Pengertian dan dasar hukum penyakit masyarakat Prostitusi
                                                                                50
Permasalahan  lebih  menjadi  rumit  lagi  tatkala  pelacuran  dianggap  sebagai komoditas  ekonomi  walaupun  dilarang  Undang-undang  yang  dapat  mendatangkan
keuntungan  finansial  yang  sangat  menggiurkan  bagi  para  pebisnis.  Pelacuran  telah diubah  dan  berubah  menjadi  bagian  dari  bisnis  yang  dikembangkan  terus-menerus
sebagai  komoditas  ekonomi  yang  paling  menguntungkan,  mengingat  pelacuran merupakan komoditas yang tidak akan habis terpakai. Saat pelacuran telah dianggap
sebagai  salah  satu  komoditas  ekonomi  bisnis  gelap  yang  sangat  menguntungkan, maka yang akan terjadi adalah persaingan antara para pemain dalam bisnis pelacuran
tersebut untuk merebut pasar
46
. Apabila  persaingan  telah  mewarnai  bisnis  pelacuran,  yang  terjadi  adalah
bagaimana  setiap  pemain  bisnis  pelacuran  dapat  memberikan  pelayanan  yang  lebih baik  dari  para  pesaingnya.  Untuk  bisnis  pelacuran,  baik  tidaknya  pelayanan
ditentukan  oleh  umur  yang  relatif  muda,  warna  kulit,  status,  kecantikan  dan kebangsaan  dari  setiap  wanita  yang  ditawarkan  dalam  bisnis  pelacuran  tersebut.
Untuk  mengatasi  permasalahan  ini  para  pebisnis  yang  bergelut  dalam  bisnis pelacuran  cenderung  mengambil  jalan  pintas  dengan  berbagai  cara  untuk
mendapatkan apa yang diinginkannya itu. Salah  satu  cara  yang  digunakan  adalah  dengan  memaksa  atau  melakukan
pemaksaan  terhadap  seseorang  untuk  bekerja  sebagai  pelacur  dalam  bisnis pelacurannya.  Pemaksaan  ini  dilakukan  dengan  berbagai  cara  antara  lain,  penipuan,
46
Kartini Kartono, Patologi Sosial. Rajawali Press. Jakarta, h. 184
51
penjeratan  utang,  intimidasi,  penculikan  dan  berbagai  cara  lain  yang  menyebabkan seseorang mau tidak mau, setuju tidak setuju harus bekerja dalam bisnis pelacuran
47
. Mengingat  pelacuran  ini  merupakan  bisnis  gelap  maka  penyelesaian  dan
penanganan  masalah  ini  semakin  rumit,  apalagi  pelacuran  merupakan  bisnis perdagangan  tanpa  adanya  barang  yang  diperdagangkan  dan  dilakukan  di  tempat
tertutup sehingga untuk membuktikan telah terjadinya hal tersebut sangat sulit. Tetapi sulit tidak sama dengan mustahil, untuk itu walaupun penanganan masalah pelacuran
ini  sulit  kita  tetap  harus  berusaha  untuk  menyelesaikan  masalah  tersebut.  Namun yang  lebih  parahnya  lagi  prostitusi  kini  sudah  merebah  dikalangan  pelajar  remaja
Apalagi  remaja  sedang  berada  pada  masa  transisi  dari  anak-anak  menuju  dewasa. Mereka  biasanya  ingin  mencoba-coba  sesuatu.  Mereka  juga  ingin  dihargai
dilingkungannya teman sebaya. Gaya hidup dinilai menjadi salah satu faktor utama pendorong  remaja  terlibat  prostitusi.  Gaya  hidup  remaja  sekarang  dipengaruhi  salah
satunya oleh tayangan sinetron di televisi
48
. Remaja  digambarkan  sebagai  sosok  modern  dengan  segala  barang  yang
dimilikinya.  Padahal  dengan  terlibat  prostitusi,  para  remaja  itu  sangat  rentan terinfeksi penyakit menular seperti HIV dan AIDS
49
. Bukan hanya faktor gaya hidup yang mempengaruhi terjadinya prostitusi dikalangan
pelajar  remaja.  Prostitusi  juga  terjadi  karena  sebagian  remaja  tidak  memahami mengapa terjadi  kehamilan, menstruasi,  dan hal  lain  yang terkait dengan  seksualitas
47
