Analisis Faktor-faktor Yang Mendorong Wiraswastawan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pedagang Pakaian Pajak Sore P. Bulan Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG

WIRASWASTAWAN MEMULAI USAHA KECIL

(STUDI KASUS PADA PEDAGANG PAKAIAN

PAJAK SORE PADANG BULAN MEDAN)

SKRIPSI

OLEH:

YASIR MUNAWIR SIREGAR 070521081

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Yasir Munawir Siregar (2010). Analisis Faktor-faktor Yang

Mendorong Wiraswastawan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pedagang Pakaian Pajak Sore P. Bulan Medan. Dibawah bimbingan Dra.

Setri Hiyanti, MSi. sebagai Dosen Pembimbing, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si sebagai Ketua Departemen Manajemen, Dra.

Marhayanie, M.Si sebagai Dosen Penguji I, dan Drs. Raja Bungsu Hutagalung, M.Si sebagai Dosen Penguji II.

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong wiraswatawan memulai usaha kecil pada Pedagang Pakaian Pajak Sore P. Bulan Medan, serta mengetahui dan menganalisis faktor yang paling dominan mempengaruhi Wiraswastawan memulai Usaha kecil pada pedagang pakaian Pajak Sore P. Bulan Medan. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.

Teknik pengumpulan data yaitu dengan penyebaran angket/kuesioner dan Wawancara. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan metode deskriptif dan metode kuantitatif. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari angket/daftar pernyataan yang pengukurannya menggunakan skala Likert dan diolah secara statistik dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 15 For Windows. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non probability sampling

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Modal, Peluang Pendidikan, Emosional, dan Pengalaman berpengaruh signifikan terhadap Wiraswatawan Memulai Usaha Kecil Pada Pedagang Pakaian Pajak Sore Padang Bulan Medan sebesar 64,2%, sedangkan variabel emosional merupakan variabel paling dominan terhadap Wiraswastawan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pedagang Pakaian Pajak Sore Padang Bulan Medan). Hal tersebut dikarenakan variabel emosional memiliki nilai signifikan terkecil (0,010)

Kata Kunci : Modal, Peluang, Pendidikan, Emosional, Pengalaman, Wiraswasta.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Kerangka Konseptual ... 7

D. Hipotesis ... 8

E. Tujuan dan Manfaan Penelitian ... 9

F. Metode Penelitian ... 10

1. Batasan Operasional ... 10

2. Defenisi Operasional Variabel ... 10

3. Skala Pengukuran Variabel ... 13

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

5. Populasi dan Sampel ... 13

6. Jenis Data ... 15

7. Teknik Pengumpulan Data ... 15

8. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 15

9. Metode Analisis Data ... 16

BAB II URAIAN TEORITIS ... 21

A. Penelitian Terdahulu ... 21

B. Pengertian Usaha Kecil dan Ciri-ciri Usaha Kecil ... 22

C. Pengertian Wiraswastaan dan Ciri-ciri Wiraswastawan ... 24

D. Faktor-faktor yang Mendorong Wiraswastawan Memulai Usaha Kecil ... 29

E. Tahap Menyusun Rencana Usaha ... 32

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 36

A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 36

B. Visi Dan Misi Perusahaan ... 37

C. Struktur Organisasi Perusahaan... 38

D. Prosedur Perizinan Pajak Sore P. Bulan ... 40

E. Gambaran Umum Pedagang Pakaian Pajak Sore P. Bulan Medan ... 42

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI ... 46

A. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 46

B. Analisis Deskriptif ... 50

1. Analisis Deskriptif Responden ... 50


(4)

3. Karakteristik Responden Berdasakan Jenis Umur ... 51

C. Metode Analisis Statistik ... 51

1. Analisis Jawaban Responden ... 51

2. Uji Asumsi Klasik ….. ... 61

A. Uji Normalitas... 61

B. Uji Multikolonieritas ... 62

C. Uji Heteroskesdastisitas ... 63

D. Uji Autokolerasi... ... 64

3. Analisis Regresi Linear Berganda………... ... 65

4. Uji t ... 68

5. Uji F ... 70

6. Uji Koefisien Determinan (R2) ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Perkembangan UMKM (usaha mikro kecil menengah)

Menurut Sektor Ekonomi Kota Medan Tahun 2007-2009 ... 2

Tabel 1.2 Spesifikasi Pedagang ... 5

Tabel 1.3 Defenisi Operasional Variabel ... 12

Tabel 1.4 Instrument Skala Likert ... 13

Tabel 3.1 Data Pribadi Pedagang Pakaian Pasar Padang Bulan ... 43

Tabel 4.1 Item-Total Statistics 1... 47

Tabel 4.2 Validitas Tiap Pernyataan Akhir ... 48

Tabel 4.3 Reliability Statistics ... 49

Tabel 4.4 Reliabilitas Instrumen ... 49

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 51

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Modal (X1) ... 51

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Peluang (X2) ... 53

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Pendidikan (X3) ... 55

Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Emosional (X4) .. 56

Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Pengalaman (X5) ... 58

Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Memulai Usaha Kecil (Y) ... 59

Tabel 4.13 Cofficientcy ... 62

Tabel 4.14 Model Summaryb ... 64

Tabel 4.15 Variabel Enterned/Removedb ... 65

Tabel 4.16 Hasil Regresi Linier Berganda ... 65

Tabel 4.17 Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 69

Tabel 4.18 ANOVA(b) ... 71


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 8

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan ... 38

Gambar 4.1 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ... 61


(7)

ABSTRAK

Yasir Munawir Siregar (2010). Analisis Faktor-faktor Yang

Mendorong Wiraswastawan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pedagang Pakaian Pajak Sore P. Bulan Medan. Dibawah bimbingan Dra.

Setri Hiyanti, MSi. sebagai Dosen Pembimbing, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si sebagai Ketua Departemen Manajemen, Dra.

Marhayanie, M.Si sebagai Dosen Penguji I, dan Drs. Raja Bungsu Hutagalung, M.Si sebagai Dosen Penguji II.

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong wiraswatawan memulai usaha kecil pada Pedagang Pakaian Pajak Sore P. Bulan Medan, serta mengetahui dan menganalisis faktor yang paling dominan mempengaruhi Wiraswastawan memulai Usaha kecil pada pedagang pakaian Pajak Sore P. Bulan Medan. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.

Teknik pengumpulan data yaitu dengan penyebaran angket/kuesioner dan Wawancara. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan metode deskriptif dan metode kuantitatif. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari angket/daftar pernyataan yang pengukurannya menggunakan skala Likert dan diolah secara statistik dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 15 For Windows. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non probability sampling

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Modal, Peluang Pendidikan, Emosional, dan Pengalaman berpengaruh signifikan terhadap Wiraswatawan Memulai Usaha Kecil Pada Pedagang Pakaian Pajak Sore Padang Bulan Medan sebesar 64,2%, sedangkan variabel emosional merupakan variabel paling dominan terhadap Wiraswastawan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pedagang Pakaian Pajak Sore Padang Bulan Medan). Hal tersebut dikarenakan variabel emosional memiliki nilai signifikan terkecil (0,010)

Kata Kunci : Modal, Peluang, Pendidikan, Emosional, Pengalaman, Wiraswasta.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha mikro kecil menengah merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap negara, salah satunya termasuk Indonesia. Pada umumnya UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) terbagi dua yaitu: usaha kecil dan usaha menengah. Usaha kecil juga merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, peran penting tersebut telah mendorong banyak negara termasuk juga Indonesia agar terus berupaya untuk mengembangkan UMKM.

Selain UMKM ada usaha mikro, usaha mikro adalah usaha yang bersifat menghasilkan pendapatan dan dilakukan oleh rakyat kecil (menengah). Ciri-ciri usaha mikro antara lain, modal usahanya tidak lebih dari Rp 10 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan), tenaga kerja tidak lebih dari lima orang, sebagian besar menggunakan anggota keluarga dan menghadapi persaingan yang ketat.

Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang, dan pentingnya keberadaan UMKM, yaitu pertama, kinerja UMKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamika UMKM yang sering mencapai peningkatan terhadap produktivitas yang baik melalui investasi maupun perubahan teknologi. Ketiga, karena sering diyakini bahwa UMKM memiliki keunggulan dalam hal flexsibilitas dari pada


(9)

peran penting dalam hal menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah tangga (Kuncoro, 2003:15).

Tabel 1.1

Perkembangan UMKM (usaha mikro kecil menengah) Menurut Sektor Ekonomi Kota Medan Tahun 2007-2009

Sektor Ekonomi/ Lapangan

Usaha 2007-2008 2008-2009

1. Pertanian 0,37 5,14

2. Pertambangan & Penggalian -6,05 -10,14

3. Industri Pengolahan 6,59 6,08

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5,39 -2,81

5. Kontruksi 11,01 6,43

6. Perdagangan, Hotel &

Restoran 6,15 5,94

7. Transportasi &

Telekomunikasi 13,34 10,61

8. Keuangan & jasa Perusahaan 5,08 12,81

9. Jasa-jasa 6,34 6,83

Sumber BPS (Biro Pusat Statistik, tahun 2009). Medan

Alasan yang lain UMKM telah menjadi isu yang menarik untuk dicermati dan disikapi, karena ada beberapa alasan:

1. Saat krisis sektor UMKM masih dapat bertahan (tetap eksis).

2. Perhatian pemerintah terhadap sektor UMKM yang masih kurang dan dikotomi antara pelaku usaha mikro dengan pelaku usaha menengah dan pelaku ekonomi pasar.

3. Sektor UMKM yang cukup banyak dan sangat potensial dalam menyerap tenaga kerja.

4. Sektor UMKM memiliki peran penting dalam kostribusinya cukup besar dalam struktur perekonomian Indonesia.


(10)

Menurut Queen, dkk (dalam Pandji, 2004:244), faktor-faktor yang mendorong wiraswastawan memulai usaha kecil antara lain, inovatif, berani mengambil resiko, proaktif, modal, peluang, pendidikan, dan emosional. Akan tetapi faktor-faktor yang mendorong wiraswastawan memulai usaha kecil yang lebih dominan adalah modal, peluang, pendidikan, dan emosional. Menurut (Longenecker,2000:45) faktor-faktor yang mendorong wiraswatawan memulai usaha kecil yang paling dominan adalah pengalaman. Faktor-faktor tersebut, yaitu modal, peluang, pendidikan, emosional, dan pengalaman merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam mendorong wiraswastawan untuk memulai usaha kecil. Faktor inovatif, berani mengambil resiko, dan proaktif tidak begitu berpengaaruh, sebab tanpa ketiga faktor tersebut seorang wiraswastawan sudah bisa memulai usahanya.

