Pengertian dan dasar hukum penyakit masyarakat Prostitusi
50
Permasalahan lebih menjadi rumit lagi tatkala pelacuran dianggap sebagai komoditas ekonomi walaupun dilarang Undang-undang yang dapat mendatangkan
keuntungan finansial yang sangat menggiurkan bagi para pebisnis. Pelacuran telah diubah dan berubah menjadi bagian dari bisnis yang dikembangkan terus-menerus
sebagai komoditas ekonomi yang paling menguntungkan, mengingat pelacuran merupakan komoditas yang tidak akan habis terpakai. Saat pelacuran telah dianggap
sebagai salah satu komoditas ekonomi bisnis gelap yang sangat menguntungkan, maka yang akan terjadi adalah persaingan antara para pemain dalam bisnis pelacuran
tersebut untuk merebut pasar
46
. Apabila persaingan telah mewarnai bisnis pelacuran, yang terjadi adalah
bagaimana setiap pemain bisnis pelacuran dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dari para pesaingnya. Untuk bisnis pelacuran, baik tidaknya pelayanan
ditentukan oleh umur yang relatif muda, warna kulit, status, kecantikan dan kebangsaan dari setiap wanita yang ditawarkan dalam bisnis pelacuran tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan ini para pebisnis yang bergelut dalam bisnis pelacuran cenderung mengambil jalan pintas dengan berbagai cara untuk
mendapatkan apa yang diinginkannya itu. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan memaksa atau melakukan
pemaksaan terhadap seseorang untuk bekerja sebagai pelacur dalam bisnis pelacurannya. Pemaksaan ini dilakukan dengan berbagai cara antara lain, penipuan,
46
Kartini Kartono, Patologi Sosial. Rajawali Press. Jakarta, h. 184
51
penjeratan utang, intimidasi, penculikan dan berbagai cara lain yang menyebabkan seseorang mau tidak mau, setuju tidak setuju harus bekerja dalam bisnis pelacuran
47
. Mengingat pelacuran ini merupakan bisnis gelap maka penyelesaian dan
penanganan masalah ini semakin rumit, apalagi pelacuran merupakan bisnis perdagangan tanpa adanya barang yang diperdagangkan dan dilakukan di tempat
tertutup sehingga untuk membuktikan telah terjadinya hal tersebut sangat sulit. Tetapi sulit tidak sama dengan mustahil, untuk itu walaupun penanganan masalah pelacuran
ini sulit kita tetap harus berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun yang lebih parahnya lagi prostitusi kini sudah merebah dikalangan pelajar remaja
Apalagi remaja sedang berada pada masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Mereka biasanya ingin mencoba-coba sesuatu. Mereka juga ingin dihargai
dilingkungannya teman sebaya. Gaya hidup dinilai menjadi salah satu faktor utama pendorong remaja terlibat prostitusi. Gaya hidup remaja sekarang dipengaruhi salah
satunya oleh tayangan sinetron di televisi
48
. Remaja digambarkan sebagai sosok modern dengan segala barang yang
dimilikinya. Padahal dengan terlibat prostitusi, para remaja itu sangat rentan terinfeksi penyakit menular seperti HIV dan AIDS
49
. Bukan hanya faktor gaya hidup yang mempengaruhi terjadinya prostitusi dikalangan
pelajar remaja. Prostitusi juga terjadi karena sebagian remaja tidak memahami mengapa terjadi kehamilan, menstruasi, dan hal lain yang terkait dengan seksualitas
47
Sadjipto Raharjo, Ilmu Hukum. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung, h. 83
48
Ronny Soemitro. Study Hukum Dalam Masyarakat, 1985. Alumni Bandung, h. 126
49
Ibid, h. 131
52
sehingga dengan mudah mereka tergabung dalam dunia prostitusi ini minimnya pengetahuan mengenai seks telah membuat para remaja tidak memiliki penangkal
dalam soal seksualitas. Untuk menangkal agar remaja tidak terlibat prostitusi, pendidikan seksual dan
