Dengan seiring berkembangnya Kota Medan, maka daya tarik Kota Medan sebagai salah satu kota yang menjadi Daerah Tujuan Wisata DTW akan semakin
terlihat jelas. Penggunaan jasa pelayanan hotel dan pelayanan restoran pun akan semakin meningkat, maka pendapatan pemerintah daerah dari sektor Pajak Hotel
dan Pajak Restoran pun akan semakin bertambah. Pengelolaan Pajak Hotel dan Pajak Restoran secara efisien dan efektif yang disertai dengan strategi pencapaian
tujuan yang tepat maka diharapkan dapat meningkatkan kontribusi Pajak Hotel dan Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Medan.
Berdasarkan keterangan dan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan membuat penulisan skripsi dengan judul,
“Pengaruh Pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Medan.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan permasalahan yang akan dikaji oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kota Medan? 2.
Bagaimana pengaruh Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Medan?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang menjadi objek penelitian, dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan
perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut: 1.
Pajak Hotel berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Medan.
2. Pajak Restoran berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kota Medan.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pajak Hotel dan Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota
Medan.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah: 1.
Sebagai pemenuhan kewajiban bagi penulis dalam rangka memperoleh gelar sarjana ekonomi dari Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai tambahan wawasan ilmiah penulis dalam disiplin penerapan
ilmu yang penulis tekuni.
Universitas Sumatera Utara
3. Sebagai bahan pembelajaran dan tambahan ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian
di bidang Pajak Hotel dan Restoran diwaktu yang akan datang. 4.
Sebagai masukan bagi kalangan akademisi dan peneliti yang tertarik untuk membahas mengenai pengaruh Pajak Hotel dan Pajak Restoran
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Medan. 5.
Sebagai penambah, pelengkap sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada menyangkut topik yang sama.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Dasar Teori 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi
A. Teori Klasik Adam Smith mengatakan bahwa output akan berkembang sejalan
dengan perkembangan penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk dipercaya akan meningkatkan produk nasional. Namun hal ini juga yang
membuat hukum the law of diminishing returns berlaku, karena semakin bertambahnya jumlah penduduk tidak diiringi bertambahnya jumlah lahan
untuk digarap. Teori Pertumbuhan Klasik juga memiliki Teori Penduduk Optimum
yang menyinggung mengenai pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Teori ini mengemukakan beberapa hal, yaitu:
1. Pada saat produksi marginal lebih tinggi daripada pendapatan per
kapita, jumlah penduduk masih sedikit dan tenaga kerja masih terbatas. Maka pertumbuhan penduduk akan menambah tenaga kerja
dan menaikkan pertumbuhan ekonomi. 2.
Pada saat produksi marginal semakin menurun, pendapatan nasional semakin naik tetapi dengan kecepatan yang lambat. Maka
Universitas Sumatera Utara
pertambahan penduduk akan menambah jumlah tenaga kerja, tetapi pendapatan perkapita turun dan pertumbuhan ekonomi masih ada
meskipun jumlahnya semakin kecil. 3.
Pada saat produksi marginal nilainya sama dengan pendapatan per kapita, artinya nilai pendapatan perkapita mencapai maksimum dan
jumlah penduduk optimal jumlah penduduk yang sesuai dengan keadaan suatu negara yang ditandai dengan pendapatan perkapita
mencapai maksimum. Sehingga pertambahan penduduk akan membawa pengaruh yang tidak baik terhadap pertumbuhan ekonomi.
Berlakunya hukum the law of deminishing returns berarti tidak semua penduduk dapat terlibat dalam proses produksi. Tetapi pertumbuhan
tenaga kerja diikuti dengan pertumbuhan produk akan terjadi apabila pertumbuhan tenaga kerja diikuti dengan pertumbuhan modal.
Gambar 2.1 : Kurva Penduduk Optimum
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: 1.
Kurva TP1 menunjukkan adanya hubungan antara jumlah tenaga kerja dengan tingkat output nasional. Kondisi yang
optiimal akan tercapai jika jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi adalah Tk1, dan jumlah produk nasional
Q1. Jika jumlah tenaga kerja ditambah menjadi Tk2, produk nasional tidak bertambah justru berkurang menjadi Q2.
2. Pertumbuhan jumlah tenaga kerja menjadi Tk2 dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi bila diikuti dengan pertumbuhan barang modal sehingga produk nasional dapat
mencapai titik Q3.
B. Teori Neo Klasik Teori Neo Klasik ini dipelopori oleh Robert Solow yang menyatakan
bahwa: 1.
Fluktuatif perkembangan produk nasional akan ditentukan oleh pertumbuhan dua jenis input yaitu pertumbuhan modal dan
pertumbuhan tenaga kerja. Perhatian terhadap dua input tersebut sangat besar karena proses pertumbuhan ekonomi memerlukan
beberapa hal, yakni: 2.
Terdapatnya intensifikasi modal, yaitu suatu proses jumlah modal per tenaga kerja naik setiap saat.
Universitas Sumatera Utara
3. Adanya kenaikan tingkat upah yang dibayarkan kepada para
pekerja pada saat intensifikasi modal terjadi. Sehingga masyarakat memiliki daya beli tinggi, trend konsumsi meningkat. Hal ini akan
mendorong pertumbuhan produk. 4.
Terdapatnya faktor perkembangan teknologi. Menurut Solow,
yang paling penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah kemajuan teknologi dan peningkatan keahlian serta
keterampilan para pekerja dalam menggunakan teknologi.
C. Teori Rostow Menurut Rostow pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari
berbagai perubahan yaitu sebagai berikut: 1.
Perubahan reorientasi organisasi ekonomi. 2.
Perubahan pandangan masyarakat 3.
Perubahan cara menabung atau menanam modal 4.
Perubahan pandangan terhadap faktor alam.
