Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI

PRE DAN POST STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI

DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANGAN KAMBOJA

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN

SKRIPSI Oleh

Rahmi Surilesmana 071101009

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, masukan, arahan, dukungan serta telah bersedia meluangkan waktunya yang sangat membantu penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Ibu Salbiah S.Kp, M.Kep selaku penguji skripsi I.

4. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku penguji skripsi II dan sekaligus Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Pak Ikhsanuddin Harahap S.Kp, MNS Selaku dosen pembimbing akademik dan Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(4)

perkuliahan. Semoga Allah membalas ilmu yang telah kalian berikan dengan keberkahan.

7. Ibu Lince Herawati S.Pd, S.Kep, Ns selaku kepala bidang keperawatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

8. Ibu Mesti selaku kepala ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

9. Kepada klien di Ruang Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan yang telah bersedia menjadi responden.

10.Teristimewa buat Ayahanda Khairil Daud dan Ibunda Suriati tercinta yang selalu mendoakan dan menyayangi, memberikan dukungan baik moril maupun materil, dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk penulis. 11. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada adik-adikku tercinta: Ruzaiqi

Hidayat, Rudi Juniusman dan Ratih Al-Khair yang senantiasa memberikan doa dan dukungan untuk penulis.

12.Kepada sahabat-sahabat terbaikku Maya Indriyani dan Silvia Fithriyani yang selalu membantu dan mendukung dalam perkuliahanku, terima kasih atas saran, kritik dan segala canda tawa selama ini.

13. Teman-teman stambuk 2007, Dewi, Melati, Amel dan juga yang lainnya yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu, terimakasih atas kebersamaan dan kerja samanya selama empat tahun ini.

14.Teman-teman dari Akper Haji Medan, Resti, Leni dan Sito yang telah memberikan bantuan selama proses penelitian di RSJD Provsu Medan. 15.Teman-teman satu kost: Ika, Nunu, Rina, Iin, Putri, Kiki, Kipa dan Kak


(5)

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan serta penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, Juni 2011


(6)

DAFTAR ISI

Judul. ... i

Lembar Persetujuan Skripsi... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi. ... vi

Daftar Skema ... viii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... x

Abstrak ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

3.1.Tujuan Umum ... 4

3.2.Tujuan Khusus ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Defisit Perawatan Diri ... 6

1.1.Pengertian ... 6

1.2.Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri ... 6

1.3.Etiologi.. ... 8

2. Strategi Pelaksanaan ... 9

2.1.Pengertian Strategi Pelaksanaan Komunikasi ... 9

2.2.Tujuan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri ... 10

2.3.Pembagian Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri ... 10

2.4.Evaluasi Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri 14 3. Kemampuan Dalam Perawatan Diri ... 14

3.1.Pengertian Kemampuan ... 14

3.2.Kemampuan Perawatan diri ... 15

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 18

2. Definisi Operasional ... 19

3. Hipotesa Penelitian ... 21

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 22

2. Populasi dan Sampel ... 23

2.1. Populasi. ... 23

2.2. Sampel. ... 23

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

4. Pertimbangan Etik ... 24

5. Instrumen Penelitian ... 25

6. Validitas dan Reliabilitas ... 26

7. Pengumpulan Data ... 28


(7)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

1.1. Karakteristik Demografi Responden. ... 32

1.2. Kemampuan Perawatan Diri Pre Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan ... 33

1.3. Kemampuan Perawatan Diri Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan. ... 35

1.4. Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi PelaksanaanKomunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan.. ... 37

2. Pembahasan 2.1.Kemampuan Perawatan Diri Pre Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan ... 39

2.2.Kemampuan Perawatan Diri Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan ... 41

2.3.Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJDProvsu Medan……… ... 43

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 45

2. Rekomendasi ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1. Skema Kerangka Konseptual Penelitian ... 19 Skema 4.1. Skema Desain Penelitian ... 22


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Definisi Operasional ... 20

Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 32

Tabel Distribusi Frekuensi Responden Pre Test ... 34

Tabel Distribusi Frekuensi Responden Post Test ... 36


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Permohonan menjadi responden ... 50

2. Instrument penelitian ... 52

3. Jadwal aktivitas harian ... 57

4. Satuan acara pengajaran ... 58

5. Jadwal proses penelitian ... 64

6. Data penelitian ... 65

7. Hasil reliabel ... 67

8. Uji normalitas data ... 69

9. Data demografi klien defisit perawatan diri ... 76

10.Perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post ... 79

11.Uji Wilcoxon Signed Ranks Test ... 81

12.Jadwal Penelitian ... 82

13.Curriculum vitae... 83

14.Surat survey awal dari Fakultas Keperawatan ... 84

15.Surat izin survey awal dari RSJ Provsu Medan ... 86

16.Surat pengambilan data ... 87

17.Surat izin telah selesai penelitian ... 89

18.Surat uji validitas ... 90

19.Undangan ujian proposal skripsi ... 91


(11)

Judul : Perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post

strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

Nama Mahasiswa : Rahmi Surilesmana N I M : 071101009

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2010/2011

__________________________________________________________________

Abstrak

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan dengan menggunakan desain quasi eksperimen jenis non equivalent control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling yaitu semua klien dengan masalah utama defisit perawatan diri yang berjumlah 16 orang. Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Perbedaan ini ditunjukkan dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Strategi pelaksanaan komunikasi direkomendasikan untuk dilakukan di Rumah Sakit Jiwa lebih optimal dan untuk lebih meningkatkan kemampuan perawatan klien defisit perawatan diri sebaiknya perawat membuat jadwal agar kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri terus meningkat.

__________________________________________________________________ Kata kunci: Defisit Perawatan Diri, Strategi Pelaksanaan Komunikasi,


(12)

Title : The differences of ability in care pre and post implementation communication strategy for self-care deficit patients in kamboja room psychiatric hospital North Sumatra

Student Name : Rahmi Surilesmana N I M : 071101009

Faculty : Nursing USU Academic Year : 2010/2011

Abstract

Self-care deficit is a condition to someone who is experiencing weakness in the ability to perform or complete self-care activities. This study aims to determine differences in the ability of self-care pre and post implementation of the communication strategy of self-care deficits in the Mental Hospital Cambodia space Medan, North Sumatra by using quasi-experimental design types of non-equivalent control group design. Sampling was conducted with a total sample of all clients with major issues of self-care deficit, amounting to 16 people. Test Wilcoxon Signed Ranked Test result statistics show that there are differences in the ability of self-care pre and post implementation of communication strategy of self-care deficits. This difference is indicated by the value p = 0.000 (p <0.05). Implementation of communication strategies recommended to be done in the Mental Hospital more optimal and to further enhance the ability of self-care deficit nursing care the client must make a schedule so that the client's ability in performing self-care continues to rise.

__________________________________________________________________

Key words: Self-Care Deficit, Implementation of Communication Strategy, Capability Self Care.


(13)

Judul : Perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post

strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

Nama Mahasiswa : Rahmi Surilesmana N I M : 071101009

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2010/2011

__________________________________________________________________

Abstrak

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan dengan menggunakan desain quasi eksperimen jenis non equivalent control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling yaitu semua klien dengan masalah utama defisit perawatan diri yang berjumlah 16 orang. Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Perbedaan ini ditunjukkan dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Strategi pelaksanaan komunikasi direkomendasikan untuk dilakukan di Rumah Sakit Jiwa lebih optimal dan untuk lebih meningkatkan kemampuan perawatan klien defisit perawatan diri sebaiknya perawat membuat jadwal agar kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri terus meningkat.

