25
a. Melakukan  kontrol  yang  ketat  terhadap  kesehatan  dan  keamanan  para  pelacur
dilokalisasi. b.
Mengadakan rehabilitasi  dan resosialisasi,  agar  mereka  dapat  dikembalikan sebagai anggota  masyarakat  yang  susila.  Rehabilitasi  dan  resosialisasi  dilakukan  melalui
pendidikan  moral  dan  agama,  latihan  kerja,  pendidikan  ketrampilan  dengan  tujuan agar mereka menjadi kreatif dan produktif.
c. Pembinaan kepada para WTS sesuai dengan bakat minat masing-masing.
d. Pemberian  pengobatan  suntiakan  paa  interval  waktu  yang  tetap  untuk  menjamin
kesehatan dan mencegah penularan penyakit. e.
Menyediakan  lapangan  kerja  baru  bagi  mereka  yangbersedia  meninggalkan  profesi pelacur, dan yang mau memulai hidup susila.
f. Mengadakan  pendekatan  kepada  pihak  keluarga  dan  masyarakat  asal  pelacur  agar
mereka  mau  menerima  kembali  mantan  wanita  tuna  susila  untuk  mengawali  hidup barunya.
g. Mencarikan  pasangan  hidup  yang  permanen  suami  bagi  para  wanita  tuna  susila
untuk membawa mereka ke jalan yang benar. h.
Mengikutsertakan  para  wanita  WTS  untuk  berpratisipasi  dalam  rangka  pemerataan penduduk di tanah air dan perluasan kesempatan bagi kaum wanita
31
.
31
Ibid, h. 26
26
BAB lll LATAR BELAKANG KEHIDUPAN PROSTITUSI DIWILIYAH
LIMUSNUNGGAL
Desa  limus  nunggal  termasuk  kedalam  administratif  Kecamatan  Cileungsi, Kabupaten  Bogor,  Propinsi  Jawa  Barat.  Diwilayah  ini  terdapat  tempat  praktek
prostitusi  yang  sangat  besar  dan  disinyalir  lebih  basar  dari  wilayah  Puncak  dan Parung. Tempat prostitusi ini sudah ada kurang lebih sejak 30 tahun yang lalu.
Terdapat  5  lima  blok  yang  dijadikan  tempat  prostitusi  dengan  jumlah bangunan mencapai 250 unit. Blok-blok tersebut antara lain Ups, Coklat, Lengkong,
Blue, dan Anggrek. Tempat prostitusi ini berdiri diatas tanah adat. Ada kira-kira 500 pekerja  seks  komersial  PSK  yang  beroperasi  di  Limus  Nunggal.  90  persen  dari
mereka berasal dari luar Bogor. Paling banyak berasal dari Indramayu dan Karawang. Tapi ada juga yang berasal dari Sukabumi dan Cianjur. Lokasi ini tepatnya berada di
Jalan Raya Narogong, Cileungsi, Kabupaten Bogor. Jika selama ini kurang tersentuh, mungkin  karena  lokasinya  di  perbatasan  Bogor  dan  Bekasi.  Tempat  prostitusi  ini
sudah beberapa kali ditertibkan, namun selalu muncul kembali. Pada  tahun  2006,  Pemerintah  Kabupaten  Bogor  mengeluarkan  Perda  No  08
tentang  ketertiban  umum.  Dalam  Perda  tersebut  dijelaskan  bahwa  Kabupaten  Bogor harus bersih dari segala bentuk perilaku asusila, termasuk prostitusi.
27
A. Lingkungan sekitar tempat lokasi prostitusi limus nunggal Coklat
Dari  lima  blok  yang  dijadikan  tempat  prostitusi  dengan  jumlah  bangunan mencapai  85  unit,  banyak  warga  sekitar  dan  warga  dari  luar  wilayah  limusnunggal
ternyata  banyak  yang  diuntungkan  dari  adanya  tempat  prostitusi  tersebut.  Sesuai dengan  hasil  temuan  penulis  yang  melakukan  riset  langsung  kedalam  tempat
prostitusi tersebut dan berbaur besama sama dengan seluruh elemen baik masyarakat sekitar  maupun  pekerja  seks  komersialnya  dan  penulis  melakukan  interview  kepada
masyarakat  sekitar  tentang  keuntungan  masyarakat  sekitar  dari  adanya  tempat prostitusi tersebut diantaranya :
1.
Tukang  ojek  sebut  saja  yang  bernama  Agus,  Udin,  dan  Joko  mereka  semua
adalah  warga  sekitar  yang  sudah  menekuni  usahanya  yaitu  sebagai  tukang  ojek yang sudah sepuluh tahun menekuni usahanya diwilayah sekitar tempat prostitusi
limusnungal Coklat
32
. Penulis menginterview kepada tukang ojek tersebut dan
memberikan beberapa pertanyaan, diantaranya :
a.