kesehatan reproduksi di sekolah menengah sangat penting. Materi yang diajarkan bukan soal hubungan seksualnya, pasalnya di Indonesia berbicara seks masih dinilai
tabu. Pendidikan seks lebih menekan pada kesehatan seksual atau reproduksi yang baik. Serta peran orang tua juga sangat penting. Orang tua harus mempunyai
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Apalagi remaja yang mulai beranjak dewasa biasanya perlu pengetahuan seks yang memadai. Komunikasi antara anak dan
orang tua harus pula terjalin. Dengan hubungan yang hangat, biasanya akan lebih terbuka dengan persoalan yang dihadapinya. Orang tua harus belajar mengatasi
konflik yang dihadapi remaja dan mampu memberi solusinya
50
. Selain itu norma-norma sosial jelas mengharamkan prostitusi. Disini penulis
akan mengemukakan penjelasan prostitusi dalam pandangan agama islam yaitu: Dalam agama islam, prostitusi merupakan salah satu perbuatan zina dan zina
hukumnya haram dan termasuk kategori dosa besar. Ada beberapa ayat yang menjelaskan tentang hukuman bagi orang yang berzina yaitu para pezina yang belum
pernah menikah atau masih bujang dihukum dengan hukuman cambuk delapan puluh kali An-Nur : 4 dan yang sudah menikah dilempari batu 100 kali alias mati
51
. Nabi
50
Soekanto, Soerjono. Menngenal Sosiologi Hukum. 1989. PT. Citra Aditya Bakti, h. 94
51
Al- Qur’an Surat An-nur, Ayat 4
53
Muhammad SAW bersabda “tidak halal darah bagi seorang muslim yang bersaksi
tidak ada tuhan selain Allah dan aku adalah rasulnya, kecuali disebabkan oleh salah saatu hal yaitu orang yang sudah menikah berzina. Meski demikian perbuatan zina
masih saja ada bahkan terorganisir secara professional, tempat-tempat melakukan zina disedikan, dilindungi oleh hukum dan mungkin mendapat fasilitas-fasilitas
tertentu. Konsumennya banyak mulai dari orang miskin sampai orang kaya. Desa limus nunggal termasuk termasuk kadalam administratif kecamatan
Cileungsi, Kabupaten Bogor Profinsi Jawa Barat. Diwilayah ini terdapat tempat tempat prostitusi yang sangat besar dan disinyalir lebih besar dari wilayah Puncak
dan Parung. Terdapat lima blok yang dijadikan tempat prostitusi dengan jumlah bangunan mencapai 250 unit. Ditempat ini tempat-tempat prostitusi dibagi menjadi
lima blok, antara lain Ups, Coklat, Lengkong, Blue, dan Anggrek. Tempat prostitusi ini berdiri diatas tanah adat. Ada kira-kira 500 Pekerja Seks Komersial PSK yang
beroperasi di Limus Nunggal. 90 persen dari mereka berasal dari luar Bogor. Paling banyak berasal dari indramayu dan karawang. Tapi ada juga yang berasal dari
Sukabumi dan Cianjur. Lokasi ini tepatnya berada di Jalan Raya Narogong, Cileungsi, Kabupaten Bogor. Jika selama ini kurang tersentuh mungkin karena
lokasinya diperbatasan antara Bogor dan Bekasi. Tempat ini beberapa kali ditertibkan namun selalu muncul kembali.
Norma-norma sosial jelas mengharamkan prostitusi bahkan sudah ada Undang-undang mengenai prostutusi yang ditinjau dari segi yuridis dalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana KUHP yaitu mereka menyediakan sarana tempat
54
persetubuhan pasal 296 KUHP
52
., mereka yang mencarikan pelanggaran bagi pelacur
pasal 506 KUHP
53
., dan mereka yang menjual perempuan dan laki-laki dibawah umur untuk dijadikan pelacur pasal 297 KUHP
54
. Dunia kesehatan juga menunjukkan dan memperingatkan bahaya penyakit
kelamin yang mengerikan seperti HIV AIDS akibat adanya pelacuran. Banyak sekali alasan-alasan mengapa wanita dan gadis-gadis memasuki pekerjaan ini, tetapi
alasan ekonomi psikologislah yang paling menonjol. Menurut aktifitasnya, prostitusi pada dasarnya terbagi menjadi dua jenis,
antara lain
55
: 1.