__________________________________________________________________ Kata kunci: Defisit Perawatan Diri, Strategi Pelaksanaan Komunikasi,


(14)

Title : The differences of ability in care pre and post implementation communication strategy for self-care deficit patients in kamboja room psychiatric hospital North Sumatra

Student Name : Rahmi Surilesmana N I M : 071101009

Faculty : Nursing USU Academic Year : 2010/2011

Abstract

Self-care deficit is a condition to someone who is experiencing weakness in the ability to perform or complete self-care activities. This study aims to determine differences in the ability of self-care pre and post implementation of the communication strategy of self-care deficits in the Mental Hospital Cambodia space Medan, North Sumatra by using quasi-experimental design types of non-equivalent control group design. Sampling was conducted with a total sample of all clients with major issues of self-care deficit, amounting to 16 people. Test Wilcoxon Signed Ranked Test result statistics show that there are differences in the ability of self-care pre and post implementation of communication strategy of self-care deficits. This difference is indicated by the value p = 0.000 (p <0.05). Implementation of communication strategies recommended to be done in the Mental Hospital more optimal and to further enhance the ability of self-care deficit nursing care the client must make a schedule so that the client's ability in performing self-care continues to rise.

__________________________________________________________________

Key words: Self-Care Deficit, Implementation of Communication Strategy, Capability Self Care.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada era globalisasi seperti sekarang ini banyak permasalahan sosial yang muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial budaya serta krisis ekonomi yang tidak kunjung usai. Hal ini akan semakin memicu atau meningkatkan berbagai gangguan kejiwaan di masyarakat, dari gangguan jiwa yang ringan hingga gangguan jiwa yang tergolong berat (Balitbang Depkes, 2001).

Berdasarkan data WHO (2001), 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Menurut Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan WHO di berbagai negara menunjukkan sebesar 20-30 %, pasien yang datang ke pelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa. Departement of Health and Human Service (1999), memperkirakan 51 juta penduduk Amerika dapat didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Dari jumlah tersebut 6,5 juta mengalami disabilitas akibat gangguan jiwa yang berat dan 4 juta diantaranya adalah anak-anak dan remaja (Videbeck, 2008).

Salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang memiliki tingkat keparahan yang tinggi adalah skizofrenia, dimana hingga saat ini penanganannya belum memuaskan. Hal ini terutama terjadi di negara-negara yang sedang berkembang karena ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa ini (Hawari, 2003).


(16)

Indonesia, terdapat sekitar 1-2 % atau sebesar 2-4 juta jiwa menderita skizofrenia dan dari jumlah tersebut diperkirakan penderita skizofrenia aktif 700.000-1,4 juta jiwa. Menurut pendapat Irmansyah (2006), bahwa penderita yang dirawat di rumah sakit jiwa di Indonesia hampir 70 % karena skizofrenia. Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2009, klien yang dirawat jalan dengan penderita skizofrenia adalah 9.532 orang, sedangkan klien yang dirawat inap dengan penderita skizofrenia adalah 1.581 orang.

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan prilaku yang aneh dan terganggu (Videbeck, 2008). Skizofrenia ditunjukkan dengan gejala klien suka berbicara sendiri, mata melihat kekanan dan kekiri, jalan mondar mandir, sering tersenyum sendiri, sering mendengar suara-suara dan sering mengabaikan hygiene atau perawatan dirinya (defisit perawatan diri). Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).

Berdasarkan hasil survey awal peneliti di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan, Dari 48 klien yang dirawat inap di ruangan Kamboja, 26 klien (54%) diantaranya mengalami defisit perawatan diri.

Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah) sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik


(17)

dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakuan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko tinggi isolasi sosial (Fitria, 2009).

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antar perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Proses keperawatan yaitu terlaksananya asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Salah satu yang dapat dilakukan oleh keperawatan jiwa adalah dengan menerapkan strategi pelaksanaan komunikasi dalam tindakan keperawatan. Strategi pelaksanaan komunikasi tindakan keperawatan merupakan alat yang dijadikan sebagai panduan oleh seseorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien (Fitria, 2009).

Sebelumnya belum pernah ada penelitian yang dilakukan tentang strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan“.


(18)

2. Pertanyaan Penelitian

Apakah ada perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan ?

3. Tujuan Penelitian

3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post

strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik pasien defisit perawatan diri di ruangan Kamboja RSJ Daerah Provsu Medan.

b. Mengetahui kemampuan perawatan diri pre strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja RSJ Daerah Provsu Medan.

c. Mengetahui kemampuan perawatan diri post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja RSJ Daerah Provsu Medan.

d. Mengetahui perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post

strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.


(19)

4. Manfaat Penelitian

4.1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu klien defisit perawatan diri dalam meningkatkan personal hygiene dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai pengetahuan yang terkait tentang defisit perawatan diri dan perawatannya.

4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi ilmu keperawatan jiwa tentang penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan perawatan diri klien defisit perawatan diri dan dapat dijadikan sebagai bukti dasar yang dipergunakan dalam pembelajaran keperawatan jiwa.

4.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data awal dan dapat dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.

4.4. Bagi Rumah Sakit Jiwa

Dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan strategi pelaksanaan komunikasi pada klien yang mengalami defisit perawatan diri.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Defisit Perawatan Diri

1.1. Pengertian

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).

1.2. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri

Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai berikut:

a. Mandi/hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.

b. Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,


(21)

memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.

c. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.

d. BAB/BAK (toileting)

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.


(22)

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:

a. Fisik

1) Badan bau, pakaian kotor; 2) Rambut dan kulit kotor; 3) Kuku panjang dan kotor; 4) Gigi kotor disertai mulut bau; 5) penampilan tidak rapi.

b. Psikologis

1) Malas, tidak ada inisiatif; 2) Menarik diri, isolasi diri; 3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

c. Sosial

1) Interaksi kurang; 2) Kegiatan kurang; 3). Tidak mampu berperilaku sesuai norma; 4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

1.3. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah:

a. Faktor prediposisi

1. Perkembangan: Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.


(23)

2. Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

3. Kemampuan realitas turun: Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

4. Sosial: Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

2. Strategi Pelaksanaan Komunikasi

2.1. Pengertian Strategi Pelaksanaan Komunikasi

Strategi pelaksanaan komunikasi merupakan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada klien dan keluarga klien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan alat yang dijadikan sebagai panduan oleh


(24)

2.2. Tujuan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri

Tujuan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri menurut Purba (2009) adalah sebagai berikut:

a. Pada Klien

1. Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri. 2. Klien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik. 3. Klien mampu melakukan makan dengan baik.

4. Klien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri. b. Pada Keluarga

Keluarga mampu merawat anggota keluarga ysng mengalami masalah kurang perawatan diri.

2.3. Pembagian Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri

Pembagian strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri menurut Purba (2009) adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan Merawat Klien 1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP1)

a) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri. b) Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.

c) Menbantu klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.

d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.


(25)

Untuk melatih klien dalam menjaga kebersihan diri dapat melakukan tahapan tindakan yang meliputi:

a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri. b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri. c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.

d) Melatih klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.

2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP2)

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. b) Menjelaskan cara berdandan.

c) Membantu klien mempraktekkan cara berdandan.

d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Tindakan melatih klien berdandan/berhias:

Klien laki-laki harus dibedakan dengan wanita. Untuk klien laki-laki latihan meliputi: Berpakaian, menyisir rambut, bercukur. Untuk klien wanita latihan meliputi: Berpakaian, menyisir rambut, berhias.

3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3)

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. b) Menjelaskan cara makan yang baik.

c) Membantu klien mempraktekkan cara makan yang baik. d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan.


(26)

Untuk melatih klien dapat melakukan tahapan sebagai berikut:

a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan. b) Menjelaskan cara makan yang tertib.

c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan.

d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.

4. Strategi Pelaksanaan 4 (SP4)

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. b) Menjelaskan cara eliminasi yang baik.

c) Membantu klien mempraktekkan cara eliminasi yang baik dan memasukkan dalam jadwal.

d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Melatih klien BAB dan BAK secara mandiri sesuai tahapan berikut:

a) Menjelaskan tempat BAB/BAK.

b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.


(27)

b. Kemampuan Merawat Keluarga

1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP1)

a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.

b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri dan jenis defisit perawatan diri yang dialami klien beserta proses terjadinya.

c) Menjelaskan cara-cara merawat klien defisit perawatan diri.

