Tabel 19 Prediksi laju erosi dan sedimentasi dari masing-masing sub DAS di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber
No Sub DAS
Luas Laju erosi
S D R Laju
sedimentasi tontahun
Tonhathn Tonthn 1
Long Hubung 116,23
10,30 119.73
13 15.564
2 Long Beliwan
91,45 29,13
226.39 13
34.631 3
Benturak 84,00
19,06 160.13
14 22.417
4 Nyerubungan
123,25 21,37
263.43 12
31.611 5
Pari 215,14
14,79 381.21
11 35.002
6 Jerumai
107,86 8,83
95.285 13
12.387
Sumber : Studi SEL PT. Ratah Timber, 1991 yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber, 2005
4.6 Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Menurut administrasi pemerintahan, areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber berada di Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan
Timur. Di Kecamatan Long Hunbung terdapat 12 desa dan 7 diantaranya berada di sekitar areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber, yaitu:
- Desa Mamahak Teboq
- Desa Datah Bilang Hulu -
Desa Lutan - Desa Long Hubung
- Desa Datah Bilang Hilir
- Desa Long Gelawang -
Desa Danum Paroi Desa Mamahak Teboq adalah desa terdekat dengan kegiatan base camp
IUPHHK-HA PT. Ratah Timber. Di wilayah Kecamatan Long Hubung, suku bangsa Dayak Bahau merupakan etnik terbesar. Suku Dayak Bahau dapat
dikelompokkan dalam tiga suku, yaitu suku Bahau Latsa, suku Bahau Lat Busang, dan suku Bahau Modang.
Kelompok suku Dayak Bahau yang tinggal di ketujuh desa tersebut adalah suku Bahau Latsa. Kelompok suku ini tinggal di desa-desa sepanjang Sungai
Mahakam di Kecamatan Long Hubung, kecuali untuk desa Datah Bilang Ulu dan Datah Bilang Ilir. Kelompok suku yang tinggal di desa Datah Bilang Ulu dan
Datah Bilang Ilir adalah suku Dayak Kenyah yang berasal dari Long Apun dan Long Boh dari hulu Sungai Mahakam.
Suku pendatang diketujuh desa yang terdapat di dalam areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber terdiri dari suku Banjar Kalimantan Selatan, suku Jawa dan
Sunda Pulau Jawa, suku Madura, suku Makasar Bugis Sulawesi dan Cina. Para pendatang pada umumnya tinggal di daerah-daerah pusat perdagangan atau
bekerja di IUPHHK PT. Ratah Timber. Sebagian besar masyarakat menggantungkan sumber kehidupan dari alam.
Pola berladang berpindah, usaha mencari ikan serta mencari rotan merupakan bentuk ketergantungan masyarakat terhadap alam sekitarnya. Masuknya beberapa
perusahaan industri kayu IUPHHK serta tenaga kerja pendatang mempengaruhi pola berpikir dan pola hidup masyarakat Dayak lokal, akibatnya masyarakat mulai
menerjuni sektor mata pencaharian non pertanian seperti berdagang atau bekerja di IUPHHK.
Kehidupan masyarakat
ditandai dengan
pola pemukiman
yang mengelompok atau pola desa rural resettlement type dan terpusat dalam
kampung-kampung hunian yang berada di sekitar Sungai Mahakam atau Sungai Ratah. Komunikasi antar desa dilakukan melalui air. Rumah-rumah mereka
beratap sirap sebagian beratap seng. Dinding rumah umumnya terbuat dari kayu. Suku Dayak membuat rumah dengan cara mengambil kayu dari hutan atau
kadang-kadang mendapat bantuan bahan baku dari perusahaan IUPHHK-HA PT. Ratah Timber. Salah satu hak sosial masyarakat yang hingga sekarang masih
dijunjung tinggi dan dilestarikan keberadaannya secara non formal adalah hak ulayat. Tata cara penggunaan tanah ulayat yang menyangkut luas, batas dan
sebagainya masih diatur oleh hukum adat. Pemilikan tanah ulayat sering kali menimbulkan konflik. Tanah
garapanladangpemukiman mereka pandang sebagai tanah ulayat, namun secara administrasi berada dalam areal IUPHHK. Selain itu, penduduk juga mempunyai
kebun seperti rotan dan buah-buahan. Pemilikan kebun lebih jelas dibanding pemilikan atas ladang karena sistem perladangan sering tidak menetap.
Dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan hasil hutan, IUPHHK-HA PT. Ratah Timber tetap mengakui hak-hak perladangan mereka. Disamping hak-hak
perladangan, perusahaan juga mengakui hak-hak masyarakat untuk memungut hasil hutan ikutan seperti rotan, getah jelutung, tengkawang, durian dan berburu
berbagai jenis binatang yang tidak dilindungi undang-undang seperti babi.
Meskipun data secara pasti tentang jumlah perambahan hutan tidak tercatat, tetapi kegiatan ini sangat dirasakan akibatnya oleh IUPHHK, yaitu berkurangnya
areal yang dapat diproduksi terutama pada lokasi yang berdekatan dengan Sungai Ratah dan anak sungainya. Untuk mengendalikan perambahan hutan yang
dilakukan masyarakat, dilakukan intensifikasi program pertanian menetap. Perladangan berpindah adalah budaya masyarakat setempat Dayak Bahau
dan Dayak Kenyah. Dengan dilaksanakannya Pembinaan Masyarakat Desa Hutan PMDH, sebagian masyarakat mengikuti program pertanian menetap. Pertanian
lahan kering perladangan lebih disukai masyarakat Dayak Bahau atau Dayak Kenyah untuk mengembangkan pola pertanian menetap pada lahan kering,
misalnya tanaman semusim padi dan palawija dengan tanaman keras seperti sengon dengan tumpangsari. Tanaman jeruk nipis dan jeruk manis dapat
dipertimbangkan untuk dikelola mengingat prospek pasar yang baik.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN