Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Perangkat Daerah Di Pemerintahan Kabupatan Karo
PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN KEJELASAN
SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT
PERANGKAT DAERAH DI PEMERINTAHAN
KABUPATAN KARO
T E S I S
Oleh
HARTIKA SARI GINTING
077017075/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
SE K O L AH
P A
S C
A S A R JA
(2)
PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN KEJELASAN
SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT
PERANGKAT DAERAH DI PEMERINTAHAN
KABUPATAN KARO
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
HARTIKA SARI GINTING
077017075/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
(3)
Judul Tesis : PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PERANGKAT DAERAH DI PEMERINTAHAN KABUPATAN KARO
Nama Mahasiswa : Hartika Sari Ginting
Nomor Pokok : 077017075
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui : Komisi Pembimbing,
(Erlina, SE, M.Si, Ph.D) (Drs. Rasdianto, M.A.)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 9 September 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak
Anggota : 1. Drs. Rasdianto, M.A.
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang saya tulis dengan judul ;
“PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN KEJELASAN SASARAN
ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PERANGKAT DAERAH DI PEMERINTAHAN KABUPATAN KARO”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.
Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan dan disajikan telah dinyatakan dengan benar dan jelas.
Medan, September 2009 Yang membuat pernyataan
Hartika Sari Ginting
(6)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui dan menganalisis pengaruh secara simultan dan secara parsial partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja aparat perangkat daerah di Pemerintahan Kabupaten karo. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian : Apakah terdapat pengaruh secara simultan dan parsial partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja aparat perangkat daerah di Pemerintahan Kabupaten Karo? Hipotesis : Terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja aparat perangkat daerah di Pemerintahan Kabupaten Karo.
Populasi dalam penelitian ini adalah aparat perangkat daerah setingkat Kepala Badan, Bagian, Dinas, Kantor, Bidang, Kepala Sub Bagian, Sub Dinas, Kasub Bidang dan Kepala Seksi di Pemerintahan Kabupaten Karo. Jumlah sampel dalam penelitian ini dhitung dengan menggunakan pendekatan Slovin. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilias instrumen, uji asumsi klasik dan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menemukan bahwa terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja aparat perangkat daerah di Pemerintahan Kabupaten Karo.
(7)
ABSTRACT
The object of this research is to known the simultaneously and partially effect of budget participation and explicit of budget goal to the apparatus performance in Pemerintahan Kabupaten Karo. The problem of this research : Is simultaneously and partially effect of budget participation and explicit of budget goal to the apparatus performance in Pemerintahan Kabupaten Karo? The hypothesis in this research is : simultaneously and partially, any effect of budget participation and explicit of budget goal to the apparatus performance in the district administration karo
Populasi in this research is territory apparutus in grade head of department, agency and official, head of sub department, agency and official and head of section. Jum of sampel accounted with Slovin Approach. Before done hypothesis test, previously done intrument reliability and validity test, classical asumption test and multiple regression analysis.
The result of this research find that simultaneously and partially, any effect of budget participation and explicit of budget goal to the apparatus performance in the district administration karo
.
(8)
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas, penulis menyampaikan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena dorongan rahmat, karunia dan anugerahNya yang berkelimpahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal tesis ini.
Dalam menyelesaikan usulan tesis ini tentu saja penulis banyak menemui kesulitan-kesulitan, kendala-kendala dan hambatan-hambatan, akan tetapi berkat bantuan, bimbingan, petunjuk dan masukan dari berbagai pihak lainnya penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan Sekolah Pascasarjana.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc,, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang senantiasa dengan sabar dan secara berkesinambungan meningkatkan layanan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini. 4. Ibu Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, selaku Ketua Komisi Dosen Pembimbing yang
telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.
5. Bapak Drs. Rasdianto, M.A., selaku Anggota Komisi Dosen Pembimbing yang yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.
(9)
6. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Anggota Komisi Dosen Pembanding yang yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.
7. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku Anggota Komisi Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.
8. Bapak Drs. Daulat Sinulingga, selaku Bupati Karo yang telah mendukung penulis untuk mengikuti studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan memberikan izin untuk melakukan penelitian di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Karo.
9. Bapak Dr. Sumbul Sembiring, M.Sc selaku mantan Setda Kabupaten Karo (2001-2008) dan Bapak Ir. Maktur Ginting, M.Sc, selaku Setda Kabupaten Karo yang telah mendukung penulis mengikuti studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan memberikan izin untuk melakukan penelitian di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Karo.
10. Bapak Drs. Seruan Sembiring, M.Si, selaku Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Karo yang telah banyak memberikan dorongan dan dukungan kepada penulis ketika meminta izin belajar untuk mengikuti studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
11. Bapak Ir. Pantas Samosir, selaku Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Karo yang telah banyak memberikan dorongan dan dukungan untuk menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 12. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Ayahanda P. Ginting dan Ibunda R. br
Pinem, yang senantiasa memberikan doa, cinta, dukungan semangat dalam menyelesaikan perkuliahan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 13. Kedua mertua tercinta dan tersayang yang telah memberikan motivasi, semangat
dengan penuh kasih sahang kepada penulis, serta doa yang tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
(10)
14. Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada kekasih hati, yaitu suami tercinta yang telah banyak memberikan cinta, doa dan motivasi sepanjang penulis mengikuti perkuliahan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
15. Rekan – rekan kerja penulis di Dinas Pendidikan Nasional dan Bappeda Pemerintah Kabupaten Karo yang telah banyak memberikan dukungan dan membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
16. Bapak/Ibu aparat perangkat daerah di Pemerintah Kabupaten Karo yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan bersedia meluangkan waktunya mengisi kuesioner penelitian dalam penelitian ini.
17. Rekan – rekan mahasiswa di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi Ilmu Akuntansi yang telah banyak memberikan dukungan, kritik dan saran demi kesempurnaan hasil penelitian dalam tesis ini.
Disamping itu, teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda tersayang P. Ginting dan R. br Pinem, Keluarga tersayang : Hendry Jani Ginting, Harta Ulina br Ginting, dan Herry Ricardo Ginting, yang senantiasa memberikan dukungan baik moriil maupun materiil juga semangat, nasehat dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penyajian maupun dari segi penyusunannya. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna penyempurnaan tesis ini pada masa yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi rekan mahasiswa/i.
Medan, September 2009 Penulis,
(11)
(12)
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Hartika Sari Ginting Tempat/Tgl. Lahir : Berastepu, 09 Juli 1977 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Katolik Alamat : Kabanjahe
Telepon : 0811624507
Pendidikan
2007 – 2009 : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Program Studi Ilmu Akuntansi
1997– 2001 : Unika St. Thomas Medan 1994 – 1997 : SMA Budi Murni 1 Medan 1991 – 1994 : SMP Sint. Xaverius I Kabanjahe 1985 – 1991 : SD Sint. Xaverius I, Kabanjahe
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Dinas Pendidikan di Pemerintahan Kabupatan Karo.