2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP2)

a) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan defisit perawatan diri.

b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien defisit perawatan diri.

3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP3)

a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat.


(28)

2.4. Evaluasi Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri

Tanda- tanda strategi pelaksanaan komunikasi yang diberikan kepada klien kurang perawatan diri berhasil menurut Purba (2009) adalah sebagai berikut:

a. Klien dapat menyebutkan: 1. Penyebab tidak merawat diri. 2. Manfaat menjaga perawatan diri. 3. Tanda-tanda bersih dan rapi.

4. Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan. b. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam hal:

1. Kebersihan diri 2. Berdandan 3. Makan 4. BAB/BAK

c. Keluarga memberi dukungan dalam melakukan perawatan diri: 1. Keluarga menyediakan alat-alat untuk perawatan diri. 2. Keluarga ikut seta mendampingi klien dalam perawatan diri.

3. Kemampuan Dalam Perawatan Diri

3.1. Pengertian Kemampuan

Kemampuan merupakan suatu ide generalitas dari satu ciri yang dimiliki peserta didik dan dipengaruhi oleh pembelajaran yang berasal dari praktek atau pengalaman sebelumnya yang disimpan dalam memori untuk mengigat suatu petunjuk (Reilly, 2002). Kemampuan dalam penelitian ini dimaknai dengan


(29)

keterampilan motorik yang merupakan salah satu domain dari prilaku. Domain keterampilan ini dikenal juga sebagai domain psikomotor. Domain keterampilan mudah didentifikasi dan diukur karena mencakup kegiatan berorientasi pada gerakan yang mudah diamati. Pembelajaran pada domain ini meliputi penguasaan motorik halus dan kasar dengan tingkat kompleksitas koordinasi neuromuskular semakin meningkat untuk melakukan gerakan fisik, seperti berjalan, menulis, memegang alat-alat, atau melaksanakan suatu prosedur (Bastable, 2002).

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya, dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Kemampuan untuk melakukan perawatan diri: Perawat mengkaji kemampuan fungsional klien di lingkungan rumah mereka maupun dalam pelayanan kesehatan, meliputi aktivitas makan, berpakaian, perawatan diri dan berdandan (Potter & Perry, 2005).

3.2. Kemampuan Perawatan Diri

Adapun kemampuan perawatan diri berdasarkan kriteria hasil Nursing Outcomes Classification dan intervensi Nursing Interventions Classification

menurut Wilkinson (2006) adalah sebagai berikut: a. Mandi/Hygiene

Hasil yang disarankan NOC:

Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS): Kemampuan untuk melakukan tugas fisik paling dasar dan aktivitas perawatan


(30)

pribadi. Mandi (kemampuan untuk membersihkan tubuhnya sendiri),

hygiene (kemampuan untuk mempertahankan hygiene dirinya). Intervensi prioritas NIC:

Mandi (membersihkan tubuh yang berguna untuk relaksasi, kebersihan dan penyembuhan). Bantuan perawatan diri mandi/hygiene (membantu klien untuk memenuhi hygiene pribadi). b. Berpakaian/Berhias

Hasil yang disarankan NOC:

Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS): Kemampuan untuk melakukan tugas fisik yang paling mendasar dan aktivitas perawatan pribadi. Berpakaian (kemampuan untuk mengenakan pakaian sendiri), berdandan (kemampuan untuk mempertahankan penampilan yang rapi), hygiene (kemampuan untuk mempertahankan higienenya).

Intervensi prioritas NIC:

Berpakaian (memilih, mengenakan dan melepas pakaian untuk orang yang tidak dapat melakukan hal itu sendiri), perawatan rambut (adanya peningkatan penampilan rambut yang bersih, rapi dan menarik). Bantuan perawatan diri berpakaian/berhias (membantu klien dalam berpakaian dan mengunakan tata rias).

c. Makan

Hasil yang disarankan NOC:

Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS): Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang paling dasar dan aktivitas


(31)

perawatan diri. Makan (kemampuan untuk menyiapkan dan memakan makanan).

Intervensi prioritas NIC:

Makan (memberi asupan nutrisi untuk klien yang tidak mampu makan sendiri). Bantuan perawatan diri makan (membantu klien untuk makan).

d. Toileting

Hasil yang disarankan NOC:

Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS): Kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan fisik dan pribadi paling dasar. Eliminasi (kemampuan untuk melakukan aktivitas eliminasi sendiri). Intervensi prioritas NIC:

Pengelolaan lingkungan (memanipulasi lingkungan sekitar klien untuk keperluan terapeutik). Bantuan perawatan diri toileting


(32)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

Strategi pelaksanaan komunikasi merupakan alat yang dijadikan sebagai panduan oleh seorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien. Strategi pelaksanaan komunikasi yang diberikan berupa informasi, tata cara perawatan diri (mandi, berpakaian/berhias, makan, BAB/BAK) disertai dengan adanya praktik atau latihan, umpan balik, pembelajaran ulang dan ingatan sehingga akan membentuk suatu ciri dari pembelajaran psikomotorik.

Umpan balik ini bertujuan untuk memberitahukan kemampuan klien tentang perawatan diri, sehingga mekanisme internal dari seorang klien dapat mengendalikan kesalahan dan berusaha untuk merubah prilaku perawatan diri yang lebih baik lagi serta perkembangan keterampilan dapat terjadi. Perkembangan keterampilan perawatan diri dapat diukur setelah diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi untuk mengevaluasi keefektifan dari strategi pelaksanaan komunikasi terhadap kemampuan perawatan diri klien.


(33)

Skema Kerangka Konseptual Penelitian

Variabel Independen

(Variabel Independen) (Variabel Dependen)

Variabel Dependen Variabel Dependen

2. Definisi Operasional

Variabel independen dalam penelitian ini adalah strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri yang merupakan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada klien dan keluarga klien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan perawatan diri yaitu kemampuan dalam memenuhi kebutuhan klien yang bertujuan mempertahankan hidup, kesehatan, dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya yang terdiri dari: kemampuan perawatan diri mandi/hygiene mulut, kemampuan perawatan diri berpakaian/berhias, kemampuan makan, dan

Kemampuan perawatan diri

Pre Test :

1. Kemampuan perawatan diri

mandi/hygiene mulut. 2. Kemampuan

perawatan diri berpakaian/berhias. 3. Kemampuan makan. 4. Kemampuan toileting.

Kemampuan perawatan diri

Post Test :

1. Kemampuan perawatan diri

mandi/hygiene mulut. 2. Kemampuan

perawatan diri berpakaian/berhias. 3. Kemampuan makan. 4. Kemampuan toileting.

Strategi Pelaksanaan Komunikasi


(34)

Tabel Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Skala Skor 1. Strategi

pelaksanaan defisit perawatan diri Pelaksanaan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada klien defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan yang bertujuan untuk mengurangi masalah perawatan diri.

SAP Nominal 1.Tidak diterapkan

2.Diterapkan

2. Kemampuan perawatan diri Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan klien yang bertujuan mempertahankan hidup, kesehatan, dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya yang terdiri dari: a. Kemampuan perawatan diri mandi/hygiene mulut.

Lembar Observasi Interval Mandiri

Membutuhkan alat bantu Membutuhkan pertolongan Membutuhkan pertolongan dan alat bantu Ketergantungan


(35)

b. Kemampuan perawatan diri berpakaian/ber hias.

c. Kemampuan makan. d. Kemampuan

toileting.

3. Hipotesa Penelitian

Dalam penelitian ini, hipotesa penelitian (Ha) yaitu adanya perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja RSJ Daerah Provsu Medan. Dari hasil uji statisitik didapat nilai p = 0.000 (p < 0,05) dimana hasil perhitungan uji statistik


(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain quasi eksperimen jenis non equivalent control group design yaitu dilakukan observasi terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan, kemudian setelah diberikan perlakuan diobservasi kembali (Alimul, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

Skema Desain Penelitian

Kelompok 1

Keterangan :

O : Observasi sebelum strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri.

