SIKAP DINAMIKA KONFLIK DAN PROSES REUNIFIKASI KOREA

8 Dalam reunifikasi Semenanjung Korea yang disiasati Presiden Korea Selatan ada beberapa faktor pendukung dan juga penghambat untuk menyatukan kedua Korea ini, faktor pendukungnya yaitu dengan adanya kepentingan ekonomi dan kepentingan politik. Pihak Korea Selatan memandang bahwasnya banyak peluang usaha yang dapat digali di Korea Utara, seperti daerah Geomdeok yang terdapat bermacam-macam logam dan juga pengembangan sumber daya alam. Adapun daerah Najin dan Seonbong merupakan salah satu zona ekonomi yang patut dikembangkan sebagai pusat transportasi dan tujuan turis. Selain itu yang menjadi faktor pendukung eksternal reunifikasi Semenanjung Korea, adanya dukungan dari empat negara besar yaitu, Amerika Srikat, Jepang, China dan Rusia. Faktor penghambat ataupun penghalang reunifikasi seperti perbedaan sistem politik dan ancaman militer Korea Utara. Sejak terpisahnya Korea Utara dan Korea Selatan, selama perkembangannya memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan pertama dibidang pemerintahan, Korea Selatan telah mengalami beberapa kali perubahan pemimpin sehingga telah mendapatkan banyak pengalaman mengenai penanganan krisi politik, seadangkan Korea Utara tidak mengalami perubahan dalam pemimpin karena menganut sistem The Founding Father. Kedua dibidang hubungan dengan Negara lain, dibawah kekuasaan Amerika serikat Korea Selatan telah menjalin hubungan dan kerjasama dengan masyarakat internasional sehingga Korea Selatan telah menjadi negara yang berkembang dan maju, sedangkan Korea Utara dengan politik isolasinya yang tertutub untuk mengadakan hubungan dengan dunia luar sehingga Korea Utara sulit untuk berkembang. Fatimatuzzahra, 2012 9 Keadaan Korea Utara yang semakin memprihatinkan, membuat Presiden Korea Selatan Kim Dae Jung berusaha terus untuk membujuk Kim Jong-Il menerima kebijakannnya untuk mencapai reunifikasi. Sikap acuh pihak Korea Utara dan tidak menanggapi positif ajakan Kim Dae Jung tidak mematahkan semangatnya untuk terus merangkul Korea Utara. Upaya untuk membuat hubungan kedua Korea ini semakin membaik, Kim Dea Jung menyusun strategi Sunshine Policydengan memisahkan antara ekonomi dan politik. Kim Dae Jung juga mengidzinkan perusahaan perorangan untuk menanamkan usahanya di Korea Utara. Korea Selatan juga membrikan bantuan berupa beras, pupuk kimia, obat- obatan dan lain-lainnya untuk dapat melunakan pemerintahan Pyongyang. Mas’ud Yang, 2005 Dengan adanya kebijakan Sunshine Policyatau kebijakan matahari Kim Dae Jung yakin akan dapat mengurangi situasi perang dingin di Semenanjung Korea. Presiden Korea Selatan ini pun telah berani membantu Korea Utara untuk lebih terbuka dan bergabung dengan komunitas internasional. Negara dan masyarakat Korea Utara dikenal oleh dunia luar sebagai tanah yang membeku. Presiden Kim Dae jung tak henti-hentinya ingin mencoba menyinari Korea Utara dengan sinar matahari. Melalui kebijakan sinar matahari yang didukung Presiden Kim Dae Jung, Chung Ju-Young, ketua umum Grup Bisnis Hyundai untuk pertama kalinya membuka pintu air. Chung menginjakan kakinya sambil mengemudikan sejumlah 500 ekor sapi melewati jalan darat antara Korea Utara dan Korea Selatan yang telah lama tertutup ketat. Sebagian besar