Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan bahwa kedua responden Disebabkan salah satu responden penelitian memiliki anak dari peristiwa

5. Bagi remaja yang menjadi korban eksploitasi seksual komersil, diharapkan mencari kegiatan yang positif untuk diri mereka sendiri, agar mampu menghilangkan pikiran-pikiran negatif tentang diri mereka sendiri. 6. Bagi remaja yang menjadi korban eksploitasi seksual komersil, agar lebih mendekatkan diri dan keimanannya kepada Tuhan YME. Serta meyakini bahwa ada hikmah dibalik setiap peristiwa yang mereka alami. 7. Bagi remaja yang menjadi korban eksploitasi seksual komersil, agar mampu membina hubungan yang saling percaya baik dengan anggota keluarganya maupu orang dilingkungan sosialnya. Karena hal tersebut membantu remaja dalam pencapaian resiliensinya. IV.B.2. Saran Penelitian Lanjutan 1. Penelitian selanjutnya untuk lebih memperhatikan kenyamanan kondisi selama wawancara, mencakup ; waktu, lingkungan fisik, dan kondisi responden.

2. Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan bahwa kedua responden

semakin mendekatkan diri serta mampu mempertebal keyakinannya kepada Tuhan YME, serta meyakini ada hikmah yang Tuhan berikan dibalik peristiwa yang mereka alami. Hal tersebut menunjukkan jika religiusitas mempengaruhi pencapaian resiliensi individu, makan penelitian selanjutnya diharapkan meneliti tentang pengaruh religiusitas terhadap resiliensi remaja putri korban ekploitasi seksual komersil. 3. Penelitian selanjutnya dapat melihat tentang pengatuh dukungan sosial terhadap resiliensi remaja putri korban eksploitasi seksual komersil. Universitas Sumatera Utara 4. Penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang forgiveness remaja putri yang menjadi korban eksploitasi seksual komersil. 5. Penelitian selanjutnya dapat meneiti tentang makna hidup pada remaja putri korban eksploitasi seksual komersil

