11
dalam bahan pangan tersebut. Semakin tinggi kadar abu, maka semakin tinggi juga mineral yang terdapat dalam bahan.Jumlah kadar abu yang sedikit pada pisang Cavendish menunjukkan bahwa
pisang Cavendish hanya sedikit mengandung mineral. Jumlah  karbohidrat  dalam  pisang  Cavendish  lebih  sedikit  dibandingkan  pisang  Ambon.
Karbohidrat  banyak  terdapat  dalam  bahan  pangan  dan  merupakan  sumber  energi  bagi  manusia. Karbohidrat utama jaringan tanaman yang tidak berhubungan dengan dinding sel adalah pati. Pati
terdapat  dalam  plastida  intraseluler  atau  granula  yang  mempunyai  ukuran  dan  bentuk  khusus. Metabolisme  pati  mempunyai  peran  yang  penting  pada  proses  pemasakan  buah.  Selama  periode
pasca  panen,  pati  dapat  diubah  menjadi  gula  sederhana  seperti  sukrosa,  glukosa  dan  fruktosa Noor.  2007.  Gula  yang  terbentuk  akan  didegradasi  menjadi  asam  selama  penyimpanan.  Nilai
total gula buah pisang Cavendish relatif tinggi yaitu 8,60 dengan nilai total asam 0,30 ml NaOH 0,1 Ng. Kandungan protein, serat, lemak dan karbohidrat dalam buah pisang dapat digunakan oleh
mikroorganisme  untuk  bahan  makanan,  sehingga  dapat  mempengaruhi  perubahan  mutu  selama penyimpanan.
Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa panelis menyukai rasa pisang, dengan nilai rata- rata 6,70. Nilai rata-rata kesukaan terhadap warna kulit adalah 5,70,  warna daging adalah 5,50 dan
penerimaan  umum  buah  pisang  awal  adalah  6,00,  yang  menunjukkan  bahwa  panelis  menyukai buah pisang sebelum penyimpanan. Bobot awal semua buah pisang ditimbang sebelum dilakukan
penyimpanan. Data ini digunakan sebagai data bobot awal pada perubahan susut bobot. Perubahan susut bobot pada hari pertama adalah 0.
4.2 Perubahan Mutu Buah Pisang Selama Penyimpanan
Selama penyimpanan, buah pisang mengalami perubahan baik secara fisik maupun kimia. Perubahan-perubahan  fisik  dan  kimia  memperlihatkan  bahwa  selama  penyimpanan,  proses
fisiologis  buah  tetap  berlangsung.  Hasil  analisa  perubahan fisik  dan kimia  diuji  secara  deskriptif dengan  menggunakan  grafik,  yaitu  melihat  nilai  slope  kemiringan  pada  persamaan  y=ax  +  b.
Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan meliputi sifat fisik, kimia dan organoleptik.
4.2.1 Sifat Fisik
Perubahan  sifat  fisik  buah  pisang  yang  diamati  selama  penyimpanan  meliputi  perubahan susut bobot dan kekerasan buah.