usaha Chung di Korea Utara terbatas pada proyek-proyek kerjasama bidang ekonomi. Chung 10 bertemu dengan banyak pemimpin Korea Utara, termasuk presiden Kim Jong-Il. Melalui kunjungannya ke Pyongyang, Chung mengetahui bahwasannya para pemimpin Korea Utara sangat menginginkan kerjasama dalam segala bidang dengan pihak Korea Selatan karena mereka sudah cukup lama mengalami penderitaan dan kesulitan yang sangat besar, seperti kekurangan pangan dll. Kunjungan Chung Ju-Young ke Korea Utara membawa hasil nyata, Presiden Kim Dae Jung mengirimkan banyak pengusaha untuk mencari kesempatan dalam membuka dan melakukan kerjasama dengan rekannya di Korea Utara. Walaupun belum cukup banyak, sejak saat itu sudah mulai terdapat kontak dalam berbagai bidang non politik. Keberhasilan kerjasama ini menjadi tanda keberhasilan pelaksanaan Kebijakan Sinar Matahari yang dipelopori Presiden Kim Dae Jung. Mas’ud Yang, 2005 Presiden Korea Selatan Kim Dae jung mengadakan kunjungan ke Pyongyang pada tanggal 14-16 Juni 2000 sebagai bentuk wujud keberhasilan kebijakan sinar matahari yang dilaksanakn dengan sangat sabar. Pada tanggal 15 Juni 2000 Presiden Korea Selatan Kim Dae Jung dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il mencetuskan deklarasi bersama antar Korea sebagai hasil pertemuan puncak untuk melakukan reunifikasi di Pyongyang, ibukota Korea Utara. Pertemuan puncak antar Korea sangat mengandung arti penting dalam sejarah Korea, sebab pertemuan itu untuk pertama kali diselenggarakan setelah Semenanjung Korea terbagi dua sejak tahun 1945. Hadiah Nobel Perdamaian untuk tahun 2000 pun diserahkan kepada presiden Kim Dae Jung. 11

C. TRANSISI PEMERINTAHAN KIM JONG-IL KE MASA

PEMERINTAHAN KIM JONG-UN Pertemuan bersejarah antara Presiden Kim Dae Jung dari Korea Selatan dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il merupakan titik balik memasuki era baru. Pertemuan puncak itu memiliki arti yang sangat penting bagi Semenanjung Korea karena didasari saling pengertian antara kedua belah pihak, dimna bangsa Korea akan bersama-sama dapat menciptakan perdamaian. Dengan dimulainya hubungan kerjasama maka perang dingin yang ada diseluruh dunia ini akan mencair. Negara dan bangas Korea akan memegang peranan yang besar untuk memberikan sumbangan bagi masyarakat internasional. Sejak adanya reunifikasi yang telah terjalin di Semanjung Korea telah banyak kerjasama ekonomi antar Korea yang terus berlanjut dan menguntungkan, kerjasama tersebut akan meningkatkan kepercayaan diantara keduanya dan dapat meningkatkan kerjasama ekonomi internasional yang sejahtera. . Mas’ud Yang, 2005 Kebijakan Sinar Matahari yang dipropokatori Presiden Kim Dae Jung berhasil membuat hubungan kedua Korea menjadi lebih baik, akan tetapi keberhasilan dan perdamaian yang terjalin diantara keduanya tidak berlangsung lama. Pada tanggal 17 Desember 2011 Presiden Korea Utara Kim Jong-Il wafat disebabkan adanya serangan jantung dan juga kelelahan fisik serta mental karna beratnya mengemban tugas Negara. Pemerintahan Korea Utara pun segera digantikan oleh Putra bungsu Presiden Kim Jong-Il yaitu Kim Jong-Un. Menurut berita yang didapat, sebelum wafat Presiden Kim Jong-Il telah menunjuk Putra bungsunya Kim Jong-Un untuk menggantikannya memerintah Korea Utara. Kim 