Rostow juga mengemukakan tahap-tahap dalam pertumbuhan ekonomi
antara lain: 1.
The Traditional Society Masyarakat Tradisional, artinya suatu kehidupan ekonomi masyarakat yang berkembang secara
tradisional dan belum didasarkan pada perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta memiliki cara berpikir yang masih
irrasional.
Universitas Sumatera Utara
2. The Precondition For Take Off Persyaratan Tinggal Landas,
artinya merupakan masa transisi masyarakat untuk mempersiapkan dirinya untuk menerima teknik-teknik baru dari luar kehidupan
mereka. 3.
The Take Off Tinggal Landas, artinya terjadi perubahan yang sangat drastis dalam terciptanya kemajuan yang sangat pesat dalam
inovasi berproduksi dan lain sebagainya. Tahap ini merupakan salah satu tahap terpenting dalam teori Rostow, karena dari tahap
inilah semua struktur dapat berubah ke arah yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
4. The Drive To Maturity Menuju Kematangan, artinya masyarakat
secara efektif telah menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alam.
5. The Age Of High Mass Consumption Konsumsi Tinggi, artinya
perhatian masyarakat lebih menekankan pada masalah kesejahteraan dan upaya masyarakat tertuju untuk menciptakan
welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya dengan cara mengusahakan distribusi pendapatan
melalui sistem perpajakan yang bersifat progresif. Hal ini dilakukan semata-mata agar tidak terjadi ketimpangan dalam
masyarakat. Masyarakat tidak mempermasalahkan kebutuhan pokok lagi, tapi konsumsi lebih tinggi terhadap barang tahan lama
dan barang-barang mewah.
Universitas Sumatera Utara
D. Teori Schumpeter Teori yang dicetuskan oleh Schumpeter ini lebih menekankan pada
peran pengusaha, baik pengusaha kecil maupun pengusaha besar dalam pembangunan, karena kemajuan perekonomian sangat ditentukan oleh
adanya enterpreneur. Ciri-ciri enterpreneur yang baik yaitu orang yang memiliki inisiatif yang tinggi, motivasi dan keberanian mengaplikasikan
inovasi-inovasi baru dalam kegiatan berproduksi. Para enterpreneur akan menciptakan hal-hal yang baru seperti menciptakan barang baru,
menggunakan cara-cara yang baru dalam berproduksi, memperluas pasar ke daerah baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru,
reorganisasi dan restrukturisasi dalam perusahaan industri agar usahanya dapat lebih maju dibandingkan kompetitor lainnya.
E. Teori Keynesian Keynes menyatakan bahwa dalam jangka pendek output nasional dan
kesempatan kerja utama ditentukan oleh permintaan agregate, mereka yakin bahwa kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal harus digunakan
untuk mengatasi pengangguran dan menurunkan laju inflasi serta peranan pemerintah sangat besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Perekonomian pasar sepertinya sulit untuk menjamin ketersediaan barang yang dibutuhkan masyarakat dan bahkan sering menimbulkan instability,
inequity dan inefisiensi. Bila perekonomian sering diharapkan pada ketidakstabilan, ketidakmerataan dan ketidakefisienan jelas akan
Universitas Sumatera Utara
menghambat terjadinya pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, hal tersebutlah yang sangat dihindari oleh kaum Keynesian.
F. Teori Harrod-Domar
Investasi merupakan syarat utama yang harus dipenuhi agar suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang tangguh atau steady
growth dalam jangka panjang. Menurut Harrod-Domar, untuk
menciptakan investasi perlu adanya peningkatkan tabungan. Oleh sebab itu setiap pelaku ekonomi selalu berusaha untuk menyimpan sebagian
pendapatannya untuk meningkatkan tabungan. Harrod-Domar pun tetap
mengutamakan peran pemerintah dalam merencanakan pertumbuhan ekonomi suatu negara dan dalam menghimpun dana untuk keperluan
investasi agar pertumbuhan ekonomi dapat meningkat ke arah yang lebih baik.
2.1.2. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
Teori pembangunan tidak dapat dijelaskan secara komprehensif, namun ada beberapa teori yang dapat membantu menjelaskan arti dari pembangunan
ekonomi daerah yakni: 1.
Metode dalam menganalisis perekonomian daerah, dan 2.
Teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Namun di pihak lain harus diakui, menganalisis perekonomian daerah sangat sulit karena:
1. Data tentang daerah sangat terbatas terutama jika daerah dibedakan
berdasarkan pengertian daerah modal. 2.
Data yang tersedia pada umumnya tidak sesuai dengan data yang dibutuhkan untuk analisis daerah, karena data yang terkumpul
biasanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan analisis perekonomian secara nasional.
3. Data tentang perekonomian daerah sangat sulit untuk dikumpulkan,
sebab perekonomian daerah lebih terbuka dibandingkan dengan perekonomian nasional.
4. Bagi Negara Sedang Berkembang NSB, data yang ada sangat
terbatas dan sulit untuk dipercaya, sehingga menimbulkan kesulitan untuk melakukan analisis yang memadai tentang keadaan
perekonomian suatu daerah. Biasanya antara sumber data yang satu dengan sumber data yang lainnya terdapat beberapa perbedaan.
Teori-teori tersebut dapat disajikan sebagai berikut:
Pembangunan Daerah : f sumber alam, tenaga kerja, investasi,
enterpreneurship, transportasi, komunikasi, komposisi industri, teknologi, luas daerah, pasar
ekspor, situasi ekonomi internasional, kapasitas
Universitas Sumatera Utara
pemerintah daerah, pengeluaran pemerintah pusat dan bantuan-bantuan pembangunan.