Prostitusi yang terdaftar dan memperoleh izin dalam bentuk lokalisasi dari pemerintah daerah melaluidinas sosial dibantu pengamanan kepolisian dan
bekerja sama dengan dinas kesehatan. Umumnya mereka di lokalisasi suatu daerah atau area tertentu.
Penghuninya secara periodik harus memeriksakan diri kepada dokter atau petugas kesehatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan berupa pengobatan seperti
pemberian suntikan untuk mengindari penyakit-penyakit berkenaan dengan prostitusi. 2.
Prostitusi yang tidak terdaftar bukan lokalisasi. Adapun yang termasuk keluarga ini adalah mereka yang melakukan kegiatan prostitusi secara gelap dan licin, baik
perorangan maupun kelompok terorganisir. Norma-norma sosial jelas
52
Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP Jakarta. Rineka Cipta, 2005 h. 119
53
Hamzah, KUHP dan KUHAP Jakarta. Rineka Cipta, 2005 h.
54
Hamzah, KUHP dan KUHAP Jakarta. Rineka Cipta, 2005 h.
55
Ronny Soemitro. Ilmu Hukum. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung, h. 114
55
mengharamkan prostitusi, bahkan sudah ada Undang-undang mengenai prostutusi yang ditinjau dari segi yuridis dalam KUHP yaitu mereka menyediakan tempat
sarana tempat persetubuhan pasal 296 KUHP, mereka yang mencarikan pelanggaran bagi pelacur
pasal 506 KUHP, dan mereka yang menjual perempuan dan laki-laki dibawah umur untuk dijadikan pelacur pasal 297
KUHP
56
. Dunia kesehatan juga menunjukkan dan memperingatkan bahaya penyakit kelamin yang mengerikan seperti HIVAIDS akibat adanya pelacuran.
Globalisasi telah menimbulkan dampak yang sangat berarti dalam berbagai dimensi kehidupan manusia,. Dalam aspek masyarakat, perubahan yang sangat
kontroversial yaitu adanya praktek-praktek prostitusi yang di pandang biasa dalam kehidupan sehari hari.
Manusia sejak lahir telah dilengkapi dengan naluri untuk senantiasa hidup bersama-sama dengan orang lain. Untuk memberikan respon positif terhadap sesame
manusia sebagai makhluk yang sosial. Suatu normakaidah terbentuk sebagai hasil dari perilaku manusia itu sendiri. Tujuan adanya norma yaitu untuk membentuk
pribadi manusia yang luhur, tat pada aturan dan selalu bertindak hati-hati
57
. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai daya pikir dan naluri yang kuat
terhadap sesama. Dalam kehidupan sosial, manusia harus dipandang satu tabiat
56
Ibid, h. 119 dan 200.
57
Sadjipto Raharjo, Ilmu Hukum PT. Citra Aditya Bakti. Bandung, h. 67
56
kejiwaan yang lebih tinggi dan lebih sesuai yang tumbuh dari satuan “biologis” unsur-unsur keharusan biologis yaitu
58
: a.
Dorongan untuk makan Penyelenggaraan makan lebih mudah dilakukan dengan kerjasama dari pada
oleh tindakan perseorangan. b.
Dorongan untuk mempertahankan diri Pada keadaan primitif, dari pertumbuhan pertama hidup berkelompok, maka
dorongan untuk mempertahankan diri harus menjadi cambuk untuk bekerja sama. Juga dengan hasil bahwa kelompok yang paling besar dan teratur dapat mengalahkan
yang lain. c.
Dorongan untuk kelangsungan hidup Teristimewa penggabungan diri secara alami untuk pemeliharaan keturunan.