Faktor-faktor tersebut seorang wiraswasta mampu menciptakan ide-ide yang cemerlang, optimis dalam berusaha untuk memikirkan dan mengembangkan gagasan baru untuk diminati banyak orang. Serta memiliki motivasi untuk berkarya yang secara mandiri tidak bergantung pada orang lain dan selalu berinisiatif untuk maju dalam melakukan yang terbaik untuk mencapai keberhasilan usaha.

Fenomena yang terjadi saat ini adalah terdapat banyaknya pedagang UMKM dengan berbagai macam dagangan yang berbeda antara satu pedagang dengan pedangan lainnya. Cara pedagang usaha kecil ini memasarkan usahanya pada umumnya menggunakan strategi bervariasi dengan usaha besar, yakni


(11)

memperoleh keuntungan yang banyak tanpa memperhitungkan sifat mandiri yang dimiliki oleh pedagang tersebut agar dapat bertahan dalam menjalankan usahanya.

Peranan wiraswasta tidak diragukan lagi dalam menghadapi perkembangan ekonomi saat ini. Karena tumbuh tidaknya perekonomian di suatu negara terutama bergantung pada kehadiran dan keaktifan para wiraswasta. Wiraswasta yang dimaksud adalah para pengusaha yang mandiri yang memiliki kebebasan dalam memilih karier sesuai dengan bidang usaha yang diminatinya serta dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang sebesar-besarnya. Para wiraswasta ini biasanya memulai usahanya secara mandiri dengan modal sendiri atau modal bersama. Kemandirian ini merupakan modal awal terciptanya ekonomi perusahaan sehat. Usaha mereka umumnya berskala kecil, tetapi dapat menyerap tenaga kerja yang besar.

Pajak Sore Padang Bulan Medan yang lebih dikenal masyarakat dengan Pajak Sore yang berada dijalan jamin ginting terdiri dari 2 pasar, satu dimiliki oleh PEMDA sedangkan yang satu lagi dimiliki oleh Swasta. Pada tahap awal Pajak Sore tersebut berada ditanah yang berdataran rendah namun sekarang tanah tersebut telah ditinggikan oleh PEMDA sejak 13 tahun yang lalu.

Pajak Sore Padang Bulan merupakan suatu tempat usaha yang digunakan untuk menjual barang-barang kebutuhan rumah tangga. Banyak pedagang-pedagang yang berjualan di pajak sore, antara lain pedagang-pedagang pakaian, pedagang-pedagang buah-buahan, pedagang makanan, pedagang beras, pedagang sayur-sayuran, pedagang daging dan ikan, pedagang kelontong, pedagang pakaian bekas, pedagang ayam, kambing, burung, dan lain-lain. Jumlah pedagang yang berada di


(12)

Pajak Sore Padang Bulan Medan berjumlah 334, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Spesifikasi Pedagang

No Spesifikasi Jumlah Pedagang

1 Pedagang pakaian 167

2 Pedagang buah-buahan 28

3 Pedagang sayur-sayuran 33

4 Pedagang daging, ayam dan ikan 36

5 Pedagang kelontong 70

Jumlah 334 Sumber: PD. Pajak Sore Padang Bulan Medan. (2010)

Pedagang pakaian adalah salah satu usaha dalam perdagangan dan salah satu wujud sektor informal. Pedagang pakaian adalah orang yang dengan modal yang relatif sedikit berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang (jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat, usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan yang informal (Winardi dalam Haryono, 1989). sektor informal sangat membantu kepentingan masyarakat dalam menyediakan lapangan pekerjaan dengan penyerapan tenaga kerja secara mandiri atau menjadi safety belt bagi tenaga kerja yang memasuki pasar kerja, selain untuk menyediakan kebutuhan masyarakat golongan menengah ke bawah. Pada umumnya sektor informal sering dianggap lebih mampu bertahan hidup (survive) dibandingkan sektor usaha yang lain. Hal tersebut dapat terjadi karena sektor informal relatif lebih independent atau tidak tergantung pada pihak lain, khususnya menyangkut permodalan dan lebih mampu beradaptasi


(13)

Penelitian dilakukan pada pedagang pakaian Pajak Sore Padang Bulan. Pedagang pakaian adalah salah satu usaha dalam perdagangan dan salah satu wujud sektor informal. Pedagang pakaian adalah orang yang dengan modal yang relatif sedikit berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang (jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat, usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan yang informal (Winardi dalam Haryono, 2000). Sektor informal sangat membantu kepentingan masyarakat dalam menyediakan lapangan pekerjaan dengan penyerapan tenaga kerja secara mandiri atau menjadi safety belt bagi tenaga kerja yang memasuki pasar kerja, selain untuk menyediakan kebutuhan masyarakat golongan menengah ke bawah. Pada umumnya sektor informal sering dianggap lebih mampu bertahan hidup (survive) dibandingkan sektor usaha yang lain. Hal tersebut dapat terjadi karena sektor informal relatif lebih independent atau tidak tergantung pada pihak lain, khususnya menyangkut permodalan dan lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan usahanya.

Pajak Sore Padang Bulan merupakan tempat usaha kecil (mikro) di daerah sekitar Padang Bulan di kota Medan. Dengan mendagangkan berbagai macam hasil produksi dagangan yang ditawarkan oleh para pedagang cukup banyak perhatian para konsumen. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa Pajak Sore Padang Bulan merupakan usaha mikro yang banyak diminati oleh para konsumen.


(14)

Pajak Sore Padang Bulan termasuk usaha mikro, apabila dilihat dari ciri-ciri dan pengertiannya. Akan tetapi karena pengertian yang masih tumpang tindih antara usaha mikro dengan usaha kecil, maka usaha mikro dimasukkan ke dalam katagori usaha kecil. (www.smeru.or.id

Melihat fenomena di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mendorong Wiraswastawan

Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pedagang Pakaian Pajak Sore Padang Bulan Medan)”.

).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah faktor modal, peluang, pendidikan, emosional, dan pengalaman berpengaruh positif terhadap memulai usaha kecil pada Pedagang Pakaian Pajak Sore Padang Bulan Medan?

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah pondasi utama di mana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dalam hal ini merupakan jaringan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diindentifikasi melalui proses wawancara, obsevasi, dan survei literatur (Kuncoro, 2003:44).


(15)

Memulai usaha bukanlah perkara yang mudah. Ada orang memulai usaha karena tidak ada pilihan lain selain membuka usaha sendiri, karena pendidikan yang rendah membuat dia sulit dalam mencari pekerjaan. Dan ada juga orang membuka usaha karena lebih senang memilih usaha sendiri dari pada bekerja pada orang lain dan orang tersebut memiliki modal yang cukup. (Pandji, 2004:234).

Menurut Pandji memulai usaha adalah suatu langkah untuk menjalankan semua rencana usaha, baik rencana yang akan dijalankan itu untuk usaha besar ataupun untuk usaha kecil.

Maka dengan demikian dalam kerangka penelitian ini dikemukakan variabel yang akan diteliti, yaitu modal, peluang, pendidikan, emosional dan pengalaman sebagai X1, X2, X3, X4,X5 dan memulai usaha kecil sebagai Y.

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Sumber: (Pandji, 2004), dan (Longenecker, 2000), diolah penulis

Memulai Usaha Kecil (Y) Modal (X1)

Peluang (X2) Pendidikan (X3)

Emosional (X4) Pengalaman (X5)


(16)

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak dicari kebenarannya melalui penelitian. Dikatakan jawaban sementara karena hipotesis pada dasarnya merupakan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah, sedangkan kebenaran dari hipotesis perlu diuji terlebih dahulu melalui analisis data (Suliyanto, 2006:53).

Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

“Faktor modal, peluang, pendidikan, emosional dan pengalaman berpengaruh positif terhadap memulai usaha kecil pada Pedagang Pakaian Pajak Sore Padang Bulan Medan”.

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian. 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah:

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong wiraswata memulai usaha kecil pada Pedagang Pakaian Pajak Sore Padang Bulan dan faktor mana yang paling dominan.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis

Penelitian ini merupakan suatu kesempatan untuk menerapkan teori-teori dan literatur yang penulis peroleh di bangku perkuliahan, dan


(17)

b. Bagi pedagang

Untuk memberikan sumbang saran dan masukan mengenai memulai usaha dan apa saja yang harus dipersiapkan.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai referensi maupun perbandingan dalam melakukan penelitian pada bidang yang sama.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel Independen (X) yang terdiri dari faktor modal (X1), peluang

(X2), pendidikan (X3 ), emosional (X4 ) dan pengalaman (X5).

b. Variabel dependen (Y) yakni memulai usaha kecil pada Pedagang Pakaian Pajak Sore Padang Bulan.

c. Responden penelitian ialah pedagang pakaian yang berjualan pakaian di Pajak Sore Padang Bulan Medan.

2. Defenisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti, yang terdiri dari: a. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada

variabel lain. Adapun yang menjadi variabel bebas pada penelitian ini adalah:


(18)

1 Modal (X1) yaitu sejumlah dana (alat) yang akan dipergunakan dalam

memulai usaha baik untuk usaha kecil maupun besar dan untuk perkembangan berjalannya usaha.

2 Peluang (X2) yaitu kesempatan yang diindenfikasi dan dirinci untuk

melihat potensi usaha bagi wirausahawan kemudian diimplementasi untuk memberikan keuntungan bagi wirausahawan itu sendiri.

3 Pendidikan (X3) yaitu keahlian (skill) dan teknik-teknik yang diperoleh

oleh wirausahawan dalam memulai usaha kecil.

4 Emosional (X4) yaitu tindakan pribadi seseorang yang mampu

mempengaruhi emosinya dalam mengambil keputusan dalam memulai usaha yang meliputi: dorongan pribadi, karena tidak mempunyai pekerjaan.

5 Pengalaman (X5) suatu keadaan yang pernah dialami, dijalani dan

dirasakan. Kemudian diambil suatu keputusan untuk dijadikan pedoman dalam memulai usaha.

b. Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi variabel bebas. Adapun yang menjadi variabel terikat adalah memulai usaha kecil pada Pedagang Pakaian Pajak Sore Padang Bulan Medan (Y).


(19)

Tabel 1.3

Defenisi Operasional Variabel

Variabel Defenisi Variabel Indikator Skala ukur Modal (X1) Sejumlah dana yang akan

digunakan dalammemulai usaha baik untuk usaha kecil maupun besar untuk perkembangan

berjalannya usaha.

a. Modal awal b. Sumber modal c. Jumlah modal d. Perolehan modal e. Penambahan modal

Likert

Peluang (X2) Suatu kesempatan yang

diindenfikasi, dirinci untuk melihat potensi usaha wirausahawan dan diimplementasi untuk memberikan keuntungan bagi wirausahawan sendiri.

a. Lokasi yang strategis b. Jaminan keamanan c. Konsumen ramai

d. Lokasi jauh dari

pesaing Likert

Pendidikan (X3)

Keahlian (skill) dan teknik-teknik yang diperoleh oleh wirausahawan dalam memulai usaha kecil.

a. Tingkat pendidikan b. Jenis pendidikan non

formal

c. Pengetahuan Bisnis d. Pengetahuan dalam

pendidikan

Likert

Emosional (X4)

Suatu tindakan pribadi seseorang yang mampu mempengaruhi emosinya dalam mengambil keputusan dalam memulai

usaha yang meliputi: dorongan pribadi, karena

tidak mempunyai pekerjaan.

a. Dorongan pribadi b. Usaha sampingan c. Usaha turun temurun

dari keluarga

d. Tidak mempunyai pekerjaan lain

e. Membantu ekonomi keluarga

Likert

Pengalaman (X5)

Suatu keadaan yang pernah dialami, dijalani dirasakan. Kemudian diambil keputusan dijadikan pedoman dalam memulai usaha.

a. Pengalaman dari orang lain

b. Pengalaman diri

sendiri Likert

Memulai usaha kecil (Y)

variabel yang nilainya dipengaruhi variabel bebas. Adapun yang menjadi variabel terikat adalah memulai usaha kecil

a. Modal b. Peluang c. Pendidikan d. Emosional e. Pengalaman

Likert


(20)

3. Skala Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan skala Likert yaitu digunakan untuk

mengukur sifat, pendapat dan persepsi seseorang ataupun kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2005:104). Untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian memberikan lima alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan skala 1 sampai 5 dilihat pada Tabel 1.4 berikut ini.

Tabel 1.4

Instrument Skala Likert

4. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan dilakukan di Pajak Sore Padang Bulan Medan. Penelitian dilakukan dari April hingga Juli 2010.

5. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2005), Populasi adalah wilayah yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Satu orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi, cara bergaul,

No Pertanyaan Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3 4 Tidak Setuju (TS) 2 5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1


(21)

pedagang pakaian di Pajak Sore Padang Bulan Medan, Jalan Jamin Ginting yang berjumlah 167 pedagang pakaian.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2005:73). Untuk menentukan jumlah sampel, penulis menggunakan rumus slovin (Umar,2008:78) sebagai berikut:

N

n

=

1 + N.e 2

Dimana : n = jumlah sampel N = ukuran populasi

e = taraf kesalahan yaitu 10 % atau 0,1

Populasi (N) berjumlah 167 orang, sehingga jumlah sampel adalah : 167

n

=

1 + (167 x 0,12)

n

= 62, 55 atau 63 orang

Teknik pengambilan sampling menggunakan non probability sampling yaitu metode purposive random sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan kriteria dan ciri-ciri yang ditentukan terlebih dahulu untuk membatasi sampel (Sugiyono,2005:78). Adapun kriteria yang ditentukan adalah pedagang pakaian yang sudah lebih dari 5 tahun membuka usahanya dengan modal sendiri. Tujuan dari penetapan kriteria ini adalah karena penulis menganggap pedagang dapat mempertahankan usahanya secara mandiri.


(22)

6. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yakni: a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan daftar pertayaan/ kuesioner dan wawancara dengan responden.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal, majalah, informasi dari tempat penelitian ataupun internet untuk mendukung penelitian ini.

7. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Dilakukan dengan semua pedagang usaha pakaian di Pajak Sore Padang Bulan.

b. Daftar pertanyaan / kuesioner

Mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan pada responden yang terpilih, yakni pedagang pakaian

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah suatu kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur


(23)

mengukur tujuannya dengan nyata dan benar. Reliabilitas menujukkan akurasi dan konsistensi dari pengukurannya. Dikatakan konsistensi jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang berbeda-beda (Jogiyanto, 2004:120)

Pada pengujian ini penulis akan memberikan kuisioner kepada 30 orang pedagang pakaian di Pajak Melati untuk di isi. Jawaban mereka akan diolah dengan bantuan program Software SPSS 16 (statistic product and service solution). Bila koefisien korelasi masing-masing pertanyaan sama dengan nilai r tabel atau lebih besar dari nilai r tabel maka butir instrument dinyatakan valid (nilai r tabel dengan responden 30 orang adalah 0,361 jadi r hitung > r tabel) dan apabila dua bentuk pengukuran yang sebanding memiliki korelasi yang tinggi (cronbach’s alpha 0,8 atau lebih), maka dapat dipastikan ukuran tersebut dapat dipercaya (reliable) dengan kesalahan varian minimal karena faktor penyusun kalimat pertanyaan (kuncoro, 2003:254).

9. Metode Analisis Data

a. Metode Analisis Deskriptif

Yaitu merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada melalui pengumpulan, menyusun dan menganalisis data sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai objek penelitian.

b. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dapat menggunakan model regresi linier berganda dalam menganalisis variabel-variabel, maka terlebih dahulu diuji syarat-syarat


(24)

yang harus dipenuhi. Dengan kata lain menguji dengan model asumsi klasik, yakni sebagi berikut :

1) Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Model regresi yang baik adalah distribusi normal atau mendekati normal.

2) Pengujian Multikolinearitas (korelasi yang sempurna)

Pengujian ini untuk melihat apakah pada model regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas. Jika terjadi korelasi maka dinamakan telah terdapat problem multikolinearitas pada penelitian ini.

3) Pengujian Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi linier terjadi korelasi antara kesalahan penganggu periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya).

4) Pengujian Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan antara variance dari residual suatu pengamatan kepengamatan lainnya. Jika variance dari residual dari suatu pengamatan kepengamatan lainnya tetap maka akan disebut homoskesdastisitas dan jika variance berbeda disebut heteroskesdatisitas. Model regresi yang baik adalah heteroskedasitas.


(25)

c. Metode Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengadakan prediksi nilai dari variabel terikat yaitu memulai usaha kecil (Y) dengan ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas yang terdiri dari modal (X1),

peluang (X2), Pendidikan (X3), emosional (X4), dan pengalaman (X5)

sehingga dapat diketahui pengaruh terhadap memulai usaha kecil pada Pajak Sore P. Bulan Medan. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi software SPSS (Statistic Product and Service Solution) 15,0 for Windows. Adapun model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana: Y = Memulai usaha kecil a = Konstanta

b1-b5 = Koefision regresi

X1 = Modal

X2 = Peluang

X3 = Pendidikan

X4 = Emosional

X5 = Pengalaman

e = Standard error


(26)

Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Uji Signifikan Simultan (Uji–F)

Uji–F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama terhadap variabel terikat. Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinya secara

bersama-sama tidak dapat pengaruh dari variabel bebas (X1, X2, X3,

X4, X5), yaitu faktor modal, peluang, pendidikan, emosional dan

pengalaman terhadap memulai usaha kecil, yaitu variabel terikat (Y). Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5), artinya secara bersama-sama terdapat

pengaruh dari (X1, X2, X3, X4, X5), yaitu faktor modal, peluang,

pendidikan, emosional dan pengalaman terhadap memulai usaha kecil, yaitu variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5 %

Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 %

2) Uji signifikan Parsial (Uji–t)

Uji–t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel secara bebas individual terhadap variabel terikat. Ho : b1 = 0, artinya secara parsial

tidak terdapat pengaruh dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5), yaitu

faktor modal, peluang, pendidikan, emosional, dan pengalaman terhadap memulai usaha kecil, yaitu variabel terikat (Y). Ha : b1 ≠,


(27)

X3, X4,X5), yaitu faktor modal, peluang, pendidikan, emosional, dan

pengalaman terhadap memulai usaha kecil, yaitu variabel terikat (Y). Kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima jika thitung < ttabel pada α = 5 %

Ha diterima jika thitung >ttabel pada α = 5 %

3) Koefisien Determinan (R2)

Koefision determinan (R2) pada intinya mengukur seberapa kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R2 semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5) adalah besar terhadap

variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R2 semakin mengecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5) terhadap variabel terikat (Y) semakin

mengecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.


(28)

BAB II

URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu

Fajrinur dengan judul penelitian ”Analisis Faktor-Faktor yang

mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pajak USU)” pada tahun 2007, diperoleh kesimpulan bahwa secara simultan variabel

modal, peluang, pendidikan, emosional, dan pengalaman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap memulai usaha kecil pada Pajak USU. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung sebesar (3,272) dengan tingkat signifikan 0,024 <0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Secara parsial diantara variabel bebas yang diteliti ternyata variabel emosional yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap memulai usaha kecil pada Pajak USU, dan di ketahui dari nilai Standardizer Coeficients tertinggi sebesar 0,04 diantara variabel bebas lainnya.

Walat Altsani H.R. melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh

Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Mikro Non Makanan di Lingkungan Pajak USU” Pada tahun 2005 dimana penelitian menggunakan

empat indikator untuk mengukur kewirausahaan, yaitu perencanaan, resiko, peluang, dan adaptasi. Dan keberhasilan usaha akan di ukur dengan tiga indikator yaitu keuntungan usaha, jumlah penjualan, dan pertumbuhan usaha. Berdasarkan penelitian dperoleh yaitu bahwa kewirausahaan bukan merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha mikro non makanan di Pajak USU atau dapat


(29)

dikatakan tidak terdapat hubungan antara kewirausahaan dan keberhasilan usaha yang signifikan.

B. Pengertian Usaha Kecil dan Ciri-ciri Usaha Kecil a. Pengertian Usaha Kecil

Pengertian usaha kecil secara jelas tercantum dalam Undang-undang tentang usaha kecil Nomor 5 tahun 1995, yang disebut usaha kecil adalah memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan (aset) bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan (omset) paling banyak Rp 1 miliyar. 3. Milik Warga Negara Indonesia.

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, atau terafiliasi baik langsung maupun tidak langsung oleh usaha besar atau usaha menengah, berbentuk badan usaha perseorangan, badan usaha tidak berbadan hukum (Iwantono: 2002:4).

Menurut UU Nomor 9 Tahun 1999 ditetapkan bahwa usaha kecil adalah suatu unit usaha yang memiliki nilai asset neto (tidak termasuk tanah dan bangunan) tidak melebihi Rp 200 Juta atau penjualan pertahun tidak lebih besar dari Rp 1 Miliar, milik WNI, berdiri sendiri dan berafiliasi langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk badan usaha perseorangan, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.

Defenisi yang tercantum dalam UU tersebut sebagai dasar dalam mengelompokkan jenis-jenis usaha. Menurut Kementrian Negara Koperasi dan


(30)

UMKM, kelompok usaha kecil termasuk di dalam kelompok usaha mikro. Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan berbadan hukum, dan hasil penjualan tahunan paling banyak RP 100 Juta. Sedangkan menurut (Biro Pusat Statistik) BPS (2005), usaha kecil adalah unit usaha dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 19 (sembilan belas) orang termasuk pengusaha.

b. Ciri-ciri Usaha Kecil

Menurut istilah umum ketenagakerjaan (http://www.Usaha kecil menengah

a. Pemilik adalah golongan ekonomi lemah dan pada umumnya sekaligus menjadi pimpinan (single ownership and management).

