13
menemukan bahwa perusahaan tersebut tidak mampu melegitimasi statusnya berdasarkan tangible assets yang umumnya dikenal sebagai kunci
kesuksesan perusahaan. Berdasarkan kajian tentang teori stakeholder dan teori legitimasi, dapat
disimpulkan bahwa kedua teori tersebut memiliki penekanan yang berbeda tentang pihak – pihak yang dapat mempengaruhi luas pengungkapan
informasi di dalam laporan keuangan perusahaan. Teori stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder yang dianggap powerfull.
Sedangkan dalam teori legitimacy menempatkan persepsi dan pengakuan public sebagai dorongan utama dalam melakukan pengungkapan suatu
informasi didalam laporan keuangan.
4. Agency Theory
Jensen dan Meckling 1976 menjelaskan hubungan keagenan di dalam agency theory bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak nexus of
contract atau penghubung antara pemilik sumber daya ekonomis principal dan manajer agent yang mengurus penggunaan dan
pengendalian sumber daya tersebut. Hubugan kegenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang
terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan manajer
memiliki tujuan yang berbeda dan masing – masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi.
14
Akibat yang terjadi adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat – cepatnya
atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif
yang sebesar – besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai atau tidak
mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer
dengan pemegang saham. Sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan yang ada dalam perusahaan daripada pemegang saham. Keadaan
tersebut dikenal sebagai asimetri informasi. Asimetri informasi antara manajemen agent dengan pemilik principal dapat memberikan
kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba Richardson, 1998 dalam Suryani 2010. Eisenhardt 1989, dalam Ujiyanto dan
Pramuka 2007 menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: 1 manusia pada umumya mementingkan diri sendiri
self interest, 2 manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang bounded rationality, dan 3 manusia selalu menghindari
resiko risk averse. Dari asumsi sifat dasar manusia tersebut dapat dilihat bahwa konflik
agensi yang sering terjadi antara manajer dengan pemegang saham dipicu adanya sifat dasar tersebut. Manajer dalam mengelola perusahaan cenderung
mementingkan kepentingan
pribadi daripada
kepentingan untuk
15
meningkatkan nilai perusahaan. Dengan perilaku opportunictis dari manajer, manajer bertindak untuk mencapai kepentingan mereka sendiri, padahal
sebagai manajer seharusnya memihak kepada kepentingan pemegang saham karenamereka adalah pihak yang memberi kuasa manajer untuk
menjalankan perusahaan. Maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang
tidak diketahui principal. Sehingga dengan adanya asimetri antara manajemen agent dengan pemilik principal memberikan kesempatan
kepada manajer untuk melakukan manajemen laba earnings management dalam rangka memaksimumkan utilitinya. Salah satu cara yang digunakan
untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah corporate governance.
B. Modal Intelektual Intellectual Capital
Salah satu definisi IC yang banyak digunakan adalah yang ditawarkan oleh organization for economic co-operation and development OECD, 1999 yang
menjelaskan IC sebagai nilai ekonomi dari dua kategori aset tak berwujud : 1 organizational capital structural capital, 2 human capital. Beberapa definisi IC
menurut beberapa ahli :
Tabel 2.1 Definisi IC menurut para ahli
Para ahli Konstruk
Definis IC
Bontis 1996 human capital,
structural capital, relational capital
IC dapat menyediakan sumber daya-basis baru
bagi suatu organisasi untuk bersaing dan
16
menang Roos and roos 1997
human capital, structural capital
IC adalah jumlah dari aset tersembunyi
perusahaan, seperti merek, merek dagang
dan hak paten dan juga mencakup semua aset
yang tidak disajikan dalam laporan
keuangan. IC adalah perusahaan sumber yang
paling penting dari keunggulan kompetitif
yang berkelanjutan Stewart 1997
human capital, structural capital,
customer capital IC adalah pengetahuan,
informasi, kekayaan intelektual dan
pengalaman; itu adalah kemampuan otak
kolektif atau pengetahuan berguna.