Kerabat merupakan gerombolan yang akan menjadi inti dikemudian hari. Tiap-tiap proses diatas menunjukan tiga macam aspek kejiwaan seperti aspek
naluri, aspek kebiasaan dan asapek pikiran. Manusia merupakan makhluk yang dapat dipengaruhi oleh saran dan diliputi dengan hubungan-hubungan kemanusiaan sebagai
lapisan bahwa kejiwaan yang merupakan dasar segala bentuk keidupan bersama. Kewajiban ilmu sosial yaitu untuk memberikan kejelasan tentang fungsin
pengikat kecendrungan sosial yaitu perasaan yang egosentris lebih banyak tergantung dari rekan-rekan sosial dari pada yang dapat diduga semula. Sebagai contoh, rasa
58
Zainudin Ali. Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Kehidupan Prostitusi di Indonesia, h. 4
57
harga diri, yang tidak hanya dikenal oleh dorongan untuk menjadi berharga, tetapi untuk menampakkan dirinya berharga didepan orang lain.
Para pelaku prostitusi telah hilang rasa harga dirinya, mereka hanya dapat dinilai dengan uang dan didepan orang lain tidak bisa menunjukkan rasa yang
sekiranya tidak dapat dinilai dengan uang. Secara sosiologis, prostitusi merupakan perbuaan amoral yang terdapat dalam masyarakat. Para pelakunya tidak hanya dari
kalangan remaja, anak dibawah umur melainkan dari kalangan ibu-ibu rumah tanggapun ada. Hanya demi anak untuk mendapat sesuap nasi dan kesenangan sesaat
mereka telah mengorbankan kehormatan, harga diri, derajat, dan martabat didepan laki-laki hidung belang
59
. B.
Unsur-unsur tindak pidana prostitusi dalam pasal KUHP, Undang- undang Pornografi dan Perda Kota Bogor
Pada dasarnya, peraturan-peraturan hukum pidana bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan hukum dari perbuatan
yang dapat merusak dan membahayakan kepentingan hukum itu sendiri. Untuk mengetahui perbuatan apa saja yang dapat dikatakan sebagai perbuatan
yang merusak dan membahayakan kepentingan hukum perlu kiranya diketahui unsur - unsur. Pada dasarnya hukum pidana mempunyai dua unsur pokok yaitu:
1. Adanya suatu norma yaitu adanya suatu larangan.
2. Adanya sanksi atas pelanggaran norma tersebut yang berupa ancaman pidana
59
Ibid, h. 10
58
Dalam ketentuan pidana yang di atur dalam pasal 296, 297, 506 KUHP
60
. Undang-undang Pornografi
61
. Serta Peraturan Daerah Kota Bogor
62
. Itu juga di syaratkan bahwa perbuatan prostitusi harus benar-benar ditertibkan secara Undang-
undang dan dibantu oleh segenap elemen masyarakat Limus Nunggal. Menurut sejarah pembentukan ketentuan pidana yang diatur di dalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana KUHP Pasal 296, 506, 297. Itu dapat diketahui apabila meereka menyediakan sarana tempat persetubuhan 296 KUHP , mereka
yang mencarikan pelanggaran bagi pelacur 506 KUHP, dan mereka yang menjual perempuan dan laki-laki di bawah umur untuk di jadikan pelacur297 KUHP.
