Fumigasi Amonia Metode Pengawetan .1 Rendaman Dingin dengan Senyawa Boraks

d. Kayu yang diawetkan dengan persenyawaan Boron tidak berbahaya bagi manusia e. Tidak korosif terhadap logam f. Dapat dicat dan dipelitur seperti halnya pada kayu yang tidak diawetkan g. Dapat direkat dengan baik h. Tidak menumbulkan warna pada kayu Boraks berbentuk Na 2 B 4 O 7 10H 2 O kristal lunak yang mengandung unsur boron, tidak berwarna dan mudah larut dalam air. Boraks merupakan garam Natrium yang banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Gelas pyrex yang terkenal dibuat dengan campuran boraks. Boraks sejak lama telah digunakan masyarakat untuk pembuatan gendar nasi, kerupuk gendar, atau kerupuk puli yang secara tradisional di Jawa disebut “Karak” atau “Lempeng”. Disamping itu boraks digunakan untuk industri makanan seperti dalam pembuatan mie basah, lontong, ketupat, bakso bahkan dalam pembuatan kecap.

2.3.2 Fumigasi Amonia

Fumigasi adalah cara perlakuan pengendalian hama rayap, kutu buku, tikus, kecoa, kumbang, ngenget, dan lain-lain dengan menggunakan gas beracun. Selain tingkat penetrasi yang tinggi, keuntungan lain fumigasi adalah membunuh semua stadia kehidupan hama tanpa mengotori bahan yang difumigasi Hendrawan 2007. Menurut Anonim 2009 fumigasi adalah proses dimana serangga dikeluarkan dari struktur kayu dengan meggunakan gas mematikan. Giler 2006 menyatakan bahwa fumigan adalah zat kimia atau campuran dari bahan kimia meliputi semua bahan aktif jika ada yang diramu untuk menghasilkan satu fumigan. Formulasi ini dapat berada dalam bentuk padat, cair, dan gas. Fumigan yang ideal memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Memiliki tingkat racun yang tinggi terhadap hama yang menjadi target. 2. Toksisitas yang rendah terhadap tumbuhan, manusia dan organisme lain yang bukan menjadi sasaran. 3. Tersedia di pasaran dan hemat dalam bentuk penggunaan. 4. Tidak memberikan bahaya kepada komoditas. 5. Tidak terbakar, tidak merusak dan tidak meledak dalam keadaan penggunaan normal. 6. Mudah menguap dengan penetrasi yang baik. 7. Tidak berakibat buruk. Fumigasi harus dilakukan secara hati-hati, dengan menggunakan masker, google pelindung mata, sarung tangan karet, dan ruang fumigasi yang kedap udara, sehingga polusi udara yang diakibatkan oleh penguapan amonia berkurang. Amonia akan menguap ke seluruh permukaan kayu, dan diserap oleh kayu, yang kemudian bereaksi dengan tanin Eagan 2008. Proses fumigasi dilakukan di suatu ruang yang disebut “ fuming chamber “. Ruangan tersebut harus tertutup rapat, dengan amonia dan kayu. Penguapan amonia dibantu dengan pemanasan di dalam ruangan tersebut Kramer 1989. Martawijaya dan Barly 2000 telah menguraikan 4 faktor utama yang mempengaruhi keterawetan kayu, yaitu: a. Jenis kayu, yang ditandai oleh sifat yang melekat pada kayu itu sendiri seperti struktur anatomi trakeida, poripembuluh, serabut, dan saluran dammar, permeabilitas, kerapatan dan sebagainya. b. Keadaan kayu pada saat dilakukan pengawetanseperti kadar air, bentuk kayu, gubal atau teras. c. Metoda pengawetan yang digunakan. d. Sifat bahan pengawet yang digunakan. Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Senyawa ini berupa gas dengan bau tajam yang khas disebut bau amonia. Menurut Effendi 2003, ammonia NH 3 dan garam-garamnya bersifat larut dalam air. Amonia banyak digunakan dalam proses produksi urea, industri bahan kimia asam nitrat, ammonium fosfat, ammonium nitrat, dan ammonium sulfat, serta industri bubur kertas dan kertas pulp dan paper. Amonia memiliki titik didih pada suhu -33°C dan titik leleh -77,7°C, sehingga cairan amonia harus disimpan dalam suhu yang sangat rendah atau dalam tekanan yang tinggi. Amonia memiliki berat molekul 17.03, tekanan uap 400 mmHg -45.4°C, kelarutan dalam air 31g100g 25°C, berat jenis 0.628 -33.4°C, berat jenis uap 0.6, dan memiliki suhu kritis 133°C. Sifat-sifat fisik dari amonia adalah gas tidak berwarna, berbau khas, bersifat iritan dan mudah larut dalam air Anonim 2009. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian. Oleh karena itu amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau temperatur amat rendah Anonim 2009.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – November 2011. Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu dan Bagian Kimia Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor IPB serta Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepuluh jenis kayu rakyat yaitu kayu karet Hevea brasiliensis, nangka Artocarpus heterophyllus, mindi Melia azedarach, mangium Acacia mangium Willd., durian Durio zibethinus, petai Parkia speciosa Hassk., rambutan Nephelium sp., angsana Pterocarpus indicus, sengon Paraserianthes falcataria L. Nielsen, dan manii Maesopsis eminii Engl. yang berasal dari industri penggergajian sekitar Kabupaten Bogor. Konsentrasi yang digunakan pada metode rendaman dingin adalah 5, 10, dan 15. Sedangkan volume amonia yang digunakan adalah 2 l, 4 l, 6 l, 8 l, dan 10 l. Rayap yang digunakan dalam pengujian keawetan kayu adalah rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light sedangkan bahan pengawet yang digunakan pada metode rendaman dingin adalah boraks dan pada metode fumigasi menggunakan bahan aktif amonia. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan elektrik, oven, desikator, cawan petri, wadah kaca, sudip, gunting, pipa paralon, lilin mainan dan alat tulis.

3.3 Proses Rendaman Dingin

Bahan pengawet yang digunakan adalah senyawa boraks dengan konsentrasi 5 , 10 , dan 15. Tahapan proses rendaman dingin adalah: 1. Contoh uji berukuran 5,0 cm x 2,5 cm x 2,5 cm dikering-udarakan hingga mencapai kadar air 14.