Sadjipto Raharjo, Ilmu Hukum. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung, h. 83
48
Ronny Soemitro. Study Hukum Dalam Masyarakat, 1985. Alumni Bandung, h. 126
49
Ibid, h. 131
52
sehingga  dengan  mudah  mereka  tergabung  dalam  dunia  prostitusi  ini  minimnya pengetahuan  mengenai  seks  telah  membuat  para  remaja  tidak  memiliki  penangkal
dalam soal seksualitas. Untuk menangkal agar remaja tidak terlibat prostitusi, pendidikan seksual dan
kesehatan  reproduksi  di  sekolah  menengah  sangat  penting.  Materi  yang  diajarkan bukan soal hubungan seksualnya, pasalnya di  Indonesia berbicara seks masih dinilai
tabu.  Pendidikan  seks  lebih  menekan  pada  kesehatan  seksual  atau  reproduksi  yang baik.  Serta  peran  orang  tua  juga  sangat  penting.  Orang  tua  harus  mempunyai
pengetahuan  tentang  kesehatan  reproduksi.  Apalagi  remaja  yang  mulai  beranjak dewasa biasanya perlu pengetahuan seks yang memadai. Komunikasi antara anak dan
orang  tua  harus  pula  terjalin.  Dengan  hubungan  yang  hangat,  biasanya  akan  lebih terbuka  dengan  persoalan  yang  dihadapinya.  Orang  tua  harus  belajar  mengatasi
konflik yang dihadapi remaja dan mampu memberi solusinya
50
. Selain  itu  norma-norma  sosial  jelas  mengharamkan  prostitusi.  Disini  penulis
akan mengemukakan penjelasan prostitusi dalam pandangan agama islam yaitu: Dalam agama islam, prostitusi merupakan salah satu perbuatan zina dan zina
hukumnya  haram  dan  termasuk  kategori  dosa  besar.  Ada  beberapa  ayat  yang menjelaskan tentang hukuman bagi orang yang berzina yaitu para pezina yang belum
pernah menikah atau masih bujang dihukum dengan hukuman cambuk delapan puluh kali  An-Nur : 4  dan yang sudah menikah dilempari batu 100 kali alias mati
51
. Nabi
50
Soekanto, Soerjono. Menngenal Sosiologi Hukum. 1989. PT. Citra Aditya Bakti, h. 94
51
Al- Qur’an Surat An-nur, Ayat 4
53
Muhammad  SAW  bersabda “tidak  halal  darah  bagi  seorang  muslim  yang  bersaksi
tidak ada tuhan selain Allah dan aku adalah rasulnya, kecuali disebabkan oleh salah saatu  hal  yaitu  orang  yang  sudah  menikah  berzina.  Meski  demikian  perbuatan  zina
masih  saja  ada  bahkan  terorganisir  secara  professional,  tempat-tempat  melakukan zina  disedikan,  dilindungi  oleh  hukum  dan  mungkin  mendapat  fasilitas-fasilitas
tertentu. Konsumennya banyak mulai dari orang miskin sampai orang kaya. Desa  limus  nunggal  termasuk  termasuk  kadalam  administratif  kecamatan
Cileungsi,  Kabupaten  Bogor  Profinsi  Jawa  Barat.  Diwilayah  ini  terdapat  tempat tempat  prostitusi  yang  sangat  besar  dan  disinyalir  lebih  besar  dari  wilayah  Puncak
dan  Parung.  Terdapat  lima  blok  yang  dijadikan  tempat  prostitusi  dengan  jumlah bangunan  mencapai  250  unit.  Ditempat  ini  tempat-tempat  prostitusi  dibagi  menjadi
lima blok, antara lain Ups, Coklat, Lengkong, Blue, dan Anggrek. Tempat prostitusi ini  berdiri  diatas  tanah  adat.  Ada  kira-kira  500  Pekerja  Seks  Komersial  PSK  yang
beroperasi di  Limus Nunggal. 90 persen dari mereka berasal dari luar Bogor. Paling banyak  berasal  dari  indramayu  dan  karawang.  Tapi  ada  juga  yang  berasal  dari
Sukabumi  dan  Cianjur.  Lokasi  ini  tepatnya  berada  di  Jalan  Raya  Narogong, Cileungsi,  Kabupaten  Bogor.  Jika  selama  ini  kurang  tersentuh  mungkin  karena
lokasinya diperbatasan antara Bogor dan Bekasi. Tempat ini beberapa kali ditertibkan namun selalu muncul kembali.
