Kebijakan Pelestarian Naskah Kuno dalam Bentuk Katalogisasi

58 4. Dari kategori keempat mengenai penyusunan naskah kuno dapat terlihat dari uraian jawaban informan sebagai berikut: Pertanyaan: Naskah kuno yang di simpan di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat ini disusun berdasarkan apa bu? dan untuk yang sudah dibuatkan katalognya apakah sama penyusunannya? I 3 : Badan perpustakaan belum mempunyai standar untuk penyusunan naskah kuno. Perpustakaan Nasional pun belum punya standar jadi dikategorikan sesuai judul misalnya tentang tauhid, ilmu tubuh, ilmu perbintangan atau silat seperti itu penyusunannya. Kalau untuk yang katalogisasi naskah penyusunannya menurut judul naskah, pengarang naskah dan subjek naskahnya.

4.1.2 Temuan Penelitian

Temuan hasil penelitian dapat dilihat dari beberapa hasil wawancara yang telah diinterprestasikan dengan teori yang telah ada pada kajian pustaka dan dapat dijabarkan dalam beberapa poin sebagai berikut:

4.1.2.1 Kebijakan Pelestarian Naskah Kuno dalam Bentuk Katalogisasi

Salah satu kegiatan di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat adalah pengelolaan deposit daerah, koleksi Minangkabau dan pelestarian bahan pustaka. Kegiatan ini dilakukan pada Bidang Deposit, Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka. Dalam melakukan pelestarian naskah kuno kebijakan yang dimaksud adalah keputusan yang diambil ketika melakukan kegiatan pelestarian naskah kuno baik yang berada pada Badan Perpustakaan dan Universitas Sumatera Utara 59 Kearsipan Provinsi Sumatera Barat maupun yang masih berada di tangan ahli waris naskah kuno. Naskah kuno yang dilestarikan sesuai dengan UU Nomor 43 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa naskah yang berumur minimal 50 tahun termasuk naskah kuno, apabila suatu naskah belum memiliki usia 50 tahun maka tidak termasuk dalam naskah kuno yang akan dilestarikan. Untuk menentukan usia naskah tersebut sudah beumur 50 tahun atau lebih biasanya dilihat dari tahun jika ada, dilihat dari kertas yang digunakan dan keterangan dari ahli waris pemilik naskah. Selain itu isi naskah juga ikut jadi pertimbangan bagi tim pelestarian naskah kuno. Sebelum dilakukan kegiatan katalogisasi, dilakukan pengecekan terlebih dahulu untuk memperoleh keberadaan naskah kuno. Disamping itu, pada tahap ini juga akan dilakukan translitrasi dari naskah-naskah yang akan dibuatkan katalognya. Setelah translitrasi data-data tentang naskah tersebut dimasukkan kedalam tabel deskripsi katalog koleksi. Untuk tahap akhirnya katalog disusun berdasarkan data-data deskripsi dari naskah tersebut. Kebijakan pelestarian naskah kuno Minangkabau dari hasil wawancara dengan informan I 1 terkait dapat dilihat dari uraian berikut: I 1 : “Kalau kebijakan sudah ada, dengan adanya kebijakan bahwa naskah kuno harus dilestarikan dan pemerintah daerah tentunya mendukung anggaran untuk pelestarian naskah kuno. Hanya saja anggaran khusus untuk katalogisasi berasal dari kebijakan kepala Kasubbid pelestarian naskah kuno di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat.” Universitas Sumatera Utara 60 Selain kebijakan mengenai pelestarian naskah kuno, Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat juga berpedoman kepada Perpustakaan Nasional RI seperti yang dijabarkan dalam hasil wawancara berikut: I 2 : “Oo, itu ada pedomannya dek dari perpustakaan nasional ada. Ada acuan dari perpustakaan nasional, kita kan di provinsi masih mengacu ke perpustakaan nasional selaku yang membawahi perpustakaan provinsi, secara teknis masih perpustakaan nasional tapi secara organisasi tidak, masing-masing kan sudah di bawah pemerintah daerahnya. Di tambah referensi lain, misalnya seperti ada tenaga staf yang di tugaskan ke Jepang bulan Februari kemarin itu kita jadikan referensi. Kalau masalah pengatalogan kemarin yang disusun oleh mahasiswa IAIN menggunakan AACR 2, karena belum ada standar yang ditetapkan tergantung BPAD masing- masing saja.” I 3 : “Kalau pedomannya merujuk kepada Perpustakaan Nasional RI, pelestarian naskah menggunakan kertas tisu Jepang yang kadar asamnya lebih rendah. Kita menggunakan kadar asam yang lebih rendah supaya lebih tahan sebab naskah kuno itu sudah beratus tahun umurnya, ada yang 150 tahun, ada yang 300 tahun. Sebelumnya mempergunakan kertas concorde karena kertas concorde lebih tahan daripada kertas- kertas yang sekarang. Jadi untuk melestarikannya, untuk menjaganya supaya tidak rusak lagi harus mempergunakan kertas tisu Jepang. Kemudian untuk lemnya menggunakan lem CMC. Kalau pengatalogan sebenarnya kita punya rujukan ke Perpusnas yaitu Manansa tapi pedoman tersebut belum di SNI, boleh dipakai boleh tidak. Jadi pas penyusunan katalog naskah kuno kemarin itu menggunakan AACR 2 tidak menggunakan Manansa sebenarnya itu tergantung dari BPAD Universitas Sumatera Utara 61 masing-masing mau menggunakan yang mana karena belum ada ketetapannya sampai sekarang. ” Selanjutnya dari hasil wawancara peneliti dengan informan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sudah ada kebijakan dalam pelaksanaan pelestarian naskah kuno Minangkabau yang dilakukan oleh Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat. 2. Pedoman pelestarian naskah kuno dengan merujuk kepada Perpustakaan Nasional RI namun dalam katalogisasi menggunakan pedoman AACR 2.

4.1.2.2 Tujuan Pelestarian Naskah Kuno dengan Proses Pengatalogan