63
Pelacuran merupakan masalah yang tidak hanya melibatkan pelacurnya saja, tetapi lebih dari itu merupakan suatu kegiatan yang melibatkan banyak orang seperti
germo, para calo, serta konsumen-konsumen yang sebagian besar pelakunya merupakan laki-laki yang sering luput dari perhatian aparat penegak hukum. .Di
Indonesia pemerintah tidak secara tegas melarang adanya praktek-praktek pelacuran
64
. Ketidak tegasan sikap pemerintah ini dapat dilihat pada Pasal 296, yang
bunyinya adalah sebagai berikut:
60
Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, Jakarta, Rineka Cipta h. 119 dan 200
61
Undang-undang Pornografi no 44 tahun 2008
62
Peraturan Daerah Kota Bogor no 08 tahun 2006
63
Ibid. KUHP dan KUHAP, Jakarta, Rineka Cipta h. 119 dan 200
64
Sadjipto Raharjo. Ilmu Hukum. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung, h. 99
59
“Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain, dan menjadikannya sebagai pencarian atau kebiasaan,
diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak
lima belas ribu rupiah”. Dan pasal 506 yang berbunyi: “Barang siapa menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang wanita dan
menjadikannya sebagai pelacur, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun”
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP. Yang dilarang dalam KUHP adalah mengeksploitir seksualitas orang lain baik sebagai “pencaharian ataupun
kebiasaan” pasal 296 KUHP atau “menarik keuntungan” dari pelayanan seks komersial seorang perempuan dengan praktek germo pasal 506 KUHP. Pasal-
pasal tersebut dalam KUHP hanya melarangmereka yang membantu dan menyediakan pelayanan seks secara illegal, artinya larangan hanya diberikan untuk
mucikari atau germo, sedangkan pelacurnya sendiri sama sekali tidak ada pasal yang mengaturnya.
Kegiatan seperti
itupun tidak
dikelompokkan sebagai
tindakan kriminal.Meskipun demikian hukum pidana tetap merupakan dasar dari peraturan-
peraturan dalam industri seks di Indonesia. Karena larangan pemberikan pelayanan seksual khususnya terhadap praktek-praktek pelacuran tidak ada dalam
hukum negara, maka peraturan dalam industri seks ini cenderung didasarkan pada peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah daerah, baik pada tingkat
propinsi, kabupaten dan kecamatan, dengan mempertimbangkan reaksi, aksi dan
60
tekanan berbagai organisasi masyarakat yang bersifat mendukung dan menentang pelacuran tersebut
65
. Kemudian apabila melihat dari Undang-undang Pornografi No 44 tahun 2008,
dalam Pasal empat yang berbunyi: “Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menawarkan, memperjualbelikan, atau menyediakan
jasa pornografi yang secara ekslisif memuat
66
: a.
Persenggamahan, termasuk persenggamahan yang menyimpang. b.
Kekerasan seksual. c.
Masturbasi atau onani. d.
Ketelenjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan. e.
Alat kelamin. Dalam sanksi pidana pasal empat Undang-undang Pornografi No 44 tahun
2008 dimana dalam Pa sal tiga puluh yang berbunyi: “Setiap orang yang menyediakan
jasa pornografi sebagaimana dimaksud dalam pasal empat dipidana dengan pidana penjara paling singkat enam bulan dan paling lama enam tahun dan atau pidana denda
paling sedikit Rp. 250.000.000. Dua ratus lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp 3.000.000.000. Tiga milliar rupiah. Serta apabila dilihat dari Peraturan Daerah
Kota Bogor nomor 08 tahun 2006, didalam bagian kedelapan tentang tertib sosial pasal 19 dan pasal 20 yang berbunyi
67
:
65
Sabian Utsman. Dasar-dasar Sosiologi Hukum. Pustaka Pelajar, h. 31
66
Undang-undang Republik Indonesia. Undang-undang Pornografi No 44 tahun 2008
67
Peraturan Daerah Kota Bogor. No 08 tahun 2006. Tentang Tertib Sosial. Pasal 19 dan Pasal 20
61
Pasal 19 : “ Setiap orang dilarang berkumpul atau bertingkah laku dijalan,
dijalur hijau, taman, dan tempat – tempat umum yang patut diduga kemudian berbuat
asusila. Pasal 20: ayat 1. Setiap orang atau badan dilarang menggunakan dan
menyediakan atau mengunjungi bangunan atau rumah sebagai tempat untuk berbuat asusila.
Ayat 2: Setiap orang atau badan dilarang memberikan kesempatan untuk berbuat asusila.
