Metode certainty factor memiliki kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan metode certainty factor antara lain Sutojo, 2011:
1. Metode ini cocok dipakai dalam sistem pakar untuk mengukur sesuatu apakah pasti atau tidak pasti dalam mendiagnosis dan mengidentifikasi suatu penyakit
pada tumbuhan. 2. Perhitungan dengan metode ini dalam sekali hitung hanya dapat mengolah dua
data saja sehingga keakuratan data dapat terjaga.
Adapun kekurangan metode certainty factor antara lain Sutojo, 2011: 1. Ide umum dari pemodelan kepastian manusia dengan menggunakan numeric
certainty factor biasanya diperdebatkan sebagian orang akan membantah pendapat bahwa formula untuk metode certainty factor diatas memiliki sedikit
kebenaran. 2. Metode ini dapat mengolah ketidakpastiankepastian hanya dua data saja perlu
dilakukan beberapa kali pengolahan data untuk data yang lebih dari dua.
2.4 Metode
Backward Chaining
Metode backward chaining adalah suatu metode pengambilan keputusan yang juga umum digunakan dalam sistem pakar. Percobaan fakta atau pernyataan dimulai dari
bagian sebelah kanan THEN dulu. Dengan kata lain, penalaran dimulai dari hipotesis terlebih dahulu dan untuk untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut harus
dicari fakta-fakta yang ada dalam basis pengetahuan. Proses pencarian dengan metode backward chaining berangkat dari kanan ke kiri, yaitu dari kesimpulan
sementara menuju kepada premis dan pencariannya dikendalikan oleh tujuan yang diberikan Kusrini, 2008.
Metode Backward Chaining merupakan strategi pencarian yang arahnya kebalikan dari Forward Chaining. Metode ini umum digunakan untuk membuktikan
hipotesis dugaan pasien tentang penyakitnya. Cara kerja metode ini adalah user memasukkan beberapa fakta yang berkaitan dengan penyakit yang ingin di diagnosis
ke dalam sistem. Dan untuk membuktikan hipotesisnya, sistem akan mencari premis –
Universitas Sumatera Utara
premis pernyataan untuk mendapatkan kesimpulan aturan yang mengandung konklusi kesimpulan yang sesuai. Setelah itu sistem akan meminta umpan balik
kepada user mengenai premis –premis yang ditemukan tersebut dengan menanyakan
satu per satu premis –premis yang seharusnya dipilih. Jika ternyata ada premis yang
tidak terpilih oleh user maka hipotesis terhadap konklusi tersebut gugur, yang artinya fakta yang dimasukkan user konklusinya bukan konklusi 1. Oleh karena itu, sistem
akan melanjutkan hipotesis ke konklusi berikutnya. Demikian seterusnya sampai ditemukan konklusi yang semua premis dalam aturannya terpilih. Seperti yang terlihat
pada gambar 2.2 di bawah ini Kusrini, 2008:
Gambar 2.2 Proses Metode Backward Chaining
2.5 Penyakit Lupus