) ciri-ciri industri berskala kecil adalah:

b. Hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja masih bersifat kekeluargaan. c. Tidak mampu menyediakan jaminan (collateral) yang berguna untuk

mendapatkan kredit dari dunia perbankan.

d. Administrasi perusahaan pada umumnya masih bersifat sederhana, kurang teratur, dan belum berbadan hukum.

Menurut Hutasuhut dalam (www.smeru.or.id

a. Mempunyai kepercayaan yang kurang kuat pada diri sendiri.

) ciri-ciri dan watak usaha kecil adalah sebagai berikut:

b. Berorientasi pada tugas, hasil yang didorong oleh kebutuhan untuk berperstasi, berorientasi pada keuntungan, mempunyai ketekunan dan


(31)

c. Mempunyai kemampuan dalam mengambil resiko dan mengambil keputusan secara tepat dan cermat.

d. Mempunyai jiwa kepemimpinan, suka bergaul dan menanggapi saran dan kritik.

e. Berjiwa inovatif, kreatif dan berorientasi kemasa depan.

C. Wiraswastaan dan Ciri-ciri Wiraswastawan a. Pengertian Wiraswataan

Secara umum orang mengenal istilah kewiraswastaan adalah pengusaha swasta, yang terkesan untuk membedakan seseorang yang makan gaji dangan seseorang yang dapat menggaji dirinya sendiri. Namun demikian ada istilah lain yang mungkin dianggap secara tegas berbeda istilahnya dengan kewiraswastaan yaitu kewirausahaan. Kewirausahaan sering diartikan sebagai seseorang yang mengerti dan dapat membedakan antara tantangan dan peluang lalu memanfaatkan keuntungan mereka. Persoalan istilah kewiraswastaan atupun kewirausahaan tidak berbeda. (Adi Sutanto,2000:11)

Para ahli mendefenisikan wirausahawan dari pandangan atau segi yang berbeda-beda. Dari segi karateristik perilaku, wirausahawan (enterpreuer) adalah mereka yang mendirikan, mengolola, mengembangkan perusahaan atau usaha milik sendiri, atau mereka yang bisa menciptakan pekerjaan bagi orang lain. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemauan normal bisa menjadi seorang wirausahawan asalkan mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha.


(32)

Pengertian wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya seperti financial (money), bahan mentah (materials), dan tenaga kerja (labour) untuk dapat menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi, dan pergembangan organisasi usaha.

Wirausahawan (entrepreneur) adalah seorang yang mempunyai kombinasi unsur-unsur dan elemem-elemen internal yang memiliki kombinasi motivasi, visi, komunikasi, dan dorongan semangat, serta kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha. Dalam kontek bisnis wirausahawan merupakan seorang pengusaha, tapi tidak semua pengusaha adalah wirausahawan. Karena wirausahawan itu merupakan salah satu pelopor dalam bisnis, inovator, penanggung jawab resiko yang mempunyai visi kedepan dan memiliki keunggulan dalam berprestasi dibidang usaha (Suryana, 2003:11).

Kewirausahaan merupakan semangat perilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri atau pelayanan yang lebih baik terhadap pelanggan / masyarakat, dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, menyediakan produk yang lebih baik dan lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efesien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas, inovasi, serta kemampuan manajemen (Sutrisno, 2003:3).


(33)

b. Ciri-ciri Wiraswastawan

Menurut Adi Sutanto, (2000) memberikan kesimpulan bahwa ciri-ciri seorang wiraswatawan yang berhasil mempunyai karakter atau ciri-ciri sebagai berikut:

1. Kreatif dan inovatif. 2. Berambisi tinggi. 3. Energetic. 4. Percaya diri.

5. Pandai dan senang bergaul.

6. Bekerja keras dan berpandangan kedepan. 7. Berani menghadapi resiko.

8. Banyak inisiatif dan bertanggung jawab. 9. Senang mandiri dan bebeas.

10.Bersikap optimistic.

11.Berpikiran dan bersikap posisif, yang memandang kegagalan sebagai pengalaman yang berharga.

12.Beriman dan berbuat kebaikan sebagai syarat kejujuran pada diri sendiri. 13.Berwatak maju.

14.Bergairah dan mampu menggunakan daya gerak dirinya. 15.Ulet, tekun dan tidak cepat putus asa.

16.Memelihara kepercayaan yang diberikan kepadanya. 17.Selalu ingin meyakinkan diri sebelum bertindak. 18.Menghargai waktu.


(34)

19.Bersedia melakukan pekerjaan rendahan (pengorbanan).

20.Selalu mensyukuri yang kecil-kecil yang ada pada dirinya sendiri.

c. Manfaat Membuka Usaha Sendiri

Kebanyakan wirausahawan membuka usahanya untuk kepusaan diri. Rutinitas yang membosankan, kreasi yang dihambat-hambat, birokrasi yang panjang dan kaku, atau suasana kerja yang tidak menyenangkan. Budaya (cultur) perusahaan yang tidak cocok merupakan hal yang bisa menciptakan motif, dan mendorong orang untuk segera mencari kebebasan. Jika mereka bekerja sebagai orang gajian, maka semua yang mereka lakukan hanya untuk pimpinan perusahaan. Sedangkan, dengan berwirausaha maka semua pekerjaan yang dilakukan untuk dirinya sendiri. Ada beberapa keuntungan menarik yang bisa didapatkan dari membuka usaha sendiri (Sarosa, 2003:5) adalah sebagai berikut: 1. Potensi penghasilan yang tak terbatas

Membuka usaha berbeda dengan bekerja sebagai karyawan di perusahaan orang lain. Kalau bekerja sebagi karyawan, penghasilan adalah sebesar gaji (mungkin ditambah dengan tunjungan-tunjangan bila ada), di mana gaji dan tunjangan tersebut telah ditetapkan berdasarkan jabatan (masa kerja) oleh pemilik perusahaan. Dalam hal ini seseorang hanya bisa menerima keputusan yang dibuat oleh pemilik perusahaan. Sebaliknya, bila membuka usaha sendiri maka penghasilan yang didapatkan bisa dalam jumlah yang lebih besar, bahkan tidak terbatas, tergantung dari kinerja dan pengolahan usaha. Seseorang wirausahawan bebas menentukan berapa yang akan didapatnya,


(35)

potensi untuk menerima penghasilan yang tidak terbatas ini merupakan daya tarik yang mengiurkan bagi seseorang untuk berwirausaha.

2. Memaksimalkan kemampuan

Kemampuan yang dimaksud bisa berupa ide ataupun kemampuan yang lain seperti menjual, bernegosiasi, dan lain-lain. Dengan memiliki usaha sendiri maka wirausahawan memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk bekreasi dengan ide-ide tersebut. Untuk bekerja dengan adanya batasan-batasan yang mungkin akan sering ditemui jika memilih untuk bekerja sebagai karyawan disuatu perusahaan. Sudah tentu dengan adanya kebebasan bekerja dan berkreasi secara maksimal maka semangat kerjapun tinggi. Semangat kerja yang tinggi inilah yang sangat diharapkan dapat membuahkan hasil yang maksimum bagi usaha sendiri, dengan berwirausaha seseorang bebas berkreasi, akan tetapi maju tidaknya usaha tersebut tergantung pimpinannya dalam mengelola usaha tersebut.

3. Bebas mengatur waktu kerja

Dengan menjadi karyawan, sebenarnya seseorang telah melakukan suatu transaksi dengan perusahaan tempat bekerja, yaitu jual beli. Seseorang telah menjual waktu dan kemampuannya untuk digunakan oleh perusahaan. Jika bekerja sebagai karyawan maka ada keterbatasan untuk bisa mengatur waktu, sebagian besar waktu dihabiskan di luar rumah. Akan tetapi seseorang, dapat mengatur waktu kerjanya sendiri jika memulai membuka usaha, bahkan jika usaha tersebut di rumah. Wirausahawan adalah seperti orang bebas yang mempunyai tanggung jawab, semakin sukses seorang wirausahawan semakin


(36)

banyak waktu luangnya. Seorang wirausahawan bukanlah seseorang yang makin sibuk jika usahanya mulai berkembang.

4. Sikap mental yang mandiri

Sebagai seorang manajer dalam usaha sendiri, maka bersikap mandiri dalam menjalankan usahanya yang merupakan tuntutan yang harus dilakukan. Sikap mental yang kuat dan mandiri sangat dibutuhkan pada saat sedang menghadapi masalah yang berat sehingga menuntut untuk dapat mengambil tindakan yang cepat dan tepat. Pada situasi seperti ini tidak ada siapapun yang bisa diandalkan selain diri sendiri, karena setiap wirausahawan merupakan manajer pada usahanya. Justru wirausahawan tersebut yang diharapkan oleh para karyawan untuk dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Kemandirian dan sikap mental yang kuat dalam berbisnis dan kehidupan pribadi si pengusaha sangat berkorelasi dan saling mempengaruhi. Self manajemen (manajemen diri sendiri) merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan oleh seorang wirausahawan untuk memberikan contoh bagi para bawahan atau karyawannya.

D. Faktor-faktor Yang Mendorong Wiraswastawan Memulai Usaha Kecil.

Faktor sebenarnya yang mengerakkan seseorang untuk memiliki usaha sendiri. Pertanyaan ini kerap muncul ketika kesuksesan seseorang dipublikasi pada media, pengakuan ini bukanlah suatu hal yang mudah didapatkan. Lust of power atau haus akan kekuasaan dapat dikatakan sebagai alasan seseorang ingin


(37)

kekuasaan, mereka dapat melakukan sesuatu lebih lancar dan lebih efisien (Abdinagoro, 2004:2). Dengan pengetahuan dan kemampuan yang mereka miliki dapatlah merubah cara pengerjaan sesuatu apapun (Pandji, 2004:243), maka faktor-faktor yang mendorong wiraswastawan memulai usaha kecil adalah sebagai berikut:

1. Modal

Modal merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam berbagai aktivitas yang dilakukan, karena modal dapat membiayai semua kegiatan operasional dalam usaha, seperti: untuk pengadaan bahan baku, membayar upah tenaga kerja, pemasaran, produksi dan lain-lain. Akan tetapi masalah modal kadangkala tidak menjadi masalah bagi orang yang mempunyai kelebihan dana, tetapi bagi orang yang yang mempunyai dana relatif kecil itu memang menjadi masalah. Kedua kelompok tersebut, ketika akan memulai usaha jelas mempunyai keinginan yang sama. Apabila seseorang mempunyai jiwa wirausahaan, maka dia mampu menciptakan nilai tambah dari keterbatasan itu. (Pandji, 2004:244).