Norma-norma  sosial  jelas  mengharamkan  prostitusi  bahkan  sudah  ada Undang-undang  mengenai  prostutusi  yang  ditinjau  dari  segi  yuridis  dalam  Kitab
Undang-undang  Hukum  Pidana  KUHP  yaitu  mereka  menyediakan  sarana  tempat
54
persetubuhan  pasal  296  KUHP
52
.,  mereka  yang  mencarikan  pelanggaran  bagi pelacur
pasal  506  KUHP
53
.,  dan  mereka  yang  menjual  perempuan  dan  laki-laki dibawah umur untuk dijadikan pelacur pasal 297 KUHP
54
. Dunia  kesehatan  juga  menunjukkan  dan  memperingatkan  bahaya  penyakit
kelamin  yang  mengerikan  seperti  HIV    AIDS  akibat  adanya  pelacuran.  Banyak sekali alasan-alasan mengapa wanita dan gadis-gadis memasuki pekerjaan ini, tetapi
alasan ekonomi psikologislah yang paling menonjol. Menurut  aktifitasnya,  prostitusi  pada  dasarnya  terbagi  menjadi  dua  jenis,
antara lain
55
: 1.
Prostitusi  yang  terdaftar  dan  memperoleh  izin  dalam  bentuk  lokalisasi  dari pemerintah  daerah  melaluidinas  sosial  dibantu  pengamanan  kepolisian  dan
bekerja  sama  dengan  dinas  kesehatan.  Umumnya  mereka  di  lokalisasi  suatu daerah atau area tertentu.
Penghuninya  secara  periodik  harus  memeriksakan  diri  kepada  dokter  atau petugas kesehatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan berupa pengobatan seperti
pemberian suntikan untuk mengindari penyakit-penyakit berkenaan dengan prostitusi. 2.
Prostitusi yang tidak terdaftar bukan lokalisasi. Adapun yang termasuk keluarga ini adalah mereka yang melakukan kegiatan prostitusi secara gelap dan licin, baik
perorangan  maupun  kelompok  terorganisir.  Norma-norma  sosial  jelas
52
Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP Jakarta. Rineka Cipta, 2005 h. 119
53
Hamzah, KUHP dan KUHAP Jakarta. Rineka Cipta, 2005 h.
54
Hamzah, KUHP dan KUHAP Jakarta. Rineka Cipta, 2005 h.
55
Ronny Soemitro. Ilmu Hukum. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung, h. 114
55
mengharamkan prostitusi, bahkan sudah ada Undang-undang mengenai prostutusi yang  ditinjau  dari  segi  yuridis  dalam  KUHP  yaitu  mereka  menyediakan  tempat
sarana  tempat  persetubuhan  pasal  296  KUHP,  mereka  yang  mencarikan pelanggaran  bagi  pelacur
pasal  506  KUHP,  dan  mereka  yang  menjual perempuan  dan  laki-laki  dibawah  umur  untuk  dijadikan  pelacur  pasal  297
KUHP
56
.  Dunia  kesehatan  juga  menunjukkan  dan  memperingatkan  bahaya penyakit kelamin yang mengerikan seperti HIVAIDS akibat adanya pelacuran.
Globalisasi  telah  menimbulkan  dampak  yang  sangat  berarti  dalam  berbagai dimensi  kehidupan  manusia,.  Dalam  aspek  masyarakat,  perubahan  yang  sangat
kontroversial  yaitu  adanya  praktek-praktek  prostitusi  yang  di  pandang  biasa  dalam kehidupan sehari hari.