1 : Intervensi (Strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri).

O1 : Observasi sesudah strategi pelaksanaan defisit perawatan diri.

O1 O


(37)

2. Populasi dan sampel

2.1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja (Alimul, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah semua klien defisit perawatan diri. Dari data yang diperoleh terdapat 16 klien defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2003). Cara pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan Total sampling, yaitu semua klien dengan masalah utama defisit perawatan diri yang berada di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Pemilihan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan merupakan pusat pelayanan gangguan jiwa di Provinsi Sumatera Utara, selain itu Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan juga merupakan rumah sakit jiwa pendidikan yang merupakan lahan praktek tenaga kesehatan dan


(38)

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian selesai di uji dan peneliti mendapatkan rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan surat izin dari institusi dan rekomendasi dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Setelah mendapat izin dari Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan, peneliti memulai pengumpulan data. Sebelum mengumpulkan data, peneliti menjelaskan kepada kepala perawat di Ruang Kamboja sebagai wakil dari responden mengenai maksud, tujuan, dan proses penelitian strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri yang dilaksanakan.

Setelah itu peneliti menanyakan kesediaan kepala perawat ruangan tersebut untuk mengikutsertakan klien dan berpatisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Apabila perawat menolak untuk mengikutsertakan klien berpatisipasi dalam penelitian, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak perawat sebagai wakil responden. Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden (anonimity), tetapi hanya mencantumkan inisial nama (nomor responden). Kerahasiaan informasi responden (confidentiality) dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (Hamid, 2007).


(39)

5. Intrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 bagian, yaitu: data demografi, satuan acara pengajaran strategi pelaksanaan komunikasi dan lembar observasi kemampuan perawatan diri.

5.1. Data Deomgrafi

Data demografi terdiri dari inisial nama (nomor responden), usia, agama, status perkawinan, pendidikan terakhir dan lama rawat.

5.2. Satuan Acara Pengajaran Strategi Pelaksanaan Komunikasi

Satuan acara pengajaran ini merupakan pedoman yang dijadikan peneliti saat melaksanakan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Satuan acara pengajaran ini terdiri dari 4 bagian yaitu bagian pertama tentang cara perawatan kebersihan diri, bagian kedua tentang melatih berdandan/berhias, bagian ketiga tentang cara makan secara mandiri dan bagian keempat tentang BAB/BAK secara mandiri. Di satuan acara pengajaran ini terdiri dari 3 tahap yaitu tahap orientasi (salam terapeutik, perkenalan, kontrak pertemuan dan tujuan tindakan). Tahap kedua kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan) dan yang terakhir tahap terminasi (evaluasi, tindak lanjut klien dan kontrak yang akan datang)

5.3. Lembar Observasi Kemampuan Perawatan Diri

Terdiri dari 5 pertanyaan kemampuan perawatan diri. Pertanyaan 1 tentang kemampuan perawatan diri mandi, pertanyaan 2 tentang kemampuan perawatan

hygiene mulut, pertanyaan 3 tentang kemampuan berpakaian/berhias, pertanyaan 4 tentang kemampuan makan dan pertanyaan 5 tentang kemampuan toileting.


(40)

Association (buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC edisi 7 oleh Wilkinson, 2006).

Penilaian hasil observasi kemampuan perawatan diri mengunakan skala berikut: 4 (Mandiri Penuh), 3 (Membutuhkan peralatan atau alat bantu), 2 (Membutuhkan pertolongan orang lain untuk bantuan, pengawasan, pendidikan), 1 (Membutuhkan pertolongan orang lain dan peralatan atau alat bantu), 0 (Ketergantungan, tidak dapat berpatisipasi dalam aktivitas). Jadi masing-masing pertanyaan pada masing-masing item mempunyai skor. Skor maksimal adalah 20.

Data demografi dan lembar observasi diisi oleh perawat/peneliti, dikarenakan kondisi klien masih diliputi oleh simptom-simptom psikologis negatif, sehingga tidak memungkinkan untuk klien menjawab secara tepat.

6. Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahian suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2005).

Uji validitas yang digunakan pada pengujian ini adalah validitas isi, yakni sejauh mana instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu (Setiadi, 2007). Uji validitas penelitian ini dilakukan oleh Ibu Wardiyah Daulay S.Kep, Ns, M.Kep seorang dosen keperawatan jiwa dan didapatkan hasil bahwa instrumen penelitian yang digunakan telah valid dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Sebuah


(41)

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat (Nursalam, 2003).

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen maka dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007). Uji realibilitas instrumen ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan alat ukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relative sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek yang sama (Azwar, 2003). Uji reabilitas ini diujikan pada klien yang memiliki karakteristik dan kriteria yang sama dengan responden penelitian. Uji reliabilitas yang digunakan dengan formula cronbach’s alpha. Bila diperoleh nilai

cronbach’s alpha besar atau sama dengan 0,70 maka insrumen dinyatakan reliable (Polit & Hungler, 1999).

Setelah data di uji reliabelnya maka didapat hasil reliabel secara keseluruhan 0,878 dengan rincian pertanyaan pertama tentang kemampuan perawatan diri mandi didapat hasil reliabel 0,781. Pertanyaan kedua tentang kemampuan hygiene mulut didapat hasil reliabel 0,909. Pertanyaan ketiga tentang kemampuan perawatan diri berpakaian/berhias didapat hasil reliabel 0,781. Pertanyaan keempat tentang kemampuan makan didapat hasil reliabel 0,781 dan pertanyaan kelima tentang kemampuan toileting didapat hasil reliabel 0,930. Ini menunjukkan bahwa istrumen penelitian reliabel dan bisa dipakai untuk penelitian selanjutnya.


(42)

7. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Peneliti mendapat izin penelitian dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU).

b. Kemudian mengirimkan permohonan izin yang diperoleh dari institusi pendidikan ke tempat penelitian (Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan).

c. Setelah mendapat izin dari RSJD Provsu Medan, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

d. Sebelum mengumpulkan data, peneliti menjelaskan kepada kepala perawat sebagai wakil dari responden mengenai maksud, tujuan, dan proses penelitian strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri yang akan dilaksanakan.

e. Setelah itu peneliti akan menanyakan kesediaan kepala perawat ruangan tersebut untuk mengikutsertakan klien dan berpatisipasi dalam penelitian. f. Mekanisme penelitian yaitu pertama sekali diukur kemampuan perawatan

diri awal (pre test), kemudian dilanjutkan dengan penerapan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri dengan mengunakan SAP. Setelah diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi dilakukan post test

dengan mengunakan lembar observasi kemampuan perawatan diri yang sama pada pre test.

g. Kemudian dilihatlah apakah ada perbedaan kemampuan perawatan diri pre

dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. h. Selanjutnya data yang diperoleh dikumpulkan untuk dianalisa.


(43)

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data dengan memeriksa kembali semua data satu persatu yakni berupa data demografi yang merupakan hasil wawancara dan hasil observasi kemampuan klien defisit perawatan diri pre

dan post. Hasil penelitian tersebut dibandingkan dengan menguji hipotesa penelitian sehingga diketahui perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post

strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri.

Analisa data melalui beberapa tahap, dimulai dari editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian coding dengan memberi kode untuk memudahkan melakukan tabulasi, selanjutnya entry dengan memasukkan data ke komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan tehnik komputerisasi analisis statistik.

8.1. Analisa Univariat

Untuk mengetahui karakteristik klien defisit perawatan diri di ruang Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan digunakan tabel distribusi frekuensi karakteristik responden dan persentase data-data demografi yang meliputi inisial nama (nomor responden), usia, agama, status perkawinan, pendidikan terakhir dan lama rawat.

8.2. Analisa Bivariat

Untuk mengetahui perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post

strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di Ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Apabila data yang


(44)

test, tapi apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, data akan dianalisa menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test.