2. Peluang

Banyak orang membayangkan dirinya mengelola bisnis milik mereka sendiri, membuat keputusan-keputusan kunci, dan menghasilkan keuntungan. Peluang merupakan suatu kesempatan dalam menjalankan usaha. Seorang wirausahawan harus dapat melihat dan memanfaatkan peluang sehingga dapat memberikan keuntungan bagi usahanya. Peluang atau kesempatan tidak datang berulang-ulang, tetapi mungkin hanya sekali saja dalam waktu yang


(38)

sangat singkat, sehingga diperlukan antisipasi dan waktu yang tepat untuk melihat berbagai peluang agar tidak mengalami kegagalan. Para wirausahawan harus dapat mengukur dan memperkirakan ukuran pertumbuhan dan potensi laba dari setiap peluang yang ada, dan berhati-hati dalam mengevaluasi peluang sebelum memilih pasar dan sasaran yang ingin dicapai (Pandji, 2004:246).

Ada tiga fase pendekatan mengindefikasi peluang dalam bisnis, yaitu: 1. Menemukan gagasan.

2. Mengindefikasi peluang yang ada.

3. Melaksanakan manajemen usaha yang diciptakan. 3. Pendidikan

Pendidikan salah satu faktor yang diperlukan dalam memulai dan menjalankan usaha, baik usaha kecil maupun usaha menengah. Pendidikan diperlukan untuk membuat perencanaan bisnis yang meliputi perencanaan keuangan dan pengelolaan usaha. Pada umumnya hanya sedikit yang mempumyai laporan keuangan yang sederhana, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal, seperti: dari SMU atau Perguruan Tinggi, dan pendidikan non formal, seperti: pelatihan tentang UMKM atau kursus (Pandji, 2004:247). 4. Emosional

Suatu keadaan yang mampu mempengaruhi tindakan seseorang untuk melakukan suatu rencana yang dikehendakinya. Tindakan emosional itu juga


(39)

Dengan dorongan emosi maka orang dapat bertindak sesuai dengan keinginannya. Faktor Emosional adalah fenomena kelas mental yang secara unik dikarakteristikkan oleh pengalaman yang disadari, yaitu keadaan perasaan subjektif, yang biasanya muncul bersama-sama dengan suasana hati konsumen (Mowen dan Minor, 2004: 208).

5. Pengalaman

Pengalaman merupakan pengetahuan yang didapat dari pekerjaan yang terakhir maupun pada pekerjaan yang pernah dilakukan pada masa sekarang. Dengan adanya pengalaman sering kali membuat seseorang untuk melihat kemungkinan untuk memodifikasi produk yang telah ada, memperbaiki pelayanan dan menduplikasikan konsep bisnis dalam lokasi yang berbeda. Pengalaman dapatlah merupakan suatu hal yang sangat berharga karena dengan adanya pengalaman seseorang dapat lebih memahami terhadap apa yang sedang dikerjakan (Longenecker, 2000:95).

E. Tahap Menyusun Rencana Usaha

Penyusunan rencana usaha bisa dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut, (Musrofi, 2004:139).

1. Bidang usaha

Sebelum memulai usaha tentu timbul pertanyaan dari mana memulainya. Hal tersebut dapat dimulai dari ide usaha yang usaha dipilih, diterapkan, dan selanjutnya ditindak lanjuti. Persoalan yang sebenarnya, usaha yang di jalankan tersebut bergerak dibidang apa. Pada umunya kadang kala


(40)

wirausahawan terjebak dalam persoalan ini. Mereka tidak menyadari atau mengetahui kearah mana usahanya akan berjalan untuk selanjutnya.

2. Visi dan tujuan

Seseorang yang memulai usaha dari nol, biasanya tidak mau berpikir tentang nasib usahanya dalam jangka panjang, yang penting jalan dan menguntungkan, begitu kira-kira yang sering ada dibenak orang. Hal ini pun tidak masalah. Namun, jauh lebih baik apabila ada visi dan misi, meskipun usaha itu dimulai dari usaha kecil.

Dengan adanya visi, diharapkan orang akan tekun, dan terus menerus termotivasi menuju visi tersebut. Apabila tidak punya visi, hanya terfokus pada keuntungan jangka pendek. Ketika usaha kurang menguntungkan langsung mencari usaha baru atau memilih usaha yang lain, dan seterusnya. Dan bisa juga berhenti atau trauma untuk memulai usaha karena takut gagal lagi.

Visi dapat diraih melalui beberapa tahapan. Setiap tahapan dilingkupkan kedalam tujuan jangka pendek. Tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat diperiksa dan terukur, apakah tujuan tersebut tercapai atau tidak. Tujuan yang terukur memenuhi lima kriteria, yaitu: spesifik (spesifik), Measurable (terukur), Accountabiliting (pertanggung jawaban), Realistic (realistik atau relevan).

3. Strategi


(41)

yang meliputi beberapa aspek yaitu: aspek pasar/pemasaran, aspek teknik/produksi, aspek lokasi, dan aspek manajemen.

Aspek Pasar/Pemasaran

Pemasaran merupakan pertukaran produk atau jasa dengan uang. Pasar merupakan sekelompok orang yang akan memanfaatkan produk atau jasa tersebut. Sebelum menjual produk atau jasa kepada pasar, yang pertama kali harus dilakukan adalah mengidentifikasi pasar tersebut. Proses pemasaran strategis, dengan aktivitas utama berupa pemilihan nilai yang mencakup aktivitas:

a. Segmentasi pasar (segmentation). b. Penentuan target pasar (targeting). c. Penentuan posisi pasar (positioning).

Proses pemasaran praktis dengan aktivitas inti berupa penciptaan nilai yang mencakup 4P yaitu:

a. Spesifikasi produk atau jasa (product). b. Penetapan harga jual (price).

c. Sistem distribusi (place/distribution). d. Promosi (promotion).

3.2. Aspek Teknik/Produksi

Rencana produksi pada dasarnya mencakup bagaimana proses produksi atau mekanisme usaha, penentuan apa saja fasilitas produksi yang dibutuhkan


(42)

berapa kapasitas produksi, bagaimana menyediakan bahan baku dan bahan pembantu, penyediaan mesin dan alat perlengkapan lainnya.

3.3. Aspek Lokasi

Lokasi adalah faktor penting dalam usaha, jika seseorang akan memulai usaha, pemikiran dan pertimbangannya hanya terfokus pada keberhasilan jangka pendek. Aspek pemilihan lokasi usaha perlu dikaji secara serius karena menyangkut masalah efesiensi. Pada prinsipnya ada 3 (tiga) faktor yang menjadi bahan perbandingan untuk memilih lokasi usaha yaitu:

1. Bahan baku, pasar dan transportasi. 2. Lingkungan.

3. Lain-lain yang menunjang.

3.4. Aspek Manajemen

Aspek Manajemen sangat penting untuk diperhatikan, menurut penelitian Dun, Bradstreet di Amerika Serikat, 90% kegagalan usaha disebabkan tidak bagusnya aspek manajemen (Musrafi, 2004:168). Aspek manajemen mencakup bagaimana pengelolaan orang-orang yang terlibat di dalam usaha.


(43)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

Pajak Sore Padang Bulan adalah salah satu dari 56 (Lima Puluh Enam) pasar tradisional yang ada di kota Medan. Pada tahap awal Pajak Sore tersebut berada ditanah yang berdataran rendah namun sekarang tanah tersebut telah ditinggikan oleh PEMDA sejak 12 tahun yang lalu.

Pajak Sore Padang Bulan yang berada dijalan jamin ginting terdiri dari 2 pasar, satu dimiliki oleh PEMDA sedangkan yang satu lagi dimiliki oleh Swasta. Jumlah pedagang yang berada dibawah naungan PEMDA berjumlah 334, hal tersebut dapat dilihat dari 21 ruko, 167 kios, 90 stand, 8 bangunan baru belakang serta 48 bangunan baru depan.

Pajak Sore Padang Bulan dapat menampung 334 pedagang dengan luas lahan sebesar 1000 m2 dan luas bangunan sebesar 800 m2. Adapun jenis barang yang dijual terdiri dari bahan-bahan pokok seperti sembako, sayur-sayuran, ikan, daging, bumbu dan rempah, barang kelontong, makanan, minuman, buah-buahan sampai pada kebutuhan sandang seperti pakaian, tas, sepatu, perhiasan, barang pecah belah, dan sebagainya. Untuk areal parkir, Pasar Padang Bulan hanya dapat menampung sekitar 10 kendaraan roda dua dan 5 kendaraan roda empat.

Pajak Sore Padang Bulan merupakan salah satu pasar tradisional di kota Medan yang dikelola oleh PD. Pasar/Pajak Kota Medan, yang mana kantor PD. Pasar berada di lantai III Gedung Pasar Petisah. PD. Pajak Kota


(44)

Medan didirikan dengan tujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum kepada masyarakat dengan penyediaan sarana pasar, disamping itu juga menunjang kebijaksanaan umum Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Penataan Pajak secara teratur yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana tempat berjualan perlu dilakukan melihat potensi perkembangan pasar yang cukup besar. Maka PD. Pajak Kota Medan merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi hal tersebut dan sebagai fasilisator bagi para pedagang. PD. Pajak Kota Medan sebagai pemegang mandat yang diberikan oleh Pemerintah Kota Medan untuk melaksanakan Peraturan Daerah Kota Medan No. 8 Tahun 2001 dan Keputusan Walikota Medan No. 28 Tahun 2001.

B. Visi dan Misi Perusahaan

Mengingat perkembangan ekonomi yang sangat dinamis pada era globalisasi, maka perlu bagi setiap pelaku bisnis untuk benar-benar profesional dalam menjalankan roda organisasi perusahaannya. Untuk itu perlu adanya visi dan misi dari setiap agar tercapai kinerja perusahaan yang diharapkan.

1. Visi PD. Pajak Kota Medan

PD. Pajak Kota Medan memiliki visi sebagai fasilisator terdepan dalam mewujudkan pelayanan umum di sektor pasar bagi masyarakat Kota Medan.


(45)

2. Misi PD. Pajak Kota Medan

PD. Pajak Kota Medan memiliki misi sebagai berikut:

a. Mewujudkan akuntabilitas publik oleh perusahaan serta menciptakan aparatur yang bersih.

b. Meningkatkan kualitas pelayanan dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan.

c. Menumbuh kembangkan perusahaan dalam menghadapi pasar global dengan melaksanakan perencanaan pembangunan, pemeliharaan, dan pengawasan.

d. Memberikan kontribusi bagi pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan manajemen perusahaan yang bersih.

C. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi diperlukan dalam pelaksanaan tugas perusahaan. Struktur organisasi menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.