Dalam hal ini ada beberapa Faktor-faktor yang menyebabkan timbul dan berkembangnya prostitusi antara lain :
a. Kondisi kependudukan yang anntara lain: jumlah penduduk yang besar dengan
komposisi penduduk wanita lebih banyak dari pada penduduk laki-laki. b.
Perkembangan tekhnologi yang antara lain: Tekhnologi industry kosmetik ttermasuk operasi plastik, alat-alat dan obat pencegah kehamilan.
c. Lemahnya penerapan dan ringannya sanksi hukum positif yang diterapkan
terhadap pelanggaran hukum. Pelanggaran hukum tersebut dapat dilakukan oleh pelaku subyek prostitusi, pengelola hotelpenginapan dan lain-lain.
d. Kondisi lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam seperti:
Jalur-jalur jalan, taman-taman kota, tempat-tempat lain yang sepi dan kurang fasilitas penerangan di malam hari sangat menunjang untuk terjadinya praktek
prostitusi.
62
Prostitusi ditinjau dari sudut manapun merupakan suatu kegiatan yang berdampak tidak baik negatif
68
. Dampak negatif tersebut antara lain: 1.
Secara sosiologis prostitusi merupakan suatu perbuatan amoral yang bertentangan dengan norma dan etika yang ada didalam masyarakat.
2. Dari aspek pendidikan, prostitusi merupakan kegiatan yang demoralisasi.
3. Dari aspek kewanitaan, prostitusi merupakan kegiatan merendahkan harkat dan
martabat wanita. 4.
Dari aspek ekonomi, prostitusi dalam prakteknta sering terjadi pemerasan tenaga kerja.
5. Dari aspek kesehatan, praktek prostitusi merupakan media yang sangat efektif
untuk menularnya penyakit kelamin dan kandungan yang sangat berbahaya. 6.
Dalam aspek kamtibmas, praktek prostitusi dapat menimbulkan kegiatan- kegiatan kriminal.
Pemerintah tiap daerah melegalkan tempat-tempat prostitusi untuk menaikkan pendapatan daerah dimana-mana secara tidak langsung pendapatan hasil daerah
bertambah dan disisi lain sangat menguntungkan pemda. Seperti halnya tempat lokalisasi yang terdapat disetiap darah wisata. Pemerintah Daerah PEMDA
setempat tidak melarang para pelaku seks komersil untuk beraktifitas dan
68
Sabian Utsman. Dasar-dasar Sosiologi Hukum. Makna Dialog antara hokum dan Masyarakat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta, h. 47 dan 48
63
menjalankan pekerjaannya sebagai pelacur ditempat tersebut. Sehingga tidak sembarang orang untuk dapat masuk ketempat itu
69
. Dalam hal ini bagaimana peran pemerintah pusat dalam menaggulangi dan
menutup tempat lokalisasi disetiap daerah melihat sebagian besar pendapatan daerah mengucur dari hasil tempat lokalisasi tersebut. Namun, seakan-akan pemerintah pusat
pun melegalkan tindakan itu karena para konsumen yang berdatangan ketempat tersebut berasal dari golongan pejabat atas juga.
Kehidupan para pelaku prostitusi sangatlah primitif. Dilihat dari segi sosiologisnya,mereka dipandang rendah oleh masyarakat sekitar, dicemooh, dihina, di
usir dari tempat tinggalnya, dan lain-lain sebagainya. Mereka seakan-akan sebagai makhluk yang tidak bermoral dan meresahkan warga sekitar serta mencemarkan
nama baik daerah tempat berasal mereka. Bila dilihat dari segi manapun dampak adanya prostitusi sangatlah tidak baik
Negatif
70
. Ada beberapa aspek negatif yang ditimbilkan oleh adanya praktek prostitusi diantaranya adalah:
Dililihat dari aspek pendidikan, prostitusi merupakan kegiatan yang demoralisasi.
Dari aspek kewanitaan, prostitusi merupakan kegiatan merendahkan martabat wanita.