Edvinson and Malone 1997
human capital, structural capital,
customer capital IC mengacu pada
perbedaan antara nilai pasar perusahaan dan
nilai buku Sveiby 1998
personnel competence, internal structure,
external structure IC adalah pengetahuan
yang dapat dikonversi menjadi nilai
Bontis 1999 human capital,
structural capital, IC adalah penggunaan
efektif dari pengetahuan
17
relational capital yang bertentangan
dengan informasi Andriessen and Stem
2004 human resources,
organizational resources, reational
resources IC adalah semua sumber
daya tak berwujud yang tersedia untuk sebuah
organisasi, yang memberikan keuntungan
relatif, dan yang dikombinasikan mampu
menghasilkan manfaat di masa depan
Youndt et al. 2004 human capital,
organizational capital, social capital
IC adalah jumlah dari semua pengetahuan
bahwa organisasi mampu memanfaatkan
dalam proses melakukan bisnis untuk
mendapatkan keuntungan kompetitif
Berdasarkan tabel diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa definisi intellectual capital adalah aset tidak berwujud intangible assets yang dimiliki
oleh suatu entitas bisnis yang dapat digunakan untuk menciptakan nilai dengan mengubahnya menjadi new processes, product and services. The international
federation of accountan –IFAC1998 mengklasifikasikan IC menjadi 3 kategori yaitu, organizational capital, relational capital, dan human capital. Tabel berikut
menyajikan klasifikasi IC secara terperinci.
18
Tabel 2.2 Klasifikasi IC menurut IFAC
Berdasarkan tabel diatas, intellectual capital terdiri dari 3 komponen yaitu human capital, relational capital customer capital dan organizational capital
structural capital. Human capital merepresentasikan pengetahuan karyawan, kompetensi, dan brainpower. Human capital merupakan lifeblood dalam modal
intelektual. Disinilah sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat
bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Modal manusia adalah sumber utama
penciptaan modal intelektual di perusahaan.
19
Customer capital merepresentasikan relasi dengan customer, supplier, dan distributors. Relational Capital atau Costumer Capital modal pelanggan
merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang harmonis atau association network
yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan
merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar.
Structural capital menunjukkan sistem organisasi, budaya, practice dan proses. Structural Capital atau Organizational Capital modal organisasi
merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk
menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufaktur, budaya
organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan.
Keberhasilan perusahaan tidak hanya dilihat dari kinerja yang dapat diukur melalui rasio keuangan perusahaan pada saat ini, namun sumber daya yang ada
dalam perusahaan hendaknya dapat menghasilkan kinerja keuangan yang terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga kelangsungan hidup Perusahaan dapat
terjamin. Melalui penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi secara efisien dan ekonomis dapat memicu pertumbuhan organisasi atau entitas bisnis
20
berbasis knowledge yang dapat memberikan keunggulan kompetitif perusahaan serta menjadi senjata untuk memenangkan persaingan bisnis.
C. IB - VAIC™
Islamic Banking – Value Added Intellectual Capital
Metode VAIC™ dikembangkan oleh Pulic 1997 merupakan instrument untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. Pendekatan ini relatif
mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan, karena dikontruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan neraca-laba rugi. Perhitungan dimulai dengan
kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added VA. VA merupakan indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai. Rumus VA :
Keterangan : OUT : revenue atau pendapatan
IN : Beban-beban dalam operasional
Hal yang harus digaris bawahi adalah beban karyawan tidak termasuk dalam IN, karena karyawan berperan sebagai pencipta nilai.VA dipengaruhi oleh
efisiensi human capital HC, structural capital SC dan capital employed CE. Berikut gambaran relasi HC, SC, dan CE dengan VA :
VA = OUT – IN
21
Gambar 2.1 Komponen VAIC
Keterangan : 1
VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh capital employed physical capital dan financial capital.
2 VAHU menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan ini mengindikasikan kemampuan HC untuk menciptakan nilai dalam perusahaan. HC merupakan ukuran
independen terhadap value creation 3
STVA menunjukkan kontribusi SC dalam penciptaan nilai. Mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA.
Mengindikasikan keberhasilan SC dalan penciptaan nilai. SC menrupakan ukuran dependen terhadap value creation.
Rasio terakhir adalah menjumlahkan semua koefisien yang telah dihitung
sebelumnya. Menghitung kemampuan Intelektual perusahaan. Rumus VAIC™ = VACA + VAHU + STVA.
