Senyawa 3-MCPD dan esternya

11 Akurasi Akurasi merupakan suatu kecermatan atau ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dapat ditentukan dengan beberapa cara, yaitu: 1 Metode simulasi spiked-placebo recovery yaitu suatu analisis kadar analit dengan cara menambahkan analit tersebut dalam matriks sampel yang dianalisis; 2 Metode penambahan baku standard addition method. Cara ini dilakukan jika matriks dan eksipien tidak tersedia, maka akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali kadar analit yang ditambahkan pada sampel yang sudah atau belum mengandung analit; 3 Analisis kadar analit dengan metode yang divalidasi terhadap sampel yang telah diketahui kadarnya yang dikenal sebagai Standard Reference Materials SRM. SRM adalah sampel acuan baku yang dikeluarkan oleh badan resmi seperti National Institute of Standards and Technology NIST; 4 Membandingkan hasil analisis analit dengan metode yang divalidasi terhadap hasil dengan metode standar. Presisi Presisi adalah tingkat kesesuaian antara hasil analisis individual jika prosedur dilakukan berulang kali terhadap sampel yang homogen. Presisi metode analisis dinyatakan sebagai simpangan baku relatif RSD atau koefisien variasi KV. Presisi dibagi atas 3 macam, yaitu repeatability atau keterulangan, presisi antara dan reprodusibilitas atau ketertiruan. Keterulangan adalah kemampuan metode untuk memberikan hasil analisis yang sama untuk sampel yang kadarnya sama yang dilakukan oleh satu orang analis pada waktu tertentu terhadap beberapa sampel yang sama. Presisi antara adalah pengukuran kinerja metode di mana sampel-sampel diuji dan dibandingkan, dilakukan oleh analis yang berbeda, menggunakan peralatan berbeda dan pada hari yang berbeda. Presisi antara tidak perlu diuji jika uji reprodusibilitas telah dilakukan. Presisi ketiga yaitu reprodusibilitas merupakan cara yang paling lengkap atau tuntas, karena parameter validasi ini dilakukan oleh beberapa laboratorium. Hasil reprodusibilitas ini akan memperlihatkan adanya galat acak yang disebabkan oleh sampel dan laboratorium. Batas deteksi dan batas kuantitasi Batas deteksi dan batas kuantitasi atau yang lebih umum disebut limit of detection LoD dan limit of quantitation LoQ dapat ditentukan dengan beberapa cara. Penentuan LoD dan LoQ untuk metode analisis menggunakan instrumen atau tidak tentu saja berbeda. Beberapa cara penentuan adalah: 1 Berdasarkan evaluasi visual. Metode ini dapat dapat digunakan untuk metode analisis tanpa instrumen, namun adakalanya dapat pula digunakan untuk metode analisis dengan instrumen. LoD dan LoQ ditentukan dengan menganalisis sampel yang telah diketahui konsentrasinya, pengujian dilakukan pada sampel dengan konsentrasi analit serendah mungkin yang masih bisa dideteksi LoD dan dikuantitasi secara 12 akurat dan presisi LoQ; 2 Berdasarkan signal to noise. Cara ini hanya bisa dilakukan pada prosedur analisis yang dapat memperlihatkan baseline noise. Analisis dilakukan dengan membandingkan sinyal dari sampel rendah analit dengan sampel blanko; 3 Berdasarkan deviasi standar dari respon dan slope; 4 Berdasarkan deviasi standar dari blanko; 5 Berdasarkan kurva kalibrasi. Metode analisis untuk identifikasi 3-MCPD ester dapat secara langsung ataupun tidak langsung dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pada metode tidak langsung, 3-MCPD ditentukan sebagai 3-MCPD bebas, ester dibebaskan menjadi komponen tunggal, kemudian 3- MCPD diderivatisasi dan ditetapkan secara GC-MS Divinova et al. 2004; Wei haar 2008. Pada metode langsung, ester utama ditentukan langsung secara LC-TOFMS atau LC-MSMS Haines et al. 2011. Kelebihan metode analisis tidak langsung diantaranya adalah pengujian menggunakan GC-MS; lebih praktis karena hanya menentukan satu analit; metode yang tersedia lebih beragam; batas deteksi dan batas kuantitasi lebih rendah; hanya menggunakan dua baku pembanding baku eksternal dan internal yang dapat mendeteksi semua 3-MCPD ester. Kelemahan metode ini adalah hasil pengukurannya lebih besar dibandingkan menggunakan metode langsung, hal ini disebabkan adanya ion klorida pada saat proses hidrolisis, dan glisidol ester yang diubah menjadi 3-MCPD pada proses preparasi; tidak efektif karena membutuhkan waktu preparasi yang lebih lama. Metode ini hanya dapat digunakan jika 3- MCPD telah dibebaskan dari esternya. Terdapat tiga cara pemisahan, yaitu: 1 hidrolisis basa, dengan menggunakan metoksida, cara ini cepat dan mudah, namun cemaran klorida dan glisidil ester dapat meningkatkan level 3-MCPD ester, 3-MCPD tidak stabil pada saat hidrolisis yang dapat menurunkan sensitifitas metode; 2 hidrolisis enzimatik namun metode ini jarang digunakan; 3 hidrolisis asam, metode ini membutuhkan waktu hidrolisis yang panjang, cemaran klorida dapat meningkatkan level 3- MCPD namun efeknya dapat dikurangi dengan melakukan ekstraksi menggunakan H 2 O; 3-MCPD saat hidrolisis asam kondisinya lebih stabil Pinkston et al. 2012.

