perlu dihindari agar siswa dan pembaca juga jelas pengertian, pemahaman dan penangkapannya. c. Relevan dengan kurikulum Buku paket ditulis untuk digunakan di sekolah. Sekolah mempunyai kurikulum, karena itu tidak ada pilihan lain bahwa buku paket harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. d. Menarik minat Buku paket ditulis untuk siswa, karena itu penulis buku paket harus mempertimbangkan minat-minat siswa pemakai buku paket tersebut. Semakin sesuai buku paket dengan minat siswa, semakin tinggi daya tarik buku paket tersebut. e. Menumbuhkan motivasi Motivasi diartikan sebagai penciptaan kondisi yang ideal sehingga seseorang ingin, senang mengerjakan sesuatu. Buku paket yang baik ialah buku yang dapat membuat siswa ingin, senang mengerjakan apa yang diintruksikan dalam buku tersebut. f. Menstimulasikan aktivitas siswa Buku yang baik adalah buku yang dapat merangsang, menantang dan menggiatkan aktivitas siswa. Disamping metode dan bahan, faktor metode sangat mentukan dalam hal ini. g. Ilustratif Buku paket harus disertai dengan ilustrasi yang mengena serta menarik. Ilustrasi yang cocok pastilah memberi daya penarik tersendiri serta menjelaskan hal yang perlu dibicarakan. h. Komunikatif Buku paket harus dimengerti oleh pemakainya, yaitu siswa. Pemahaman harus didahului oleh komunikasi yang tepat. Factor utama yang berperan disini adalah bahasa. Bahasa buku paket haruslah sesuai dengan bahasa siswa, kalimat-kalimatnya efektif, terhindar dari makna, sederhana, sopan dan menarik. i. Menunjang mata pelajaran lain Buku paket ekonomi misalnya, disamping menunjang mata pelajaran ekonomi itu sendiri juga dapat menunjang mata pelajaran yang lain. j. Menghargai perbedaan individu Buku paket yang baik tidak membesar-besarkan perbedaan individu tertentu. Perbedaan dalam kemampuan, bakat, minat ekonomi, sosial, budaya, setiap individu tidak dipermasalahkan, tetapi diterima sebagaimana adanya. k. Memantapkan nilai-nilai Buku paket yang baik berusaha untuk memantapkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Uraian-uraian yang menjurus kepada penggiyahan nilai-nilai yang berlaku pantas dihindarkan. 3. Pengertian Belajar Pengertian belajar sudah banyak di kemukakan dalam kepustakaan. Untuk memenuhi pengertian tentang belajar berikut di kemukakan beberapa pengertian tentang belajar. Belajar learning, sering kali didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman. Para ilmuwan perilaku berusaha mengukur apa yang telah dikerjakan oleh makhluk untuk dapat menguasai belajar ini. Tetapi, belajar itu sendiri merupakan satu kegiatan yang terjadi didalam diri seorang, yang sukar diamati secara langsung. Hal ini masih merupakan masalah yang belum dapat sepenuhnya dimengerti, dan para murid tersebut mengalami perubahan. Mereka memperoleh hubungan-hubungan asosiatif, pengetahuan, pengertian dan keterampilan serta kebiasaan-kebiasaan baru. Hasilnya, mungkin mereka dapat berperilaku dibawah kondisi tertentu dengan cara yang dapat diukur secara berbeda-beda. Sebagian para ahli pendidikan beranggapan bahwa, belajar adalah semata- mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Ada pula sebagian yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti tampak pada latihan membaca dan menulis. Menurut Skinner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya Educational Psycology The Teaching Learning Proses, berpendapat bahwa ”Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”. 10 Sedangkan menurut Hintzman dalam bukunya The Psycology of Learning and Memory berpendapat bahwa, ”Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme manusia dan hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut”. 11 Menurut Omar Hamalik bahwa belajar adalah ”perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan binatang”. 12 Pupuh Fathurrohman Sobri Sutikno mengatakan bahwa belajar itu pada hakikatnya adalah ”perubahan yang terjadi didalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya”. 13 Menurut Muhibbin Syah belajar ”adalah key term istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat 10 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendektan Baru, Bandung: PT. Rosda Karya, 2008, Cet. XIV, hal. 90. 11 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru …, hal. 90. 12 Omar Hamalik, Perencanaan Pengajara Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, cet. IV, h.154 13 Pupuh Fathurrohman Sobry Sutikno, Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum Konsep Islami, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007, cet.I, hal. 6 manusia bangsa ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa- bangsa lainnya yang lebih dulu maju karena belajar”. 14 W.S Winkel berpendapat bahwa belajar merupakan “ suatu aktivitas mentalpsikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan - perubahan dalam pengetahuan - pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap ”. 15 Dalam belajar, siswa juga sebagai penentu terjadi atau tidaknya proses belajar, proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, dalam bukunya Psikologi Belajar mereka menge mukakan bahawa “pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingku ngan”. 16 Muhibbin Syah, menambahkan dalam bukunya Psikologi belajar, bahwa “belajar adalah tahapan perbuatan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan melibatkan proses kognitif”. 17 Sehubungan dengan pengertian ini perlu diutarakan bahwa perubahan tingkah laku akibat proses kematangan fisik, seperti keadaan mabuk, lelah dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar. Begitu juga menurut James O. Whitaker yang di kutip oleh Wasti Soemanto, dalam bukunya Psikologi Pendidikan, memberikan definisi bahwa “belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau di ubah melalui latihan dan pengalaman”. 18 Martinis Yamin dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi menambahkan bahwa “belajar merupakan proses orang 14 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru ..., hal. 94 15 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT. Gramedia, 1996, cet. IV, hal. 53 16 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rienka Cipta, 1991, Cet.1.,hal.121. 17 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Logos, 2001, Cet.III, hal. 64. 18 Wasti Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rienka Cipta, 1990, Cet .III, hal. 98-99. memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap”. 19 Sedangkan belajar menurut Veralyta Altaria yang di tulisnya dengan tema “Inteligensi Vs Prestasi Belajar” dalam salah satu website di situs internet memberikan pengertian belajar kedalam dua kategori, pengertian paling umum dan pengertian khusus. 20 Pengertian yang paling umum, adalah setiap perubahan perilaku akibat pengalaman yang diperoleh, atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan dalam pengertian yang lebih khusus, belajar didefinisikan sebagai perolehan pengetahuan dan kecakapan baru. Pengertian inilah yang merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah – sekolah atau di lembaga–lembaga pendidikan yang memiliki program terencana, tujuan instruksional yang kongkrit, dan diikuti oleh para siswa sebagai suatu kegiatan yang sistematis. Prestasi atau keberhasilan belajar dinyatakan dalam berbagai indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, prediksi keberhasilan dan semacamnya. Siti Djuwairah menambahkan dalam buku yang di tulisnya dengan judul Penerapan-penerapan Metode Belajar Aktif Sebagai Upaya Membantu Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas 6, dia menjelaskan bahwa “belajar adalah perubahan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya”. 21 Sedangkan belajar menurut Dr. Hamzah dalam bukunya Teori Motivasi dan Pengukurannya; Analisis di Bidang Pendidikan bahwa “belajar adalah pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek pengetahuan, atau melalui suatu penguatan dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar ”. 22 19 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Perumahan Griya Jakarta: PT. Gaung Persada Pres, 2004, Cet. II., hal. 97. 20 Veralyta Altaria , “Inteligensi Vs Prestasi Belajar”, dari http:www.duniaguru.com, 25 Januari 2008. 21 Siti Djuwairiyah, “penerapan metode belajar aktif sebagai upaya membantu meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas 6”, dari http:media.diknas.go.idmediadocument5302.pdf, 29 januari 2008 22 Dr. Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya; Analisis dibidang Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Cet III.,hal. 15. Belajar menurut Sumadi Suryabrata, dalam bukunya Psikologi Pendidikan, setelah memperhatikan beberapa pengertian tentang belajar maka dia memberi kesimpulan tentang belajar: “a bahwa belajar membawa perubahan dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensial. b bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru dalam arti Kenntis dan Fertingkeit. c bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja”. 23 Selain dari beberapa pengertian belajar yang sudah disebutkan diatas tadi, maka ada juga beberapa tokoh lain yang memiliki pendapat tentang belajar yang berbeda-beda, diantaranya : 1. James O. Whittaker, merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. 24 2. Cronchbach, belajar adalah suatau aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. 25 3. Howard L. Kingskey, belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan. 26 4. Drs. Slamet, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukkan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara kesuluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri didalam interaksi dengan lingkungannya. 27 Selain itu belajar juga dimaknai dengan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. 5. Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat seseorang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Karena itu, dalam belajar dapat ditemukan hal-hal berikut: a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pembelajar. 23 Sumadi Suryabrata, Psilologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, Cet. XIII., hal. 232. 24 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2002, cet. I, hal. 12 25 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,... hal. 13. 26 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,... hal. 13. 27 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,... hal. 13. b. Respon si pembelajar c. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respon si pembelajar yang baik diberi hadiah. Perilaku respon yang tidak baik diberi teguran atau hukuman. Dalam pandangan Skinner ini, guru dapat menyusun program pembelajaran dengan dua hal penting, yaitu: i pemilihan stimulus yang diskriminatif dan ii penggunaan penguatan. Langkah pembelajaran berdasarkan teori skinner yang dikenal dengan teori kondisioning ini dapat dilakukan dengan langkah berikut: a. Mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku negatif diperlemah dikurangi. b. Membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih disukai siswa, perilaku yang kena hukuman dan kegiatan luar sekolah yang dijadikan penguat. c. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya. d. Membuat program pembelajaran,. Program pembelajaran ini berisi tentang perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku dan evaluasi. Dalam melaksanakn program pembelajaran, guru mencatat perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidak berhasilan tersebut menjadi catatan penting bagi modifikasi perilaku selanjutnya. 28 6. Menurut Gagne, belajar merupakan kagiatan yang komplek. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar oarng memiliki keterampilan, pengetahuan , sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari i stimulasi yang berasal dari lingkungan dan ii proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian, balajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkuangan melalui pengolahan informasi, menjadi 28 Margaret E. dan Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan, terjemahan Munandir, Jakarta; PT. Rajawali Press, 1991, hal. 210. kapabilitas baru. Selain itu, belajar juga terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi internal dan hasil belajar. Gagne juga berpendapat bahwa dalam belajar terdiri dari tiga tahap yang meliputi Sembilan fase. Tahapan tersebut adalah: i persiapan untuk belajar, ii perolehan dan utnuk perbuatan perfomansi dan iii alih belajar. Pada tahap persiapan dilakukan tindakan mengarahkan perhatian, pengaharapan dan mendapatkan kembali informasi. Pada tahap pemerolehan dan perfomansi digunakan untuk persepsi selektif, sandi semantik, pembangkitan kembali dan respon, serta penguatan. Tahap alih belajar meliputi pengisyaratan untuk membangkitkan dan memberlakukan secara umum. Adanya tahap dan fase belajar tersebut mempermudah guru untuk melakukan pembelajaran. Karenanya dalam rangka pembelajaran, guru dapat menyusun acara pembelajaran yang cocok dengan tahap dan fase-fase belajar. Pola hubungan antara fase belajar dengan acara-acara pembelajaran dapat digunakan untuk pedoman pelaksanaan kegiatan belajar dikelas. Sudah barang tentu guru dalam hal ini harus menyesuaikan bidang studi dan kondisi kelas yang sebenarnya dengan modifikasi tertentu. 29 Dengan demikian belajar tidak sama keadaannya dengan sebelum ia melakukan kegiatan belajar. Mungkin, ia merasa lebih senang, lebih bahagia, lebih mampu menyesuaikan diri, lebih mampu mendayagunakan alam sekitarnya, lebih trampil dan cakap, dan mungkin bertambah karya atau amal baktinya serta berbagai kemungkinan lainnya yang bernilai positif dan aktif. 7. Dalam pandangan Anita E. Woolfolk 1993 bahwa “belajar terjadi ketika pengalaman menyebabkan suatu perubahan pengetahuan dan perilaku yang relatif permanen pada individu ”. Definisi Agih Syamsudin 1981 “adalah perbuatan yang menghasilkan perubahan perilaku dan pribadi ”. Santrock and Yussen 1994 menegaskan bahwa “learning is defined as a relatifly permanent charge in behavior that occurs though experiences .” Ada 4 kata kunci dari definisi kata belajar yaitu perubahan, pengetahuan-perilaku- pribadi, permanent dan pengalaman. Secara komperhensif bahwa belajar merupakan aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen. Ada sejumlah karakteristik perbuatan belajar yang perlu diketahui yaitu: a Perubahan yang terjadi harus bertujuan internasional dalam arti disengaja atau disadari, bukan bersifat kebetulan. b Perubahn bersifat positif artinya bahwa perubahan itu menjadi lebih baik sebagaimana yang dikehendaki, sesuai dengan kriteria yang telah disepakati baik siswa maupun guru. 29 Margaret E. dan Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan,...hal. 210-211 c Untuk dapat dikatakan sebagai belajar, perubahan harus benar-benar hasil pengalaman yaitu interaksi antara individu dengan orang lain sedangkan perubahan yang diakibatkan karena kematangan bukanlah dapat dikatakan sebagai belajar. d Perubahan bersifat efektif artinya bahwa belajar itu menghasilkan perubahan yang berarti secara fungsional baik untuk pemecahan masalah akademik maupun persoalan kehidupan sehari-hari bagi kelangsungan hidup individu. 30 Berdasarkan beberapa pengertian di atas tadi, maka dapat dikatakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang di lakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan secara individu baik pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang di hasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Dalam definisi lain, belajar juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Dalam belajar tersebut individu menggunakan ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