Teori Tempat Sentral
Teori Tempat Sentral central place theory menganggap bahwa ada hirarki tempat hierarchy of places. Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah
tempat atau daerah penyokong yang lebih kecil yang menyediakan sumber daya industri dan bahan baku. Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman
yang menyediakan barang dan jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya. Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi, baik di
daerah perkotaan maupun di pedesaan. Misalnya, diadakannya pembedaan fungsi antara daerah-daerah yang bertetangga berbatasan. Beberapa daerah bisa
menjadi wilayah penyedia jasa sedangkan lainnya hanya sebagai daerah pemukiman. Seorang ahli pembangunan ekonomi daerah dapat membantu
masyarakat untuk mengembangkan peranan fungsional mereka dalam sistem ekonomi daerah. Dengan begitu peran daerah akan lebih terfokus dan terlihat jelas
fungsinya.
2.1.3 Keuangan Daerah
Keuangan dan anggaran daerah merupakan alat fiskal pemerintah daerah, oleh karena itu pengalokasian sumber keuangan diperuntukkan bagi pemerataan
Universitas Sumatera Utara
pembangunan sekaligus menciptakan stabilitas ekonomi di setiap daerah, sehingga peran keuangan dan anggaran daerah akan semakin penting disamping
keterbatasan pendapatan daerah dalam mengimbangi perolehan dana yang diberikan dari pemerintah pusat, tetapi juga dikarenakan semakin kompleksnya
permasalahan yang dihadapi daerah dalam mengakomodi potensi serta pemecahan permasalahannya, yang membutuhkan peran aktif masyarakat daerah secara
keseluruhan. Untuk itu guna mendukung pencapaian tujuan dan sasaran anggaran daerah yang telah ditetapkan, maka terdapat 5 lima kebijakan yang harus
dipedomani, yaitu: 1.
Kebijakan dibidang keuangan : mengupayakan peningkatan PAD bagi perimbangan pendapatan daerah
2. Kebijakan dibidang pengeluaran : diarahkan untuk mewujudkan
program serta penguatan institusi bagi memperkuat basis perekonomian rakyat;
3. Kebijakan bidang kelembagaan : penekanan pada upaya penignkatan
kemampuan manajerial serta ketrampilan teknis dalam mengemban tugas sesuai visi, misi dan program strategis yang telah ditetapkan;
4. Kebijakan bidang pengawasan : bagaimana meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pengelolaan anggaran, agar mencerminkan suatu manajemen yang kapabel dan akuntabel;
5. Kebijakan dalam mendorong keikutsertaan pihak swasta dalam
membangun daerah sesuai porsi masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Pendapatan Asli Daerah PAD 2.1.4.1 Landasan Teori
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan daerah yang berasal dari sumber-sumber keuangan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, bagian
laba BUMD, penerimaan dinas-dinas dan penerimaan lain-lain Kaho, 1998:129.
Dalam menganalisis kemampuan daerah, perlu diperhatikan ketentuan dasar mengenai sumber pengahasilan dan pembiayaan daerah berdasarkan UU
No. 22 dan 25 tahun 1999. Pasal 79 UU No. 22 Tahun 1999 menyebutkan sumber-sumber pendapatan daerah terdiri dari atas :
1. Pendapatan Asli Daerah, yang terdiri dari :
a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Hasil dari perusahan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan d.
Lain-lain PAD yang sah. 2.
Dana perimbangan 3.
Pinjaman daerah, dan 4.
Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Dalam Pasal 3 UU No. 25 Tahun 1999 menyebutkan sumber-sumber
penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi adalah : 1.
Pendapatan Asli Daerah
Universitas Sumatera Utara
2. Dana Perimbangan
3. Pinjaman Daerah
4. Lain-lain penerimaan yang sah
Berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan UU No. 18 Tahun 1999 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pasal 1 6 menyebutkan Pajak
Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilaksanakan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelanggaran pemerintahan
dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografis, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah, sehingga perbedaan
antara daerah yang maju dengan daerah yang belum berkembang dapat diperkecil. Dana Alokasi Khusus bertujuan untuk membantu membiayai kebutuhan-
kebutuhan khusus daerah. Disamping itu untuk menanggulangi keadaan mendesak seperti bencana alam, kepada daerah dapat dialokasikan dana darurat. Undang-
undang ini selain memberikan landasan pengaturan pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, juga memberikan landasan bagi perimbangan
keuangan antar daerah agar tidak terjadi tumpang tindih dan ketimpangan.
2.1.4.2 Metode Analisis Perhitungan Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah
Untuk menghitung laju pertumbuhan pendapatan daerah, khususnya
pendapatan asli daerah, dapat menggunakan rumus berikut Widodo, 1990:36:
Universitas Sumatera Utara
Δ RPAD = PAD
t
– PAD
t-1
x 100 PAD
t-1
Dimana: Δ RPAD
= Laju pertumbuhan PAD PAD
t
= Realisasi penerimaan PAD tahun ke t PAD
t-1
= Realisasi penerimaan PAD tahun sebelumnya
2.1.5 Pajak 2.1.5.1 Pengertian Pajak
Menurut R. Santoso Brotodiharjo dan Rochmat Soemitro Soemitro, 1987 dan Brotodiharjo, 1989, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal kontraprestasi yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Sementara itu menurut Mangkoesoebroto 2001 menjelaskan bahwa
pajak adalah suatu pungutan yang merupakan hak prerogatif pemerintah, pungutan tersebut didasarkan pada undang-undang, pemungutannya dapat
dipaksakan kepada subyek pajak untuk mana tidak ada balas jasa yang langsung dapat ditunjukkan penggunaanya.
MJH. Smeets mengatakan, pajak adalah prestasi pemerintahan yang
terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dilaksanakan, tanpa adanya
Universitas Sumatera Utara
kontra prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya adalah membiayai pengeluran pemerintah.