Manusia  sejak  lahir  telah  dilengkapi  dengan  naluri  untuk  senantiasa  hidup bersama-sama dengan orang lain. Untuk memberikan respon positif terhadap sesame
manusia  sebagai  makhluk  yang  sosial.  Suatu  normakaidah  terbentuk  sebagai  hasil dari  perilaku  manusia  itu  sendiri.  Tujuan  adanya  norma  yaitu  untuk  membentuk
pribadi manusia yang luhur, tat pada aturan dan selalu bertindak hati-hati
57
. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai daya pikir dan naluri  yang kuat
terhadap  sesama.  Dalam  kehidupan  sosial,  manusia  harus  dipandang  satu  tabiat
56
Ibid, h. 119 dan 200.
57
Sadjipto Raharjo, Ilmu Hukum PT. Citra Aditya Bakti. Bandung, h. 67
56
kejiwaan  yang  lebih  tinggi  dan  lebih  sesuai  yang  tumbuh  dari  satuan  “biologis” unsur-unsur keharusan biologis yaitu
58
: a.
Dorongan untuk makan Penyelenggaraan  makan  lebih  mudah  dilakukan  dengan  kerjasama  dari  pada
oleh tindakan perseorangan. b.
Dorongan untuk mempertahankan diri Pada  keadaan  primitif,  dari  pertumbuhan  pertama  hidup  berkelompok,  maka
dorongan  untuk  mempertahankan  diri  harus  menjadi  cambuk  untuk  bekerja  sama. Juga dengan hasil bahwa kelompok yang paling besar dan teratur dapat mengalahkan
yang lain. c.
Dorongan untuk kelangsungan hidup Teristimewa  penggabungan  diri  secara  alami  untuk  pemeliharaan  keturunan.
Kerabat merupakan gerombolan yang akan menjadi inti dikemudian hari. Tiap-tiap proses diatas menunjukan tiga macam aspek kejiwaan seperti aspek
naluri, aspek kebiasaan dan asapek pikiran. Manusia merupakan makhluk yang dapat dipengaruhi oleh saran dan diliputi dengan hubungan-hubungan kemanusiaan sebagai
lapisan bahwa kejiwaan yang merupakan dasar segala bentuk keidupan bersama. Kewajiban  ilmu  sosial  yaitu  untuk  memberikan  kejelasan  tentang  fungsin
pengikat kecendrungan sosial yaitu perasaan yang egosentris lebih banyak tergantung dari  rekan-rekan  sosial  dari  pada  yang  dapat  diduga  semula.  Sebagai  contoh,  rasa
58
Zainudin Ali. Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Kehidupan Prostitusi di Indonesia, h. 4
57
harga  diri,  yang  tidak  hanya  dikenal  oleh  dorongan  untuk  menjadi  berharga,  tetapi untuk menampakkan dirinya berharga didepan orang lain.
Para  pelaku  prostitusi  telah  hilang  rasa  harga  dirinya,  mereka  hanya  dapat dinilai  dengan  uang  dan  didepan  orang  lain  tidak  bisa  menunjukkan  rasa  yang
sekiranya  tidak  dapat  dinilai  dengan  uang.  Secara  sosiologis,  prostitusi  merupakan perbuaan  amoral  yang  terdapat  dalam  masyarakat.  Para  pelakunya  tidak  hanya  dari
kalangan  remaja,  anak  dibawah  umur  melainkan  dari  kalangan  ibu-ibu  rumah tanggapun ada. Hanya demi anak untuk mendapat sesuap nasi dan kesenangan sesaat
mereka  telah  mengorbankan  kehormatan,  harga  diri,  derajat,  dan  martabat  didepan laki-laki hidung belang
59
. B.