Ulum 2013 memodifikasi VAIC™, guna mengukur kemampuan intelektual perbankan syariah iB-VAIC™. Formula ini tidak banyak
22
berbeda dengan formula Pulic. Perbedaan mendasar terletak pada akun-akun untuk menghitung VA. Dalam iB-VAIC™, VA dikontruksi dari akun-akun
revenue yang berbasis syariah, yaitu pendapatan bersih kegiatan syariah dan pendapatan non-opersional syariah. Berikut tahapan untuk menghitung iB-VAIC :
1. Menghitung iB-ValueAdded VA
iB-VA = OUT – IN
Keterangan : OUT : total pendapatan diperoleh dari :
a
Pendapatan bersih kegiatan syariah = pendapatan operasi utama kegiatan syariah + pendapatan operasi lainnya – hask pihak ketiga atas bagi hasil dan
syirkah temporer
23
Pendapatan operasi utama kegiatan syariah
A. Good Corporate Governance B. Kinerja Perusahaan
C. Rasio Keuangan D. Penelitian Terdahulu
E. Kerangka Pemikiran
F. Hipotesis
a. Pendapatan penyaluran dana 1 Dari pihak ketiga bukan bank
• Pendapatan marjin murabahah
• Pendapatan bersih salam parallel
• Pendapatan bersih istishna parallel
• Pendapatan sewa ijarah
• Pendapatan bagi hasi musyarakah
• Pendapatan bagi hasil mudharabah
• Pendapatan dari penyertaan
• Lainnya
2 Dari BI •
Bonus SBIS •
Lainnya 3 Dari bank-bank lain di Indonesia
• Bonus dari bank syariah lain
• Pendapatan bagi hasil mudharabah
i. Tabungan mudharabah ii. Deposito mudharabah
iii. Sertifikat investasi mudharabah antar bank
iv. lainnya b. Pendapatan operasi lainnya
1 Jasa investasi terikat mudharabah muqayyadah
2 Jasa layanan 3 Pendapatan dari transaksi valuta asing
4 Koreksi PPAP 5 Koreksi penyisihan penghapusan
transaksi rekening administrasi 6 lainnya
c. Hak pihak ketiga atas bagi hasil syirkah temporer
1 Pihak ketiga bukan bank •
Tabungan mudharabah •
Deposito mudharabah •
Lainnnya 2 Bank Indonesia
• FPJP syariah
• Lainnya
3 Bank-bank lain di Indonesia dan di luar Indonesia
• Tabungan mudharabah
• Deposito mudharabah
• Sertifikat investasi mudharabah antar
bank •
lainnya
24 b
Pendapatan non operasional IN : Beban operasional dan beban non opersional kecuali beban karyawan.
iB-VA dapat dihitung juga dari akun-akun perusahaan sebagai berikut:
iB-VA = OP + EC + D + A
Keterangan : OP : opertaringprofit laba operasi
EC : employee costs beban karyawan D : depreciation depresiasi
A : amortization amortisasi 2. Menghitung iB-vaue added capital employed iB-VACA
Keterangan : iB-VACA : rasio iB-VA terhadap CE
iB-VA : value added
Beban operasional kecuali beban karyawan •
Beban penyisihan kerugian asset produktif bersih •
Beban estimasi kerugian komitmen dan kontijensi •
Beban operasi lainnya a. Beban bonus titipan wadiah
b. Beban administrasi dan umum c. Beban penurunan nilai surat berharga
d. Beban transaksi valuta asing e. Beban promosi
f.
Beban lainnya
25
CE : dana yang tersedia total ekuitas
3. Menghitung iB-value added human capital iB-VAHU
Keterangan : iB-VAHU : rasio iB-VA terhadap HC
iB-VA : value added
HC : beban karyawan
4. Menghitung iB- value added structural capital iB-STVA
Keterangan : iB-STVA
: rasio iB-VA terhadap SC iB-VA
: value added SC: iB-VA – HC
5. Menghitung value added intellectual coefficient iB-VAIC™ Mengindikasikan kemampuan intelektual perusahaan yang dapat dianggap
sebagai BPI Business Performance Indicator.
Skor kinerja IC berdasarkan penelitian Ulum 2008 yaitu : 1 Top performers – skor iB-VAIC™ 3,00
2 Good performers – skor iB-VAIC™ antara 2,0 – 2,09 3 Common performers - skor iB-VAIC™ antara 1,5 – 1,99
4 Bad performers - skor iB-VAIC™ 1,5
26
D. Good Corporate Governance
Forum for corporate governance in Indonesia FCGI mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan
antara pemegang saham, pengurus, kreditur, pemerintah, karyawan dan para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka Dian, 2012. GCG didefinisikan sebagai sistem yang mengatur pengelolaan dan pengawasan bisnis korporasi, merumuskan mekanisme
penetapan-penetapan keputusan yang objektif dan cara-cara yang ditempuh untuk mencapai keobjektifitasan serta pemantauan kerja.
