Komunikasi Pemaknaan Kode Etik Jurnalistik Tentang Hak Jawab Dan Hak Koreksi Dalam Perspektif Fenomenologi Di Harian Tribun Medan

sedangkan subjek lebih dari satu. Untuk menghindar ini, Husserl membuat lebenswelt dunia yang hidup atau dunia manusia umum. Dengan reduksi ini, apa yang disadari adalah realitas absolut dari fenomena, meliputi seluruh perspektif. Dan “aku” transendental dari subjek. Ini yang ditempuh Husserl untuk menghindar solipisme fenomenologis. Tujuan dari semua reduksi ini adalah menemukan bagaimana objek dikonstitusi sebagai fenomena asli dalam kesadaran manusia. Husserl ingin dengan metode ini memberikan landasan yang kuat dan netral bagi filsafat dan ilmu pengetahuan umum.

2.3 Komunikasi

Fajar Marhaeni 2009:16 mengatakan komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. karena komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia. Kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan sesamanya diakui oleh jampir semua agama telah ada sejak Tuhan menciptakan Adam dan Hawa di muka bumi ini. Kapan manusia berkomunikasi dengan manusia lainnya, tidak ada data autentik yang dapat menerangkan tentang hal itu. Hanya saja diperkirakan bahwa kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain secara lisan adalah suatu peristiwa yang berlangsung dengan sendirinya. Evert M. Rogers 1986 dalam bukunya communication technology: The New Media in Society, antara lain menyebutkan bahwa sejarah komuniksi sudah dikenal diperkirakan dimulai sejak sekitar 4.000 tahun sebelum masehi sM, dan biasa disebut jaman Cro-Mag- Non. Baru sekitar tahun 22.000 sM, para ahli pra-sejarah menemukan lukisan-lukisan dalam gua yang diperkirakan karya komunikasi manusia pada zaman tertentu. Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannya dan untuk mengetahui hasrat orang lain, merupakan awal keterampilan manusia berkomunkasi secara otomatis melalui lambang- lambang isyarat, kemudian disusul dengan kemampuan dan memberi arti setiap lambang- lambang itu dalam bentuk bahasa verbal. Rogers pun menilai peristiwa ini sebagai generasi pertama kecakapan manusia berkomunikasi sebelum mampu mengutarakan pikirannya secara tertulis. Pada mulanya komunikasi yang tetap hanya terdapat pada masyarakat kecil, kelompok orang yang hidup berdekatan yang merupakan satu unit politik. Tetapi sekarang, akibat dari kecepatan media informasi dan kompleksnya berbagai macam hubungan, maka komunikasi telah menjad masalah semua orang. Istilah komunikasi saat ini sudah sedemikian populer dan dipergunakan oleh kebanyakan orang. Ia dipergunakan dalam semua kesempatan baik dalam pembahasan maupun membicarakan berbagai masalah. Kata atau istilah “komunikasi” Bahasa Inggris “communication” berasal dari bahsa latin “communicatus” yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasamengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Menurut Webster New Collogiate Dictionary dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”. Berikut ini adalah beberapa definisi tentang ilmu komunikasi yang dikemukan oleh para ahli sebagai berikut: Hovland, Janis Kelley Komunikasi adalah suatu proses melalui dimana seseorang komunikator menyampaikan stimulus biasanya dengan bentuk kata-kata dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya khalayak. Berelson Steiner Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain- lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain- lain.Bierstedt dalam menyusun urutan ilmu, menganggap jurnalistik sebagai ilmu komunikasi, dalam hal ini ilmu terapan applied Science. Karena ilmu komunikasi bersifat interdisipliner atau multidisipliner, ini disebabkan oleh objek materialnya sama dengan ilmu- ilmu lainnya, terutama yang termasuk ke dalam ilmu sosial atau ilmu kemasyarakatan. Perkembangan Communication Science atau Communicology di Amerika Serikat yaitu ilmu yang mempelajari gejala-gejala sosial sebagai akibat dari proses komunikasi massa, komunikasi kelompok dan komunikasi antarpersonal. Kebutuhan orang-orang Amerika akan science