69
Ali Zainudin, Sosiologi Hukum. Sinar Grafika. 2008, h. 25
70
Zainudin Ali. Tinjauan Sosiologi Hukum terhadap kehidupan prostitusi di Indonesia, h. 127
64
Dari asapek ekonomi, prostitusi dalam prakteknya sering terjadi pemerasan tenaga kerja.
Dari aspek kesehatan, praktek prostitusi merupakan media yang sangat berbahaya.
Dari aspek kamtibmas, praktek prostitusi dapat menimbulkan kegiatan- kegiatan kriminal.
Dari aspek penataan kota, prostitusi dapat menurunkan kualitas dan estetika lingkungan perkotaan.
Permasalahan prostitusi tidak ubahnya sama dengan manusia pada umumnya, secara garis besar prostitusi tentunya juga mempunyai suatu makna hidup. Sama
halnya dengan manusia atau individu lainnya. Proses penemuan makna bukanlah merupakan suatu perjalanan yang mudah bagi seorang Pekerja Seks Komersial
PSK, perjalanan untuk dapat menemukan apa yang dapat mereka berikan dalam kehidupan mereka, apa saja yang dapat diambil dari perjalanan mereka selama ini,
serta sikap yang bagaimana diberikan terhadap ketentuan atau nasib yang bisa mereka rubah, yang kesemuanya itu tidak bisa lepas dari hal-hal apa saja yang diinginkan
selama menjalani kehidupan, serta kendala apa saja yang dihadapi oleh mereka dalam mencapai makna hidup
71
. Salah satu faktor yang mempengaruhi sosiologi hukum adalah bahwa
perbedaan hukum dengan kebiasaan terletak pada unsur kekuasaan resmi, yang dapat memaksakan berlakunya hukum tersebut. Selain daripada itu hingga kini ada
71
Ronny Soemitro. Study Hukum Dalam Masyarakat. 1985. Alumni Bandung, h. 12
65
kecendrungan kuat dalam penetapan hukum, untuk mempertehankan prinsip dan pola yang telah ada dalam sistem hukum.
Dalam menguraikan teori tentang masyarakat Durkheim menaruh perhatian yang basar terhadap kaidah hukum yang di hubungkannya sebagai jenis solidaritas
dalam masyarakat, hukum dirumuskan sebagai kaidah yang bersanksi dimana berat ringannya tergantung pada 1 sifat pelanggaran, 2 anggapan serta keyakinan
masyarakat tentang baik buruknya perilaku tertentu, 3 peranan sanksi tersebut dalam masyarakat
72
. Selain dari pada itu terdapat sanksi yang tujuan utamanya adalah pemulihan
keadaan seperti keadaan sebelum terjadinya pelanggaran terhadap kaedah-kaedah yang mungkin menyebabkan kegoncangan dalam masyarakat. Kaedah dengan sanksi
semacam itu merupakan kaedah hukum restitutif dengan pengurangan unsur pidana sosial yang terdapat didalamnya. Kaidah hukum tersebut kemudian dikaitkan dengan
bentuk solidaritas yang menjadi ciri masyarakat tertentu, oleh karena itu jenis kaidah hukum merupakan akibat dari bentuk solidaritas tertentu, antara lain
73
: 1.
Solidaritas mekanis yang terutama terdapat pada masyarakat sederhana yang relative masih homogin struktur sosial dan kebudayaannya. Dalam bentuk ini
warga masyarakat tergantung pada kelompoknya dan keutuhan masyarakat terjamin oleh hubungan antar manusia karena adanya tujuan bersama.
72
Teori Makro. Max Webber Dan Durkheim, h. 90 dan 91
73
Ibid, h. 130
66
2. Solidaritas organik yang ditandai antara lain adanya pembagian kerja dalam
masyarakat yang biasanya dijumpai pada masyarakat yang kompleks dan heterogin struktur sosial dan kebudayaannya. Dalam hal ini pengembalian
kedudukan seseorang yang dirugikan merupakan hal yang diprioritaskan.