Struktur organisasi Pajak Sore Padang Bulan dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini:


(46)

Sumber: PD. Pasar Padang Bulan Medan (2010) Gambar 3.1: Struktur Organisasi Perusahaan

1. Kepala Pajak

a. Merealisasikan target/anggaran yang telah dibebankan perusahaan. b. Mengawasi karyawan dan petugas dalam menjalankan pekerjaan. c. Mengawasi keadaan dan kebersihan pasar.

d. Mengecek dan mengevaluasi administrasi pembukuan di pajak. e. Mengajukan izin-izin yzng diperlukan kepada direksi PD. Pajak. f. Mencairkan segala bentuk tunggakan kontribusi kepada pedagang. 2. Staf

a. Membukukan laporan atas hasil kutipan.

b. Mengerjakan admisnistarsi dan surat-surat yang masuk maupun yang keluar ke dalam buku agenda.

c. Membuat laporan bulanan atas pemakaian karcis kontribusi harian dan kwitansi bulanan dengan segala pemakaian kwitansi lainnya.

PHL.KEBERSIHA STAF

PENGUTIP

SATPAM PAJAK KEPALA PAJAK


(47)

d. Membuat surat-surat izin, seperti surat izin pemakaian tempat berjualan, izin-izin rekomendasi yang ditujukan kepada Direksi, dan sebagainya.

e. Ikut serta dalam mengawasi kebersihan pasar. 3. Pengutip

a. Melaksanakan pengutipan kontribusi dari para pedagang. b. Membuat laporan hasil kutipan kontribusi kepada Kepala Pasar.

c. Ikut serta melaksanakan pengawasan kebersihan dan keberadaan sarana dan prasarana pasar.

d. Membuat laporan kepada Kepala Pasar mengenai kios atau stan yang tidak aktif/tutup dan yamg masih memiliki tunggakan.

4. SATPAM Pajak

a. Menjaga keamanan dan ketertiban pajak secara keseluruhan.

b. Mengatasi berbagai kericuhan dan segala tindakan kriminal yang terjadi di pajak sebelum diserahkan kepada pihak yang berwajib.

5. PHL. Kebersihan

a. Membersihkan sampah-sampah dan kotoran di areal pajak. b. Mengangkut sampah dari TPS ke truk pengangkutan sampah. c. Membersihkan parit/selokan di seluruh areal pajak.


(48)

D. Prosedur Perizinan Pajak Sore Padang Bulan 1. Pendaftaran Pedagang

Para pedagang di Pajak Sore Padang Bulan Medan diakui secara resmi oleh pihak PD. Pajak Sore Padang Bulan. Oleh karena itu maka para pedagang harus mentaati segala peraturan-peraturan yang diberlakukan oleh pihak PD. Pajak. Prosedur yang ditetapkan adalah beradasarkan aturan yang berlaku di PD. Pajak Sore Padang Bulan Medan.

Pihak PD. Pajak Sore Padang Bulan bertanggung jawab sepenuhnya dalam perekrutan dan administrasi pedagang. Para pedagang yang berjualan di Pajak Sore Padang Bulan harus sudah melapor dan mendapatkan izin dari PD. Pajak Sore Padang Bulan dan begitu juga dengan hak untuk melakukan pelarangan berjualan. Regristrasi ulang diberlakukan setiap 12 bulan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data ulang mengenai perkembangan terbaru dari para pedagang.

Pedagang yang belum mendapatkan izin, harus melakukan perjanjian dengan menandatangani peraturan yang berlaku, antara lain:

1. Mematuhi perjanjian Sewa Menyewa Kios/Stand yang telah ditetapkan PD. Pajak Sore Padang Bulan Medan.

2. Tidak boleh membuang sampah sembarangan.

3. Diwajibkan membayar kontribusi tempat berjualan per bulan/hari dan kontribusi pelayanan kebersihan.


(49)

Rupiah). Biaya regristrasi yang dibebankan ke pedagang sesuai dengan luas bangunan yang akan digunakan untuk berjualan.

2. Pelaksanaan Keamanan

Para pedagang yang berjualan di Pajak Sore Padang Bulan mendapatkan jaminan sepenuhnya untuk berjualan. Untuk itu para pedagang diwajibkan untuk membayar uang keamanan kepada pihak Satpam Pajak Sore Padang Bulan sebesar Rp. 150.000,- (Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah) per bulan untuk semua jenis usaha. Pembayaran ini dilakukan setiap bulannya oleh pihak Petugas Keamanan Pajak Sore Padang Bulan dengan mendatangi tiap-tiap tempat berjualan para pedagang yang berada di Pajak Sore Padang Bulan.

3. Pelaksanaan Kebersihan

Pihak Pajak Sore Padang Bulan mewajibkan kepada para pedagang untuk membuang sampah pada tempat-tempat yang sudah disediakan di sepanjang jalan utama Pajak Sore Padang Bulan sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan yang bersih. Pihak Pajak Sore Padang Bulan juga menyediakan fasilitas kamar mandi dengan beberapa kran air untuk pedagang mengambil air bersih yang tujuan pihak PD. Pajak Sore Padang Bulan adalah untuk menciptakan Pajak Sore Padang Bulan yang mandiri yang tidak membuat pihak-pihak lain merasa terganggu dengan ketentuan seluruh pedagang yang berjualan di Pajak Sore Padang Bulan hanya membayar uang air dan listrik sebesar Rp. 200.000,- (Dua Ratus Ribu Rupiah) tiap bulan kepada petugas kebersihan.


(50)

E. Gambaran Umum Pedagang Pakaian Pajak Sore Padang Bulan Medan

Para pedagang di Pajak Sore Padang Bulan memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut meliputi jenis kelamin, umur, status, pendidikan terakhir dan alamat tempat tinggal para pedagang. Secara umum gambaran pedagang dapat dilihat pada hasil penyebaran kuesioner, wawancara, dan observasi yang dilakukan oleh penulis untuk penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1

Data Pribadi Pedagang Pakaian Pajak Sore P. Bulan

No Nama Jenis Kelamin Umur (Tahun) Pendidikan Lama Usaha (Tahun) Alamat 1. Setiawati Br.Ginting Wanita 31-40 SMP 15 Jln. Rinte V No.10 2. Sriati Br.Sembiring Wanita 31-40 SMP 15 Jln. Jamin Ginting Gg.

Dipanegara No.20 3. Rehulina

Br.Sembiring

Wanita 31-40 SMP 15 Jln. Jamin Ginting No.20 4. Ruslan Hutagalung Wanita 31-40 SMP 15 Jln. Jamin Ginting No. 45 5. Metehsa Ketaren Pria 31-40 SMP 15 Jln. Jamin Ginting Gg. Pelita

Raya No. 15

6. Murna Br. Tarigan Wanita 31-40 SMP 10 Jln. Setia Budi No. 65 7. Oberlin Sipahutar Pria 41-50 SMU 20 Jln.Bunga Cempaka No.11 8. Baskami Tarigan Pria 41-50 SMU 20 Jln. Jamin Ginting Gg. Pelita

No. 14

9. Noventa Ginting Wanita 31-40 SMP 10 Jln. Terompet No. 17 10. Karelina Manik Wanita 21-30 SMP 10 Jln. Pondok Bulu No. 34 11. Magda Aritonang Wanita 21-30 SMU 15 Jln. Setia Budi No. 3 12. Relina Br. Sitepu Wanita 21-30 SMP 10 Jln. Jamin Ginting Gg.

Dipanegara No. 4

13. An Rulli Wanita 21-30 SMU 10 Jln. Bunga Cempaka No.7

No Nama Jenis Kelamin Umur (Tahun) Pendidikan Lama Usaha (Tahun) Alamat 14. Timotius Keliat Pria 21-30 SMU 10 Jln. Bawang No. 10 15. Rehnawaty Br.

Tarigan

Wanita 21-30 SMU 10 Jln. Karet 18 No. 9 P. Simalingkar


(51)

17. Marlinda Br. Tarigan Wanita 21-30 SMU 15 Gg. Berdikari No. 01 18. Jenda Gunadari

Sembiring

Pria 31-40 SMU 15 Jln. Setia Budi No. 124 19. Umi Kalsum Wanita 31-40 SMU 10 Jln. Jamin Ginting No.198 20. Poslika Ri Sinaga Pria 21-30 SMP 10 Jln. Nilam 2 No. 10 21. Sarah Saputri Br.

Tarigan

Wanita 21-30 SMU 10 Jln. Bunga Rampai No.39 LK I 22. Rapmauli Br.

Limbong

Wanita 21-30 SMU 10 Gg. Anggrek No. 20 23. Pasu Sembiring Pria 41-50 SMP 15 Jln. Pancur Batu No.4 24. Emirita Br. Sitepu Wanita 21-30 SMP 15 Jln. Karya Semabada No.23 25. Risma L. Toruan Wanita 21-30 SMU 10 Lorong VI Veteran Bagan Deli 26. Rosinta Uli

Manulang

Wanita 21-30 SMU 10 Jln. Pintu Air IV Gg. Persatuan 27. Nurhalimah Pohan Wanita 31-40 SMU 20 Jln. Keluarga No. 12

28. Nuraida Sinuraya Wanita 31-40 SMU 15 Jln. Terompet No.10 29. Nuraida Br. Tarigan Wanita 31-40 SMU 15 Jln. Jamin Ginting No.40 30. Rita Malinda Bangun Wanita 31-40 SMU 15 Jln. Setia Budi No. 28

31. Sumarni Malem Wanita 31-40 SMU 15 Jln. Jamin Ginting Gg. Medan Area No.27

32. Benna Mahuli Br. Purba

Wanita 41-50 SMP 15 Jln. Graha Tanjung Sari G No.25

33. Kardiana Sinaga Wanita 41-50 SMP 20 Jln. ST. Alisabana No.83 34. Roslinda Br. Ginting Wanita 41-50 SMP 20 Jln. Jamin Ginting No.480B 35. Normin Br. Purba Wanita 41-50 SMP 20 Dusun Duri Pintu I

36. Erlinda Maria Wanita 31-40 SMU 10 Jln. Setia Budi Gg. Cempaka No.6

37. Aida Napitupulu Wanita 31-40 SMU 10 Jln. Bunga Rampai 1 No.40 LK I

38. Siti Mayan Hasibuan Wanita 21-30 SMU 10 Gg. Beringin No.90 39. Paridawaty

Marpaung

Wanita 41-50 SMU 10 Jln. Sei Asahan 8 No. 22 40. Rohana Wanita 41-50 SMU 10 Komp. Tasbih Blok E No.25 41. Erlinda Maria

Sihombing

Wanita 21-30 SMU 15 Jln. Sei Merah No. 11 42. Mardina Br. Sinuraya Wanita 21-30 SMU 15 Gg. Guru Singa No. 23 43. Fernando

Palindungan Ginting

Pria 31-40 SMU 10 Jln. M. Syuhada Gg. Serasi No. 8

44. Penerangan Sembiring

Pria 31-40 SMU 10 Jln. Sunggal LK Sukata No.7

No Nama Jenis Kelamin Umur (Tahun) Pendidikan Lama Usaha (Tahun) Alamat

45. Firdaus Ginting Pria 21-30 SMU 15 Jln. Dr. Mansyur/Pembangunan No. 11

46. Eli Saputra Tarigan Pria 31-40 SMU 10 Gg. Guru Singa No. 23 47. Sarinah Maria Wanita 31-40 SMU 10 Jln. Jamin Ginting Gg.


(52)

Sinuraya Kamboja No. 20

48. Nurhaidah Wanita 31-40 SMP 20 Jln. PWS Gg. GHB 48/6 49. Jumiati Wanita 31-40 SMP 15 Gg. Apotik Cempaka Tj. Rejo

No. 60

50. Gen Wanita 31-40 SMP 10 Gg. Rambe No. 45

51. Gabe Mangapulina Siagian

Wanita 21-30 SMP 15 Jln setia Budi No. 122 52. Masa Br. Sembiring Wanita 31-40 SMU 10 Jln. Murni II No. 9 53. Hiras Rumahorbo Wanita 31-40 SMU 10 Jln. Waikiki E No. 34 54. Hetty Hovriska Br.

Panjaitan

Wanita 31-40 SMU 10 Jln. Starban Gg. Bilal LK X 55. Keriahen Br.

Sebayang

Wanita 31-40 SMP 15 Jln. Flamboyan Baru No.16 56. Pintauli Silalahi Wanita 31-40 SMP 15 Jln. H. Suhada Gg. Rezeki

No.89

57. Rincan Kataren Wanita 31-40 SMP 10 Gg. Sentosa No.34 58. Mery Sialangan Wanita 31-40 SMP 10 Gg. Sehati No. 22

59. Marlina Br. Raban Wanita 21-30 SMU 15 Jln. Jamin Ginting Psr VI No.27 60. Kararaya

Ompusunggu

Wanita 21-30 SMU 15 Jln. Karya Indah No. 44 61 Resiana Br.

Sihombing

Wanita 41-50 SMP 20 Jln. Sei Serayu No. 19

62. Jendakem Br. Sitepu Wanita 21-30 SMU 15 Jln. Jamin Ginting Gg. Medan Area No. 28

63. Harmony Ginting Pria 41-50 SMU 15 Jln. Jamin Ginting Gg. Kamboja No.31

Sumber: Data Primer diolah (2010)

Tabel 3.1 responden yang diwawancarai/diberikan kuesioner kebanyakan mempunyai rentang umur 31-40 tahun, kemudian responden yang berumur 21-30 tahun, dan yang terakhir responden dengan umur 41-50 tahun. Gender wanita merupakan gender yang dominan dalam menjalankan usaha pakaian ini. Pendidikan responden paling dominan yaitu tamatan SMU (Sekolah Menengah Umum). Lama usaha pedagang pakaian di Pajak Sore Padang Bulan berkisar antara 10-20 tahun. Lama usaha yang paling dominan yaitu 10 tahun.


(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Validitas dan Reliabilitas

Valid artinya data-data yang diperoleh dengan penggunaan instrumen dapat menjawab tujuan penelitian. Reliabel artinya konsisten atau stabil. Agar data yang diperoleh valid dan reliabel maka dilakukan uji reliability. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap alat penelitian, yakni kuesioner. Penyebaran kuesioner khusus uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada 30 orang diluar responden yaitu Pajak Sore Padang Bulan Medan.

1. Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 15.0 dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel maka pernyataan dinyatakan valid.

2) Jika rhitung negatif atau rhitung < rtabel maka pernyataan tersebut dinyatakan

tidak valid.

3) rhitung dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlation.

Berdasarkan survei, kuesioner berisikan 25 butir pertanyaan yang menyangkut variabel bebas, yaitu Modal (X1), Peluang (X2), Pendidikan (X3),

Emosional (X4) Pengalaman (X5) dan variabel terikat yaitu Memulai Usaha Kecil


(54)

Tabel 4.1 Item-Total Statistics 1

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Butir 1 90.3000 178.010 .769 .945

Butir 2 90.1333 175.154 .822 .944

Butir 3 90.4667 192.120 .066 .953

Butir 4 90.2667 176.202 .752 .945

Butir 5 90.3333 184.437 .407 .949

Butir 6 90.7000 183.321 .582 .947

Butir 7 90.9000 176.852 .772 .945

Butir 8 90.8667 184.533 .465 .948

Butir 9 90.5667 179.013 .709 .946

Butir 10 90.6000 177.490 .774 .945

Butir 11 90.5667 175.702 .785 .945

Butir 12 90.5667 178.116 .806 .945

Butir 13 90.6333 182.033 .621 .947

Butir 14 91.0000 178.897 .542 .948

Butir 15 90.6667 178.230 .648 .947

Butir 16 90.5333 180.189 .560 .948

Butir 17 90.7333 179.306 .501 .949

Butir 18 90.8000 177.476 .702 .946

Butir 19 91.1333 179.154 .577 .947

Butir 20 90.5667 179.426 .735 .946

Butir 21 90.3000 188.286 .303 .950

Butir 22 90.3667 176.723 .787 .945

Butir 23 90.3333 174.782 .815 .944

Butir 24 90.4667 177.223 .679 .946

Butir 25 90.2000 173.545 .805 .944

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS versi 15,00 (Juni 2010)

Berdasarkan Tabel 4.1 tersebut dapat dilihat bahwa dari 25 butir pernyataan yang dibuat dalam kuesioner, ternyata pernyataan 3 dan 21 tidak valid, karena r < r sehingga pernyataan yang tidak valid itu perlu dibuang. Tahap


(55)

(dengan terlebih dahulu membuang pernyataan ke 3 dan 21), maka akan didapatkan hasil pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2

Validitas Tiap Pernyataan Akhir

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Butir 1 82.4000 170.110 .776 .951

Butir 2 82.2333 167.564 .817 .951

Butir 4 82.3667 168.240 .763 .951

Butir 5 82.4333 176.875 .390 .956

Butir 6 82.8000 175.614 .571 .953

Butir 7 83.0000 168.759 .789 .951

Butir 8 82.9667 176.309 .482 .954

Butir 9 82.6667 170.851 .728 .952

Butir 10 82.7000 169.666 .778 .951

Butir 11 82.6667 168.230 .773 .951

Butir 12 82.6667 170.092 .820 .951

Butir 13 82.7333 174.202 .620 .953

Butir 14 83.1000 171.059 .544 .954

Butir 15 82.7667 170.737 .635 .953

Butir 16 82.6333 172.240 .565 .954

Butir 17 82.8333 171.592 .497 .955

Butir 18 82.9000 169.679 .703 .952

Butir 19 83.2333 171.082 .589 .953

Butir 20 82.6667 171.678 .733 .952

Butir 22 82.4667 169.016 .785 .951

Butir 23 82.4333 167.082 .815 .951

Butir 24 82.5667 169.633 .672 .952

Butir 25 82.3000 165.803 .808 .951

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS versi 15,00 (Juni 2010)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 23 variabel semua variabel valid dengan nilai rhitung > rtabel atau nilai Corrected Item-Total Correlation diatas


(56)

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas diartikan sebagai keterpercayaan, keterandalan atau konsistensi. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, artinya mempunyai konsistensi pengukuran yang baik, dan suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel.

Tabel 4.3

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.954 23

Sumber : Hasil pengolahan SPSS versi 15.0, (Juni 2010)

Tabel 4.3 menunjukan bahwa semua butir instrumen reliabel karena nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,954 lebih besar dari 0,80

Tabel 4.4

Reliabilitas Instrumen

Butir Pertanyaan Cronbach's Alpha if Item Deleted

Cronbach's Alpha Keputusan

Butir 1 .951 0,80 Reliabel

Butir 2 .951 0,80 Reliabel

Butir 4 .951 0,80 Reliabel

Butir 5 .956 0,80 Reliabel

Butir 6 .953 0,80 Reliabel

Butir 7 .951 0,80 Reliabel

Butir 8 .954 0,80 Reliabel

Butir 9 .952 0,80 Reliabel

Butir 10 .951 0,80 Reliabel

Butir 11 .951 0,80 Reliabel

Butir 12 .951 0,80 Reliabel

Butir 13 .953 0,80 Reliabel


(57)

Reliabilitas Instrumen

Butir Pertanyaan Cronbach's Alpha if Item Deleted

Cronbach's Alpha Keputusan

Butir 14 .954 0,80 Reliabel

Butir 15 .953 0,80 Reliabel

Butir 16 .954 0,80 Reliabel

Butir 17 .955 0,80 Reliabel

Butir 18 .952 0,80 Reliabel

Butir 19 .953 0,80 Reliabel

Butir 20 .952 0,80 Reliabel

Butir 22 .951 0,80 Reliabel

Butir 23 .951 0,80 Reliabel

Butir 24 .952 0,80 Reliabel

Butir 25 .951 0,80 Reliabel

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS versi 15,00 (Juni 2010)

Ketentuan untuk pengambilan keputusan yaitu menurut Kuncoro, (2008:40) menyatakan instrumen dapat dikatakan reliabel bila memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,80. Tabel 4.4 dapat dilihat nilai Cronbach Alhpa > 0,80, maka setiap variabel dinyatakan reliabel.

B. Analisis Deskriptif 1. Deskriptif Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah Pedagang Pakaian Pajak Sore Padang Bulan Medan. Sampel yang diambil sebanyak 63 orang Pedagang Pakaian.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan jenis Kelamin Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pedagang Persentase

Laki-laki 12 19,08 %

Perempuan 51 80,95 %

Total 63 100 %


(58)

Tabel 4.5 terlihat bahwa jumlah pedagang pakaian terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan yaitu 51 orang atau 80,95 %, sedangkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 12 orang atau 19,08%.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan jenis Umur Tabel 4.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Jumlah Pedagang Persentase

Di bawah 20 tahun 0 0%

21-30 tahun 21 33,33 %

31-40 tahun 30 47,62 %

41-50 tahun 12 19,08 %

Total 63 100 %

Sumber : Data primer diolah (2010)

Tabel 4.6 terlihat bahwa jumlah pedagang pakaian terbanyak berusia 31-40 tahun yaitu 30 responden atau 47,62 %, kemudian usia 21-30 tahun sebanyak 21 responden atau 33,33%, sedangkan yang paling sedikit berusia 41-50 tahun yaitu 12 orang atau 19,08 %.

C. Metode Analisis Statistik 1. Analisis Jawaban Responden

a. Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Modal (X1) Tabel 4.7

Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Modal (X1)

Item SS S KS TS STS Total

F % F % F % F % F % F %

1 24 38.1 29 46.0 5 7,9 3 4,8 2 3,2 63 100 2 25 39,7 30 47,6 4 6,3 3 4,8 1 1,6 63 100 3 27 42,9 24 38,1 6 9,5 4 6,3 2 3,2 63 100 4 26 41,3 31 49,2 6 9,5 0 0 0 0 63 100


(59)

Tabel 4.7 menunjukan bahwa hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 63 orang untuk variabel Modal yaitu:

1) Pada pernyataan yang pertama (Saya merasa tidak sulit dalam mendapatkan mudal) dari 63 responden, 24 responden (38,1%) adalah sangat setuju, 29 responden (46,0%) menyatakan setuju, 5 responden (7,9%) menyatakan kurang setuju, 3 responden (4,8%) menyatakan tidak setuju, tetapi 2 responden (3,2%) menyatakan sangat tidak setuju.

2) Pada pernyataan yang kedua (Jumlah modal yang saya butuhkan pada saat memulai usaha kecil di Pajak Sore Padang Bulan Medan Rp. 10.000.000.-20.000.000.) dari 63 responden, 25 responden (39,7%) menyatakan sangat setuju, 30 responden (47,6%) menyatakan setuju, sisanya 4 responden (6,3%) menyatakan kurang setuju, 3 responden (4,8%) menyatakan tidak setuju, 1 responden (1,6%) menyatakan sangat tidak setuju.

3) Pada pernyataan yang ketiga (Modal pada saat saya memulai usaha kecil di Pajak Sore Padang Bulan Medan berasal dari modal sendiri) dari 63 responden, 27 responden (42,9%) menyatakan sangat setuju, 30 responden (47,6%) menyatakan setuju, 4 responden (6,3%) menyatakan kurang setuju, 3 responden (4,8%) menyatakan tidak setuju, dan sisanya 1 responden (1,6%) menyatakan sangat tidak setuju.

4) Pada pernyataan yang keempat (Modal pada saat memulai usaha kecil di Pajak Sore Padang Bulan berasal dari keluarga atau teman saya) dari 63 responden tersebut, 26 responden (41,3%) menyatakan sangat setuju, 31 responden (49,2%) menyatakan setuju, 6 responden (9,5%) menyatakan kurang setuju, 0


(60)

responden (0%) menyatakan tidak setuju, 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

5) Pada pernyataan yang kelima (Modal di peroleh dari lembaga ke uangan) dari 63 responden, 14 responden (22,2%) menyatakan sangat setuju, 36 responden (57.,1%) menyatakan setuju, 12 responden (19,0%) menyatakan kurang setuju, 1 responden (1,6%) menyatakan tidak setuju, 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

b. Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Peluang (X2) Tabel 4.8

Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Peluang (X2)

Item SS S KS TS STS Total

F % F % F % F % F % F %

1 15 23,8 36 57,1 7 11,1 3 4,8 2 3,2 63 100 2 16 25,4 32 50,8 13 20,6 1 1,6 1 1,6 63 100 3 28 44,4 24 38,1 6 9,5 5 7,9 0 0 63 100 4 21 33,3 39 61,9 3 4,8 0 0 0 0 63 100 Sumber : Hasil Pengolahan kuesioner ( Juni 2010)

Tabel 4.8 menunjukan bahwa hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 63 orang untuk keistimewaan yaitu:

1) Pada pernyataan yang pertama (Pajak Sore Padang Bulan Medan merupakan lokasi yang strategis untuk melakukan usaha menjual pakaian) dari 63 responden, 15 responden (23,8%) menyatakan sangat setuju, 36 responden (57.,1%) menyatakan setuju, 7 responden (11,1%) menyatakan kurang setuju, 3 responden (4,8%) menyatakan tidak setuju, 2 responden (3,2%) menyatakan sangat tidak setuju.


(61)

2) Pada pernyataan yang kedua (Menurut saya jaminan keamanan yang diberikan pihak PEMDA atas barang dagangan saya merupakan salah satu layanan kepada saya sebagai pedagang di Pajak Sore Padang Bulan Medan) dari 63 responden, 16 responden (25,4%) menyatakan sangat setuju, 32 responden (50,8%) menyatakan setuju, 13 responden (20,6%) menyatakan kurang setuju, 1 responden (1,6%) menyatakan tidak setuju, 1 responden (1,6%) menyatakan sangat tidak setuju.

3) Pada pernyataan yang ketiga (Jumlah konsumen yang berbelanja di Pajak Sore Padang Bulan Medan cukup banyak/ramai) dari 63 responden, 28 responden (44,4%) menyatakan sangat setuju, 24 responden (38,1%) menyatakan setuju, 6 responden (9,5%) menyatakan kurang setuju, 5 responden (7,9%) menyatakan tidak setuju, 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. 4) Pada pernyataan yang keempat (Pajak Sore Padang Bulan Medan jauh dari

Plaza-plaza) dari 63 responden, 21 responden (33,3%) menyatakan sangat setuju, 39 responden (61,9%) menyatakan setuju, 3 responden (4,8%) menyatakan kurang setuju, 0 responden (0%) menyatakan tidak setuju, 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.


(62)

c. Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Pendidikan (X3) Tabel 4.9

Distribusi Jawaban Responden Untuk Variabel Pendidikan (X3)

Item SS S KS TS STS Total

F % F % F % F % F % F %

1 14 22,2 35 55,6 11 17,5 2 3,2 1 1,6 63 100 2 22 34,9 37 58,7 2 3,2 1 1,6 1 1.6 63 100 3 26 41,3 26 41,3 6 9,5 5 7,9 0 0 63 100 4 26 41,3 32 50,8 4 6,3 1 1,6 0 0 63 100 Sumber : Hasil Pengolahan kuesioner ( Juni 2010)

Tabel 4.9 menunjukan bahwa hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 63 orang untuk desain yaitu:

1) Pada pernyataan yang pertama (Pendidikan terakhir saya sudah cukup dalam profesi berdagang usaha pakaian di Pajak Sore Padang Bulan Medan) dari 63 responden, 14 responden (22,2%) menyatakan sangat setuju, 35 responden (55,6%) menyatakan setuju, 11 responden (17,5%) menyatakan kurang setuju, 2 responden (3,2%) menyatakan tidak setuju, 1 responden (1,6%) menyatakan sangat tidak setuju.

2) Pada pernyataan yang kedua (Menurut saya mengikuti pelatihan non formal dapat memperlancar dalam memulai dan menjalankan usaha kecil) dari 63 responden, 22 responden (34,9%) menyatakan sangat setuju, 37 responden (58,7%) menyatakan setuju, 2 responden (3,2%) menyatakan kurang setuju, 1 responden (1,6%) menyatakan tidak setuju, 1 responden (1,6%) menyatakan sangat tidak setuju.


(1)

Pendidikan

No Pernyataan SS S KS TS STS

1 Pendidikan terakhir saya sudah cukup dalam profesi berdagang usaha pakaian di Pajak Sore Padang Bulan Medan

2 Menurut saya mengikuti pelatihan non formal (kursus, seminar) dapat memperlancar dalam memulai dan menjalankan usaha kecil pada Pajak Sore Padang Bulan Medan

3 Saya mempunyai pengetahuan bisnis yang luas tentang bagaimana mngelola usaha saya

4 Saya menjalankan usaha ini berdasarkan

pengetahuan yang saya peroleh dalam

pendidikan.

Emosional

No Pernyataan SS S KS TS STS

1 Alasan saya menjadi pedagang di Pajak Sore Padang Bulan Medan adalah keinginan saya sendiri

2 Keuntungan yang lumayan mendorong saya

untuk membuka usaha ini.

3 Usaha pakaian yang saya jalani sekarang

merupakan usaha turun temurun dari keluarga saya.

4 Alasan saya menjadi pedagang di Pajak Sore Padang Bulan Medan karena tidak mempunyai pekerjaan lain

5 Saya menjalankan usaha ini untuk membantu


(2)

Pengalaman

No Pernyataan SS S KS TS STS

1 Pengalaman sukses orang lain merupakan

inspirasi bagi saya untuk memulai usaha kecil di Pajak Sore Padang Bulan Medan

2 Salah satu alasan saya memulai usaha di Pajak Sore Padang Bulan Medan karena pernah memulai dan menjalankan usaha kecil yang sejenis sebelumnya

Memulai Usaha

No Pernyataan SS S KS TS STS

1 Variabel modal merupakan factor yang

mendorong saya memulai usaha kecil di Pajak Sore Padang Bulan Medan

2 Variabel peluang merupakan factor yang

mendorong saya memulai usaha kecil di Pajak Sore Padang Bulan Medan

3 Variabel pendidikan merupakan factor yang

mendorong saya memulai usaha kecil di Pajak Sore Padang Bulan Medan

4 Variabel emosional merupakan factor yang

mendorong saya memulai usaha kecil di Pajak Sore Padang Bulan Medan

5 Variabel pengalaman merupakan faktor yang mendorong saya memulai usaha kecil di Pajak Sore Padang Bulan Medan

Terima kasih atas partisipasi Anda dalam Penelitian ini Semoga Usaha Anda Sukses


(3)

Lampiran:

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.954 23


(4)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 82.4000 170.110 .776 .951

VAR00002 82.2333 167.564 .817 .951

VAR00004 82.3667 168.240 .763 .951

VAR00005 82.4333 176.875 .390 .956

VAR00006 82.8000 175.614 .571 .953

VAR00007 83.0000 168.759 .789 .951

VAR00008 82.9667 176.309 .482 .954

VAR00009 82.6667 170.851 .728 .952

VAR00010 82.7000 169.666 .778 .951

VAR00011 82.6667 168.230 .773 .951

VAR00012 82.6667 170.092 .820 .951

VAR00013 82.7333 174.202 .620 .953

VAR00014 83.1000 171.059 .544 .954

VAR00015 82.7667 170.737 .635 .953

VAR00016 82.6333 172.240 .565 .954

VAR00017 82.8333 171.592 .497 .955

VAR00018 82.9000 169.679 .703 .952

VAR00019 83.2333 171.082 .589 .953

VAR00020 82.6667 171.678 .733 .952

VAR00022 82.4667 169.016 .785 .951

VAR00023 82.4333 167.082 .815 .951

VAR00024 82.5667 169.633 .672 .952


(5)

Regression

Variables Entered/Removed

Variables Entered

Variables

Removed Method

Pengalaman, Emosional, Peluang, Modal,

Pendidikana

. Enter

a. All requested variables entered

b. Dependent Variables : memulai usaha kecil

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .642a .412 .360 1.20266

a. Predictors: (Constant), Pengalaman, Emosional, Peluang, Modal, Pendidikan b. Dependent Variable: Memulai_Usaha_Kecil

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 57.778 5 11.556 7.989 .000a

Residual 82.444 57 1.446

Total 140.222 62

a. Predictors: (Constant), Pengalaman, Emosional, Peluang, Modal, Pendidikan b. Dependent Variable: Memulai_Usaha_Kecil


(6)

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 18.365 3.199 5.741 .000

Modal .235 .079 .046 2.447 .056

Peluang .274 .083 .355 3.293 .012

Pendidikan .225 .074 .035 2.337 .037

Emosional .347 .085 .437 4.093 .010

Pengalaman .211 .092 .012 2.118 .017