4.7.3. Pengaruh Inventory Turnover Terhadap profitabilitas
Hasil pengujian mengenai pengaruh inventory turnover terhadap profitabilitas menunjukkan nilai t sebesar 2,046 dengan
signifikansi sebesar 0,049. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 tersebut menandakan bahwa variabel inventory turnovermemiliki
pengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Adanya pengaruh yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat inventory turnover
maka akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Pengelolaan persediaan merupakan suatu pekerjaan yang sulit, dimana kesalahan dalam menentukan tingkat persediaan dapat berakibat
fatal. Munawir 2004 menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang
disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan
pemeliharaan terhadap persediaan tersebut. Penelitian Satriya 2013 mendukung hasil penelitian ini yang
menyatakan bahwa variabel inventory turnover berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.Penelitian yang dilakukan Noratika 2014 tidak
mendukung penelitian ini yang menyatakan bahwa inventory turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
4.7.4.
Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap profitabilitas
Hasil pengujian mengenai pengaruh debt to asset ratio terhadap profitabilitas menunjukkan nilai t sebesar -1,448 dengan
signifikansi sebesar 0,157. Nilai signifikansi yang lebih besar dari
Universitas Sumatera Utara
0,05 tersebut menandakan bahwa variabel debt to asset ratio tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini berarti
besar kecilnya debt to asset ratio tidak mempengaruhi perusahaan dalam menghasilkan profitabilitasnya.
Hasil penelitian yang dilakukan Gayatri 2012 tidak mendukung penelitian ini.Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
debt to asset ratio berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Menurut Van Horne 2005, semakin tinggi rasio debt to total asset, semakin besar risiko keuangannya. Yang dimaksudkan dengan
terjadinya peningkatan risiko adalah kemungkinan terjadinya default karena perusahaan terlalu banyak melakukan pendanaan aktiva dari
hutang. Dengan adanya risiko gagal bayar, maka biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengatasi masalah ini semakin
besar. Semakin besar rasio ini, maka akan semakin besar biaya yang harus ditanggung perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang
dimiliknya. Hal ini dapat menurunkan profitabilitas perusahaan.Berdasarkan teori yang dijelaskan diatas bahwa hasil
penelitian tidak sesuai atau sejalan dengan fenomena yang terjadi.
4.7.5. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap profitabilitas