Selanjutnya menurut S.I. Djajadiningrat, pajak sebagai suatu kewajiban
menyerahkan sebagian daripada kekayaan kepada negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi
bukan sebagai suatu hukuman, menurut peraturan-peraturan yang telah ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara
langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.
Dan menurut PJA. Adriani, pajak adalah iuran pada negara yang dapat
dipaksakan yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas pemerintahan.
Dari pengertian-pengertian pajak yang telah dijelaskan oleh para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik pajak adalah:
1. Pajak dipungut oleh negara berdasarkan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaannya. 2.
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi individual oleh pemerintah.
3. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pembayaran pemerintah, bila
dari pemasukannya masih terdapat surplus dipergunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
membiayai public investment, sehingga tujuan utama dari pemungutan pajak adalah sebagai sumber keuangan negara ataupun daerah.
4. Pajak dipungut disebabkan karena suatu keadaan, kejadian dan
perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu pada seseorang. 5.
Pajak merupakan kewajiban masyarakat yang apabila diabaikan akan terkena sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
2.1.5.2 Fungsi Pajak
Dari segi ekonomi, pemerintah mempunyai tiga fungsi utama, yaitu mengatasi masalah inefisiensi dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi,
mendistribusikan penghasilan dan kekayaan kepada masyarakat sehingga tercapai masyarakat yang adil dan makmur. Selain itu, pemerintah juga berfungsi untuk
mengatasi masalah-masalah yang timbul sebagai akibat dari fluktuasi perekonomian dan menjaga atau menjamin tersedianya lapangan kerja
memperkecil tingkat pengangguran serta penjaga stabilitas harga. Fungsi
tersebut oleh Musgrave dan Musgrave 1989 disebut sebagai Fiscal Function.
Secara lebih rinci fungsi kebijakan fiskal yang dijalankan oleh pemerintah adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Alokasi
Apabila semua penyediaan barang dan jasa diserahkan pada ekonomi pasar, penyediaan barang dan jasa dan besarnya harga
akan ditentukan sepenuhnya oleh preferensi konsumen dan tingkat
Universitas Sumatera Utara
penghasilannya, serta kepentingan produsen untuk meraup keuntungan. Jika hal ini terjadi, maka sudah dapat dipastikan akan
ada barang-barang atau jasa tertentu yang tidak tersedia di pasar. Alasan utama pasar atau swasta tidak mau memproduksinya adalah
karena pertimbangan inefisiensi. Pembuatan jalan-jalan umum, misalnya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sementara hasil
atau keuntungannya mungkin baru bisa diperoleh setelah puluhan tahun. Inilah salah satu contoh dari kegagalan pasar market
failure. Jika pasar tidak mau memproduksi, pada saat itulah seharusnya pemerintah melakukan intervensi. Fungsi inilah yang
disebut fungsi alokasi. Fungsi alokasi dalam kebijaksanaan fiskal pada dasarnya berupa penetapan alokasi penggunaan sumber daya
ekonomis nasional untuk tujuan penyediaan barang-barang publik. Kebijakan fiskal telah memenuhi fungsi alokasi sumber daya
ekonomis dalam masyarakat. 2.
Fungsi Distribusi Selain masalah alokasi, pemerintah juga mempunyai
tanggung jawab untuk mendistribusikan pendapatan dan kesejahteraan dalam masyarakat secara adil dan merata, khususnya
bagi golongan menengah kebawah yang jumlahnya sangat berbanding terbalik dengan golongan menengah keatas.. Ketidak
sempurnaan pasar dapat menyebabkan penumpukan kekayaan pada salah satu golongan atau kelompok masyarakat saja. Apalagi jika
Universitas Sumatera Utara
penumpukan kekayaan ini juga terjadi karena adanya monopoli. Akibatnya, kesenjangan antargolongan akan semakin melebar.
Konsep pemerataan hasil pembangunan merupakan dasar dari fungsi ini. Hal ini didasari karena terdapatnya perbedaan
kemampuan untuk menghasilkan pendapatan antara satu orang dengan orang lainnya.
Jika hal ini dibiarkan, maka tingkat kecemburuan sosial akan mudah bertumbuh dan sangat efektif untuk menimbulkan
anarki karena perbedaan taraf hidup yang sangat berbeda. Hanya negara yang bisa memaksa golongan masyarakat menengah keatas
untuk menyisihkan penghasilannya dengan mewajibkan mereka membayar pajak sesuai dengan kemampuannya ability to pay.
Melalui pemungutan pajak, negara bisa menyediakan pelayanan kesehatan yang murah dan pendidikan yang terjangkau
untuk seluruh lapisan masyarakat. Negara juga bisa memberikan subsidi atas pengadaan rumah murah dan barang-barang kebutuhan
pokok lainnya. Inilah yang disebut dengan fungsi distribusi, sesuai
dengan apa yang dikatakan oleh Musgrave yaitu, “Adjustment of
the distribution of income and wealth to ensure conformance with what society considers a fair or just state of distribution...”
Kebijakan fiskal yang diterapkan pemerintah akan selalu diusahakan untuk mencapai pemerataan hasil pembangunan secara
lebih adil. Melalui pajak yang dipungut serta penggunaannya, maka
Universitas Sumatera Utara
pemerataan hasil pembangunan akan dapat dilaksanakan dan pemilihan jenis pajak yang dipungut merupakan cara jitu untuk
lebih meningkatkan pemerataan. 3.
Fungsi Stabilisasi Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu dari tujuan
dari pembangunan disamping pemerataan. Pemerintah akan selalu berusaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tertentu dari tahun
ke tahun. Disamping itu, penyediaan lapangan kerja yang cukup juga merupakan sisi lain dari pembangunan ekonomi. Masalah
pengangguran, inflasi, pertumbuhan ekonomi, suplai dana, nilai tukar dan masih banyak aspek makro ekonomi lainnya
Macroeconomics Problems tidak bisa diselesaikan oleh pasar secara otomatis sehingga pemerintahlah yang harus menangani hal-
hal tersebut. Inilah Fungsi Stabilisasi pemerintah. 4.