of communication tampak sudah sejak tahun 1940-an, pada waktu itu Joseph A. Devito dalam bukunya, Communicology: An Introduction to the Study of Communication, mendefinisikan communicology sebagai berikut:“bahwa komunikologi adalah ilmu komunikasi, terutama komunikasi oleh dan di antara manusia. Seorang komunikologi adalah seorang ahli ilmu komunikasi. Istilah komunikasi dipergunakan untuk menunjukan tiga bidang studi yang berbeda yaitu proses komunikasi, pesan yang dikomunikasikan dan studi mengenai proses komunikasi. Di definisikan oleh Devito bahwa suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni kegiatan menyampaikan dan menerima pesan, yang dapat distorsi dari gangguan- gangguan dalam suatu konteks yang menimbulkan suatu efek dan kesempatan untuk arus balik. Oleh karena itu, kegiatan komunikasi meliputi komponen-komponen komunikasi Fajar Marhaeni, 2009: 27-29. Komunikasi adalah inti semua hubungan sosial, apabila orang telah mengadakan hubungan tetap, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau mempersatukan mereka, mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengketaan apabila muncul. Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, memiliki dorongan ingin tahu, ingin mau dan berkembang, maka salah satu sarananya adalah komunikasi. Karenanya, komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia. Komunikasi memberikan sesuatu kepada orang lain dengan kontak tertentu atau dengan mempergunakan sesuatu alat. Banyak komunikasi terjadi dan berlangsung tetapi kadang- kadang tidak tercapai kepada sasaran tentang apa yang dikomunikasikan itu. Dimungkinkan adanya komunikasi yang baik antara pemberi pesan dan penerima pesan kalau terjalin persesuaian di antara keduanya.Terlaksana komunikasi yang baik, banyak rintangan yang ditemui dan dihadapi, baik rintangan bersifat fisik, individual, bahasa dan sampai perbedaan arti yang dimaksud oleh orang yang diajak berkomunikasi. Saling pengertian dapat terjadi dengan menggunakan bahasa yang baik, sehingga pihak yang menerima dapat mengerti apa yang diberikan atau dipesankan, dengan demikian tercipta situasi komunikasi yang serasi. komunikasi itu merupakan suatu kegiatan manusia yang sedemikian otomatis. Dengan berkomunikasi, orang dapat menyampaikan pengalamannya kepada orang lain, sehingga pengalaman itu menjadi milik orang lain pula, tanpa mengalaminya sendiri. Melalu komunikasi, orang dapat merencanakan masa depannya, membentuk kelompok dan lain-lain. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan informasi, opini, ide, konsepsi, pengetahuan, perasaan, sikap, perbuatan dan sebagainya kepada sesamanya secara timbal balik, baik sebagai penyampai maupun penerima komunikasi. Sehingga dengan demikian, terbinalah perkembangan kepribadiannya baik sebagai diri pribadi maupun kemasan sosial, serta tercapainya pula kehidupan bersama dan bermasyarakat. Dari apa yang dikatakan terbukti bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan manusia, seringkali dengan tanpa pikir, sebenarnya merupakan kegiatan yang pokok dalam kehidupan bermasyarakat atau sebagaimana dinyatakan oleh seorang tokoh komunikasi bahwa “communication is human existen and social proces”. Melalui komunikasi orang dapat mempengaruhi dan mengubah sikap tingkah laku orang lain, membentuk suatu konsensus, yang dikenal sebagai pendapat umum, kelompok. Dari komunikasi memungkinkan suatu ide baru atau lama tersebar dan dihayati orang, dituntut ataupun ditolak, berhasil atau gagalnya proyek dan program pembangunan. Inilah sebabnya mengapa pada akhir-akhir ini di Indonesia komunikasi makin penting dan diperhatikan orang. Hal ini karena komunikasi merupakan alat pembangunan, sebab mereka lebih banyak berhadapan dan berhubungan dengan pelaksana pembangunan dan masyarakat luas Widjaja, 1986: 4-6. Komunikasi adalah komponen penting dalam pola tindakan manusia. Karena itu komunikasi juga perlu dikaji karena begitu rumit dan komplit. Bernett pearce 1989 mengatakan munculnya peran komunikasi sebagai penemuan revolusioner revolusionarydiscovery yang sebagian besar disebabkan oleh penemuan teknologi komunikasi seperti radio, televisi, telepon, satelit, dan jaringan komputer. Pada saat yang bersamaan muncul dan berkembang industrialisasi, tumbuhnya korporasi multinasional dan politik global. Riset sosiologi yang dilakukan pada tahun 1930-an kebanyakan menyelidiki cara komunikasi dapat memengaruhi individu dan masyarakat, sedangkan topik-topik riset yang populer dalam bidang psikologi sosial kala itu, antara lain adalah riset mengenai efek film terhadap anak-anak, riset mengenai propaganda, persuasi, dan dinamika kelompok. Barulah France Dance 1970 melakukan terobosan penting dalam upayanya memberikan klarifikasi terhadap pengertian komunikasi. Ia mengklasifikasikan teori komunikasi yang banyak itu berdasarkan sifat-sifatnya. Ia mengajukan sejumlah elemen dasar yang digunakan untuk membedakan komunikasi. Ia menemukan tiga hal yang disebutnya dengan diferensiasi konseptual kritis critical conceptual differention yang membentuk dimensi dasar teori komunikasi, yang terdiri atas dimensi level observasi, dimensi kesengajaan, dan dimensi penilaian normatif. Sementara Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup sendiri yang meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat Mulyana, 2002: 5. Harold Laswell mendefenisikan komunikasi dengan mencoba menjawab beberapa unsur berikut: who, says what, in which channel, to whom, with what effect. Ini berarti bahwa komunikasi dalam prosesnya meliputi lima unsur yaitu adanya komunikator yang bertindak sebagai penyampai pesan, pesan, saluran sebagai sarana penyampai pesan, komunikan yang berperan sebagai penerima pesan dan efek yang merupakan umpan balik sebagai reaksi komunikan terhadap pesan yang disampaikan komunikator. Defenisi di atas menjelaskan bahwa pada dasarnya komunikasi merupakan proses atau pengoperan ‘sesuatu’ berupa lambang atau simbol dalam bentuk informasi, karena kata kunci komunikasi adalah informasi. Sedangkan kegiatan komunikasi yang berlangsung lebih menunjukkan kepada komunikasi interpersonal atau disebut juga proses komunikasi secara primer dengan menggunakan lambang simbol sebagai medianya secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator atau pada komunikan. Dalam Bugin2008:254-255Menurut Sendjaja dkk. 2002 dalam tataran teoritis, paling tidak kita mengenal atau memahami komunikasi dari dua perspektif kognitif dan perilaku. Komunikasi menurut Colin Cherry, yang mewakili perspektif kognitif adalah penggunaan lambang-lambang symbols untuk mencapai kesamaan makna dan berbagai informasi tentang satu objek atau kejadian. Informasi adalah sesuatu fakta, opini, gagasan dari satu partisipan kepada partisipan lain melalui pengunaan kata-kata atau lambang lainnya. Jika pesan yang disampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki informasi yang sama seperti yang dimiliki sender, oleh karena itu tindak komunikasi telah terjadi. Sementara Skinner dari perspektif perilaku memandang komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolis dimana sender berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinya pada receiver. Masih dalam perspektif perilaku, Dance menegaskan bahwa komunikasi ada karena adanya satu respons melalui lambang-lambang verbal dimana simbol verbal tersebut bertindak sebagai stimulus untuk memperoleh respons. Kedua pengertian komunikasi yang disebut terakhir, mengacu pada hubungan stimulus respons antara sender dan receiver. Dalam kehidupan sehari-hari, proses komunikasi diawali oleh sumber source baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain. Para pakar komunikasi memiliki pendapat berbeda dalam mengemukakan fungsi- fungsi komunikasi, meskipun adakalanya terdapat kesamaan dan tumpang tindih di antara berbagai pendapat tersebut. Thomas M Scheidel Mulyana, 2002: 4 mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir atau berperilaku seperti yang kita inginkan. Namun tujuan dasar kita berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita.

2.3.1 Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa, pada suatu sisi adalah proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain diartikan sebagai bentuk komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak maupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara rentak dan sesaat. Pengertian proses komunikasi massa pada hakikatnya merupakan proses pengoperan lambang-lambang yang berarti, yang dilakukan melalui saluran channel, biasanya dikenal dengan media printed press, media auditif radio, media visual gambar, lukisan atau media audio visual televisi dan film. Yang dimaksud dengan media disini adalah alat yang digunakan untuk mencapai massa sejumlah orang yang tidak terbatas Ardianto, 2004: 31- 32. Komunikasi massa mempunyai titik tekan dan bahasan sendiri. Misalnya, Wilbur Schramm 1958 dalam bukunya Introduction of Mass Communication Research menunjukan, beberapa penelitian yang dilakukan pada 1920-an dan 1930-an memusatkan perhatiannya pada analisis sejarah surat kabar dan majalah atau deskipsi interprestasi pesan media. Bahkan dalam jurnal ilmiah tetua komunikasi Journalism Quarterly dikemukan bahwa wilayah kajian jurnalistik dan komunikasi massa bisa ditekankan pada sejarah, hukum dan analisis isi media Nurudin, 2003: 1-2. Komunikasi massa adalah salah satu aktivitas sosial yang berfungsi di masyarakat. Robert K. Merton mengemukakan, bahwa fungsi aktivitas sosial memiliki dua aspek, yaitu fungsi nyata manifest function adalah fungsi nyata yang diinginkan, kedua fungsi tidak nyata atau tersembunyi latent function, adalah fungsi yang tidak diinginkan Bugin, 2008: 78. Sehingga pada dasarnya setiap fungsi sosial dalam masyarakat itu memiliki efek fungsional dan disfungsional. Fungsi komunikasi massa di dalam masyarakat amatlah banyak, akan tetapi yang pada umumnya dinilai penting antara lain adalah fungsi surveillance pengawasan. Bagi masyarakat, fungsi ini antara lain memberitahukan adanya bahaya atau bencana alam seperti gempa bumi, banjir, gunung meletus dan sebagainya. Komunikasi massa dapat juga memberi atau meningkatkan status sosial anggota masyarakat karena mengetahui berbagai berita yang dimuatnya. Mereka yang mengetahui berita-berita aktual sudah tentu akan menjadi pusat perhatian lingkungannya. Komunikasi massa juga dapat dimanfaatkan oleh pemegang kekuasaan dalam rangka memonitor gejolak atau aktivitas masyarakat, sehingga lebih lanjut dapat mengatur startegi yang sebaiknya diambil untuk mengendalikan mereka. Sebaliknya, komunikasi massa juga dapat menambah keyakinan kelompok-kelompok masyarakat untuk semakin yakin atas gerakan-gerakan yang diambil dan bergabung dengan kelompok lainnya. Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa fungsi komunikasi massa, dapat juga negatif, misalnya saja dapat menimbulkan kegelisahan masyarakat karena adanya ancaman perang. Semakin tidak terkendalinya harga-harga pangan dari peredaran dan sejenisnya. Sementara itu, fungsi interprestasi dan preskripsi juga tak kalah pentingnya, terutama berita-berita tentang kejadian yang dapat menimbulkan dampak negatif dan membahayakan masyarakat. Ambillah sebuah contoh berita tentang penganiayaan mahasiswa oleh oknum aparat atau sebaliknya penganiayaan terhadap aparat oleh oknum mahasiswa Fajar Marhaeni, 2009: 249. Menurut Ardianto 2004: 48 komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi untuk mengetahui secara tepat dan rinci mengenai kekuatan sosial yang dimiliki oleh komunikasi massa dan hasil yang dapat dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidaklah mudah. Oleh karena itu, efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan media lisan, tulisan, visualaudio visual perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologi dan analisi sosial. Dalam komunikasi massa kita juga membutuhkan gatekeeper pentapis infomasi atau palang pintu yakni beberapa individu atau kelompok yang bertugas menyampaikan atau mengirimkan infomasi dari individu ke individu yang lain melalui media massa. Definisi yang dikemukan oleh Bittne di atas menekankan akan arti pentingnya gatekeeper dalam proses komunikasi massa. Inti dari pendapat itu bisa dikatakan begini, dalam proses komunikasi massa disamping melibatkan unsur-unsur komunikasi sebagaimana umumnya, ia membutuhkan peran media massa sebagai alat untuk menyampaikan atau menyebarkan informasi. Media massa tidak berdiri sendiri. Di dalamnya ada beberapa individu yang bertugas melakukan pengelolahan informasi sebelum informasi itu sampai kepada audience- nya. Mereka yang bertugas itu sering disebut gatekeeper. Jadi, informasi yang diterima audience dalam komunikasi massa sebenarnya sudah diolah oleh gatekeeper dan disesuaikan dengan misi, visi media yang bersangkutan, khalayak sasaran dan orientasi bisnis atau ideal yang menyertainya. Bahkan, sering pula disesuaikan dengan kepentingan penanam modal atau aparat pemerintah yang tidak jarang ikut campur tangan dalam sebuah penerbitan Nurudin, 2003: 5-6. Satu kenyataan yang tak terbantah dan sangat memengaruhi proses komunikasi dalam masyarakat modern sekarang ini adalah keberadaan media massa cetak maupun elektronik.Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi massa dewasa ini. Bahkan ketergantungan manusia pada media massa sudah sedemikian besar. Jika Anda hidup pada masyarakat modern seperti saat ini, akan sulit Anda menghindar dari peran media mulai dari bangun pagi sampai tidur di malam hari. Ketergantungan yang tinggi pada media massa tersebut akan mendudukkan media sebagai alat yang akan ikut membentuk apa dan bagaimana masyarakat. Arti penting dari media massa, menurut Dennis McQuail 1987 dalam Nurudin 2003: 31-32 pernah menyodorkan beberapa asumsi pokok: 1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma- norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya. 2. Media massa merupakan sumber kekuatan – alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. 3. Media merupakan lokasi atau norma yang semakin berperan, untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. 4. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. 5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan. Nurudin 2003: 8 mengatakanAlaxis S Tan 1981 mencoba untuk memberikan sifat khusus yang dipunyai oleh komunikasi massa. Ia memberikan ciri komunikasi massa dengan membandingkannya dengan interpersonal communication. “Jika kita bisa membedakan komunikasi massa dengan interpersonal communication kita akan mengetahui apa itu komunikasi massa,” katanya. Ciri khusus yang bisa membedakan keduanya terletak pada penerima pesannya audience. Di awal perkembangannya, defenisi komunikasi massa sebagai sebuah studi ilmiah terletak pada mass society sebagai audience komunikasi. Konsep mass society ini memang istilah yang sering dipakai dalam lapangan sosiologi yang mendeskripsikan orang- orang institusi mereka dalam sebuah negara industri maju. Kemudian istilah itu digunakan pula dalam komunikasi massa. Herbet Blumer 1939 kemudian menggunakan konsep ini yang berasal dari mass society untuk menyebutkan mass audience penerima pesan dalam komunikasi massa. Yang disebut dalam penerima komunikasi massa itu paling tidak mempunyai heterogenitas susunan anggotanya yang berasal dari berbagai kelompok lapisan masyarakat, berisi individu yang tidak saling mengenal dan terpisah satu sama lain tidak mengumpul serta tidak berinteraksi satu sama lain pula dan tidak mempunyai pemimpin atau organisasi formal. Bagi Nabeel Jurdi dalam bukunya Readings in Mass Comunnication 1983 disebutkan bahwa “in mass communication, there in no face-to-face contact dalam komunikasi massa, tidak ada tatap muka antar penerima pesan.