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
1.5. Originalitas Penelitian ... 7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA... 9
2.1...L andasan Teori ... 9
2.1.1. Kinerja Sektor Publik ... 9
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sektor Publik... 13
2.1.3. Partisipasi Anggaran ... 16
2.1.4. Kejelasan Sasaran Anggaran... 20
(14)
BAB III : KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 26
3.1. Kerangka Konseptual ... 26
3.2. Hipotesis ... 28
BAB IV : METODE PENELITIAN ... 29
4.1...Je nis Penelitian ... 29
4.2...L okasi dan Waktu Penelitian ... 29
4.3...P opulasi dan Sampel ... 30
4.4...M etode Pengumpulan Data ... 31
4.5...D efinisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 31
4.5.1. Partisipasi Anggaran (X1) ... 32
4.5.2. Kejelasan Sasaran Anggaran (X2)... 32
4.5.3. Kinerja Aparat (Y) ... 33
4.6...A nalisis Univariat ... 35
4.6.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35
4.6.2. Uji Asumsi Klasik ... 36
4.6.3. Model Analisis Data ... 38
4.6.4. Pengujian Hipotesis ... 39
4.6.4.1. Uji Simultan (Uji F) ... 39
4.6.4.2. Uji Parsial (Uji t)... 39
(15)
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
5.1...H asil Penelitian ... 41
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 41
5.1.2. Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 46
5.1.3. Demograpi Responden Penelitian ... 47
5.2...A nalisis Deskriptif ... 48
5.2.1. Deskriptif Kinerja Aparat Perangkat Daerah Pemerintahan Kabupaten Karo ... 48
5.2.2. Deskriptif Partisipasi Anggaran di Pemerintahan Kabupaten Karo ... 50
5.2.3. Deskriptif Kejelasan Sasaran Anggaran di Pemerintahan Kabupaten Karo ... 51
5.3...A nalisis Univariat ... 52
5.3.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 52
5.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 55
5.3.2.1. Uji Normalitas... 55
5.3.2.2. Uji Heterokedastisitas ... 56
5.3.2.3. Uji Multikolinearitas ... 57
5.3.3. Model Analisis Data ... 58
5.3.4. Pengujian Hipotesis ... 60
5.3.5. Analisis Koefisien Determinan ... 61
5.4...Pe mbahasan ... 62
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
6.1. Kesimpulan ... 66
(16)
6.3. Saran ... 67
(17)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Review Penelitian Terdahulu ... 23
4.1. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 34
5.1. Satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintahan Kabupatan Karo .... 44
5.2. Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 46
5.3. Statistik Demograpi Responden Penelitian... 47
5.4. Deskriptif Kinerja Aparat Perangkat Daerah di Pemerintahan Kabupaten Karo ... 49
5.5. Deskriptif Partisipasi Anggaran di Pemerintahan Kabupaten Karo.... 50
5.6. Deskriptif Kejelasan Sasaran Anggaran di Pemerintahan Kabupaten Karo... 51
5.7. Hasil Uji Validitas Instrumen... 53
5.8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 54
5.9. Hasil Uji Multikolinearitas... 57
5.10. Output SPSS Untuk Indikator Uji Simultan (Uji F) ... 60
5.11. Output SPSS Untuk Indikator Uji Parsial (Uji t) ... 60
(18)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1. Diagram Konseptual... 26
4.1. Diagram Durbin – Watson ... 37
5.1. Peta Kabupaten Karo... 42
5.2. Hasil Uji Normalitas Data... 55
5.3. Hasil Uji Heterokedastisitas... 56
(19)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Distribusi Populasi ... 74
2. Permohonan Bantuan Pengisian Kuesioner Penelitian ... 76
3. Tabulasi Data ... 81
4. Kisaran Teoritis Total Skor Alat Ukur Untuk Masing – Masing Variabel ... 84
5. Rekap Tabulasi Data ... 85
6. Hasil Uji Validitas ... 87
7. Hasil Uji Reliabilitas ... 89
8. Hasil Regresi Linier Berganda ... 91
(20)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui dan menganalisis pengaruh secara simultan dan secara parsial partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja aparat perangkat daerah di Pemerintahan Kabupaten karo. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian : Apakah terdapat pengaruh secara simultan dan parsial partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja aparat perangkat daerah di Pemerintahan Kabupaten Karo? Hipotesis : Terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja aparat perangkat daerah di Pemerintahan Kabupaten Karo.
Populasi dalam penelitian ini adalah aparat perangkat daerah setingkat Kepala Badan, Bagian, Dinas, Kantor, Bidang, Kepala Sub Bagian, Sub Dinas, Kasub Bidang dan Kepala Seksi di Pemerintahan Kabupaten Karo. Jumlah sampel dalam penelitian ini dhitung dengan menggunakan pendekatan Slovin. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilias instrumen, uji asumsi klasik dan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menemukan bahwa terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja aparat perangkat daerah di Pemerintahan Kabupaten Karo.
(21)
ABSTRACT
The object of this research is to known the simultaneously and partially effect of budget participation and explicit of budget goal to the apparatus performance in Pemerintahan Kabupaten Karo. The problem of this research : Is simultaneously and partially effect of budget participation and explicit of budget goal to the apparatus performance in Pemerintahan Kabupaten Karo? The hypothesis in this research is : simultaneously and partially, any effect of budget participation and explicit of budget goal to the apparatus performance in the district administration karo
Populasi in this research is territory apparutus in grade head of department, agency and official, head of sub department, agency and official and head of section. Jum of sampel accounted with Slovin Approach. Before done hypothesis test, previously done intrument reliability and validity test, classical asumption test and multiple regression analysis.
The result of this research find that simultaneously and partially, any effect of budget participation and explicit of budget goal to the apparatus performance in the district administration karo
.
(22)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan suatu proses politik. Dalam hal ini, anggaran merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik (Mardiasmo, 2002). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa anggaran publik menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas.
Dahulu penganggaran dilakukan dengan sistem top-down, dimana rencana dan jumlah anggaran telah ditetapkan oleh atasan/pemegang kuasa anggaran sehingga bawahan/pelaksana anggaran hanya melakukan apa yang telah disusun. Penerapan system ini mengakibatkan kinerja bawahan/pelaksana anggaran menjadi tidak efektif karena target yang diberikan terlalu menuntut namun sumber daya yang diberikan tidak mencukupi (overloaded). Dalam proyeksi, atasan/pemegang kuasa anggaran kurang mengetahui potensi dan hambatan yang dimiliki oleh bawahan/pelaksana anggaran sehingga memberikan target yang sangat menuntut dibandingkan dengan kemampuan bawahan/pelaksana anggaran. Bertolak dari kondisi ini, sektor publik mulai menerapkan sistem penganggaran yang dapat menanggulangi masalah diatas, yakni anggaran partisipasi (participatory budgeting). Melalui sistem ini, bawahan/pelaksana anggaran dilibatkan dalam penyusunan anggaran yang
(23)
menyangkut sub bagiannya sehingga tercapai kesepakatan antara atasan/pemegang kuasa anggaran dan bawahan/pelaksana anggaran mengenai anggaran tersebut.
Proses penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi Perangkat Daerah (unit kerja). Rancangan anggaran unit kerja dimuat dalam suatu dokumen yang disebut dengan Rancangan Kerja Anggaran (RKA). RKA ini menggambarkan kerangka logis hubungan antara kebijakan anggaran (arah dan kebijakan umum APBD serta strategi dan prioritas APBD) dengan operasional anggaran ( program dan kegiatan anggaran) di setiap unit pelaksana anggaran daerah sesuai dengan visi, misi, tugas pokok dan fungsi yang menjadi kewenangan unit kerja yang bersangkutan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. RKA memuat juga standar analisa belanja, tolok ukur kinerja dan standar biaya sebagai instrumen pokok dalam anggaran kinerja. RKA merupakan dokumen pengganti dokumen daftar usulan kegiatan dan daftar usulan proyek yang selama ini digunakan dalam penyusunan rancangan APBD dengan sistem lama.
Anggaran pada sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter yang menggunakan dana milik rakyat. Hal inilah yang menjadi perbedaan dengan anggaran sektor swasta karena tidak berhubungan dengan pengalokasian dana dari masyarakat. Pada sektor publik pendanaan organisasi berasal dari pajak dan retribusi, laba perusahaan milik daerah atau negara, pinjaman pemerintah berupa utang luar negri dan obligasi
(24)
pemerintah, serta sumber dana lain yang sah dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.
Lingkup anggaran menjadi relevan dan penting di lingkungan pemerintah daerah. Hal ini terkait dengan dampak anggaran terhadap akuntabilitas pemerintah, sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Akuntabilitas melalui anggaran meliputi penyusunan anggaran sampai dengan pelaporan anggaran. Selain itu, anggaran merupakan elemen penting dalam sistem pengendalian manajemen karena anggaran tidak saja sebagai alat perencanaan keuangan, tetapi juga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan motivasi (Kenis, 1979; Chow et al., 1988; Antony dan Govindarajan, 1998, Halim et al., 2000).
Penelitian mengenai hubungan antara partisipasi dalam proses penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial merupakan penelitian yang masih banyak diperdebatkan. Beberapa penelitian mengenai hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial menunjukkan hasil yang tidak konsisten; Brownell dan Mc. Innes (1986); dan Indriantoro (1993) menemukan hubungan positif dan signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial. Berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan Milani (1975); Brownell dan Hirst (1986) dalam Sukardi (2002), dimana mereka menemukan hasil yang tidak signifikan antara.partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial.
(25)
Kenis (1979) mengatakan terdapat beberapa karakteristik sistem penganggaran. Salah satu karakteristik anggaran adalah kejelasan sasaran anggaran. Pada konteks pemerintah daerah, sasaran anggaran tercakup dalam Rencana Strategik Daerah (Renstrada) dan Program Pembangunan Daerah (Propeda). Menurut Kenis (1979), adanya sasaran anggaran yang jelas akan memudahkan individu untuk menyusun target-target anggaran. Selanjutnya, target-target anggaran yang disusun akan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai organisasi.
Pada konteks pemerintah daerah, kejelasan sasaran anggaran berimplikasi pada aparat, untuk menyusun anggaran sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai instansi pemerintah. Aparat akan memiliki informasi yang cukup untuk memprediksi masa depan secara tepat. Selanjutnya, hal ini akan menurunkan perbedaan antara anggaran yang disusun dengan estimasi terbaik bagi organisasi. Penelitian Locke dalam Kenis (1979) menunjukkan hubungan kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja manajerial menunjukkan hasil yang signifikan. Demikian juga, penelitian Darma (2004) mendukung adanya hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja dalam konteks pemerintah daerah. Hal ini didukung penelitian Abdullah (2004) yang mengatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kejelasan sasaran anggaran dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Namun sebaliknya, penelitian Adoe (2002) menunjukkan kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial. Penelitian Jumirin (2001) mengatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kejelasan sasaran anggaran dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
(26)
Penelitian mengenai hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja merupakan penelitian di bidang akuntansi manajemen yang masih dalam perdebatan karena hasil penelitian mengenai hubungan antara variabel tersebut tidak konsisten. Demikian halnya dengan hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja juga masih belum memberikan keseragaman kesimpulan.