(45)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 05 januari 2011 sampai 14 januari 2011. Penelitian ini melibatkan sejumlah 16 orang responden. Seluruh responden merupakan kelompok intervensi yang diberikan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri selama 15-30 menit setiap strategi pelaksanaan komunikasi. Dimulai dari pre test pada hari pertama, pada hari kedua dan ketiga dengan pemberian intervensi SP 1 (perawatan diri mandi dan hygiene mulut), pada hari keempat dan kelima dilanjutkan dengan pemberian intervensi SP 2 (berhias dan berdandan), pada hari keenam dan ketujuh dilanjutkan dengan pemberian intervensi SP 3 (makan) dan pada hari kedelapan dan kesembilan dilanjutkan dengan pemberian intervensi SP 4 (toileting) dan pada hari kesepuluh diakhiri dengan post test. Waktu penelitian ini dimulai pukul 10.00 sampai pukul 14.00. Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden dan perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri.


(46)

1.1. Karakteristik Demgrafi Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah responden yang mengalami defisit perawatan diri di ruang Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Mayoritas responden berusia 30-39 tahun (50,00%), berpendidikan SMP 7 orang (43,80 %), agama Kristen 8 orang (50,00%), berstatus belum kawin 9 orang (56,30 %) dan lama rawat < 6 bulan 8 orang (50,00 %). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Defisit Perawatan

Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan (n = 16).

Karakteristik f %

1. Usia

30-39 tahun 40-49 tahun 50-59 tahun 2. Agama Islam Kristen Budha

3. Status Perkawinan Kawin

Belum Kawin

4. Pendidikan Terakhir SD SMP SMA 8 6 2 4 8 4 7 9 5 7 4 50,00 37,50 12,50 25,00 50,00 25,00 43,80 56,30 31,30 43,80 25,00


(47)

5. Lama Rawat < 6 bulan > 6 bulan

8 8

50,00 50,00

1.2. Kemampuan Perawatan Diri Pre Strategi Pelaksanaan Komunikasi

Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan.

Kemampuan perawatan diri pre strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan kamboja RSJ daerah Provsu Medan memperlihatkan bahwa kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri mandi berada dalam kategori hanya membutuhkan peralatan sebanyak 11 orang (68,75%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri hygiene mulut berada dalam kategori membutuhkan pertolongan (bantuan, pengawasan dan pendidikan) sebanyak 8 orang (50,00%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri berpakaian/berhias berada dalam kategori hanya membutuhkan peralatan sebanyak 10 orang (62,50%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri makan berada dalam kategori hanya membutuhkan peralatan sebanyak 11 orang (68,75%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri toileting berada dalam kategori hanya membutuhkan peralatan sebanyak 15 orang (93,75%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.


(48)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Pre Test Kemampuan Perawatan

Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan (n = 16).

Kemampuan Perawatan Diri f %

1. Kemampuan Perawatan Diri Mandi. a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri

Kemampuan Perawatan Diri Hygiene Mulut a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri 0 0 5 11 0 0 0 8 8 0 00,00 00,00 31,25 68,75 00,00 00,00 00,00 50,00 50,00 00,00

2.Kemampuan Perawatan Diri Berpakaian/Berhias a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri 0 0 6 10 0 00,00 00,00 37,50 62,50 00,00 3. Kemampuan Perawatan Diri Makan

a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) 0 0 5 00,00 00,00 31,25


(49)

d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri 11 0 68,75 00,00

4. Kemampuan Perawatan Diri Toileting a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri 0 0 0 15 1 00,00 00,00 00,00 93,75 6,25

1.3. Kemampuan Perawatan Diri Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi

Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan.

Kemampuan perawatan diri post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja RSJ Daerah Provsu Medan memperlihatkan bahwa kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri mandi sesudah strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri (Post Test) berada dalam kategori kategori mandiri sebanyak 14 orang (87,50%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri hygiene mulut berada dalam kategori mandiri sebanyak 14 orang (87,50%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri berpakaian/berhias berada dalam kategori mandiri sebanyak 8 orang (50,00%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri makan berada dalam kategori hanya membutuhkan peralatan sebanyak 14 orang (87,50%). Kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri toileting berada dalam


(50)

kategori mandiri sebanyak 12 orang (75,00%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Post Test Kemampuan Perawatan

Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan (n = 16).

Kemampuan Perawatan Diri f %

1. Kemampuan Perawatan Diri Mandi. a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri

Kemampuan Perawatan Diri Hygiene Mulut a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri 0 0 0 2 14 0 0 0 2 14 00,00 00,00 00,00 12,50 87,50 00,00 00,00 00,00 12,50 87,50 2.Kemampuan Perawatan Diri Berpakaian/Berhias

a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri 0 0 0 8 8 00,00 00,00 00,00 50,00 50,00


(51)

3.Kemampuan Perawatan Diri Makan a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri 0 0 0 14 2 00,00 00,00 00,00 87,50 12,50 4.Kemampuan Perawatan Diri Toileting

a. Ketergantungan

b. Membutuhkan Pertolongan dan Alat bantu c. Membutuhkan Pertolongan (Bantuan,

pengawasan, pendidikan) d. Membutuhkan alat bantu e. Mandiri 0 0 0 4 12 00,00 00,00 00,00 25,00 75,00

1.4. Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi

Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja

RSJD Provsu Medan.

Uji statisitik Wilcoxon Signed Ranks Test digunakan untuk membandingkan data pre dan post dan diperoleh perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Pedoman dalam menerima hipotesis, jika nilai uji statistik (p) < α (α = 0,05) maka Ho ditolak sedangkan Ha gagal ditolak.


(52)

Tabel 4. Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi

Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan

Kamboja RSJD Provsu Medan (Mean Rank).

N Mean Rank

Sum Of Ranks

Pre dan Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan diri Negative Ranks Positive Ranks Ties Total 0 16 0 16 .00 8.50 .00 136.00

Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan kemampuan perawatan diri

pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri dimana kemampuan perawatan diri seluruh klien meningkat setelah diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Ini dilihat dari nilai Mean Rank

pada saat pre 0,00 dan saat post didapat hasil 8,50.

Tabel 5. Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi

Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan

Kamboja RSJD Provsu Medan (Nilai Significancy).

Post SP DPD – Pre SP DPD Z

P

-3.530a .000


(53)

Hasil uji wilcoxon menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post srategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Ditunjukkan dengan nilai p = 0.000 (p < 0,05).

2. Pembahasan

2.1. Kemampuan Perawatan Diri Pre Strategi Pelaksanaan Komunikasi

Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan.

Kemampuan perawatan diri pre strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja RSJ Daerah Provsu Medan memperlihatkan bahwa kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri mandi, hygiene

mulut, berpakaian/berhias, makan dan toileting hampir keseluruhan berada dalam kategori membutuhkan peralatan.

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya, dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Kemampuan untuk melakukan perawatan diri merupakan kemampuan fungsional klien di lingkungan rumah mereka maupun dalam pelayanan kesehatan, meliputi aktivitas makan, berpakaian, perawatan diri dan berdandan. Berdasarkan hasil observasi peneliti di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan kemampuan responden rata-rata berada dalam katagori membutuhkan peralatan. Ini terlihat dari hasil penelitian pre test strategi pelaksanaan defisit perawatan diri. Salah satu faktor


(54)

kebersihan yang digunakan. Status ekonomi juga mempengaruhi kemampuan klien dalam menyediakan peralatan untuk perawatan diri. Peralatan dalam perawatan diri klien ini meliputi deodorant, shampo, pasta gigi dan kosmetik. (Potter & Perry, 2005)

Berdasarkan observasi peneliti di ruangan kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan mayoritas klien defisit perawatan diri berstatus Jamkesmas dan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) sehingga mempengaruhi perawatan diri yang klien lakukan. Selain status ekonomi, motivasi klien dalam perawatan diri ini juga kurang. Padahal perlengkapan perawatan diri di sediakan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Hanya klien tidak ada motivasi untuk meminta ke kepala ruangan.

Menurut Setiawati (2008) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku seseorang adalah motivasi. Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan akan melakukan sesuatu. Didalam perubahan perilaku motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri seseorang yang akan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kegiatan.


(55)

2.2. Kemampuan Perawatan Diri Post Strategi Pelaksanaan Komunikasi

Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja RSJD Provsu Medan.

Kemampuan perawatan diri post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja RSJ Daerah Provsu Medan memperlihatkan bahwa kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri makan hampir keseluruhan berada dalam kategori membutuhkan peralatan, sedangkan untuk kemampuan perawatan diri mandi, hygiene mulut, berpakaian/berhias dan

toileting hampir keseluruhan berada dalam kategori mandiri.

Berdasarkan hasil post test strategi pelaksanaan defisit perawatan diri ini terlihat perubahan perilaku klien meningkat dalam kategori mandiri penuh. Ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang didapat oleh klien setelah diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri merupakan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada klien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani dengan memberikan pengetahuan, sikap dan praktik atau tindakan kepada klien.

Pengetahuan merupakan dasar dari perilaku. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan hal ini penting untuk memberikan pengetahuan terlebih dahulu kepada klien defisit perawatan diri tentang masalah perawatan diri yang dialaminya dan bagaimana cara mengatasinya. Sehingga berdasarkan hal tersebut klien melakukan suatu perilaku atau tindakan psikomotor


(56)

Menurut Setiawati (2008), pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan individu tersebut akan melakukan perubahan perilaku dengan mengadopsi perilaku. Perilaku yang baru diadopsi oleh individu akan bisa bertahan lama dan langgeng jika individu menerima perilaku tersebut dengan penuh kesadaran, didasari atas pengetahuan yang jelas dan keyakinan. Untuk mencapai perubahan prilaku sesuai dengan yang diharapkan dan tidak membutuhkan waktu yang cukup lama dibutuhkan strategi perubahan prilaku. Beberapa strategi perubahan prilaku menurut WHO adalah dengan memberikan informasi dan diskusi. Perilaku akan berubah dengan terlebih dahulu diberikan sebuah penguatan berupa informasi-informasi tentang sesuatu hal. Perubahan perilaku akan lebih cepat selain dengan pemberian informasi tetapi ada keinginan kuat dari individu untuk berubah. Diskusi akan menuntut individu terus berpikir, dengan diskusi pengetahuan akan bertambah. Semakin banyak informasi baru yang diyakini kebenarannya, maka semakin cepat pula perubahan perilaku terjadi.

Setelah seseorang mengetahui masalah kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dari pengetahuan yang telah didapatkannya. Selanjutnya seseorang akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut dengan praktik. (Notoatmodjo, 2007)


(57)

2.3. Perbedaan Kemampuan Perawatan Diri Pre dan Post Strategi

Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri di Ruangan Kamboja

RSJD Provsu Medan.

Perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di analisa secara bivariat dengan menggunakan

Wilcoxon Signed Rank Test yang menunjukkan adanya perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p = 0.000 (p < 0,05).

Sebelum diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri kemampuan perawatan diri klien berada dalam kategori membutuhkan peralatan. Ini disebabkan karena kurangnya motivasi dan status ekonomi klien. Menurut Potter & Perry (2005) salah satu faktor yang mempengaruhi praktik personal hygiene adalah status ekonomi klien dalam menyediakan peralatan untuk perawatan diri (deodorant, shampoo, pasta gigi dan kosmetik). Setelah diterapkan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri kemampuan klien berada dalam kategori mandiri, karena dengan memberikan pengetahuan berupa informasi, diskusi (tanya jawab) dan praktik dalam strategi pelaksanaan komunikasi menunjukan perubahan kemampuan perawatan diri klien menjadi lebih baik dimana klien mampu melakukan perawatan diri (Notoatmodjo, 2007).

Kemampuan dalam penelitian ini dimaknai dengan keterampilan motorik yang merupakan salah satu domain dari prilaku. Domain keterampilan ini dikenal juga sebagai domain psikomotor. Domain keterampilan mudah didentifikasi dan


(58)

Pembelajaran pada domain ini meliputi penguasaan motorik halus dan kasar dengan tingkat kompleksitas koordinasi neuromuskular semakin meningkat untuk melakukan gerakan fisik, seperti berjalan, menulis, memegang alat-alat, atau melaksanakan suatu prosedur (Bastable, 2002).

Ini didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Carolina (2008) tentang pengaruh penerapan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan klien mengontrol halusinasi di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta bahwa ada perbedaan kemampuan kognitif dan psikomotor klien mengontrol halusinasi sebelum dan setelah mendapatkan strategi pelaksanaan komunikasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa intervensi keperawatan halusinasi dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor klien.


(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 16 responden pre dan post

srategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan pada bulan Januari 2011 maka disimpulkan :

a. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah responden yang mengalami defisit perawatan diri di ruang Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

b. Kemampuan perawatan diri pre strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri memperlihatkan bahwa kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri rata-rata berada dalam kategori hanya membutuhkan peralatan/alat bantu.

c. Kemampuan perawatan diri post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri memperlihatkan bahwa kemampuan responden untuk melakukan perawatan diri rata-rata berada dalam kategori mandiri.

d. Perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri ditunjukan dari hasil uji wilcoxon nilai p = 0.000 (p < 0,05) dimana jika hasil perhitungan uji statistik (p) lebih kecil dari nilai α maka Ha diterima yaitu adanya perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post srategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri.


(60)

2. Rekomendasi

Adapun rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah : a. Pendidikan Keperawatan

Diharapkan perawat memiliki keterampilan komunikasi terapeutik yang bermanfaat dalam membina hubungan saling percaya dengan klien dan perawat telah memahami dan mengerti tujuan dari strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri.

b. Penelitian Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya waktu penelitian diperpanjang dan jumlah sampel ditambah agar hasilnya lebih baik, tetapi tetap perhatikan jumlah responden efektif untuk dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Untuk menilai post test strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri sebaiknya diberikan rentang waktu beberapa hari dan diharapkan memperhatikan obat anti psikotik yang dikonsumsi klien.

c. Rumah Sakit Jiwa

Strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri memang sudah dilakukan di Rumah Sakit Jiwa tetapi belum optimal. Untuk lebih meningkatkan kemampuan perawatan klien defisit perawatan diri sebaiknya perawat membuat jadwal agar kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri terus meningkat dan selalu mengevaluasi setiap dilakukan strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri. Diharapkan untuk Rumah Sakit Jiwa agar menyediakan alat-alat yang dibutuhkan dan lebih memperhatikan kebutuhan klien untuk melakukan perawatan diri.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2003). Riset Keperawatan dan Teknil Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. (2003). Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Balitbang Depkes. (2001). Gangguan Jiwa. Diakses pada tanggal 19 September

2010 dari

Bastable, B. Susan. (2002). Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta: EGC.

Depkes. (2000). Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Diakses pada tanggal 19 September 2010.

Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Hamid S. Achir Yani. (2007). Buku Ajar Riset Keperawatan: Konsep, Etika & Instrumen. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Hawari, D. (2003). Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: FK UI.

Irmansyah. (2006). Faktor Genetika pada Skizofrenia. Diakses pada tanggal 19 September 2010 dari http://www.schizophrenia.web.id.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

___________________. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.


(62)

Perry, Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Polit, D.F & Hungler, B.P. (1995). Nursing Research Principles and Methods Fifth Edition. Philadhelphia: J.B. Lippincot Company.

Purba, Jenny Marlindawani. dkk (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press. Purwanto, Heri. (1998). Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan.

Jakarta: EGC.

Reilly, E. Dorothy. (2002). Pengajaran Klinis Dalam Pendidikan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setiawati, S. (2008). Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.

Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta. Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.