Unsur-unsur  tindak  pidana  prostitusi  dalam  pasal  KUHP,  Undang- undang Pornografi dan Perda Kota Bogor
Pada  dasarnya,  peraturan-peraturan  hukum  pidana  bertujuan  untuk memberikan  perlindungan  terhadap  kepentingan-kepentingan  hukum  dari  perbuatan
yang dapat merusak dan membahayakan kepentingan hukum itu sendiri. Untuk mengetahui perbuatan apa saja yang dapat dikatakan sebagai perbuatan
yang merusak dan membahayakan kepentingan hukum perlu kiranya diketahui unsur - unsur. Pada dasarnya hukum pidana mempunyai dua unsur pokok yaitu:
1. Adanya suatu norma yaitu adanya suatu larangan.
2. Adanya sanksi atas pelanggaran norma tersebut yang berupa ancaman pidana
59
Ibid, h. 10
58
Dalam  ketentuan  pidana  yang  di  atur  dalam  pasal  296,  297,  506  KUHP
60
. Undang-undang  Pornografi
61
.  Serta  Peraturan  Daerah  Kota  Bogor
62
.  Itu  juga  di syaratkan  bahwa  perbuatan  prostitusi  harus  benar-benar  ditertibkan  secara  Undang-
undang dan dibantu oleh segenap elemen masyarakat Limus Nunggal. Menurut  sejarah  pembentukan  ketentuan  pidana  yang  diatur  di  dalam  Kitab
Undang-undang  Hukum  Pidana  KUHP  Pasal  296,  506,  297.  Itu  dapat  diketahui apabila  meereka  menyediakan  sarana  tempat  persetubuhan    296  KUHP  ,  mereka
yang  mencarikan  pelanggaran  bagi  pelacur  506  KUHP,  dan  mereka  yang  menjual perempuan dan laki-laki di bawah umur untuk di jadikan pelacur297 KUHP.
63
Pelacuran  merupakan  masalah  yang  tidak  hanya  melibatkan  pelacurnya  saja, tetapi lebih dari itu merupakan suatu kegiatan yang melibatkan banyak orang seperti
germo,  para  calo,  serta  konsumen-konsumen  yang  sebagian  besar pelakunya merupakan  laki-laki  yang  sering  luput  dari  perhatian  aparat  penegak hukum.  .Di
Indonesia  pemerintah  tidak  secara  tegas  melarang  adanya  praktek-praktek pelacuran
64
. Ketidak  tegasan  sikap  pemerintah  ini  dapat  dilihat  pada  Pasal  296,   yang
bunyinya adalah sebagai berikut:
60
Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, Jakarta, Rineka Cipta h. 119 dan 200
61
Undang-undang Pornografi no 44 tahun 2008
62
Peraturan Daerah Kota Bogor no 08 tahun 2006
63
Ibid. KUHP dan KUHAP, Jakarta, Rineka Cipta h. 119 dan 200
64
Sadjipto Raharjo. Ilmu Hukum. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung, h. 99
59
“Barang  siapa  dengan  sengaja  menyebabkan   atau   memudahkan   perbuatan cabul   oleh   orang   lain,   dan  menjadikannya  sebagai  pencarian  atau  kebiasaan,
diancam  dengan  pidana  penjara  paling  lama  satu  tahun  empat  bulan  atau  pidana denda paling banyak
lima belas ribu rupiah”. Dan pasal  506 yang berbunyi: “Barang siapa menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang wanita dan
menjadikannya  sebagai  pelacur,  diancam  dengan  pidana  kurungan  paling  lama  satu tahun”
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP. Yang dilarang dalam KUHP adalah  mengeksploitir  seksualitas  orang  lain  baik  sebagai  “pencaharian  ataupun
kebiasaan”  pasal  296  KUHP  atau  “menarik keuntungan”  dari  pelayanan  seks komersial  seorang  perempuan  dengan  praktek  germo  pasal  506  KUHP.  Pasal-
pasal  tersebut  dalam  KUHP  hanya  melarangmereka  yang  membantu  dan menyediakan  pelayanan  seks  secara  illegal,  artinya  larangan  hanya  diberikan  untuk
mucikari atau germo, sedangkan pelacurnya sendiri sama sekali tidak ada pasal yang mengaturnya.