Fenomena di atas merupakan ide yang mendasari dilakukannya penelitian kembali tentang hubungan partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja sektor publik. Untuk mengkonfirmasi ketidakkonsistenan hubungan partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja sektor publik, maka dilakukan pengamatan pada partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja aparat di Pemerintahan Kabupaten Karo.
Fenomena yang berkembang di Pemerintahan Kabupaten Karo pada Tahun 2006 atas penyampaian Surat Pertangungjawaban (SPJ) satuan kerja pada Pemerintah Kabupaten Karo menunjukkan keterlambatan dalam penyampaian SPJ SKPD untuk bulan Desember 2006. Kelalaian pengguna anggaran dalam menyampaikan surat pertanggungjawaban SKPD tepat pada waktunya telah mendapat teguran dari Kepala Bagian Keuangan, namun belum mendapat perhatian sepenuhnya dari pengguna anggaran masing-masing SKPD. Demikian halnya dengan tata cara penyusunan APBD, pelaksanaan tata keuangan usaha daerah dan penyusunan perhitungan APBD Kabupaten Karo belum sesuai dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006, sehinggga terjadi in-efisiensi anggaran dengan SILPA sebesar Rp. 57.972.690.041,84 pada tahun 2006.
(27)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan fenomena teoritis dan praktis sebagaimana diuraikan pada latar belakang masalah dimuka, maka dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat pengaruh secara simultan dan parsial partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja aparat perangkat daerah di Pemerintahan Kabupaten karo?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dilakukan penelitian ini adalah Untuk mengatahui dan menganalisis pengaruh secara simultan dan secara parsial partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja aparat perangkat daerah di Pemerintahan Kabupaten karo.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Peneliti
Sebagai bahan masukan bagi penulis menambah khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan dalam bidang akuntansi manajemen dan keuangan daerah khususnya tentang partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran dan implikasikan terhadap kinerja aparat perangkat daerah.
(28)
2. Bagi Pemerintah Kabupaten Karo
Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Karo didalam menyikapi fenomena yang berkembang sehubungan dengan partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran dan kinerja aparat perangkat daerah.
3. Peneliti Lanjutan
Sebagai bahan masukan penelitian bagi peneliti – peneliti lain didalam mengembangkan dan memperluas penelitian.
1.5. Originalitas Penelitian
Originalitas penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini berbentuk replikasi, yaitu penelitian replikasi Darma (2004). Terdapat beberapa perbedaan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dengan penelitian Sukardi (2004), yaitu :
1. Darma (2004) meneliti pada tahun 2004 (dasar data tahun 2003), sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2009 (dasar data tahun 2008). Perbedaan kedua dasar data ini berkaitan dengan perbedaan aturan perundangan yang berbeda, dimana Darama (2004) mengacu pada UU No. 22 tahun 1999, Undang-Undang No. 25 tahun 1999, dan Kepmendagri 29 Tahun 2002, sedangkan penelitian ini mengacu pada Undang-Undang No. 32 tahun 2004, Undang-Undang No. 33 tahun 2004 dan Permendagri 13 Tahun 2006.
2. Darma (2004) menggunakan variable kejelasan sasaran anggaran, sistem pengendalian akuntansi dan komitmen organisasi, implikasinya terhadap
(29)
Kinerja Manajerial, sedangkan dalam penelitian ini lebih difokuskan pada anggaran, yaitu partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran. Implikasi dari kedua variable yang digunakan dalam penelitian ini lebih difokuskan luas, yaitu kinerja aparat.
3. Objek penelitian Darma (2004) adalah keseluruhan Pemerindah Daerah di Indonesia, sedangkan penelitian ini lebih difokuskan pada Pemerintah Kabupaten Karo saja.
(30)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Kinerja Sektor Publik
Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun keiompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi (Mathis & Jackson, 2002).
Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan efektivitas kinerja organisasional. Menurut Mahoney et al. (1963) yang dimaksud dengan kinerja manajerial adalah kinerja indvidu anggota organisasi dalam kegiatan – kegiatan manajerial, antara lain : perencanaan, investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staf, negosiasi dan representasi. Stoner (1982) memberikan definisi kinerja manajerial adalah seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Maier (dalam As'ad, 1991) memberikan batasan kinerja atau prestasi kerja sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas lagt Lawler and Poter menyatakan bahwa kinerja adalah "succesfull role achievement" yang diperoleh seseorang dari perbuatanperbuatannya. Dari batasan tersebut As'ad (1991) menyimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai
(31)
seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Sedang Suprihanto (dalam Srimulyo, 1999) mengatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja seorang karyawan pada dasarnya adaiah hasil kerja seseorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran atau kinerja yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah di sepakati bersama.
Sedangkan kinerja manajerial adalah kinerja indvidu anggota organisasi dalam kegiatan – kegiatan manajerial, antara lain : perencanaan, investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staf, negosiasi dan representasi. Stoner (dalam Sardjito dan Muthaher, 2007) memberikan definisi kinerja manajerial adalah seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Vroom (dalam As'ad 1991), tingkat sejauh mana keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya disebut "level of performance". Biasanya orang yang level of performance-nya tinggi disebut sebagai orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standar dikatakan sebagai tidak produktif atau berperformance rendah.
Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun keiompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi (Mathis & Jackson, 2002), sedangkan kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan efektivitas kinerja organisasional. Menurut Mahoney et al. (1963) yang dimaksud dengan kinerja manajerial adalah kinerja indvidu anggota organisasi dalam kegiatan – kegiatan manajerial, antara lain : perencanaan,
(32)
investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staf, negosiasi dan representasi. Stoner (1982) memberikan definisi kinerja manajerial adalah seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Stoner (dalam Sardjito dan Muthaher, 2007) memberikan definisi kinerja manajerial adalah seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik atau pimpinan perangkat daerah dalam menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadiakan sebagai pengendalian organisasi karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system. Schiff dan Lewin dalam Srimuiyo (1999), mengemukakan bahwa anggaran yang telah disusun memiliki peranan sebagai perencanaan dan sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran digunakan sebagai sistem pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial. Seiring dengan peranan anggaran tersebut, Argyris (1952) juga menyatakan bahwa kunci dari kinerja yang efektif adalah apabila tujuan dari anggaran tercapai dan partisipasi dari bawahan memegang peranan penting dalam mencapai tujuan tersebut.
Pengukuran Kinerja merupakan alat yang bermanfaat dalam meningkatkan pelayanan publik secara efisien dan efektif, oleh karena itu melalui pengukuran kinerja dilakukan proses penilaian terhadap pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan penilaian kinerja dapat memberikan penilaian (justifikasi) yang obyektif dalam pengambilan keputusan.
(33)
Omar (1999) mengatakan strategi yang ditetapkan dalam sistem pengukuran kinerja dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan, antara lain :
1. Partisipasi unsur pimpinan dalam pertanggungjawaban tugas pokok dan fungsi Pemerintah Kabupaten Bantul telah melakukan inisiatif untuk melakukan pengukuran kinerja dengan membuat laporan akuntabilitas pemerintah kabupaten sebagai komitmen Kepala Daerah dalam memenuhi tuntutan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 dan PP Nomor 105 Tahun 2000. Pengukuran Kinerja yang disusun telah melibatkan seluruh pimpinan unit organisasi baik Kepala Dinas, Kepala Badan maupun Kepala Kantor sebagai bagian pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi selama satu periode tahun anggaran.
2. Kerangka kerja konseptual; dan komunikasi yang efektif.
Sistem pengukuran kinerja Pemerintah Kabupaten merupakan bagian integral dalam keseluruhan proses manajemen dan secara langsung dapat mendukung pencapaian tujuan pemerintah. Dalam setiap pelaporannya pengukuran kinerja dapat dijadikan tolok ukur akan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan tugas selama satu periode tahun anggaran, dilengkapi dengan alasan-alasan keberhasilannya berupa faktor-faktor yang mendorong keberhasilan tersebut. Demikian pula apabila terjadi kegagalan diungkapkan pula hambatan-hambatan dan kendala-kendala yang dihadapinya dan alternatif pemecahan masalah.
Pengukran kinerja ini dapat dijadikan alat monitor dan evaluasi pelaksanaan kinerja dan perbaikannya dimasa-masa yang akan datang.
(34)
Komunikasi merupakan hal penting dalam penciptaan dan pemeliharaan sistem pengukuran kinerja, komunikasi sebaiknya dari berbagai arah (multidirectional), berasal dari top down, bottom up dan secara horizontal berada di dalam dan lintas instansi pemerintah.
3. Keterlibatan aparatur pemerintah dan orientasi pelayanan kepada masyarakat. Keterlibatan aparatur pemerintah merupakan suatu cara terbaik dalam menciptakan budaya yang positif dan mensukseskan pengukuran kinerja. Apabila aparatur pemerintah memiliki masukan untuk kepentingan penciptaan sistem pengukuran kinerja maka pemerintah kabupaten akan mendapatkan sistem pengukuran kinerja yang sesuai dengan kebutuhannya.
Pelaksanaan pembangunan diarahkan pada peningkatan pelayanan prima dan berkualitas kepada masyarakat. Semakin kritis dan tingginya tuntutan masyarakat terhadap pembangunan perlu ditanggapi secara serius dan proporsional, dengan meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintah.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sektor Publik
Para pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbcdaan kinerja antara satu karyawan dengan karyawan, lainnya yang berada di bawah pengawasannya. Walaupun karyawan-karyawan bekerja pada tempat yang sama namun produktifitas mereka tidaklah sama. Secara garis besar perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor (As'ad, 1991), yaitu : faktor individu dan situasi kerja.
(35)
Menurut Tiffin dan Cormick (dalam Srimuiyo, 1999) ada dua variabel yang dapat mempengaruhi kinerja, yaitu:
a. Variabel individual, meliputi: sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan, serta faktor individual lainnya.
b. Variabel situasional, meliputi : faktor fisik dan pekerjaan, terdin dari; metode kcrja, kondisi dan desain perlengkapan kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik (penyinaran, temperatur, dan fentilasi)
1. Faktor sosial dan organisasi, meliputi: peraturan-peraturan organisasi, sifat organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.
Sutemeister (dalam Srimulyo, 1999) mengemukakan pendapatnya, bahwa kinerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
a. Faktor Kemampuan
1. Pengetahuan : pendidikan, pengalaman, latihan dan minat 2. Ketrampilan : kecakapan dan kepribadian.
b. Faktor Motivasi
1. Kondisi sosial : organisasi formal dan informal, kepemimpinan dan 2. Serikat kerja kebutuhan individu : fisiologis, sosial dan egoistic
(36)
Kenis (1979) menguraikan terdapat 5 Budgetary Characteristics: 1. Partisipasi Anggaran
Partisipasi anggaran menunjukkan pada luasnya partisipasi bagi aparat pemerintah daerah dalam memahami anggaran yang diusulkan oleh unit kerjanya dan pengaruh tujuan pusat pertanggungjawaban anggaran mereka.
2. Kejelasan Sasaran Anggaran
Kejelasan sasaran anggaran menunjukkan luasnya tujuan anggaran yang dinyatakan secara spesifik dan jelas, dan dimengerti oleh siapa saja yang bertanggung jawab.
3. Umpan Balik Anggaran
Kenis (1979) menemukan hanya kepuasan kerja dan motivasi anggaran ditemukan signifikan dengan hubungan yang agak lemah dengan umpan balik anggaran. Umpan balik mengenai tingkat pencapaian tujuan anggaran tidak efektif dalam memperbaiki kinerja dan hanya efektif secara marginal dalam memperbaiki sikap manajer. Penemuan ini gagal untuk menjelaskan hasil dari berbagai studi dengan hubungan umpan balik sikap, kinerja dalam task-goal setting.
4. Evaluasi Anggaran
Evaluasi anggaran menunjuk pada luasnya perbedaan anggaran yang digunakan kembali oleh individu pimpinan departemen dan digunakan dalam evaluasi kinerja mereka.
(37)
5. Kesulitan Tujuan Anggaran
Kesulitan Tujuan Anggaran adalah range dari "sangat longgar dan mudah dicapai" sampai "sangat ketat dan tidak dapat dicapai". Tujuan yang mudah dicapai gagal untuk memberikan suatu tantangan untuk partisipan dan memiliki sedikit pengaruh motivasi. Tujuan yang sangat ketat dan tidak dapat dicapai, mengarahkan pada perasaan gagal, frustrasi, tingkat aspirasi yang rendah, dan tujuan partisipan.
2.1.3. Partisipasi Anggaran
Anggaran merupakan rencana jangka pendek (biasanya satu tahun) perusahaan untuk melaksanakan sebagian rencana jangka panjang yang berisi langkah strategi untuk mewujudkan strategi objektif tertentu beserta taksiran sumber daya yang diperlukan. Nafirin (2000) mengemukakan bahwa anggaran merupakan suatu rencana keuangan periodic yang disusun berdasarkan program – program yang disahkan.
Kenis (1979) mengemukakan bahwa dalam penyusunan anggaran perlu diperhatikan perilaku para pelaksana anggaran dengan cara mempertimbangkan hal – hal berikut ini:
1. Anggaran harus dibuat serealitas mungkin, secermat mungkin sehingga tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi. Anggaran yang dibuat terlalu tinggi hanyalah angan-angan.
2. Untuk memotivasi manajer pelaksana diperlukan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran.
(38)
3. Anggaran yang dibuat harus mencerminkan keadilan, sehingga pelaksana tidak merasa tertekan, tetapi termotivasi.
4. Untuk membuat laporan realisasi anggaran diperlukan laporan yang akurat dan tepat waktu, sehingga apabila aterjadi penyimpangan yang memungkinkan dapat segera diantisipasi lebih dini.
Menurut Brownell (1982), partisipasi anggaran adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu dalam penyusunan anggaran, sementara Chong (2002) menyatakan sebagai proses dimana bawahan/pelaksana anggaran diberikan kesempatan untuk terlibat dalam dan mempunyai pengaruh dalam proses penyusunan anggaran. Kesempatan yang diberikan diyakini meningkatkan pengendalian dan rasa keterlibatan dikalangan bawahan/pelaksana anggaran. Partisipasi manajer dalam proses penganggaran mengarah kepada seberapa besar tingkat keterlibatan manajer dalam menyusun anggaran serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran (Kenis, 1979).
Partisipasi secara luas pada dasarnya merupakan proses organisasional, para anggota organisasi terlibat dan mempunyai pengaruh dalam suatu pembuatan keputusan yang berkepentingan dengan mereka. Partisipasi dalam konteks penyusunan anggaran merupakan proses para individu, yang kinerjanya dieveluasi dan memperoleh penghargaan berdasarkan budget emphasis, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan target anggaran (Brownell, 1982). Sebagaimana yang dikemukakan Milani (1975), bahwa tingkat keterlibatan dan pengaruh bawahan terhadap pembuatan keputusan dalam proses penyusunan anggaran merupakan faktor
(39)
utama yang membedakan antara anggaran partisipatif dengan anggaran non partisipatif. Aspirasi bawahan lebih diperhatikan dalam proses penyusunan anggaran partisipatif, sehingga lebih memungkinkan bagi bawahan melakukan negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran yang menurut mereka dapat dicapai.
Banyak penelitian bidang akuntansi manajemen yang menaruh perhatian terhadap masalah partisipasi dalam proses penyusunan anggaran, karena anggaran partisipatif dinilai mempunyai konsekuensi terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi. Partisipasi pekerja dalam proses penyusunan anggaran dapat mengakibatkan motivasi untuk mencapai target yang ditetapkan dalam anggaran, selain itu anggaran partisipatif juga menyebabkan sikap respek bawahan terhadap pekerjaan dan perusahaan (Milani, 1975). Cherrington dan Cherrington (1973) menemukan hubungan yang positif antara partisipasi dengan kepuasan kerja dan kinerja manajerial. Studi eksperimental tersebut menguji pengaruh pengendalian melalui anggaran dan pemberian penghargaan terhadap kepuasan kerja dan kinerja manajerial. Menurut penelitian tersebut, ada tiga tujuan utama yang dapat dicapai melalui partisipasi penganggaran, yaitu :
1. Akseptasi anggota organisasi terhadap rencana kegiatan. 2. Peningkatan semangat kerja
3. Peningkatan produktivitas.
Proses penyusunan anggaran suatu organisasi, merupakan kegiatan yang penting dan sangat kompleks, karena anggaran mempunyai kemungkinan dampak fungsional atau disfungsional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi (Milani,
(40)
1975). Argyris (1952) yang melakukan penelitian empiris terhadap proses penyusunan anggaran pada empat perusahaan manufaktor skala menengah menemukan adanya disfungsional anggaran terhadap sikap dan perilaku. Anggaran yang terlalu menekan cenderung menimbulkan sikap agresi bawahan terhadap atasan dan menyebabkan ketegangan dan hal tersebut justru tidak memotivasi bawahan untuk meningkatkan kinerjanya, bahkan menyebabkan inefisiensi sebagai dampak dari penyusunan anggaran yang kaku dengan target yang sulit dicapai. Disamping itu, Merchant (1981) menemukan hasil bahwa dengan partisipasi anggaran yang tinggi akan berdampak kepada menurunnya kinerja yang dipengaruhi oleh kesenjangan anggaran yang timbul akan partipasi yang tinggi didalam penyusunan anggaran tersebut. Hal ini terjadi akibat terbuka seluas – luasnya bagi bawahan untuk berpartisipasi terhadap proses penyusunan anggaran.
Partisipasi memberikan dampak positif terhadap perilaku karyawan, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan kerjasama diantara para manajer. Betapa pun demikian, Bentuk keterlibatan bawahan/pelaksana anggaran disini dapat bervariasi, tidak sama satu organisasi dengan yang lain. Tidak ada pandangan yang seragam mengenai siapa saja yang harus turut berpartisipasi, seberapa dalam mereka terlibat dalam pengambilan keputusan dan beberapa masalah menyangkut partisipasi (Siegel dan Ramanauskas-Marconi, 1989). Organisasi harus memutuskan sendiri batasanbatasan mengenai partisipasi yang akan mereka terapkan.
(41)
Ada dua alasan utama mengapa partisipasi anggaran penitng dalam penyusunan anggaran, yaitu (1) keterlibatan atasan/pemegang kuasa anggaran dan bawahan/pelaksana anggaran dalam partisipasi anggaran mendorong pengendalian informasi yang tidak simetris dan ketidakpastian tugas, (2) melalui partisipasi anggaran, individu dapat mengurangi tekanan tugas dan mendapatkan kepuasan kerja, selanjutnya dapat mengurangi senjangan anggaran.
2.1.4. Kejelasan Sasaran Anggaran
Anggaran daerah harus bisa menjadi tolak ukur pencapaian kinerja yang diharapkan, sehingga perencanaan anggaran daerah harus bisa menggambarkan sasaran kinerja secara jelas. Menurut Kenis (1979), kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung-jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Oleh sebab itu, sasaran anggaran daerah harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh mereka yang bertanggung-jawab untuk menyusun dan melaksanakannya.
Kenis (1979) menemukan bahwa pelaksana anggaran memberikan reaksi positif dan secara relatif sangat kuat untuk meningkatkan kejelasan sasaran anggaran. Reaksi tersebut adalah peningkatan kepuasan kerja, penurunan ketegangan kerja, peningkatan sikap karyawan terhadap anggaran, kinerja anggaran dan efisiensi biaya pada pelaksana anggaran secara signifikan, jika sasaran anggaran dinyatakan secara jelas. Locke (1968) dalam Kenis (1979) menyatakan bahwa penetapan tujuan spesifik akan lebih produktif daripada tidak menetapkan tujuan spesifik. Hal ini akan
(42)
mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik bagi pencapaian tujuan yang dikehendaki.
Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Locke (1968) dalam Kenis (1979) mengatakan kejelasan sasaran anggaran disengaja untuk mengatur perilaku karyawan.
Ketidakjelasan sasaran anggaran akan menyebabkan pelaksana anggaran menjadi bingung, tidak tenang dan tidak puas dalam bekerja. Hal ini menyebabkan kondisi lingkungan yang tidak pasti.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Milani (1975) menemukan adanya pengaruh positif antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajer, Brownell (1982) menemukan bahwa partisipasi dalam anggaran memiliki pengaruh yang rendah terhadap kinerja manajer, namun dalam pengujian selanjutnya (Brownell dan Mclness, 1986) menemukan bahwa anggaran partisipati memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja manajer.
Siegel & Marconi (1989) dalam Puspaningsih (2002) menyatakan bahwa kesenjangan anggaran merupakan usaha yang dapat dibuat oleh manajer sehubungan dengan partisipasi dalam penganggaran. Merchant (1981) menyatakan hubungan
(43)
negatif antara anggaran partisipatif dan kinerja manajerial dapat terjadi akibat tingkat partisipasi yang tinggi.
Locke (1967) dalam Kenis (1979) dan Kenis (1979) menunjukkan hubungan kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja manajerial menunjukkan hasil yang signifikan. Demikian juga, penelitian Darma (2004) mendukung adanya hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja dalam konteks pemerintah daerah. Hal ini didukung penelitian Abdullah (2004) yang mengatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kejelasan sasaran anggaran dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Namun sebaliknya, penelitian Adoe (2002) menunjukkan kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial. Penelitian Jumirin (2001) mengatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kejelasan sasaran anggaran dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
(44)
Rangkuman hasil penelitian terdahulu ditunjukkan pada matriks berikut ini.
Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Yang
Digunakan
Kesimpulan
1 Milani (1975) The Relationship of Participation in Budget Setting to Industrial Supervisor Performance
Attitudes : A. Field Study Participation in Budget (X) Supervisor Performance Attitudes (Y) Menemukan adanya pengaruh positif antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajer
2 Kenis (1979) The Effect of
Budgetary Goal Characteristics on Managerial Attitudes and Performance Budgetary Goal Characteristics (X) Managerial Attitudes (Y1)
Performance (Y2)
Hubungan kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja manajerial menunjukkan hasil yang signifikan.
3 Merchant (1981) The Design of
Corporate Budgeting System : Influences on Managerial Behavior and Performance
Participation in Budgeting (X1)
Budgetary Slack (X2)
Managerial Behavior and Performace (Y) Menyatakan hubungan negatif antara anggaran partisipatif dan kinerja manajerial dapat terjadi akibat tingkat partisipasi yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh kesenjangan anggaran yang timbul akibat partisipasi yang tinggi dalam penganggaran tersebut. Kesenjangan anggaran yang merupakan disfungsional dalam penganggaran ini adalah usaha yang dilakukan untuk melonggarkan
anggaran dengan harapan dapat mencapai kinerja yang
(45)
4 Brownell (1982) Participation in Budgeting Process : When It Works and When It Doesn’t
Participation in Budgeting Process (X) Managerial Performance (Y) Menemukan bahwa partisipasi dalam anggaran memiliki pengaruh yang rendah terhadap kinerja manajer.
5. Brownell dan
Mclness, (1986) Budgetary Participation, Motivation and Managerial Performance Budgetary Participation (X1),
Motivation (X2)
Managerial Performance (Y) Menemukan bahwa anggaran partisipati memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja manajer.
6 Jumirin (2001) Persepsi Kepala
Instansi Pemerintah Terhadap Otonomi Daerah dan Akuntabilitas Kinerja Persepsi Kepala Instansi Pemerintah (X) Otonomi Daerah (Y1)
Akuntabilitas Kinerja (Y2)
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kejelasan sasaran anggaran dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
7 Adoe (2002) Pengaruh
Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Perilaku, Sikap dan Kinerja Pemerintah Daerah di Propinsi Nusa Tenggara Timur
Karakteristik Tujuan Anggaran (X) Perilaku (Y1)
Sikap (Y2)
Kinerja Pemerintah Daerah (Y3)
Kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial. Penelitian Jumirin (2001) mengatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kejelasan sasaran anggaran dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. 8 Abdullah (2004) Pengaruh Kejelasan
Sasaran Anggaran, Pengendalian
Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Kabupaten dan Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta
Kejelasan Sasaran Anggaran (X1)
Pengendalian Akuntansi (X2)
Sistem
Pelaporan (X3)
Akuntabilitas Kinerja (Y)
Terdapat hubungan yang signifikan antara kejelasan sasaran anggaran dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
(46)
10 Darma, E.S. (2004)
Pengaruh Kejelasan Sasaran dan Sistem Pengendalian
Akuntansi Terhadap Kinerja Manajerial dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Pemoderasi pada Pemerintah Daerah
Kejelasan Sasaran (X1)
Sistem Pengendalian Akuntansi (X2)
Komitmen Organisasi (X3)
Kinerja Manajerial (Y)
Komitmen organisasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang
ingin dicapai organisasi. Komitmen
organisasi yang tinggi akan cenderung menurunkan senjangan
anggaran dan signifikan terhadap kinerja.
(47)
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan analogi teoritis dan tinjauan terhadap beberapa hasil penelitian terkait dengan hubungan partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran dan implikasinya terhadap kinerja, maka hubungan variabel penelitian dalam penelitian ini digambarkan melalui diagram kerangka konseptual berikut ini.
Gambar 3.1. Diagram Konseptual
Mardiasmo (2005) menyatakan terdapat beberapa alasan pentingnya anggaran sektor publik yaitu: (a) Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, (b) Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya (scarcity of resources), pilihan (choise) dan trade
offs. (c) Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah
bertanggung jawab terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.
Parisipasi Anggaran
Kejelasan Sasaran Anggaran
Kinerja Aparat Perangkat Daerah
(48)
Permendagri No. 36 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2007 menyatakan bahwa dalam penyusunan APBD harus memperhatikan prinsip-prinsip, sebagai berikut: (a) Partisipasi Masyarakat, (b) Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran, (c) Disiplin Anggaran, (d) Keadilan Anggaran, (e) Efisiensi dan Efektivitas Anggaran, dan (f) Taat Asas.
Chong (2002) menyatakan bahwa partisipasi anggaran merupakan proses dimana bawahan/pelaksana anggaran diberikan kesempatan untuk terlibat dalam dan mempunyai pengaruh dalam proses penyusunan anggaran. Merchant (1981) menemukan hasil bahwa dengan partisipasi anggaran yang tinggi akan berdampak kepada menurunnya kinerja yang dipengaruhi oleh kesenjangan anggaran yang timbul akan partipasi yang tinggi didalam penyusunan anggaran tersebut. Hal ini terjadi akibat terbuka seluas – luasnya bagi bawahan untuk berpartisipasi terhadap proses penyusunan anggaran.
Riyanto (2003) mengatakan hubungan karakteristik anggaran dipengaruhi oleh faktor-faktor individual yang bersifat psychological attributes. Efektif atau tidaknya kejelasan tujuan anggaran sangat ditentukan oleh psychological attributes. Implikasinya, faktor-faktor individual tersebut berfungsi sebagai pemoderasi dalam hubungan kejelasan tujuan anggaran dengan kesenjangan anggaran. Contoh
psychological attributes tersebut adalah komitmen organisasi.
Kejelasan tujuan anggaran akan mempermudah aparat pemerintah daerah dalam menyusun anggaran untuk mencapai target-target anggaran yang telah ditetapkan. Komitmen yang tinggi dari aparat pemerintah daerah akan berimplikasi
(49)
pada komitmen untuk bertanggung-jawab terhadap penyusunan anggaran tersebut. Dengan demikian, semakin jelas tujuan anggaran aparat pemerintah daerah dan dengan didorong oleh komitmen yang tinggi akan meningkatkan kinerja aparatur pemerintah.
3.2. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu permasalahan yang masih harus diuji kebenarannya secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan pustaka, tinjauan penelitian dan kerangka konseptual sebagaimana diuraikan dimuka, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja aparat perangkat daerah di Pemerintahan Kabupaten karo.
(50)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berdimensi hubungan kauasal (causal effect), yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta dari fenomena yang ada dan mencari keterangan secara faktual tentang hubungan dan pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Hubungan kausal (causal effect) dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan kausal (causal effect) partisipasi anggaran dan kejelasan tujuan anggaran terhadap kinerja kepala perangkat daerah, baik secara simultan maupun secara parsial.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kabupaten Karo yang beralamat di Jalan Jamin Ginting Kaban Jahe. Penelitian dilakukan terhadap partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran dan kinerja kepala perangkat daerah di Pemerintahan Kabupaten Karo. Penelitian direncanakan akan dilaksanakan terhitung dari Mei 2009 sampai dengan Agustus 2009 (Jadwal penelitian, terlampir: Lampiran 9)
(51)
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah aparat perangkat daerah setingkat Kepala Badan, Bagian, Dinas, Kantor, Bidang, Kepala Sub Bagian, Sub Dinas, Kasub Bidang dan Kepala Seksi yang tersebar di 50 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintahan Kabupaten Karo yang berjumlah 354 aparat.
Populasi dalam penelitian ini memiliki jumlah yang cukup besar, yaitu >100=354 aparat. Dengan keterbatasan waktu yang dimiliki, tidak memungkinkan dilakukan survey terhadap keseluruhan populasi, sehingga penelitian ini diarahkan kepada penelitian sampel.
Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993).
n
sampel =
2 1 N xd
N
+ Keterangan rumus :
n
sampel= jumlah sampel yang dijadikan responden
N
= jumlah populasi petugas (populasi)
d
2= adalah kuadrat dari indeks 10%
Dengan memakai rumus di atas dihasilkan sejumlah sampel
sebagai berikut :
n
sampel = 77.97
1 , 0 354 1
354 2 =
+ x
(52)
Dari sejumlah 354 populasi, diperhitungkan jumlah sampel yang representatif sebanyak 78 aparat. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan pendekatan
random sampling.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari aparat setingkat Kepala Badan/Kantor/Dinas/Unit, Kepala Sub dan Kepala Seksi yang berada dijajaran Pemerintahan Kabupaten Karo yang terpilih menjadi responden dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuesioner, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada responden agar responden tersebut memberikan jawabannya.
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan 2 variabel bebas, yaitu partisipasi anggaran (X1) dan kesenjangan anggaran (X2) serta satu variabel terikat, yaitu kinerja kepala perangkat daerah di Pemerintahan Kabupaten Karo. Definisi operasional dan dan metode pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini, diuraikan sebagai berikut:
(53)
4.5.1. Partisipasi anggaran (X1)
Partisipasi anggaran diartikan sebagai tingkat keterlibatan dan pengaruh para individu dalam proses penyusunan anggaran. Partisipasi anggaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah partisipasi manajer dalam proses penganggaran yang mengarah pada seberapa besar tingkat keterlibatan perangkat daerah dalam menyusun anggaran.
Variabel partisipasi anggaran diukur dengan instrument yang dikembangkan oleh Milani (1975). Instrumen tersebut telah banyak digunakan dalam penelitian – penelitian, antara lain Brownell (1982), Yenti (2003). Instrumen tersebut dimaksudkan untuk menilai keterlibatan responden dalam dan pengaruhnya pada proses penganggaran (Supriyono dan Sykhroza, 2003). Setiap responden diminta untuk menjawab 6 butir pertanyaan yang mengukur tingkat partisipasi, pengaruh yang dirasakan dan kontribusi responden dalam proses penyusunan anggaran, dengan miliki skala 1 sampai dengan 5. skala 1 menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi dan sebaliknya skala 5 menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah.
4.5.2. Kejelasan Sasaran Anggaran (X2)
Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauhmana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung-jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Variabel kejelasan sasaran anggaran diukur dengan menggunakan 4
(54)
pertanyaan yang digunakan oleh Kenis (1979) yang dikembangkan dari Saprudin (2001) dan Abdullah (2004). Variabel kejelasan sasaran anggaran diukur menggunakan skala likert tujuh poin, di mana skala rendah (1) menunjukkan rendahnya kejelasan tujuan anggaran dan skala tinggi (5) menunjukkan tingginya kejelasan tujuan anggaran.
4.5.3. Kinerja Aparat (Y)
Performance (kinerja) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing – masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggaran hukum dan seesuai dengan moral maupun etika. Kinerja manajerial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja kepala perangkat daerah dalam kegiatan – kegiatan manajerial, yaitu : Perencanaan, Investigasi, Koordinasi, Evaluasi, Pengawasan, Pengaturan Aparat, Negosiasi dan Perwakilan.
Dalam penelitian ini setiap responden diminta untuk mengukur kinerja pimpinannya dengan menggunakan instrument self rating yang dikembangkan Mahoney, dkk (1963), yaitu skala 1 – 5 (1 = sangat tidak setuju dan 5 sangat setuju).
(55)
Matriks operasional variabel penelitian dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 4.1. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala
Ukuran
Kinerja aparat perangkat daerah (Y)
Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing – masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggaran hukum dan seesuai dengan moral maupun etika. Kinerja manajerial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja kepala perangkat daerah dalam kegiatan – kegiatan manajerial.
1. Perencanaan 2. Investigasi 3. Koordinasi 4. Evaluasi 5. Pengawasan 6. Pengaturan
Aparat 7. Negosiasi 8. Perwakilan
Likert 1-5
Partisipasi anggaran
(X1)
Tingkat keterlibatan dan pengaruh para individu dalam proses penyusunan anggaran.
1. Partisipasi. 2. Kontribusi 3. Keterlibatan 4. Permintaan pendapat 5. Pemberian pendapat 6. Pengaruh Partisipasi Likert 1-5 Kejelasan sasaran anggaran (X2)
Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung-jawab atas
1. Kejelasan sasaran. 2. Konsekuensi
kejelasan anggaran
3. Mudah dimengerti 4. Ketidakjelasan
sasaran anggaran
Likert 1-5
(56)
pencapaian sasaran anggaran tersebut.
4.6. Analisis Univariat
4.6.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif, yaitu yaitu persepsi responden yang kemudian dikuantifikasikan agar dapat dilakukan uji statistik. Untuk menguji kesahihan persepsi responden digunakan uji kualitas data, yang meliputi :
a. Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauhmana suatu alat ukur diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item pertanyaan/pernyataan kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengikur validitas butir pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl Pearson (validitas isi/content validity) dengan cara mengkorelasikan masing – masing item pertanyaan/pernyataan kuesioner dan totalnya, selanjutnya membandingkan r tbale dengan r hitung.
Penentuan valid tidaknya pertanyaan/pernyataan kuesioner ditentukan melalui besarnya koefisien korelasi, yaitu : jika r hitung positif dan r hitung > r table,
maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner valid, dan sebaliknya jika r
hitung negative dan r hitung <r table, maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner tidak valid. (Ghozali, 2005)
(57)
Hasil dari uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui instrumen penelitian yang dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Pengujian dilakukan dengan menggunakan teknik cronbach alpha. Dimana suatu instrumen dapat dikatakan reliabel bila memiliki koefisien keandalan atau alpha sebesar: (a) <0,6 tidak reliabel, (b) 0,6-0,7 acceptable, (c) 0,7-0,8 baik, dan (d) >0,8 sangat baik (Sekaran, 2002).
4.6.2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam suatu variabel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan adalah data yang memiliki distribusi atau sebaran normal. Normalitas data dapat dilihat melalui sebaran Plot pada Graph P-P Plot
berbentuk linier dan tertumpu di sekitar garis diagonal P-P Plot.
b. Uji Heteroskedastiitas
Ghozali (2005) mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastistas dilakukan uji Glejser dengan melihat tingkat signifikansi dari hasil regresi nilai absolute residual sebagai variabel terikat dengan variabel bebas. Deteksi ada atau tidaknya heterosdekastisitas dapat juga dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada grafik plot (scatterplot) antara nilai prediksi variabel terkait (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).
(58)
c. Uji Multiklonearitas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel bebas (independent). Model yang baik seharusnya tidak terjadi adanya korelasi antara variabel bebas. Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinearitas, yaitu dengan menganalisis nilai tolerance serta Variance Inflation Faktor (VIF)
>0.1 dan nilai tolerance <1.0 (Ghozali, 2005) d. Uji Autokorelasi
Digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan adanya autokorelasi, yaitu dengan Durbin Watson (DW), yaitu dengan membandingkan nilai DW statistic dengan DW table. Apabila nilai DW statistic terletak pada daerah no autocorrelation berarti telah memenuhi asumsi klasik regresi.
Untuk mengetahui posisi tersebut terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai Durbin-Watson dengan rumus : 4-du dan 4-dl. Untuk mencari nilai du dan dl dilakukan dengan melihat table dw. Lebih jelasnya autokorelasi digambarkan sebagai berikut :
Sumber: Ghozali (2003)
Ho diterima (no serial correlation)
Autokorelasi (+) Autokorelasi (-)
4 4-dl
(4-du) du
dl 0
(59)
Gambar 4.1. Diagram Durbin – Watson
Ghozali (2005) mendeteksi autokorelasi dengan indicator sebagai berikut : a. Jika nilai DW hitung > batas atas (du) tabel, berarti terdapat autokorelasi b. Jika nilai DW hitung < batas atas (du) tabel, berarti terdapat autokorelasi
4.6.3. Model Analisis Data
Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini berdimensi hubungan kausal
(causal effect). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik statistik deskriptif dan teknik statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi variabel penelitian, antara lain dengan cara melihat skor minimum, skor maksimum, jangkauan (range), mean, median, modus, standar deviasi dan variansnya yang dilengkapi dengan tabel frekuensi berikut histogramnya. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dan membangun generalisasi penelitian Model analisis statistik inferensial yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda.
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e
Dimana :
Y1 = Kinerja Aparat Perangkat Daerah;
β0 - β2 = Koefisien regresi; X1 = Partisipasi Anggaran
X2 = Kejelasan Sasaran Anggaran
(60)
4.6.4. Pengujian Hipotesis
4.6.4.1. Uji Simultan (Uji F)
Uji F, dengan maksud menguji apakah secara simultan variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel tidak bebas, dengan tingkat keyakinan 95 % (α=0,05). Urutan uji F :
a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternatif. H0 : β1 = β2 = 0
Ha : Paling sedikit ada satu βi ≠ 0 i = 1,2.
b. Membandingkan nilai Fhitung yang dengan Ftabel dengan tingkat resiko (level of significant) dalam hal ini 0,05 dan degree of freedom = n-k-1.
c. Kriteria Pengujian :
dimana : Fhitung > Ftabel = H0 ditolak
Fhitung≤ Ftabel = H0 diterima
4.6.4.2. Uji Parsial (Uji t)
Uji-t statistik dimaksudkan untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan tingkat keyakinan 95 % (α = 0,05).
(61)
a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternatif. H0 : βi = 0 i = 1,2.
Ha : βi≠0 i = 1,2.
b. Membandingkan nilai thitung dengan ttabel pada tingkat keyakinan 95%. c. Kriteria pengujian :
t hitung> t tabel = H0 ditolak
t hitung≤ t tabel = H0 diterima 4.6.5. Analisis Koefisien Determinan
Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang dipakai. Koefisien determinasi (adjusted R2) yaitu angka yang menunjukan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari variabel-variabel bebas yang menerangkan variabel tidak bebas atau angka yang menunjukan seberapa besar variabel tidak bebas dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya.
Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0<adjusted R2 <1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya.
(62)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Secara geografis Daerah Kabupaten Karo terletak antara 02o50’ s/d 03o19’ LU dan 97o55’ s/d 98 o38’ BT. Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang terletak sekitar 76 km sebelah selatan kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara. Daerah Kabupaten Karo terletak di daerah dataran tinggi bukit barisan dengan total luas administrasi 2.127,25 km² atau 212.725 ha. Wilayah Kabupaten Karo berbatasan dengan:
a. Kabupaten Langkat dan Deli Serdang dibagian Utara; b. Kabupaten Simalungun dibagian Timur;
c. Kabupaten Dairi dibagian Selatan; dan
d. Propinsi Nangro Aceh Darusalam dibagian Barat.
Ditinjau dari kondisi topografinya, wilayah kabupaten karo terletak didataran tinggi bukit barisan dengan elevasi terendah + 140 m diatas permukaan laut (Paya lah-lah Mardingding) dan yang tertinggi ialah + 2.451 meter diatas permukaan laut
(Gunung Sinabung). Daerah kabupaten karo yang berada di daerah dataran tinggi
bukit barisan dengan kondisi topografi yang berbukit dan bergelombang, maka diwilayah ini ditemui banyak lembah-lembah dan alur-alur sungai yang dalam dan
(63)
lereng-lereng bukit yang curam/terjal. Sebagaian besar (90%) wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian/elevasi +140 m s/d 1400 m diatas permukaan air laut.
Gambar 5.1. Peta Kabupaten Karo
Pada wilayah Kabupaten Karo terdapat dua hulu daerah aliran sungai (DAS) yang besar yakni DAS sungai Wampu dan DAS sungai Lawe Alas. Sungai Wampu bermuara ke Selat Sumatera dan Sungai Renun (Lawe Alas) bermuara ke Lautan Hindia.
Tipe iklim daerah Kabupaten Karo adalah E2 menurut klasifikasi Oldeman dengan bulan basah lebih tiga bulan dan bulan kering berkisar 2-3 bulan atau A menurut Koppen dengan curah hujan rata-rata di atas 1.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.000-4.000mm/tahun, dimana curah hujan terbesar terjadi pada bulan basah yaitu Agustus sampai dengan Januari dan Maret sampai dengan Mei.
(64)
Jumlah penduduk Kabupaten Karo pada akhir tahun 2006 ialah sebanyak 342.555 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Karo jika dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Karo yakni 2.127,25 km2 maka kepadatan penduduk Kabupaten Karo pada akhir tahun 2006 adalah 161,03 jiwa/km²,. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Karo pada periode tahun 2000 – 2006 adalah sebesar 3,19 % per tahun. Komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut memperlihatkan bahwa penganut agama nasrani merupakan yang terbanyak baru disusul oleh pemeluk agama Islam dan agama lainnya. Ditinjau dari segi etnis, penduduk Kabupaten Karo mayoritas adalah suku Karo, sedangkan suku lainnya seperti suku Batak Toba/Tapanuli, Jawa, Simalungun, dan suku lainnya hanya sedikit jumlahnya (dibawah 5%).
Kabupaten Karo adalah merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Utara dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang secara administratif dibagi atas tujuh belas kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Kabanjahe dengan ibukota Kabanjahe terdiri dari 13 desa 2. Kecamatan Berastagi dengan ibukota Berastagi terdiri dari 9 desa
3. Kecamatan Simpang Empat dengan ibukota Simpang Empat terdiri dari 17 desa
4. Kecamatan Tigapanah dengan ibukota Tigapanah terdiri dari 22 desa 5. Kecamatan Payung dengan ibukota Tiganderket terdiri dari 8 desa 6. Kecamatan Munte dengan ibukota Munte terdiri dari 22 desa
(65)
8. Kecamatan Merek dengan ibukota Merek terdiri dari 19 desa
9. Kecamatan Kutabuluh dengan ibukota Kutabuluh terdiri dari 16 desa 10. Kecamatan Juhar dengan ibukota Juhar terdiri dari 24 desa
11. Kecamatan Lau Baleng dengan ibukota Lau Baleng terdiri dari 13 desa 12. Kecamatan Mardingding dengan ibukota Mardingding terdiri dari 10 desa 13. Kecamatan Barusjahe dengan ibukota Barusjahe terdiri dari 19 desa
14. Kecamatan Naman Teran dengan ibukota Naman Teran terdiri dari 14 desa 15. Kecamatan Tiganderket dengan ibukota Tiganderket terdiri dari 17 desa 16. Kecamatan Dolat Rayat dengan ibukota Dolat Rayat terdiri dari 7 desa 17. Kecamatan Merdeka dengan ibukota Merdeka terdiri dari 9 desa
Kabupaten Karo dipimpin seorang Bupati dan seorang wakil Bupati. Didalam menjalankan roda pemerintahan, Bupati dan Wakil Bupati Karo dibantu 51 Satuan Kerja Perangka Daerah, antara lain :
Tabel 5.1. Satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintahan Kabupatan Karo
No Satuan Kerja Perangka Daerah
1 Sekretariat Daerah 2 Sekretariat DPRD 3 Inspektorat Kabupaten
4 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 5 Badan Pengawas Daerah
6 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB 7 Badan Kepegawaian dan Diklat
8 BPMPD 9 BP4K
10 Dinas Komunikasi, Informasi dan PDE 11 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 12 Dinas Pertanian dan Perkebunan
(66)
14 Dinas Peternakan dan Perikanan 15 Dinas Kesehatan
16 Dinas Social
17 Dinas Koperasi Perindag
18 Dinas Kebersihan & Pertamanan 19 Dinas Pariwisata dan Budaya 20 Dinas Kehutanan
21 Dinas Perhubungan
22 Dinas Kepemudaan dan Olah Raga 23 Dinas Kesbang dan Linmas
24 Dinas Pekerjaan Umum 25 Dinas Pendidikan Nasional 26 Dinas Pertambangan dan Energi 27 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 28 Kantor Lingkungan Hidup
29 Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu 30 Kantor Ketahanan Pangan
31 Kantor Kearsipan, Perpustakaan dan Dokumen 32 Kantor Camat Kabanjahe
33 Kantor camat Berastagi 34 Kantor Camat Tigapanah 35 Kantor Camat Kutabuluh 36 Kantor Camat Barusjahe 37 Kantor Camat Merek
38 Kantor Camat Simpang Empat 39 Kantor Camat Payung
40 Kantor Camat Munthe 41 Kantor Camat Tiga Binanga 42 Kantor Camat Juhar
43 Kantor Camat Mardingding 44 Kantor Camat Lau Baleng 45 Kantor Camat Dolat Rakyat 46 Kantor Camat Merdeka 47 Kantor Camat Naman Teran 48 Kantor Camat Tiganderket 49 Rumah Sakit Umum Kabanjahe 50 Akademi Kebidanan Kabanjahe
Jumlah Populasi
Sumber : Pemerintah Kabupaten Karo
(67)
5.1.2. Tingkat Pengembalian Kuesioner
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 78 aparat yang terpilih sebagai responden. Sesuai dengan jangka waktu yang disepakati, selanjutnya kuesioner penelitian dikumpulkan kembali dengan cara menjemput ke masing – masing responden. Tingkat pengembalian (response rate)
dideskripsikan melalui statistik destribusi kuesioner seperti ditunjukkan pada tabel 5.2. dibawah ini:
Tabel 5.2. Tingkat Pengembalian Kuesioner
a. Kuesioner dikirim
b. Kuesioner yang tidak kembali c. Kuesioner yang kembali
d. Tingkat pengembalian (response rate)
e. Kuesioner yang gugur karena jawabab tidak lengkap f. Kuesioner yang digunakan
g. Tingkat pengembalian kuesioner yang bisa digunakan
(useable response rate.
78 11 67 85.90%
7 60 76.92% Sumber : Lampiran 2 (Diolah)
Tabel di atas mengindikasikan bahwa sebanyak 14.10% responden tidak mengembalikan kuesioner dan sebanyak 8.98% responden mengembalikan kuesioner dengan jawaban yang tidak lengkap (digugurkan). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari kuesioner yang dikirimkan kepada 78 responden, hanya 67 kuesioner yang kembali dan akhirnya hanya 60 kuesioner yang dapat diolah lebih lanjut.
(68)
5.1.3. Demograpi Responden Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang kembali dengan jawaban yang lengkap, yaitu yang diperoleh dari 60 responden. Secara demograpi, ke-60 responden dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Statistik Demograpi Responden Penelitian
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki – Laki Perempuan
32 28
52.56% 47.44%
Jumlah 60 100%
Usia Frekuensi Persentase
21-30 tahun 31-40 tahun > 40 tahun
14 22 24 23.08% 37.18% 39.74%
Jumlah 60 100%
Pendidikan Frekuensi Persentase
D3 S-1 S-2 24 29 7 37.18% 48.72% 14.10%
Jumlah 60 100%
Masa Dinas Frekuensi Persentase
1 -10 tahun 11 – 20 tahun 21-30 tahun > 30 tahun
9 15 25 11 15.38% 24.36% 42.31% 17.95%
Jumlah 60 100%
Sumber : Lampiran 2 (Diolah)
Tabel di atas mendeskripsikan bahwa 60 responden dalam penelitian ini kebanyakan laki – laki, yaitu sebanyak 32 aparat (52,56%), diikuti perempuan sebanyak 28 aparat (47.44%). Dilihat dari usia bahwa responden dalam penelitian ini didominasi oleh responden yang berusia diatas 40 tahun, yaitu sebanyak 24 aparat (39.74%), diikuti dengan responden yang berusia diantara 31-40 tahun dan 21-30
(1)
Lampiran 8. Hasil Regresi Linier Berganda
Descriptive Statistics
19.2667 4.08746 60
15.0500 3.79752 60
9.9000 2.54918 60
Kinerja Aparat Perangkat Daerah Partisipasi Anggaran Kejelasan Sasaran Anggaran
Mean Std. Deviation N
Correlations
1.000 .922 .871
.922 1.000 .883
.871 .883 1.000
. .000 .000
.000 . .000
.000 .000 .
60 60 60
60 60 60
60 60 60
Kinerja Aparat Perangkat Daerah Partisipasi Anggaran Kejelasan Sasaran Anggaran
Kinerja Aparat Perangkat Daerah Partisipasi Anggaran Kejelasan Sasaran Anggaran
Kinerja Aparat Perangkat Daerah Partisipasi Anggaran Kejelasan Sasaran Anggaran
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Kinerja Aparat Perangkat
Daerah
Partisipasi Anggaran
Kejelasan Sasaran Anggaran
Variables Entered/Removedb
Kejelasan Sasaran Anggaran, Partisipasi Anggarana
. Enter Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Kinerja Aparat Perangkat Daerah b.
(2)
Model Summaryb
.930a .865 .860 1.53001 .865 182.042 2 57 .000 2.005
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change Change Statistics
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Kejelasan Sasaran Anggaran, Partisipasi Anggaran a.
Dependent Variable: Kinerja Aparat Perangkat Daerah b.
ANOVAb
852.300 2 426.150 182.042 .000a
133.434 57 2.341
985.733 59
Regression Residual Total Model 1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Kejelasan Sasaran Anggaran, Partisipasi Anggaran a.
Dependent Variable: Kinerja Aparat Perangkat Daerah b.
Coefficientsa
3.926 .830 4.730 .000 2.264 5.588
.745 .112 .692 6.668 .000 .521 .969 .922 .662 .325 .220 4.537
.417 .166 .260 2.506 .015 .084 .750 .871 .315 .122 .220 4.537
(Constant) Partisipasi Anggaran Kejelasan Sasaran Anggaran Model
1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for B
Zero-order Partial Part Correlations
Tolerance VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kinerja Aparat Perangkat Daerah a.
(3)
Coefficient Correlationsa
1.000 -.883
-.883 1.000
.028 -.016
-.016 .012
Kejelasan Sasaran Anggaran
Partisipasi Anggaran Kejelasan Sasaran Anggaran
Partisipasi Anggaran Correlations
Covariances Model
1
Kejelasan Sasaran Anggaran
Partisipasi Anggaran
Dependent Variable: Kinerja Aparat Perangkat Daerah a.
Collinearity Diagnostics
a2.955
1.000
.01
.00
.00
.038
8.785
.99
.05
.06
.007
20.507
.00
.95
.94
Dimension
1
2
3
Model
1
Eigenvalue
Condition
Index
(Constant)
Partisipasi
Anggaran
Kejelasan
Sasaran
Anggaran
Variance Proportions
Dependent Variable: Kinerja Aparat Perangkat Daerah
a.
(4)
-3 -2 -1 0 1 2
Regression Standardized Residual
0 2 4 6 8 10
F
req
ue
ncy
Mean = 9.51E-16 Std. Dev. = 0.983 N = 60
Dependent Variable: Kinerja Aparat Perangkat Daerah Histogram
Residuals Statisticsa
13.1329 27.4055 19.2667 3.80076 60
-1.614 2.141 .000 1.000 60
.210 .944 .318 .126 60
13.0767 27.7110 19.2474 3.80139 60
-3.75727 2.98388 .00000 1.50386 60
-2.456 1.950 .000 .983 60
-2.518 1.970 .006 1.011 60
-3.94884 3.04560 .01926 1.59471 60
-2.647 2.023 .007 1.026 60
.130 21.468 1.967 3.217 60
.000 .310 .021 .048 60
.002 .364 .033 .055 60
Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value
Adjusted Predicted Value Residual
Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance
Centered Leverage Value
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Kinerja Aparat Perangkat Daerah a.
(5)
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Ex
pect
ed
C
um
P
rob
Dependent Variable: Kinerja Aparat Perangkat Daerah Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
-3 -2 -1 0 1 2
Regression Studentized Residual
-2 -1 0 1 2
Regression Standardized Predicted
V
alue
Dependent Variable: Kinerja Aparat Perangkat Daerah Scatterplot
(6)