Fungsi Regulasi Sering kali produsen tidak sepenuhnya menanggung biaya-
biaya yang timbul akibat limbah pabrik yang berbahaya, yang merupakan ekses proses produksi suatu barang. Dalam beberapa
kasus, masyarakat yang menanggung biaya atau efek sampingan tersebut. Jika hal tersebut terjadi, pemerintah juga yang harus
bertanggung jawab untuk menanggulangi hal tersbut. Misalnya, jika suatu daerah terkontaminasi limbah kimia beracun LAPINDO
Brantas, atau nelayan kehilangan pendapatannya karena ikan-ikan
Universitas Sumatera Utara
di laut banyak yang mati akibat terkena limbah beracun, mau tidak mau pemerintah yang harus turun tangan untuk menangani bencana
tersebut. Pasar tidak menangani masalah sekompleks itu dan pasar
tidak mempunyai otoritas untuk membatasi dampak buruk tersebut dan menghukum setiap orang atau badan yang melakukannya. Hal
ini dikategorikan kegagalan pasar karena faktor eksternalitas.
Musgrave mendefinisikan externalitas sebagai, “situations where
consumption benefits are shared and cannot be limited to particular consumers, or where economic activity results in social
costs which are not paid for the producer or the consumer who causes them.”
Oleh karena itulah, negaralah yang harus berfungsi sebagai regulator, antara lain dengan mengharuskan pengusaha membuat
analisis mengenai dampak lingkungan, membuat pembuangan limbah atau dengan melalui pemungutan pajak. Pajak yang
dipungut untuk mengoreksi efek ekternalitas negatif disebut dengan
Pajak Pivogian sesuai dengan penggagas pertamnya, Arthur Pigou 1877 – 1959. Dalam mengatasi eksternalitas negatif, para ekonom
umumnya lebih menganjurkan instrumen pemungutan pajak karena dianggap lebih efisien untuk mengurangi polusi dibandingkan jika
pemerintah hanya membuat regulasi mengenai polusi.
Universitas Sumatera Utara
Eksternalitas tidak selalu berkonotasi negatif. Ada juga yang bersifat positif. Contohnya, meski tidak pernah mngeluarkan
biaya satu sen pun untuk membiayai penelitian, Thomas A. Edison, namun negara lainnya ikut menikmati hasil penemuan bola
lampu dan pengembangan produknya. Dalam penemuan suatu teknologi atau inovasi, perusahaan lain dapat dengan cepat
mengadopsi atau bahkan mengimitasi teknologi tersebut padahal tidak mengeluarkan biaya satu sen pun untuk penelitian atau
pengembangan inovasi tersebut. Oleh karena itu, negara atau pemerintah harus melakukan intervensi. Itulah Fungsi Regulasi
yang harus diterapkan. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak mempunyai peranan
yang sangat penting dalam pelaksanaan fungsi negara atau pemerintah, baik dalam fungsi alokasi, distribusi, stabilisasi dan regulasi maupun kombinasi dari
keempatnya. Dari beberapa contoh diatas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya fungsi pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi budgetair dan
fungsi regulerend. 1.
Fungsi Budgetair Fungsi pajak yang paling utama adalah untuk mengisi kas
negara to raise government’s revenue. Fungsi ini disebut dengan fungsi budgetair atau fungsi penerimaan revenue function. Oleh
karena itu, suatu pemungutan pajak yang baik sudah seharusnya memenuhi asas revenue productivity. Pajak merupakan sumber
Universitas Sumatera Utara
penerimaan negara yang bersifat berkesinambungan, teratur, dan terus mengalami peningkatan paralel dengan tuntutan kenaikan jumlah
kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu juga, dalam menentukan kebijakan pajak, berlaku second best theory. Jika suatu pajak sulit
untuk dipungut, padahal potensinya signifikan maka mungkin saja pemerintah lebih mengedepankan asas simplicity or ease of
administration daripada asas equality, misalnya dengan menetapkan schedular taxation.
2. Fungsi Regulerend
Fungsi Regulerend merupakan fungsi mengatur dalam arti sluas-luasnya, termasuk terciptanya keadilan, melindungi,
mengarahkan, mendorong, mendidik, kepastian pemerataan bagi pencapaian tujuan pokok politik pembangunan, dan mengurangi laju
inflasi Hyman, 1987. Pada kenyataannya, pajak bukan hanya
berfungsi untuk mengisi kas negara. Pajak juga digunakan oleh pemerintah sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pajak, seperti custom dutiestariff bea masuk, digunakan untuk mendorong atau
melindungi memproteksi produksi dalam negeri, khususnya untuk melindungi infant industry dan atau industri-industri yang dinilai
strategis oleh pemerintah. Selain itu, pajak juga dapat digunakan justru untuk menghambat suatu kegiatan perdagangan. Namun,
kebijakan pajak tersebut tidak lepas dari kerangka teori fungsi-fungsi
Universitas Sumatera Utara
ekonomi yang harus dilaksanakan oleh negara economicc government.
2.1.5.3 Asas-Asas Pemungutan Pajak
Umumnya tujuan dari hukum adalah menciptakan ketertiban dan keadilan pada masyarakat, demikina halnya dengan hukum pajak. Adapun untuk dapat
mencapai keadilan dalam pemungutan pajak harus diusahakan dasar pemungutan pajak yang dapat dilaksanakan secara umum dan merata.
Pada tahun 1776 Adam Smith memperkenalkan empat asas kriteria
pemungutan pajak agar pemungutan pajak dapat dilaksanakan dengan merata, asas tersebut disebut dengan “The Canons of Taxation” yang disebut juga “The
Four Maxims” Sommerfeld, 1969.
1. Asas Keadilan Eguity
Asas ini menghendaki adanya keseimbangan beban pajak diantara masing-masing subyek pajak, seimbang dengan
penghasilan dan dapat dinikmati masing-masing wajib pajak di bawah perlindungan pemerintah. Asas ini tidak memperbolehkan
suatu negara mengadakan diskriminasi diantara wajib pajak, dalam kondisi yang sama wajib pajak harus dibebani pajak yang sama.
2. Asas Kepastian Certaintly
Asas ini menghendaki adanya suatu kepastian mengenai apa yang harus dikenakan pajak dan berapa besar pajak yang harus
Universitas Sumatera Utara
dibayar, serta ketentuan mengenai waktu pembayaran. Dalam prakteknya, untuk menciptakan kepastian dalam pemungutan
pajak, oleh pemerintah diterbitkan petunjuk aturan pelaksanaanya untuk membantu para wajib pajak.
3. Asas Ketetapan Convenciency
Asas ini menghendaki agar pajak dipungut pada saat yang paling baik bagi wajib pajak, saat sedekat-dekatnya dengan detik
diterimanya penghasilan yang bersangkutan, agar wajib pajak tidak merasa terbebani oleh pembayaran pajak yang dikenakan.
4. Asas Keefisienan Effisiency
Asas ini menghendaki agar pemungutan atau penagihan pajak dilakukan sehemat-hematnya atau dengan kata lain,
pemasukan pajak harus lebih besar dari biaya pemungutannya.
Dalam buku mengenai hukum pajak Soemitro, 1987 dan Brotodihardjo,1989 mengemukakan adanya empat asas yang harus dipenuhi
dalam setiap pemungutan pajak, yaitu : 1.
Asas Hukum Asas hukum dalam pemungutan pajak harus mengacu pada
keadilan dan yang mencakup salah satunya adalah Maxims milik Adam Smith.
2. Asas Yuridis
Adanya jaminan hukum yang tegas baik untuk negara maupun wajib pajak, yang mengandung arti bahwa pemungutan
Universitas Sumatera Utara
pajak harus didasarkan pada undang-undang. Dengan demikian adanya ketegasan hak dan kewajiban wajib pajak. Disamping itu
asas yuridis juga mengisyaratkan adanya ketentuan yang tegas dan jelas tentang terjaminnya rahasia wajib pajak dan asas yuridis ini
dapat dikaitkan dengan asas kepastian dalam Maxims milik Adam Smith.
3. Asas Ekonomi
Asas ekonomi berkaitan dengan fungsi mengatur dalam perpajakan, artinya pemungutan pajak harus mendorong
pertumbuhan ekonomi tidak menghambat kelancaran produksi dan perdagangan.
4. Asas Finasial
Asas finansial dalam pemungutan pajak berkaitan dengan fungsi budgeter dari pajak tersebut. Dalam kaitan ini penghitungan
biaya manfaat dalam pemungutan perlu diperhatikan. Asas finansial ini dapat dikatakan hampir sama dengan asas ketepatan
dan keefisienan Maxims milik Adam Smith.
2.1.5.4 Teori Perpajakan 2.1.5.4.1 Teori Asuransi
Kegiatan asuransi adalah merupakan sebuah kontrak hukum dan diatur dalam undang-undang dimana penanggung berdasarkan pertimbangan-
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan tertentu apabila tertanggung menderita kerugian sebagaimana yang dijamin dalam perjanjian tersebut dan dengan kondisi perjanjian tersebut. Dengan
demikian, yang disebut dengan “Asuransi” adalah suatu kontrak hukum antara dua pihak, yaitu pihak yang sanggup menanggung resiko dengan berhak
memungut premi dan pihak yang ditanggung dengan membayar premi. Apabila terjadi peristiwa yang menyebabkan tertanggung menderita kerugian dalam
peristiwa yang menyebabkan tertanggung menderita kerugian dalam peristiwa yang terjadi tersebut sesuai dengan yang disepakati maka penanggung
asuransimembayar sejumlah uang yang ada yang telah disepakati bersama. Bila tidak terjadi peristiwa yang disepakati maka premi tersebut menjadi milik yang
menanggung, kecuali asuransi jiwa. Apabila sampai batas waktu yang ditentukan tidak terjadi peristiwa yang disepakati maka uang dikembalikan kepada pihak
yang ditanggung. Atau dengan kata lain, kerugian yang diderita oleh mereka yang tidak melakukan perjanjian asuransi tidak akan memperoleh pemberian santunan.
Timbulnya hak negara memungut pajak berdasarkan teori asuransi ini, negara disamakan dalam perusahaan asuransi. Oleh karena negara berkewajiban
memberikan santunan kepada rakyat maka wajar melakukan pemungutan pajak dari rakyatnya. Sebaliknya bagi rakyat, karena menerima santunan dari negara,
atau menerima prestasi dari negara maka wajar rakyat wajib membayar pajak kepada negara, sebagaimana tertanggung membayar premi asuransi.
Teori asuransi ini bila dikaitkan dengan imbalan yang diberikan oleh pemerintah tidak sama dengan imbalan yang diberikan perusahaan asuransi
kepada tertanggung. Imbalan yang diberikan oleh pemerintah tidak terbatas
Universitas Sumatera Utara
kepada masyarakat pembayar pajak wajib pajak, sedangkan imbalan yang diberikan oleh perusahaan asuransi terbatas kepada tertanggung pembayar
premi. Inilah yang merupakan kelemahan teori asuransi yang dikaitkan dengan kewajaran masyarakat membayar pajak. Oleh karena itu, timbul teori kepentingan
mutlak.
2.1.5.4.2 Teori Kepentingan
Garis-Garis Besar Haluan Negara GBHN menegaskan “berhasilnya pembangunan nasional sebagai perwujudan pengamalan Pancasila tergantung
pada partisipasi seluruh rakyat serta pada sikap mental, tekad dan semangat, ketaatan dan disiplin para penyelenggara negara serta seluruh rakyat Indonesia”.
Bab tersebut menegaskan bahwa pemerintah dan rakyat yang sama-sama berkepentingan harus satu gerak untuk mensukseskan pencapaian tujuan
sebagaimana diamanatkan oleh rakyat. Rakyat yang berkepentingan atas jasa negara, naka rakyat harus menyampaikan partisipasinya sesuai kemampuannya.
Bagi rakyat yang telah memperoleh tambahan penghasilan sebagai akibat dari hasil pembangunan maka sewajarnya mereka itu menyampaikan iuran berupa
pembayaran pajak. Demikian pula dengan pemerintah yang telah menerima partisipasi dari rakyat berupa pembayaran pajak, wajib menggunakan dana
tersebut seefisien mungkin. Teori kepentingan bila ditafsirkan secara sempit dapat merancukan
pengertian pajak dengan retribusi. Sebab kedua pemungutan ini hanya dibedakan
Universitas Sumatera Utara
pada tingkat balas jasa oleh negara. Bila balas jasa dilakukan secara langsung kepada pembayarannya adalah retribusi.
Teori ini harus diartikan secara luas bahwa hak pemerintah memungut disini meliputi Pajak, Retribusi dan Sumbangan. Dengan demikian maka
kewajaran dalam teori ini dapat dipertanggungjawabkan, baik ditinjau dari hak pemerintah maupun hak rakyat untuk memperoleh pelayanan. Oleh karena itu
diharapkan dapat terjadi simbiosis mutualisme antara pemerintah maupun masyrakat luas.
2.1.5.4.3 Daya Pikul
Tingkat kepentingan terhadap jasa negara dipengaruhi oleh tingkat kemampuan, semakin tinggi tingkat kemampuannya dalam memiliki kekayaan,
semakin tinggi tingkat kepentingannya atas jasa negara. Oleh karena itu agar pemungutan pajak mencapai sasaran yang adil dan merata, maka besarnya beban
pajak harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan seseorang dalam kepemilikaan kekayaannya. Atau dengan kata lain, besarnya beban pajak orang
dengan status sosial menengah keatas lebih besar daripada orang yang tidak mampu. Bagi seseorang tingkat daya pikulnya dapat diukur melalui tingkat beban
keluarga. Semakin banyak keluarga yang ditanggung kehidupannya semakin tinggi bebannya, berarti semakin rendah daya pikulnya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.4.4 Daya Beli
Menurut teori ini, fungsi dari pemungutan pajak dapat disamakan dengan pompa, yaitu mengambil daya beli dari rumah-rumah tangga dalam masyarakat
dan mengarahkannya pada tujuan tertentu. Karena tidak memperhatikan asal-usul kemampuan untuk membeli maka asas daya beli banyak diterapkan pada jenis-
jenis pajak kebendaan lainnya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wajar bila negara memungut
pajak dari rakyat, dan rakyat wajar membayar pajak kepada negara, yang keduanya didasarkan kepada adanya kepentingan, baik pada negara maupun
rakyat. Meskipun timbulnya hak negara memungut pajak atas dasar adanya kepentingan, namun pelaksanaan pemungutannya tidak dapat disamaratakan.
Untuk mencapai pemgumutan pajak yang adil dan merata, maka pemungutan pajak atas mereka yang mampu harus lebih besar daripada yang kurang mampu.
Demikian pula dengan pajak kebendaan, dikenakan kepada mereka yang mampu membeli, semakin mampu melaksanakan pembelian yang relatif lebih mahal
dikenakan pajak lebih besar dibandingkan yang kurang mampu membeli.
2.1.6 Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan pasal 1
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah adan retribusi daerah, adalah iuran
Universitas Sumatera Utara
wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
2.1.6.1 Pajak Hotel
Pajak Hotel adalah pajak atau pungutan atas pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel. Pengertian hotel disini termasuk juga rumah
penginapan yang memungut bayaran. Pembahasan mengenai pajak hotel didasarkan pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000; Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak
Daerah , khususnya pasal 38-42 dan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003.
1. Sejarah Perkembangan
Pajak Hotel pada mulanya berasal dari Pajak Pembangunan I. Demikian juga dasar hukum yang melandasi diberlakukannya Undang-
Undang Pajak Pembangunan I adalah Undang-undang No.14 tahun 1947. Berdasarkan Undang-Undang Pajak I 1947 peraturan ini kemudian
disesuaikan dengan perkembangan daerah. Instruksi Presiden No.3 tahun 1983 sebagai implementasi
pelaksanaan Pajak Pembangunan I juga telah dikeluarkan. Dengan Inpres
Universitas Sumatera Utara
ini diberikan keringanan pajak dan retribusi izin membangun Hotel di Daerah Tujuan Wisata. Keringanan pajak yang dimaksud adalah 50 dari
pajak terutang, dan keringanan retribusi adalah dalam pengertian keringanan dalam jumlah pungutan retribusi untuk pengusaha yang
membangun hotel di daerah tujuan wisata, setinggi-tingginya Rp. 50 juta. a.
Pengertian Hotel Hotel adalah suatu bentuk usaha yang menggunakan suatu
bangunan atau sebagian daripadanya yang khusus disediakan , dimana setiap orang dapat menginap dan makan serta
memperoleh pelayanan dan fasilitas-fasilitas lainnya dengan pembayaran. Termasuk dalam pengertian hotel adalah :
1. Gubug Pariwisata Cottage
2. Motel
3. Losmen
4. Wisma Pariwisata
5. Pesanggrahan Hostel
6. Penginapan Remaja Youth Hostel
7. Pondok Pariwisata Home Stay
b. Sistem Self Assesment
Pada azasnya Pajak Pembangunan I menganut self assessment system. Dengan demikian Pajak Hotel juga
menganut sistem self assessment, sistem ini menganjurkan wajib pajak agar dapat menghitung pajak, memungut,
Universitas Sumatera Utara
menyetor, melunasi dan melaporkan pajaknya sendiri berdasarkan kesadaran dari wajib pajak. Sistem self assessment
ini diwujudkan dalam bentuk sistem setor tunai. Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah, maka untuk melaksanakan Otonomi Daerah yang nyata, luas dan bertanggung jawab perlu
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, agar mampu membiayai dirinya sendiri.