4. Hakikat Hasil Belajar

Dokumen yang terkait

Peranan Agen Sosialisasi Keluarga Terhadap Hasil Belajar Ips Siswa Di Smp Islamiyah Ciputat

0 4 200

Pengaruh Penggunaan Media Grafis (Gambar) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan agama islam (Quasi eksperimen di SMP PGRI 1 Ciputat)

2 43 140

Efektivitas penggunaan media permainan kartu dalam meningkatkan hasil belajar IPS terpadu siswa pada materi ekonomi (penelitian tindakan kelas di SMP Darussalam Cimanggis-Ciputat)

4 40 140

Pengaruh status sosial ekonomi orang tua siswa terhadap prestasi belajar siswa di SMP Islamiyah Ciputat

2 20 91

Pengaruh program bimbingan belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS siswa di SMP Islamiyah Ciputat

0 5 103

FAKTOR DETERMINAN HASIL BELAJAR SISWA SMP Kontribusi Tingkat Sosial Ekonomi Orang Tua, Motivasi, dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 2 Colomadu.

0 4 16

KONTRIBUSI TINGKAT SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, MOTIVASI, DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Kontribusi Tingkat Sosial Ekonomi Orang Tua, Motivasi, dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas VIII di SMP Neg

0 4 17

KONTRIBUSI PENGGUNAAN BUKU AJAR DAN MINAT MAHASISWA UNTUK BELAJAR MANDIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR Kontribusi Penggunaan Buku Ajar Dan Minat Mahasiswa Untuk Belajar Mandiri Terhadap Prestasi Belajar Akunta

0 2 12

KONTRIBUSI PENGGUNAAN BUKU AJAR DAN MINAT MAHASISWA UNTUK BELAJAR MANDIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR Kontribusi Penggunaan Buku Ajar Dan Minat Mahasiswa Untuk Belajar Mandiri Terhadap Prestasi Belajar Akunta

0 3 19

LITERASI INFORMASI RESPOND TERHADAP KEMA

0 0 11