Kegiatan seperti
itupun tidak
dikelompokkan sebagai
tindakan kriminal.Meskipun  demikian  hukum  pidana  tetap  merupakan  dasar  dari  peraturan-
peraturan   dalam   industri   seks   di   Indonesia.  Karena   larangan  pemberikan pelayanan  seksual  khususnya  terhadap  praktek-praktek  pelacuran  tidak  ada  dalam
hukum  negara,  maka  peraturan  dalam  industri  seks  ini  cenderung  didasarkan  pada peraturan-peraturan  yang   dikeluarkan   pemerintah   daerah,   baik   pada   tingkat
propinsi,  kabupaten  dan  kecamatan,  dengan  mempertimbangkan  reaksi,  aksi  dan
60
tekanan  berbagai  organisasi  masyarakat  yang  bersifat  mendukung  dan  menentang pelacuran tersebut
65
. Kemudian apabila melihat dari Undang-undang Pornografi No 44 tahun 2008,
dalam  Pasal  empat  yang  berbunyi:  “Setiap  orang  dilarang  memproduksi,  membuat, memperbanyak, menggandakan, menawarkan, memperjualbelikan, atau menyediakan
jasa pornografi yang secara ekslisif memuat
66
: a.
Persenggamahan, termasuk persenggamahan yang menyimpang. b.
Kekerasan seksual. c.
Masturbasi atau onani. d.
Ketelenjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan. e.
Alat kelamin. Dalam  sanksi  pidana  pasal  empat  Undang-undang  Pornografi  No  44  tahun
2008 dimana dalam Pa sal tiga puluh yang berbunyi: “Setiap orang yang menyediakan
jasa  pornografi  sebagaimana  dimaksud  dalam  pasal  empat  dipidana  dengan  pidana penjara paling singkat enam bulan dan paling lama enam tahun dan atau pidana denda
paling sedikit Rp. 250.000.000. Dua ratus lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp  3.000.000.000.  Tiga  milliar  rupiah.  Serta  apabila  dilihat  dari  Peraturan  Daerah
Kota  Bogor  nomor  08  tahun  2006,  didalam  bagian  kedelapan  tentang  tertib  sosial pasal 19 dan pasal 20 yang berbunyi
67
:
65
Sabian Utsman. Dasar-dasar Sosiologi Hukum. Pustaka Pelajar, h. 31
66
Undang-undang Republik Indonesia. Undang-undang Pornografi No 44 tahun 2008
67
Peraturan Daerah Kota Bogor. No 08 tahun 2006. Tentang Tertib Sosial. Pasal 19 dan Pasal 20
61
Pasal  19 :  “  Setiap  orang  dilarang  berkumpul  atau  bertingkah  laku  dijalan,
dijalur hijau, taman, dan tempat – tempat umum yang patut diduga kemudian berbuat
asusila. Pasal  20:  ayat  1.  Setiap  orang  atau  badan  dilarang  menggunakan  dan
menyediakan  atau mengunjungi  bangunan atau rumah sebagai  tempat untuk  berbuat asusila.
Ayat  2:  Setiap  orang  atau  badan  dilarang  memberikan  kesempatan  untuk berbuat  asusila.
Dalam  hal  ini  ada  beberapa  Faktor-faktor  yang  menyebabkan  timbul  dan berkembangnya prostitusi antara lain :
a. Kondisi  kependudukan  yang  anntara  lain:  jumlah  penduduk  yang  besar  dengan
komposisi penduduk wanita lebih banyak dari pada penduduk laki-laki. b.
Perkembangan  tekhnologi  yang  antara  lain:  Tekhnologi  industry  kosmetik ttermasuk operasi plastik,  alat-alat dan obat pencegah kehamilan.
c. Lemahnya  penerapan  dan  ringannya  sanksi  hukum  positif  yang  diterapkan
terhadap  pelanggaran  hukum.  Pelanggaran  hukum  tersebut  dapat  dilakukan  oleh pelaku subyek prostitusi, pengelola hotelpenginapan dan lain-lain.
d. Kondisi  lingkungan,  baik  lingkungan  sosial  maupun  lingkungan  alam  seperti:
Jalur-jalur  jalan,  taman-taman  kota,  tempat-tempat  lain  yang  sepi  dan  kurang fasilitas  penerangan  di  malam  hari  sangat  menunjang  untuk  terjadinya  praktek
prostitusi.