Definisi good corporate governance dalam Peraturan Bank Indonesia No. 1133PBI2009 adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip
keterbukaan transparency, akuntabilitas accountability, pertanggungjawaban responsibility, professional professional, dan kewajaran fairness. Tujuan dan
manfaat good corporate governance menurut bassel commite on banking supervision adalah sebagai berikut :
1 Mengurangi agency cost, biaya yang timbul karena penyalahgunaan wewenang, atau pun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah
adanya suatu masalah. 2 Mengurangi biaya modal yang timbul dari manajemen yang baik, yang
mampu meminimalisir resiko. 3 Memaksimalkan nilai saham perusahaan, sehingga dapat meningkatkan citra
perusahaan di mata publik dalam jangka panjang.
27
4 Mendorong pengelolaan perbankan secara professional, transparan, efisien serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian dewa komisaris,
direksi, dan RUPS. 5 Mendorong dewan komisaris, angora direksi, pemegang saham, dalam
membuat keputusan dan menjalakan tindakan yang dilandasi oleh moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku.
6 Menjaga going concern perusahaan Dan menurut forum corporate governance in Indonesia, beberapa manfaat yang
dapat diambil dari penerapan GCG yaitu : 1 Meningkatkan kinerja perusahaan
2 Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.
3 Mengembalikan kepercayaan investor untuk kembali menanamkan modalnya di Indonesia.
Dalam PBI No. 1133PBI2009 tentang pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum menjabarkan prinsip-prinsip dasar GCG yang terdiri dari :
1. Tranparan Transparency yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan
pengambilan keputusan. Konsep ini telah diungkapkan dalam Al-Qur’an pada surat Al-Baqarah : 22
2. Akuntabilitas Accountability yaitu kjelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban perusahaan sehingga pengelolaan organ perusahaan
terlaksana secara efektif.
28
3. Pertanggungjawaban responsibility yaitu adanya kepatuhan didalam pengelolaan bank terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Hal ini juga sejalan dengan ayat yang tertulis dalam Al-Qur’an surat Al-anfal: 27
4. Independensi independency yaitu pengelolaan bank secara professional tanpa pengaruh atau tekanan dari pihak mana pun.
5. Kewajaran fairness yaitu keadilan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Prinsip ini menekankan bahwa semua pihak baik pemegang saham minoritas maupun asing harus diperlakukan sama atau setara. Dan hal ini
sejalan dengan surat An-nisa : 58 Yang mana pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance minimal
harus diwujudkan dalam : 1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris, dewan pengawas
syariah DPS, dan direksi. 2 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang
menjalankan fungsi pengendalian intern bank. 3 Pelaksanaan prinsip syariah dalam operasional bank.
4 Penanganan benturan kepentingan. 5 Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal.
6 Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern. 7 Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar.
8 Rencana strategis bank.
29
9 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank. Salah satu indikator penerapan GCG di Indonesia dapat digunakan hasil
corporate governance perception index CGPI yang dikeluarkan oleh Indonesian institute for corporate governance IICG secara konsolidasi atau secara
individual dengan self assessment dengan merujuk pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 84PBI2006 tentang pelaksanaan good corporate governance bagi Bank
Umum.
E. Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan perusahan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba. kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu organisasi dalam rangka mencapai
tujuannya. Tujuan perusahaan akan sulit tercapai bila perusahaan tersebut tidak bekerja secara efisien, sehingga perusahaan tidak mampu baik langsung
maupun tidak langsung bersaing dengan perusahaan sejenis. Pengukuran kinerja perusahaan sangat diperlukan dalam relasi dengan
kepuasan konsumen proses internal, dan aktivitas yang berhubungan dengan perbaikan dan inovasi dalam organisasi yang membawa pada
future financial return Citra, 2011. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan elemen
keuangan maupun non keuangan, elemen keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on equity ROE. Pengukuran kinerja perusahaan
dengan elemen keuangan akan dijelaskan berikut ini:
1 Return On Equity ROE
30
ROE Return On Equity meruapakan salah satu dari rasio profitabilitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. ROE
sangat bergantung pada besar kecilnya perusahaan, misalnya untuk perusahaan kecil tentu memiliki modal yang relative kecil, sehingga ROE
yang dihasilkan pun kecil , begitu pula sebaliknya untuk perusahaan besar. ROE membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang
telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan Van Horne dan Wachowicz, 2005.
Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan
dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. ROE sangat menarik bagi
pemegang saham maupun calon pemegang saham , dan juga bagi manajemen karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting
dari shareholders value creation, artinya semakin tinggi rasio ROE , semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini tentunya merupakan daya tarik
bagi investor untuk menanamkan modalnya diperusahaan tersebut. Rumus ROE adalah sebagai berikut :
Laba bersih setelah pajak ROE =
Total Ekuitas
31
F. Hubungan Antar Variabel
1. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum