3.5 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang terambil mempunyai karakteristik yang sama
dengan yang diteliti Sudjana, 2005. Sampel yang digunakan yaitu krim merek X yang mengandung hidrokortison asetat 25 mg dan kloramfenikol 20 mg gambar
sediaan dan daftar spesifikasi sediaan krim dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 39 dan Lampiran 2 halaman 40.
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Pembuatan Larutan Induk Baku 3.6.1.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Hidrokortison Asetat
Ditimbang dengan seksama 50 mg baku pembanding hidrokortison asetat kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, ditambahkan 10 mL etanol
absolut hingga larut, dicukupkan volume dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 500
gmL LIB I. Dari larutan LIB I dipipet 5 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, dicukupkan dengan
etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 50
gmL LIB II.
3.6.1.2 Pembuatan Larutan Induk Baku Kloramfenikol
Dibuat larutan induk kloramfenikol dengan melarutkan 50 mg serbuk baku kloramfenikol dalam labu tentukur 100 mL, ditambahkan 10 mL etanol absolut
hingga larut, dicukupkan volume dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 500 gmL LIB I. Dari larutan
LIB I dipipet 5 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, dicukupkan dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi
Universitas Sumatera Utara
50 gmL LIB II.
3.6.2 Penentuan Spektrum Serapan Maksimum 3.6.2.1 Penentuan Spektrum Serapan Maksimum Hidrokortison Asetat
Diambil sebanyak 2 mL dari LIB II hidrokortison asetat kemudian dimasukan ke dalam labu tentukur 10 mL konsentrasi = 10 gmL kemudian
ditambahkan etanol absolut. Selanjutnya larutan diencerkan dengan pelarut yang sama hingga garis tanda, lalu dikocok sampai homogen untuk memperoleh larutan
hidrokortison asetat dengan konsentrasi 10 gmL. Diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm.
3.6.2.2 Penentuan Spektrum Serapan Maksimum Kloramfenikol
Diambil sebanyak 2,8 mL dari LIB II kloramfenikol kemudian dimasukan ke dalam labu tentukur 10 mL konsentrasi = 14 gmL kemudian ditambahkan
etanol absolut. Selanjutnya larutan diencerkan dengan pelarut yang sama hingga garis tanda, lalu dikocok sampai homogen untuk memperoleh larutan kloramfenikol
dengan konsentrasi 14 gmL. Diukur serapannya pada panjang gelombang 200- 400 nm.
3.6.3 Penentuan Spektrum Serapan 3.6.3.1 Penentuan Spektrum Serapan Hidrokortison Asetat
Dibuat larutan standar hidrokortison asetat dalam 5 labu tentukur 10 mL dengan konsentrasi masing-masing 5 gmL; 7,5 gmL; 10 gmL; 12,5 gmL;
dan 15 gmL, dengan cara mengencerkan sebanyak 1 mL; 1,5 mL; 2 mL; 2,5 mL; dan 3 mL secara berurutan dari LIB II hidrokortison asetat menggunakan pelarut
etanol absolut, dibuat sebanyak 6 kali pengulangan. Masing-masing diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm.
Universitas Sumatera Utara
3.6.3.2 Penentuan Spektrum Serapan Kloramfenikol
Dibuat larutan standar kloramfenikol dengan mengambil sebanyak 2 mL; 2,4 mL; 2,8 mL; 3,2 mL; dan 3,6 mL dari LIB II kloramfenikol. Kemudian masing-
masing dimasukkan ke dalam 5 labu tentukur 10 mL. Dilarutkan dengan pelarut etanol absolut. Kemudian dicukupkan dengan pelarut yang sama untuk membuat
larutan standar dengan konsentrasi 10 g mL; 12 µg mL, 14 g mL; 16 µg mL; dan 18 gmL, dibuat sebanyak 6 kali pengulangan. Masing-masing diukur
serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm.
3.6.4 Penentuan Panjang Gelombang Analisis