62
Prostitusi  ditinjau  dari  sudut  manapun  merupakan  suatu  kegiatan  yang berdampak tidak baik negatif
68
. Dampak negatif tersebut antara lain: 1.
Secara  sosiologis  prostitusi  merupakan  suatu  perbuatan  amoral  yang bertentangan dengan norma dan etika yang ada didalam masyarakat.
2. Dari aspek pendidikan, prostitusi merupakan kegiatan yang demoralisasi.
3. Dari aspek kewanitaan, prostitusi merupakan kegiatan merendahkan harkat dan
martabat wanita. 4.
Dari aspek ekonomi, prostitusi dalam prakteknta sering terjadi pemerasan tenaga kerja.
5. Dari  aspek  kesehatan,  praktek  prostitusi  merupakan  media  yang  sangat  efektif
untuk menularnya penyakit kelamin dan kandungan yang sangat berbahaya. 6.
Dalam  aspek  kamtibmas,  praktek  prostitusi  dapat  menimbulkan  kegiatan- kegiatan kriminal.
Pemerintah tiap daerah melegalkan tempat-tempat prostitusi untuk menaikkan pendapatan  daerah  dimana-mana  secara  tidak  langsung  pendapatan  hasil  daerah
bertambah  dan  disisi  lain  sangat  menguntungkan  pemda.  Seperti  halnya  tempat lokalisasi  yang  terdapat  disetiap  darah  wisata.  Pemerintah  Daerah  PEMDA
setempat  tidak  melarang  para  pelaku  seks  komersil  untuk  beraktifitas  dan
68
Sabian  Utsman.  Dasar-dasar  Sosiologi  Hukum.  Makna  Dialog  antara  hokum  dan  Masyarakat.  Pustaka  Pelajar. Yogyakarta, h. 47 dan 48
63
menjalankan  pekerjaannya  sebagai  pelacur  ditempat  tersebut.  Sehingga  tidak sembarang orang untuk dapat masuk ketempat itu
69
. Dalam  hal  ini  bagaimana  peran  pemerintah  pusat  dalam  menaggulangi  dan
menutup tempat lokalisasi disetiap daerah melihat sebagian besar pendapatan daerah mengucur dari hasil tempat lokalisasi tersebut. Namun, seakan-akan pemerintah pusat
pun  melegalkan  tindakan  itu  karena  para  konsumen  yang  berdatangan  ketempat tersebut berasal dari golongan pejabat atas juga.
Kehidupan  para  pelaku  prostitusi  sangatlah  primitif.  Dilihat  dari  segi sosiologisnya,mereka dipandang rendah oleh masyarakat sekitar, dicemooh, dihina, di
usir  dari  tempat  tinggalnya,  dan  lain-lain  sebagainya.  Mereka  seakan-akan  sebagai makhluk  yang  tidak  bermoral  dan  meresahkan  warga  sekitar  serta  mencemarkan
nama baik daerah tempat berasal mereka. Bila dilihat dari segi manapun dampak adanya prostitusi sangatlah tidak baik
Negatif
70
.  Ada  beberapa  aspek  negatif  yang  ditimbilkan  oleh  adanya  praktek prostitusi diantaranya adalah:
Dililihat  dari  aspek  pendidikan,  prostitusi  merupakan  kegiatan  yang demoralisasi.
Dari aspek kewanitaan, prostitusi merupakan kegiatan merendahkan martabat wanita.
69
Ali Zainudin, Sosiologi Hukum. Sinar Grafika. 2008, h. 25
70
Zainudin Ali. Tinjauan Sosiologi Hukum terhadap kehidupan prostitusi di Indonesia, h. 127
64
Dari  asapek  ekonomi,  prostitusi  dalam  prakteknya  sering  terjadi  pemerasan  tenaga kerja.
Dari  aspek  kesehatan,  praktek  prostitusi  merupakan  media  yang  sangat berbahaya.