Dengan berlakunya Undang-undang No.34 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia
No.18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Hotel dan Restoran dipisahkan menjadi Pajak Hotel dan
Pajak Restoran. c.
Obyek, Subyek dan Wajib Pajak Obyek Pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan
dengan pembayaran di hotel. Yang termasuk kedalam obyek ialah sebagai berikut :
1. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek
atau jangka panjangtermasuk tempat kost, wisma, pondok wisata dan gedung pertemuan.
2. Pelayanan penunjang sebagai sebagai kelengkapan
fasilitas penginapan atau tinggal jangka pendek maupun
Universitas Sumatera Utara
jangka panjang yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan.
Subyek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bayaran atas pelayanan hotel.
Wajib Pajak adalah pengusaha hotel yang bertanggungjawab sepenuhnya untuk menyetor pajak yang
seharusnya terutang.
2.1.6.2 Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Pembahasan mengenai Pajak Restoran didasarakan pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1997 tentang Pajak Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000; Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001tentang
Pajak Daerah, khususnya pasal 43-47 dan berdasarkan atas Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 12 Tahun 2003.
1. Sejarah Perkembangan
Pada mulanya yang melandasi keberadaan Pajak Restoran berasal dari Pajak Pembangunan I. Sedangkan dasar hukum yang melandasi
diberlakukannya Undang-Undang Pajak Pembangunan I adalah Undang- undang No.14 Tahun 1947.
Universitas Sumatera Utara
Pada mulanya Pajak Pembangunan I bukanlah jenis pajak, tetapi merupakan sumbangan dari banyak pihak untuk menunjang para pejuang
pada tahun-tahun setelah kemerdekaan. Mulai diadakan pada tahun 1947, melalui Undang-Undang Darurat dengan nama Fonds Kemerdekaan atau
Pot Kemerdekaan ini tidak lagi terkendalikan, sehingga lahirlah Undang- undang yang menyatakan bahwa Fonds Kemerdekaan perlu diganti
namanya dengan Pajak Pembangunan I. Setelah namanya berganti menjadi Pajak Pembangunan I, dalam perkembangannya pajak tersebut mengalami
kemajuan pesat. Pajak Pembangunan I ini berlaku secara nasional. Pengertian rumah makan diperluas, sehingga dengan demikian
perusahaan yang melakukan usaha melayani pesanan makanan catering service termasuk di dalam. Penetapan pajak yang ditetapkan dalam
‘kohir’ ditentukan untuk masa paling lama 3 bulan, mengingat bahwa obyek golongan ini pemiliknya tidak tetap, begitu juga tempat usahanya
pun tidak menetap. Sehingga untuk memudahkan Wajib Pajak menyetor serta memudahkan pengawasan dari pihak petugas, maka cara memungut
pajak diatur dengan menggunakan Materai Pembangunan yang dapat disetordiangsur seminggu sekali.
1. Sistem Self Assesment
Pada azasnya Pajak Pembangunan 1 menganut Self Assessment System. Sistem Self Assessment itu sendiri
menganjurkan wajib pajak agar dapat menghitung pajak, memungut, menyetor, melunasi dan melaporkan pajaknya
Universitas Sumatera Utara
sendiri berdasarkan kesadaran dari wajib pajak. Sistem ini diwujudkan dalam bentuk sistem setor tunai.
2. Obyek, Subyek dan Wajib Pajak
Dengan nama Pajak Restoran dipungut atas setiap pembayaran dan pelayanan di restoran baik itu dalam bentuk
makanan ataupun minuman. Obyek Pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan
dengan pembayaran di restoran. Termasuk didalamnya Rumah Makan, Warung Makan, Kafe, Bar dan atau usaha lain yang
sejenis yang disertai dengan fasilitas penyantapannya atau disantap ditempat lain.
Subyek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan penjualan makanan dan
minuman di restoran. Wajib Pajak adalah Pengusaha Restoran termasuk
didalamnya Pengusaha Rumah Makan, Warung Makan, Kafe, Bar dan usaha lain yang sejenis yang disertai dengan fasilitas
penyantapannya atau disantap ditempat lain. Pengusaha sebagai penanggung Pajak Restoran bertanggung jawab sepenuhnya
untuk menyetor pajak yang seharusnya terutang sesuai dengan persentase yang telah ditetapkan oleh pemerintah di masing-
masing daerah.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Hypothesa
Artinya apabila Pajak Hotel PH mengalami kenaikan, maka Pendapatan Asli Daerah PAD akan mengalami
kenaikan, ceteris paribus. Artinya apabila Pajak Restoran PR mengalami kenaikan,
maka Pendapatan Asli Daerah PAD akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.
Pajak Hotel punya pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Medan, hal ini dapat dilihat dari pengaruh yang diberikan Pajak
Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Medan bernilai positif dan selalu menunjukkan trend yang meningkat dari tahun ke tahun sepanjang tahun 2003-
2007. Pajak Restoran berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Kota
Medan, hal ini dapat dilihat dari pengaruh yang diberikan Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Medan bernilai positif dan selalu menunjukkan
trend yang meningkat dari tahun ke tahun sepanjang tahun 2003-2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna menyelesaikan atau
memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.
3.1 Ruang Lingkup Penelitian