2.4 Kode Etik Jurnalistik

Dokumen yang terkait

Penerapan Kode Etik Pustakawan Pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan

8 112 73

Pemahaman Wartawan Terhadap Kode Etik Jurnalistik (Studi Fenomenologi Pemahaman Wartawan Waspada Online Tentang Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia)

35 275 163

Implementasi Peraturan Kode Etik Polri Dalam Penanganan Terhadap Anggota Polri Yang Melanggar Ketentuan Pidana (Studi di Kepolisian RESOR Kota Besar Medan)

11 176 119

Kode Etik Jurnalistik

0 7 23

Pelanggaran Kode Etik Fotografi Jurnalistik Pada Harian Pos Metro (Studi Analisis Isi Tentang Pelanggaran Kode Etik Fotografi Jurnalistik Pada Foto Jurnalistik Harian Pos Metro Edisi Juli 2016)

4 40 155

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM BERITA KEJAHATAN SUSILA PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM BERITA KEJAHATAN SUSILA (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode Etik Jurnalistik Dalam Berita Kejahatan Susila di Harian Umum Koran Merapi Periode Januari

0 3 21

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK INDONESIA DI PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK INDONESIA DI HARIAN KALTENG POS (Analisis Isi Kuantitatif Kode Etik Jurnalistik Dalam Judul dan Body Berita Kekerasan Terhadap Perempuan Pada Rubrik Metrokrim Harian Kalteng Pos

0 4 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Interpretif - Pemaknaan Kode Etik Jurnalistik Tentang Hak Jawab Dan Hak Koreksi Dalam Perspektif Fenomenologi Di Harian Tribun Medan

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Pemaknaan Kode Etik Jurnalistik Tentang Hak Jawab Dan Hak Koreksi Dalam Perspektif Fenomenologi Di Harian Tribun Medan

0 0 8

Pemaknaan Kode Etik Jurnalistik Tentang Hak Jawab Dan Hak Koreksi Dalam Perspektif Fenomenologi Di Harian Tribun Medan

0 0 12