6. Disebabkan salah satu responden penelitian memiliki anak dari peristiwa

tersebut, penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang psychological well- being remaja putri putri yang memiliki anak dari hasil eksploitasi seksual komersil. 7. Penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang psychological well-being orangtua yang anaknya menjadi korban eksploitasi seksual komersil. Universitas Sumatera Utara BAB II LANDASAN TEORI II.A. RESILIENSI II.A.1. Pengertian Resiliensi Kata resiliensi sendiri berasal dari bahasa latin abad pertengahan ’resilire’ yang berarti ’kembali’. Dalam bahasa inggris, kata ’resiliency’ atau ’resilient’ biasa digunakan untuk menyebutkan suatu kondisi seseorang yang berhasil kembali dari kondisi terpuruk. Jika dilihat dari asal dan makna kata, maka resiliensi secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk kembali pada kondisi semula ketika menghadapi tantangan atau kondisi yang terpuruk Putrantie, 2008. Resiliensi merupakan konstruk psikologi yang diajukan oleh para ahli behavioral dalam mengetahui, mendefinisikan, dan mengukur kapasitas individu untuk tetap bertahan dan berkembang pada kondisi yang menekan adverse conditions dan untuk mengetahui kemampuan individu untuk kembali pulih recovery dari kondisi tekanan Manara Untung, 2008. Sementara itu resiliensi menurut Grotberg 2000 merupakan sebagai proses dinamis individu dalam mengembangkan kemampuan diri untuk menghadapi, mengatasi, memperkuat dan mentrasformasikan pengalaman-pengalaman yang dialami pada situasi sulit menuju pencapaian adaptasi yang positif . Universitas Sumatera Utara Desmita 2005 mengatakan resiliensi merupakan kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki seseorang, kelompok atau masyarakat yang memungkinkannya menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan, atau bahkan mengubah kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi. Adanya resiliensi akan membuat seseorang berhasil menyesuaikan diri dalam berhadapan dengan kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan Desmita, 2005. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bangkit kembali pada kondisi semula ketika menghadapi tantangan atau kondisi yang terburuk, dimana resiliensi merupakan proses dinamis individu dalam mengembangkan kemampuan diri untuk menghadapi, mengatasi, memperkuat dan mentransformasikan pengalaman- pengalaman yang di alami pada situasi sulit menuju pencapaian adaptasi yang positif. II.A.2. Karakteristik Resiliensi Karakteristik resiliensi menurut Wolin dan Wolin 1999, dalam Rezki Rahayu, 2008 adalah sebagai berikut : 1. Insight Insight adalah kemampuan mental untuk bertanya pada diri sendiri dan menjawab dengan jujur. Hal ini untuk membantu individu untuk dapat memahami diri sendiri dan orang lain serta dapat menyesuaikan diri dalam Universitas Sumatera Utara berbagai situasi. Insight adalah kemapuan yang paling mempengaruhi resiliensi. 2. Kemandirian Kemandirian adalah kemampuan untuk mengambil jarak secara emocional maupun fisik dari sumber masalah dalah hidup seseorang. Kemandiran melibatkan kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara jujur pada diri sendiri dengan peduli pada orang lain. 3. Hubungan Seseorang yang resilien dapat mengembangkan hubungan yang jujur, saling mendukung dan berkualitas bagi kehidupan atau memiliki role model yang sehat. 4. Inisiatif Inisiatif melibatkan keinginan yang kuat untuk bertanggung jawab atas kehidupan sendiri atau masalah yang sedang dihadapi. Individu yang resilien bersikap proaaktif, bukan kreatif, bertanggung jawab dalam pemecahan masalah, selalu berusaha memperbaiki diri ataupun situasi yang dapat diubah, serta meningkatkan kemampuan untuk menghadapi hal-hal yang tidak dapat diubah. 5. Kreativitas Kreativitas melibatkan kemampuan memikirkan berbagai pilihan, konsekuensi, dan alternatif dalam menghadapi tantangan hidup. Individu yang resilien tidak terlibat dalam perilaku negatif, sebab ia mampu mempertimbangkan konsekuensi dari tiap perilakunya dan membuat Universitas Sumatera Utara keputusan yang benar. 6. Humor Humor adalah kemampuan untuk melihat sisi terang kehidupan, menertawakan diri sendiri, dan menemukan kebahagiaan dalam situasi apapun. Individu yang resilien menggunakan rasa humornya untuk memandang tantangan hidup dengan cara yang baru dan lebih ringan. 7. Moralitas Moralitas atau orientasi pada nilai-nilai dengan keinginan untuk hidup secara baik dan produktif. Individu yang resilien dapat mengevaluasi berbagai hal dan membuat keputusan yang tepat tanpa rasa takut akan pendapat orang lain. Mereka juga dapat mengatasi kepentingan diri sendiri dalam membantu orang yang membutuhkan. Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik resiliensi merupakan kemampuan mental bertanya pada diri sendiri, kemandirian yang dimiliki individu, hubungan yang saling mendukung, inisiatif pada individu, kemampuan kreatif yang dimiliki individu, kemampuan humor yang individu dalam menjalani kehidupan serta orientasi nilai yang dimiliki. II.A.3. Faktor dan Sumber Resiliensi Grotberg 2000 mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi seseorang. Faktor-faktor tersebut meliputi dukungan eksternal dan sumber-sumber yang ada pada diri seseorang misalnya keluarga, lembaga pemerhati dalam hal ini yang melindungi perempuan, kekuatan personal yang Universitas Sumatera Utara berkembang dalam diri seseorang seperti self esteem, a capacity for self monitoring, spritualits dan altruism, dan kemampuan sosial seperti mengatasi konflik dan kemampuan berkomunikasi. Grotberg 2000 mengemukakan faktor-faktor resiliensi yang di identifikasikan berdasarkan sumber-sumber yang berbeda. Untuk dukungan eksternal dan sumber-sumbernya digunakan istilah I Have, untuk kekuatan