4.2.1.1 Susut Bobot
Susut  bobot  selama  penyimpanan  merupakan  salah  satu  parameter  mutu  yang menggambarkan  tingkat  kesegaran  buah.  Perubahan  susut  bobot  yang  semakin  tinggi
menunjukkan  bahwa  tingkat  kesegaran  buah  sudah  semakin  berkurang.  Menurut  Purwoko  dan Juniarti  1998,  persentase  susut  bobot  mengalami  peningkatan  selama  pemasakan  buah.  Hal  ini
disebabkan karena buah mengalami kehilangan air karena aktivitas respirasi dan transpirasi. Buah  pisang  yang  disimpan  pada  suhu  28-31
o
C  memiliki  perubahan  nilai  susut  bobot sebesar  1,04, relatif  lebih  kecil  jika  dibandingkan  dengan  buah  pisang  yang disimpan  pada  suhu
25-26
o
C 1,08 dan relatif lebih besar dibandingkan buah pisang yang disimpan pada suhu 6-7
o
C 0,51.  Buah  pisang  yang  disimpan  pada  suhu  6-7
o
C  menunjukkan  perubahan  nilai  susut  bobot yang terkecil. Hal ini berarti suhu 6-7
o
C efektif dalam menghambat peningkatan susut bobot. Suhu yang dingin dapat menekan laju respirasi pada buah. Sehingga proses metabolisme dan perubahan
kimia  pada  buah  pisang  juga  terhambat.  Proses  metabolisme  yang  terhambat  menyebabkan konsumsi glukosa menjadi CO2, air dan energi sedikit, sehingga peningkatan susut bobotnya akan
12
rendah.  Hal  ini  sesuai  seperti  yang  dikemukakan  oleh  Purwoko  dan  Juniarti  1998,  bahwa perlakuan suhu dingin menyebabkan persentase susut bobot buah pisang lebih kecil dibandingkan
susut bobot buah pisang pada suhu kamar. Peningkatan  persentase  susut  bobot  dari  nilai  yang  besar  ke  yang  nilai  yang  kecil  jika
dilihat dari kemasan yang digunakan, adalah buah pisang tanpa kemasan 2,09, buah pisang yang disimpan dalam plastik biodegradable 0,33 dan buah pisang yang disimpan dalam plastik HDPE
perforated 0,17. Buah pisang yang disimpan dalam plastik HDPE perforated memiliki perubahan nilai susut bobot yang relatif kecil dibandingkan dengan perlakuan lain, yang berarti bahwa plastik
HDPE  perforated  lebih  efektif  dalam  menghambat  peningkatan  persentase  susut  bobot  buah pisang selama penyimpanan. Selama penyimpanan, buah pisang masih mengalami proses respirasi
dan transpirasi yang mengakibatkan kehilangan air, CO
2
dan energi. Pelepasan air, gas dan energi ke lingkungan akan menyebabkan peningkatan susut bobot. Penggunaan plastik berfungsi sebagai
barrier  terhadap  CO
2
,  O
2
,  dan  air.  Plastik  dapat  menghambat  O
2
masuk  ke  dalam  kemasan, sehingga  proses  respirasi  yang  membutuhkan  O
2
akan  terhambat  dan menyebabkan  peningkatan susut  bobot  rendah.  Selain  itu  pelepasan  CO
2
dan  penguapan  air  yang  dihasilkan  dari  proses respirasi  ke  lingkungan  juga  terhambat  oleh  plastik.  Perubahan  susut  bobot  buah  pisang  selama
penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 3.
a b
c Keterangan:
Gambar 3.   Grafik perubahan susut bobot buah pisang pada: a Suhu 28-31
o
C, b Suhu 25-26
o
C, c Suhu 6-7
o
C
y = 0,50x - 0,46 R² = 0,89
y = 0,27x - 0,29 R² = 0,98
y = 2,24x - 2,00 R² = 0,99
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00
2 4
6 8
10
S u
su t
B o
b o
t
Lama Penyimpanan hari
y = 0,38x - 0,33 R² = 0,98
y = 0,20x - 0,15 R² = 1,00
y = 2,65x - 1,82 R² = 0,99
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00
2 4
6 8
10 12
S u
su t
B o
b o
t
Lama Penyimpanan hari
y = 0,11x - 0,14 R² = 0,99
y = 0,03x + 0,17 R² = 0,39
y = 1,39x - 1,23 R² = 0,98
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00
2 4
6 8
10 12
14
S u
su t
B o
b o
t
Lama Penyimpanan hari
Pisang dalam Plastik HDPE Perforated Pisang Tanpa Kemasan
Pisang dalam Plastik Biodegradable
13
Pada suhu 28-31
o
C, 25-26
o
C dan 6-7
o
C, perubahan susut bobot buah pisang tanpa kemasan kontrol lebih besar dibandingkan buah pisang yang dikemas dengan kemasan biodegradable dan
HDPE  perforated.  Peningkatan  persentase  susut  bobot  buah  pisang  yang  memiliki  nilai  terkecil 0,03 adalah pada buah pisang yang disimpan dalam plastik HDPE perforated pada suhu 6-7
o
C. Hal  ini  menunjukkan  bahwa  kombinasi  plastik  HDPE  perforated  dan  6-7
o
C  efektif  dalam menghambat peningkatan susut bobot buah pisang, karena kemampuan plastik sebagai barier dan
suhu dingin yang dapat menghambat proses metabolisme.
4.2.1.2 Kekerasan