2.3 Minyak Sawit

Minyak sawit mentah atau crude palm oil CPO dikenal sebagai sumber yang kaya akan antioksidan tokoferol, tokotrienol, karotenoid, fitosterol, senyawa fenolik dan fitonutrien yang berguna untuk kesehatan. Namun, CPO terlebih dahulu harus melewati proses pemurnian sebelum digunakan sebagai bahan pangan Szydlowska-Czerniak et al. 2011 Asam lemak bebas, air dan trace metal pada CPO dapat menyebabkan rendahnya stabilitas minyak sawit. Selain itu, beberapa komponen menyebabkan aroma yang mengurangi palatabilitasnya. Oleh karena itu, CPO umumnya diolah lagi melalui proses pemurnianrefining kimiawi ataupun fisik. Proses pemurnian kimiawi dan fisik melibatkan aplikasi suhu tinggi pada deodorisasi dan deasidifikasi pada kondisi vakum. Deodorisasi 13 dan deasidifikasi pada pemurnian fisik dilakukan pada suhu 250-270 ºC dengan tekanan 3-5 torr, tahapan ini terlihat pada Gambar 2.3. Penggunaan suhu tinggi ini akan memicu perubahan 3-MCPD ester menjadi 3-MCPD Greyt 2010. Proses pengolahan minyak sawit yang berpengaruh terhadap pembentukkan 3-MCPD, 3-MCPD ester dan glisidil ester dijabarkan pada Tabel 2.6. Gambar 2.3 Tahapan proses refining minyak sawit komersial secara kimiawi dan fisik Greyt 2010 Tabel 2.6 Pembentukkan 3-MCPD, 3-MCPD ester dan glisidil ester pada proses pengolahan minyak goreng sawit Proses pengolahan minyak goreng sawit Pembentukan 3-MCPD, 3-MCPD ester dan glisidil ester Crude oil 3-MCPD terbentuk pada proses refining deodorisasi pada suhu 240-270 °C Degumming 3-MCPD diester sebagian besar terbentuk dari triasilgliserol, sebagian diasilgliserol. Proses pembentukan ini membutuhkan sumber klorida Bleaching Sumber utama glisidil ester adalah diasilgliserol, proses ini tidak membutuhkan klorida. Triasilgliserol tidak membentuk glisidil ester. Deodorizing 3-MCPD ester dan glisidil ester terbentuk hingga 20 mgkg Sumber: Crews 2012 14 Kadar 3-MCPD ester pada minyak goreng sawit lebih tinggi dibandingkan dengan minyak nabati yang lainnya, seperti tercantum pada Tabel 2.1. 3 METODE

3.1 Bahan dan Alat

Baku eksternal 3-MCPD dan baku internal 3-MCPD-d 5 Fluka, Sigma- Aldrich, Phenylboronic acid PBA untuk derivatisasi Sigma-Aldrich, natrium metoksida untuk transesterifikasi Merck, heksan Merck, etil asetat Merck, asam asetat glasial Merck, natrium klorida Merck, aseton Merck, methyl tert- butyl ether MTBE Sigma-Aldrich, dan sampel minyak goreng sawit yang diperoleh dari supermarket dan pasar tradisional. Instrumen utama yang digunakan untuk analisis adalah GC-MS yang dilengkapi autosampler, instrumen penunjang yang digunakan antara lain penangas air dan vorteks.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini dibagi dalam 3 tahap kegiatan, yaitu: penentuan modifikasi metode analisis, validasi metode analisis 3-MCPD dan esternya dalam minyak goreng sawit secara GC-MS dan analisis 3-MCPD dan esternya dalam minyak goreng sawit.

3.2.1 Penentuan Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan adalah metode Wei haar yang dimodifikasi, terdiri dari tiga tahapan yaitu ekstraksi, derivatisasi dan analisis dengan menggunakan kromatografi gas-spektrometri massa GC-MS. 3-MCPD dibebaskan dari 3-MCPD ester secara transesterifikasi dengan natrium metoksida dalam metanol, kemudian diderivatisasi dengan PBA, selanjutnya 3-MCPD ditentukan dengan GC-MS. 3-MCPD-d 5 digunakan sebagai baku internal. Modifikasi dilakukan pada penggunaan larutan heksan sebagai pengekstraksi menggantikan isoheksan dan kondisi penggunaan GC-MS Varian 320-MS lihat parameter penggunaan GC dan MS. Penyiapan larutan baku Larutan baku ekstrenal disiapkan dengan menimbang secara seksama lebih kurang 50 mg 3-MCPD, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dilarutkan dengan etil asetat sehingga diperoleh konsentrasi 0.5 mgmL atau 500 ppm. Sebanyak 0.5 mL larutan stok tersebut dilarutkan dengan etil asetat dalam labu tentukur 20 mL sehingga didapatkan konsentrasi 12.5 mgL. Larutan baku internal disiapkan dengan melarutkan 25 mg 3-MCPD-d 5 , dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dilarutkan dengan etil asetat sehingga diperoleh konsentrasi 0.5 mgmL atau 500 ppm. Sebanyak 0.5 mL larutan stok tersebut dilarutkan dengan etil asetat dalam labu tentukur 20 mL sehingga didapatkan konsentrasi 12.5 mgL. Sejumlah baku eksternal dan internal dari baku antara ditambahkan kedalam sampel minyak goreng sawit hingga didapatkan konsentrasi