(63)

(64)

Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara:

Nama : Rahmi Surilesmana NIM : 071101009

Alamat : Jln. Jamin Ginting Gang Sarmin No. 57 Padang Bulan Medan Akan mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan“. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan saudara/saudari sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk penelitian. Jika saudara/saudari tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi saudara/saudari, keluarga dan siapapun. Jika telah menjadi responden dan terjadi hal-hal yang memungkinkan saudara/saudari untuk mengundurkan diri, maka saudara/saudari diperbolehkan untuk mengundurkan diri dan tidak berpatisipasi dalam penelitian ini. Apabila saudara/saudari menyetujui, saya mohon kesediaan untuk menandatangani lembar persetujuan.

Atas perhatian dan kesediaan saudara/saudari sebagai responden, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,


(65)

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Setelah saya mendengar keterangan dari saudari Rahmi Surilesmana mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melaksanakan penelitian tentang “Perbedaan kemampuan perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan“ maka saya bersedia menjadi responden dan mengizinkan peneliti untuk melakukan srategi pelaksanaan defisit perawatan diri serta berjanji untuk mengikuti tanpa ada tekanan dari pihak manapun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, 2011 Yang memberi pernyataan,


(66)

Lampiran 2

INSTRUMEN PENELITIAN

1. Data Demografi

Diisi oleh perawat/peneliti berdasarkan hasil wawancara terhadap responden. Beri tanda (√) pada kotak yang tersedia. Isilah pertanyaan sesuai dengan keadaan yang ada.

1. Inisial Nama :

2. Usia : Tahun

3. Agama : Islam Kristen

Hindu Budha

4. Status Perkawinan : Kawin Belum Kawin

Janda Duda

5. Pendidikan Terakhir : SD SMP

SMA PT

6. Lama rawat : < 6 Bulan


(67)

2. Lembar Observasi

Kemampuan Klien

Penilaian hasil observasi kemampuan perawatan diri berdasarkan tingkat fungsional klien diklasifikasikan NANDA mengunakan skala berikut:

4 = Mandiri Penuh,

3 = Membutuhkan peralatan atau alat bantu,

2 = Membutuhkan pertolongan orang lain untuk bantuan, pengawasan, pendidikan,

1 = Membutuhkan pertolongan orang lain dan peralatan atau alat bantu, 0 = Ketergantungan, tidak dapat berpatisipasi dalam aktivitas.

Petunjuk Pengisian:

Diisi oleh perawat/peneliti berdasarkan keadaan klien pada saat itu.

Beri tanda (√) pada kotak yang tersedia. Isilah pertanyaan sesuai dengan keadaan yang ada.

1. Kemampuan perawatan diri mandi

Klien tidak mampu mandi jika tidak dibantu sama sekali.

Perawat menyediakan seluruh peralatan; mengatur posisi klien; membersihkan punggung, tungkai, perineum, dan semua bagian tubuh lain, sesuai keperluan. Klien dapat membantu.

Perawat memberikan seluruh peralatan; mengatur posisi klien di tempat tidur/kamar mandi. Klien dapat mandi sendiri kecuali untuk bagian punggung dan kaki.

Hanya membutuhkan peralatan mandi, klien dapat melakukan perawatan mandi sendiri.


(68)

2. Kemampuan perawatan diri hygiene mulut

Perawat melakukan seluruh perawatan hygiene mulut klien.

Perawat menyiapkan sikat gigi, pasta gigi, posisi mulut, mengatur posisi dan membantu melakukan perawatan hygiene mulut klien.

Perawat menyediakan peralatan; klien melakukan hygiene mulut dalam pengawasan perawat.

Klien hanya membutuhkan peralatan, klien dapat melakukan

hygiene mulut sendiri.

Mandiri penuh, klien menyediakan peralatan dan dapat melakukan sendiri perawatan hygiene mulut.

3. Kemampuan perawatan diri berpakaian/berhias

Klien tidak mampu mengenakan pakaian jika tidak dibantu perawat; perawat menyisirkan rambut klien.

Perawat menyisir rambut klien, membantu mengenakan pakaian, mengancingkan, meritsleting pakaian.

Perawat mempersiapkan pakaian, klien dapat mengancingkan, meristleting atau mengikat pakaian. Klien dapat mengenakan pakaian sendiri dalam pengawasan perawat.

Klien hanya membutuhkan pakaian, klien dapat mengenakan pakaian sendiri.

Mandiri penuh, klien mempersiapkan pakaian dan dapat melakukan sendiri perawatan berpakaian/berhias.


(69)

4. Kemampuan perawatan diri makan

Klien perlu dibantu untuk makan secara total.

Perawat memotong makanan, membuka wadah, mengatur posisi klien, memantau dan mendorong untuk makan.

Perawat mengatur posisi klien, mengambil makanan, memantau makan.

Klien hanya membutuhkan makanan, klien dapat melakukan sendiri perawatan makan.

Mandiri penuh, klien menyediakan makanan dan dapat melakukan sendiri perawatan makan.

5. Kemampuan perawatan diri toileting

Klien inkontinensia, perawat menempatkan klien pada pispot atau

commode.

Perawat menyediakan pispot, menempatkan klien di pispot atau

commode.

Klien dapat berjalan ke kamar kecil/commode dengan bantuan; perawat membantu mengenakan atau melepaskan pakaian.

Klien hanya membutuhkan pispot/commode, dapat berjalan ke kamar kecil, klien dapat melakukan sendiri perawatan toileting.

Mandiri penuh, klien menyediakan pispot dan dapat melakukan sendiri perawatan toileting.


(70)

Skor :

17-20 = Mandiri penuh

13-16 = Membutuhkan peralatan/alat bantu

9-12 = Membutuhkan pertolongan (bantuan, pengawasan, pendidikan)

5-8 = Membutuhkan pertolongan dan peralatan/alat bantu


(71)

Lampiran 3

JADWAL AKTIVITAS HARIAN PASIEN

Inisial Nama :

No Waktu Kegiatan Tanggal Ket

1 08.00-09.00

2 09.00-10.00

3 10.00-11.00

4 11.00-12.00

5 12.00-13.00

6 13.00-14.00

7 14.00-15.00

8 15.00-16.00

9 16.00-17.00

10 17.00-18.00

11 18.00-19.00

12 19.00-20.00

13 20.00-21.00


(72)

Lampiran 4

SATUAN ACARA PENGAJARAN

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Oleh

Rahmi Surilesmana 071101009

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(73)

SATUAN ACARA PENGAJARAN

1. Perawatan kebersihan diri

Waktu Pertemuan : 30 menit

Pertemuan ke : 1

A. Tujuan : Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.

B. Pokok Bahasan : Perawatan kebersihan diri C. Sub Pokok Bahasan :

1. Pentingnya kebersihan diri.

2. Alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.

3. Cara-cara melakukan kebersihan diri. 4. Mempraktekkan cara menjaga

kebersihan diri.

D. Kegiatan :

Tahap Kegiatan Metode Kegiatan Klien Alat Orientasi a.Salam terapeutik.

b.Validasi. c.Kontrak.

Diskusi Mendengarkan Tanya jawab

-

Kerja a.Menjelaskan

pentingnya menjaga kebersihan diri.

b.Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri. c.Menjelaskan

cara-cara melakukan kebersihan diri.

d.Melatih klien

mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri. Ceramah Intervensi Mendengarkan Menpraktekkan Perlengkapan mandi : a.Sabun mandi b.Shampo c.Pasta gigi d.Sikat gigi

Terminasi a.Evaluasi respon klien.

b.Tindak lanjut klien. c.Kontrak yang akan

datang.

Diskusi Mendengarkan Tanya Jawab


(74)

E. Evaluasi :

1. Klien dapat menjelaskan kembali tentang pentingnya menjaga kebersihan diri.

2. Klien dapat mengetahui alat-alat untuk menjaga kebersihan diri. 3. Klien dapat menjelaskan kembali cara menjaga kebersihan diri. 4. Klien dapat mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.

F. Referensi :

Purba, Jenny Marlindawani. dkk (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

2. Melatih berdandan/berhias

Waktu Pertemuan : 15 menit

Pertemuan ke : 2

A. Tujuan : Klien mampu berdandan/berhias secara mandiri.

B. Pokok Bahasan : Melatih berdandan/berhias C. Sub pokok Bahasan :

1. Melatih klien berpakaian.

2. Melatih klien menyisir rambut. 3. Melatih klien berhias.

D. Kegiatan :

Tahap Kegiatan Metode Kegiatan Klien Alat Orientasi a. Salam

terapeutik. b. Validasi. c. Kontrak.

Diskusi Mendengarkan Tanya jawab

-

Kerja a. Melatih klien berpakaian. b. Melatih klien

menyisir rambut.

c. Melatih klien berhias.

Intervensi Menpraktekkan Perlengkapan berdandan /berhias: 1.Pakaian. 2.Sisir rambut. 3.Bedak. Terminasi a. Evaluasi

respon klien. b. Tindak lanjut

klien.

c. Kontrak yang akan datang.

Diskusi Mendengarkan Tanya Jawab


(75)

E. Evaluasi :

1. Klien dapat mengenakan pakaian secara mandiri 2. Klien dapat menyisir rambut secara mandiri. 3. Klien dapat berhias secara mandiri.

F. Referensi :

Purba, Jenny Marlindawani. dkk (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

3. Melatih makan secara mandiri

Waktu Pertemuan : 15 menit

Pertemuan ke : 3

A. Tujuan : Klien mampu makan secara mandiri. B. Pokok Bahasan : Melatih berdandan/berhias

C. Sub pokok Bahasan :

1. Mejelaskan cara mempersiapkan makan.

2. Menjelaskan cara makan yang tertib. 3. Menjelaskan cara merapikan peralatan

makan setelah makan.

4. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.

D. Kegiatan :

Tahap Kegiatan Metode Kegiatan Klien Alat Orientasi a. Salam terapeutik.

b. Validasi. c. Kontrak.

Diskusi Mendengarkan Tanya jawab

-

Kerja a. Mejelaskan cara mempersiapkan makan.

b. Menjelaskan cara makan yang tertib.

c. Menjelaskan cara merapikan

peralatan makan setelah makan. d. Praktek makan

Ceramah Intervensi Mendengarkan Menpraktekkan Perlengkapa n untuk makan: 1. Piring 2. Sendok 3. Gelas


(76)

Terminasi a.Evaluasi respon klien.

b.Tindak lanjut klien.

c.Kontrak yang akan datang.

Diskusi Mendengarkan Tanya Jawab

-

E. Evaluasi :

1. Klien dapat menjelaskan kembali cara mempersiapkan makan. 2. Klien dapat menjelaskan cara makan yang tertib.

3. Klien dapat menjelaskan kembali cara merapikan peralatan makan setelah makan.

4. Klien dapat mempraktekkan makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.

F. Referensi :

Purba, Jenny Marlindawani. dkk (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

4. Mengajarkan BAB/BAK

Waktu Pertemuan : 15 menit

Pertemuan ke : 4

A. Tujuan : Klien mampu BAB/BAK secara mandiri. B. Pokok Bahasan : Mengajarkan BAB/BAK

C. Sub pokok Bahasan :

1. Menjelaskan tempat BAB/BAK

2. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.

3. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.

D. Kegiatan :

Tahap Kegiatan Mengajar Metode Kegiatan Klien Alat Orientasi a. Salam

terapeutik. b. Validasi. c. Kontrak.

Diskusi Mendengarkan Tanya jawab

-

Kerja a. Menjelaskan

tempat BAB dan BAK.

b. Menjelaskan cara


(77)

membersihkan diri setelah BAB dan BAK. c. Menjelaskan

cara

membersihkan tempat BAB dan BAK.

Terminasi a. Evaluasi respon klien.

b. Tindak lanjut klien.

c. Kontrak yang akan datang.

Diskusi Mendengarkan Tanya Jawab

-

E. Evaluasi :

1. Klien dapat menjelaskan kembali tempat BAB dan BAK.

2. Klien dapat menjelaskan kembali cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.

3. Klien dapat menjelaskan kembali cara membersihkan tempat BAB dan BAK.

F. Referensi :

Purba, Jenny Marlindawani. dkk (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.


(78)

Lampiran 5

JADWAL PROSES PENELITIAN PENERAPAN STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI DEFISIT PERAWATAN DIRI

DI RUANGAN KAMBOJA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVSU MEDAN

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9 Hari

10 Pre Test 16 Respon den

SP 1 DPD (Kemampuan Perawatan Diri Mandi dan Hygiene Mulut) 1 (10.00) 2 (10.30) 3 (11.00) 4 (11.30) 5 (12.00) 6 (13.00) 7 (13.30) 8 (14.00)

SP 1 DPD (Kemampuan Perawatan Diri Mandi dan Hygiene Mulut) 9 (10.00) 10 (10.30) 11 (11.00) 12 (11.30) 13 (12.00) 14 (13.00) 15 (13.30) 16 (14.00)

SP 2 DPD (Kemampuan Perawatan Diri Berpakaian/ Berhias) 1 (10.00) 2 (10.15) 3 (10.30) 4 (10.45) 5 (11.00) 6 (11.15) 7 (11.30) 8 (11.45)

SP 2 DPD (Kemampuan Perawatan Diri Berpakaian/ Berhias) 9 (10.00) 10 (10.15) 11 (10.30) 12 (10.45) 13 (11.00) 14 (11.15) 15 (11.30) 16 (11.45)

SP 3 DPD (Kemampuan Perawatan Diri Makan) 1 (10.00) 2 (10.15) 3 (10.30) 4 (10.45) 5 (11.00) 6 (11.15) 7 (11.30) 8 (11.45)

SP 3 DPD (Kemampuan Perawatan Diri Makan) 9 (10.00) 10 (10.15) 11 (10.30) 12 (10.45) 13 (11.00) 14 (11.15) 15 (11.30) 16 (11.45)

SP 4 DPD (Kemampuan Perawatan Diri Toiletting) 1 (10.00) 2 (10.15) 3 (10.30) 4 (10.45) 5 (11.00) 6 (11.15) 7 (11.30) 8 (11.45)

SP 4 DPD (Kemampuan Perawatan Diri Toiletting) 9 (10.00) 10 (10.15) 11 (10.30) 12 (10.45) 13 (11.00) 14 (11.15) 15 (11.30) 16 (11.45) Post Test 16 Respon den


(79)

Lampiran 6

DATA PENELITIAN

Responden Hasil

Observasi Pre Test

Total Hasil

Observasi Post Test

Total Selisih

Mandi Hygiene Mulut

Berdandan Makan Toiletting Mandi Hygiene Mulut

Berdandan Makan Toiletting

1 3 2 2 2 3 12 4 4 3 3 4 18 6

2 3 2 3 3 3 14 4 4 4 3 4 19 5

3 3 2 3 3 4 15 4 4 4 4 4 20 5

4 3 3 3 3 3 15 4 4 3 3 4 18 3

5 2 2 2 3 3 12 3 3 3 3 3 15 3

6 2 2 2 2 3 11 3 3 3 3 3 15 4

7 2 2 2 2 3 11 4 4 3 3 4 18 7

8 3 3 3 3 3 15 4 4 3 3 4 18 3

9 3 3 3 3 3 15 4 4 4 3 4 19 4

10 3 3 3 3 3 15 4 4 4 3 4 19 4

11 2 2 2 2 3 11 4 4 3 3 3 17 6

12 2 2 2 2 3 11 4 4 3 3 3 17 6

13 3 3 3 3 3 15 4 4 4 4 4 20 5

14 3 3 3 3 3 15 4 4 4 3 4 19 4

15 3 3 3 3 3 15 4 4 4 3 4 19 4


(80)

Keterangan : 4 : Mandiri

3 : Membutuhkan Alat Bantu

2 : Membutuhkan Pertolongan (Bantuan, Pengawasan, Pendidikan) 1 : Membutuhkan Pertolongan dan Alat Bantu


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)