Penghasilan perhari.
b.
Jumlah anggota keluarga tanggungan.
c.
Waktu kerja dan
d.
Tarif jasa antar setiap pengunjung dan pekerja seks komersial PSK.
Kemudian  setelah  penulis  bertanya  kepada  tukang  ojek  tersebut  ada  sebuah jawaban  dari  hasil  pertanyaan  penulis  yang  mana  terlontarkan  jawaban  sebagai
berikut:
32
Sumber, tukang ojek lokalisasi coklat yang bernama: Agus, Udin dan Joko.
28
a. Bahawa  penghasilan  perhari  yang  didapat  dari  jasa  pengangkutan  orang
perojekan, kurang lebih penghasila yang didapat Rp. 55.000, sampai dengan
Rp. 80.000.
b. Jumlah keluarga tanggungan hamper  rata-rata memiliki  tiga orang anak  dan
satu  orang  istri.  Dimana  ketiga  anaknya  bersekolah  semua  dari  tingkatan
sekolah dasar SD, sampai tingkatan perguruan tinggi kuliah.
c. Waktu kerja mereka dipengaruhi oleh hari dan penghasilan, dimana pada hari-
hari biasa efektif mereka hanya biisa mendapat Rp. 55.000, sampai dengan Rp.  80.000.  Akan  tetapi  apabila  pada  hari-hari  libur  sabtu  dan  minggu
penghasilan  mereka  bias  bertambah  dua  kali  lipat  dikarenakan  jumlah
pengunjung lebih banyak dari pada hari-hari biasa.
d. Tarif  jasa  antar  bervariatif,  mengingat  jarak  tempat  prostitusi  dicoklat  dari
pintu masuk sampai area lokalisasi terakhir tiga kilometer. Tarif jarak terdekat dari tujuh ratus meter sampai satu kilometer di kenakan tarif atau biaya Lima
sampai tujuh ribu. Sedangkan tarif untuk jarak satu sampai tiga kilometer bias dikenakan tarif atau biaya sebesar Sepuluh ribu sampai lima belas ribu dilihat
dari kenal atau tidaknya penumpang ojek tersebut.
Setelah  penulis  selesai  menginterview  para  jasa  pengangkut  tersebut,semakin membuat adrenaline penulis semakin ingin lebih tahu lagi bagaimana suasana malam
di lokalisasi blok coklat. Penulis  pun  berjalan  dan  menemukan  warung-warung  di  sepanjang  area
lokalisasi,  dan  penulis  pun  menghampiri  salah  satu  warung  yang  mungkin  bias
29
memberikan  sebuah  jawaban  dari  observasi  penulis,  di  warung  yang  sedikit  redup dari  cahaya  lampu    penulis  berinteraksi  langsung  dengan  pemilik  warung  yang
bernama  ibu  Rohana
33
.  Dan  sampai  pada  akhirnya  penulis  pun  memeberikan beberapa pertanyaan diantaranya:
1.
Penghasilan per hari dalam satu malam?
2.
Barang apa atau makanan apa yang paling dominan laku terjual?
Dari  hasil  pertanyaan  yang  penulis  berikan  kepada  ibu  rohana,ibu  rohana  pun menjawab  dengan  jawaban  yang  membuat  penulis  menjadi  ingin  lebih  dalam  lagi
mengetahui  komunitas-komunitas  apa  saja  yang  ada  di  lokalisasi  blok  coklat,  dan jawaban yang diberikan oleh ibu rohana yaitu:
1. Penghasilan warung milik ibu rohana bervariatif tergantung dilihat dari hari kerja
atau  hari  libur,  biasanya  menurut  ibu  rohana  kalau  di  hari  biasa  hari  kerja pendapatan ibu rohana dalam satu malam dari  sebuah warung yang ia miliki bisa
Rp.200.000  sampai  Rp.300.000  dikarenakan  kalau  hari  biasa  jumlah  pengunjung pun tidak seperti pada hari libur ,kalau pada hari libur pendapatan ibu rohana bisa
mencapai Rp.500.000 sampai Rp.1.000.000 dikarnakan pada hari libur pengunjung dari kalangan manapun datang ke lokalisasi coklat mengingat lokalisasi ini cukup
terkenal.
2. Dari semua hasil yang di dapat ibu rohana hanya dari beberapa jenis barang yang
ibu rohana sediakan di warung miliknya yaitu: rokok, kondom,dan minuman keras
hanya saja yang paling dominan laku terjual ialah minuman keras.
33
Sumber, pemilik warung lokalisasi coklat yang bernama: Ibu Rohana.