12 Jong Un adalah Presiden yang masih sangat muda saat baru menjabat, yaitu berusia 28 tahun saat menjadi Presiden Korea Utara. Kim Jong-Un memiliki karakter sangat fasis, nasionalis, dan emosinya seringkali meletup-letup dalam memimpin Korea Utara. Sejak tahun 2010 Presiden Kim Jong-Il telah mempersiapkan putra bungsunya Kim Jong-Un untuk mengambil alih dan memimpin militer Korea Utara, yang merupakan tulang punggung dari Negara Komunis ini. Kim Jong-Un telah diberi pangkat Jendral Bintang 4 dan telah menjabat sebagai Wakil Direktur Komisi Pusat Militer Korea Utara. Semenjak kecil Kim Jong-Un mengenyam pendidikan di Swiss, bersekolah di Sekolah Internasional bahasa inggris menggunakan nama samaran “Pak-chol” dan digambarkan sebagai seorang siswa yang ambisius.Murtiaja, 2010 Terpilihnya Kim Jong-Un sebagai Presiden Korea Utara menimbulkan kecemasan atas situasi Semenanjung Korea dan melihat nasib bangsa Korea Utara dibawah kepemimpinan Kim Jong-Un, terbukti bahwa dirinya merupakan sosok pemimpin yang tergolong masih sangat muda yang masih membutuhkan banyak pengalaman didalam perpolitikan eksternal maupun internal. Namun, Presiden Kim Jong-Un masih tetap melakukan konsolidasi sebagai pembuktian bahwa dirinya adalah seorang Pemimpin yang dapat dihandalkan dengan meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyatnya. Bahkan Presiden baru Korea Utara ini nampak lebih terbuka kepada dunia dalam menciptakan stabilitas di kawasan Asia Timur khususnya di Semenanjung Korea. Ariyadi, 2013 Berbeda dengan Ayah dan juga Kakeknya yang lebih tertupu dan otoriter. 13 Permasalahn demi permasalah timbul di Korea Utara sejak Presiden Kim Jong-Un masih melanjutkan kebijakan Ayahnya yaitu Military Firstyang menjadikan nuklir sebagai pertahanan diri dan juga alat politik dalam mencapai kepentingan Korea Utara dalam hal bargaining positionselagi Korea Utara memiliki nuklir, hal tersebut dibuktikan dengan meluncurkan roketnya dan melakukan uji coba nuklir yang dapat menimbulkan ketegangan atas tindakan yang dilakukan Presiden Kim Jong-Un. Ariyadi, 2013 Presiden Kim Jong-Un terkenal dengan sikapnya yang kejam, ketika Presiden Kim Jong-Il memenjarakan musuh-musuhnya akan tetapi Kim Jong-Un lebih memilih untuk menghabiskannya. Meskipun mendiang Ayah dan Kakeknya Kim II Sung dianggap kejam oleh banyak pihak internasional, Kim Jong-Un memerintah dengan tingkat kekejaman yang lebih tinggi. Dalam tiga tahun pemerintahannya sudah beberapa anggota elit Korea Utara telah dieksekusi, pejabat tinggi Korea Utara tidak mengerti jalan pemerintahannya dan penderitaan rakyat Korea Utara semakin dirasakan dengan turunya perekonomian Negara. Indonesia, 2015 Semenanjung Korea semakin memanas dengan adanya aksi uji coba nuklir dari Korea Utara, uji coba rudal yang dilakukan Korea Utara menimbulkan beberapa macam reaksi dari dunia internasional. Kebijakan nuklir Kim Jong-Un yang pertama dilakukan pada tanggal 19 Desember 2011. Terlepas dari pro dan kontra reaksi komunitas internasional, uji coba nuklir yang dilakukan Presiden Kim Jong-Un merupakan bentuk diplomasi internasional untuk menyuarakan kepentingan nasional Korea Utara agar didengar komunitas internasional. Terutama dalam menghadapi sanksi ekonomi dari AS, terasing dari dinamika