3.7.5 Analisa kadar karoten
Ektrak MSM ditimbang 0,0400 g ke dalam labu tentukur 10 ml, lalu ditambahkan heksan sampai garis tanda LIB I. Kemudian diambil 100 µl LIB I
ke dalam labu tentukur 10 ml dan diencerkan dengan heksan sampai garis tanda. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang λ = 446 nm. Pekerjaan yang
sama dilakukan terhadap ekstrak dari transesterifikasi dan solvolitik misellisasi AOCS, 1989.
Kadar karoten Keterangan: V
= Volume Karoten yang telah diencerkan A
= Asobrbansi 383
= BM karoten dalam lemak W
= berat sampel yang ditimbang
3.8 Pengujian Kemampuan Antioksidan dengan Spektrofotometri Visibel
3.8.1 Prinsip metode penangkapan radikal bebas DPPH
Kemampuan sampel uji dalam meredam oksidasi DPPH 1-1-diphenyl-2- picryl-hidrazyl sebagai radikal bebas dalam larutan metanol sehingga terjadi
peredaman warna ungu DPPH dengan nilai IC
50
konsentrasi sampel uji yang mampu meredam radikal bebas sebesar 50 digunakan sebagai parameter untuk
menentukan aktivitas antioksidan sampel uji tersebut Sihombing, et al., 2009.
3.8.2 Pembuatan larutan blanko
Larutan DPPH 0,5 mM dipipet sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan volumenya dengan metanol sampai garis
tanda konsentrasi 40 µgml Molyneux, 2004.
3.8.3 Penentuan panjang gelombang absorbansi maksimum DPPH
Larutan DPPH konsentrasi 40 ppm dihomogenkan dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 515 - 520 nm Marxen, et al., 2007.
3.8.4 Pembuatan larutan induk sampel uji
Sebanyak 250 µl sampel uji kandungan karoten ekstrak MSM 3835 µgml; transesterifikasi 6514 µgml; solvolitik misellisasi 24400 µgml dipipet kemudian
dilarutkan dalam labu tentukur 25 ml dengan heksan, lalu volumenya dicukupkan dengan heksan sampai garis tanda konsentrasi MSM 38,35 µ gml; hasil
transesterifikasi 65,14 µ gml; hasil solvolitik misellisasi 244,00 µgml.
3.8.5 Pembuatan larutan uji 3.8.5.1 Pembuatan larutan uji ekstrak MSM
Larutan induk dipipet sebanyak 522 µl; 1040 µl; 1560 µl; 2080 µl, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml untuk mendapatkan
konsentrasi 2, 4, 6 dan 8 µgml, ke dalam masing-masing labu tentukur ditambahkan 2 ml kloroform, lalu dikocok. Setelah itu, ditambahkan 2 ml larutan
DPPH 0,5 mM konsentrasi 40 µgml lalu volume dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda, didiamkan di tempat yang gelap selama 60 menit, lalu diukur
serapannya pada spektrofotometer UV-Visibel.
3.8.5.2 Pembuatan larutan uji ekstrak dari transesterifikasi
Larutan induk dipipet sebanyak 307 µl; 614 µl; 921 µl; 1230 µl, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml untuk mendapatkan konsentrasi 2, 4, 6
dan 8 µ gml, ke dalam masing-masing labu tentukur ditambahkan 2 ml larutan DPPH 0,5 mM konsentrasi 40 µgml lalu volume dicukupkan dengan metanol
sampai garis tanda, didiamkan di tempat yang gelap selama 60 menit, lalu diukur serapannya pada spektrofotometer UV-Visibel .
3.8.5.3 Pembuatan larutan uji ekstrak dari solvolitik misellisasi
Larutan induk dipipet sebanyak 82 µl; 164 µl; 246 µl; 328 µl, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml untuk mendapatkan konsentrasi 2, 4, 6
dan 8 µgml, ke dalam masing-masing labu tentukur ditambahkan 2 ml kloroform, lalu dikocok. Setelah itu, ditambahkan 2 ml larutan DPPH 0,5 mM
konsentrasi 40 µgml lalu volume dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda, didiamkan di tempat yang gelap selama 60 menit, lalu diukur serapannya
pada spektrofotometer UV-Visibel.
3.8.6 Pembuatan larutan induk vitamin C
Sebanyak 10 mg vitamin C ditimbang kemudian dilarutkan ke dalam labu tentukur 10 ml dengan metanol lalu dicukupkan dengan metanol sampai garis
tanda konsentrasi 1000 µgml.
3.8.7 Pembuatan larutan vitamin C
Larutan induk dipipet sebanyak 10 µl, 20 µl, 30 µl, 40 µl kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml untuk mendapatkan
konsentrasi 1 µgml, 2 µgml, 3 µgml, 4 µgml, kemudian dalam masing-masing labu tentukur ditambahkan 2 ml larutan DPPH 0,5 mM konsentrasi 40 µgml
lalu volume dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda, didiamkan ditempat yang gelap selama 60 menit, lalu diukur serapannya pada spektrofotometer UV-
Visibel.
3.8.8 Pembuatan larutan induk CPO