Dari  aspek  kamtibmas,  praktek  prostitusi  dapat  menimbulkan  kegiatan- kegiatan kriminal.
Dari  aspek  penataan  kota,  prostitusi  dapat  menurunkan  kualitas  dan  estetika lingkungan perkotaan.
Permasalahan prostitusi tidak ubahnya sama dengan manusia pada umumnya, secara  garis  besar  prostitusi  tentunya  juga  mempunyai  suatu  makna  hidup.  Sama
halnya  dengan  manusia    atau  individu  lainnya.  Proses  penemuan  makna  bukanlah merupakan  suatu  perjalanan  yang  mudah  bagi  seorang  Pekerja  Seks  Komersial
PSK,  perjalanan  untuk    dapat  menemukan  apa  yang  dapat  mereka  berikan  dalam kehidupan  mereka,  apa  saja  yang  dapat  diambil  dari  perjalanan  mereka  selama  ini,
serta sikap yang bagaimana diberikan terhadap ketentuan atau nasib yang bisa mereka rubah,  yang  kesemuanya  itu  tidak  bisa  lepas  dari  hal-hal  apa  saja  yang  diinginkan
selama menjalani kehidupan, serta kendala apa saja yang dihadapi oleh mereka dalam mencapai makna hidup
71
. Salah  satu  faktor  yang  mempengaruhi  sosiologi  hukum  adalah  bahwa
perbedaan hukum dengan kebiasaan terletak pada unsur kekuasaan resmi, yang dapat memaksakan  berlakunya  hukum  tersebut.  Selain  daripada  itu  hingga  kini  ada
71
Ronny Soemitro. Study Hukum Dalam Masyarakat. 1985. Alumni  Bandung, h. 12
65
kecendrungan kuat dalam penetapan hukum, untuk mempertehankan prinsip dan pola yang telah ada dalam sistem hukum.
Dalam  menguraikan  teori  tentang  masyarakat  Durkheim  menaruh  perhatian yang  basar  terhadap  kaidah  hukum  yang  di  hubungkannya  sebagai  jenis  solidaritas
dalam  masyarakat,  hukum  dirumuskan  sebagai  kaidah  yang  bersanksi  dimana  berat ringannya  tergantung  pada  1  sifat  pelanggaran,  2  anggapan  serta  keyakinan
masyarakat  tentang  baik  buruknya  perilaku  tertentu,  3  peranan  sanksi  tersebut dalam masyarakat
72
. Selain  dari  pada  itu  terdapat  sanksi  yang  tujuan  utamanya  adalah  pemulihan
keadaan  seperti  keadaan  sebelum  terjadinya  pelanggaran  terhadap  kaedah-kaedah yang mungkin menyebabkan kegoncangan dalam masyarakat. Kaedah dengan sanksi
semacam  itu  merupakan  kaedah  hukum  restitutif  dengan  pengurangan  unsur  pidana sosial yang terdapat didalamnya. Kaidah hukum tersebut kemudian dikaitkan dengan
bentuk solidaritas yang menjadi ciri masyarakat tertentu, oleh karena itu jenis kaidah hukum merupakan akibat dari bentuk solidaritas tertentu, antara lain
73
: 1.
Solidaritas  mekanis  yang  terutama  terdapat  pada  masyarakat  sederhana  yang relative  masih  homogin  struktur  sosial  dan  kebudayaannya.  Dalam  bentuk  ini
warga  masyarakat  tergantung  pada  kelompoknya  dan  keutuhan  masyarakat terjamin oleh hubungan antar manusia karena adanya tujuan bersama.
72
Teori Makro. Max Webber Dan Durkheim, h. 90 dan 91
73
Ibid, h. 130
66
2. Solidaritas  organik  yang  ditandai  antara  lain  adanya  pembagian  kerja  dalam
masyarakat  yang  biasanya  dijumpai  pada  masyarakat  yang  kompleks  dan heterogin  struktur  sosial  dan  kebudayaannya.  Dalam  hal  ini  pengembalian
kedudukan seseorang yang dirugikan merupakan hal yang diprioritaskan.
                