DIBUTUHKAN: METODE KRITIK SASTRA

BAB 1 DIBUTUHKAN: METODE KRITIK SASTRA

A. Probelmatika Pendekatan terhadap Sastra Lambatnya perkembangan pemikiran metode penelitian sastra itu agkanya bersumber pada besarnya problematka yang dihadapi para ahli ketika merka harus merumuskan pengertian sastra sebagai objek ilmunya. Upaya untuk merumuskan pengertian sastra tidaklah mudah, pengertian yang diajukan terlalu sempit atau terlalu longgar sehingga dapat dikenakan pada hal-hal yang bukan sastra. M. Abrams Teeuw, 1988 mengajukan sebuah model untuk memahami situasi yang melingkupi karya ssastra secara menyeluruh yang tidak dapat meluputkan gejala adanya sastra. Berdasarkan model tersebut pendekatan terhadap sastra pun dapat dikategorikan ke dalam empat golongan berikut: a. Pendekatan mimetic, pendekatan yang menitikberatkan pada semesta yang dianggap sebagai hal yang dijadikan acuan dalam karya sastra. b. Pendekatan ekspresif, pendekatan yang menitikberatkan pada penulis sebagai pencipta kaya sastra. c. Pendekatan pragmatic, pendekatan yang menitikberatkan pada pembaca sebagai sasaran atau pemnerima karya sastra. d. Pendekatan objektif, pendekatan yang menitikberatkan pada karya itu sebagai dirinya sendiri. Usaha untuk membagnun sebah teori dan metode yang brpretensi utuh dan umum, yang mampu mencakup segala aspek yang menjadi bagian dari gejala kesastraan, harus memenuhi syarat-syarat berkut: a. Mempunyai suatu cara pemahaman dan pengetahuan yang memadai tentang apakah yang disebut semesta dan juga keterhubungannya secara logis dengan karya sastra. b. Mempunyai suatu pengertian yang jelas mengenai pencipta seni, khususnya pengarang dan kepengarangan, mengenai siapakah pengarang, mengapa seseorang menjadi pengarang, apakah proses mengarang itu, dan bagaiman hubunngan pengrang dengan hasil ciptaannya. c. Mempunyai metode dan perangkat koseptual yang mampu mengidentifikasikan efek-efek karya sastra terhadap pembaca, dan juga penerimaan serta tanggapan balik mereka sebagai sasaran komunikasi sastra. d. Mamapu mengidentifikasikan dan memerikan secara jelas pengertian karya sastra sebagai entitas tersendiri. Ada lima factor yang luput dari model Abrams: a. Factor system bahasa sebagai media karya sastra. Bahasa sesungguhya merupakan entitas yang cukup rumit dan canggih dalam bentuk strukturnya. Struktur bahasa seharusnya juga ditampilkan meskipun, tentu saja, tidak sampaik merasuk pada hal-hal yang renik. b. Factor konvesi sastra. Bangunan maknawi sastra adalah hasil dari pemanfaatan system bahasa menurut konvesi-konvesi tertentu yang mamou menghasilkan persepsi dan makna-makna yang segar, baru, unik yang tidak mungkin dicapai melalu system bahasa saja. c. Factor pembaca sebagai variabel social dan historis. Aspek dinamika komunikasi dalam pembacaan dan penanggapan atas karia sastra itu harus ditampilkan dalam model situasi yang melingkupi karya sastra secara menyeluruh . d. Factor bentuk karya sastra sebagia variabel. Karena berbagai factor , bentuk karya sastra dimungkinkan mengalamai transpormasi . e. Factor kriteria penilaian sastra. Meskipun masalah penilaian sastra merupakan bidang tersendiri, hal itu tidak dapat dipisahkan dari penelitian sastra, khususnua keritik sastra. Dalam model pemahanaman situasi sastra Abram , masalah penialain ini sebenarnya terletak pada ketegangan , dalam tarik menarik diantara berb agai pendekatan yang ada dengan orientasi atau titik beratnya masing-masing. Pendekatan mimetic pastilah mengemukakan bahwa kemiripan karya dengan semesta sebagai kriteria pentingnya . adapun para penganjur pendekatan pragmatic akan memperlihatkan bahwa sastra yang baik adalah yang mampu mempengaruhi dan menggerakan pembaca. Sedangkan yang menitik beratkan pada karya sastra secara otonom akan melihat susunan internal, koherensi struktur, harmoni antarunsur, cirri khas teks sastra dibanding yang lain, dan kriteria lain yang hanya ada didalam karya itu sendiri sebagai nilai keutamaan. Seorang peneliti sastra dituntut untuk mampu memilih dan menetukan salah satu aspek dalam sastra sebagai pijakan awal untuk membangun pemahamannya secara pasti, meyakinkan, jelas dan dapat diuji kebenaran atau kesalahannya. A. Bahasa sebagai Awal Mula . Satu hal yang pasti dan disepakati bersama bahwa sastra adalah sebuah gejala kebahasaan. Cara-cara memperoleh pengetahuan sastra hanya dimungkinkan melalui cara-cara perolehan pengetahuan tentang bahasa. Untuk belajar tentang bahasa, orang niscaya akan merujuk pada linguistic yang dasar-dasarnya telah ditelakan oleh Ferdimand de Saussure. Sumbangan besar Saussure bagi linguistic dapat dirumuskan secara umum sebagai berikut: a. Kemampuannya untuk memberikan batasan mengenai objek linguistic secara jelas dan meyakinkan. b. Rumusnya yang tepat atas prinsip-prinsip mengenai bahasa. c. Cara pendekatannya yang efektif untuk memperoleh pengetahuan tentang bahasa. Inspirasi dan pengarus Saussure juga meluas hingga menembus batas-batas disiplin ilmu social dan budaya lainnya, seperti sosiologi, antropologi, spikologi, dan secara umum menjadi penyokong utama satu paham pemikiran yang kuat pada abad ke- 20, yaitu strukturalisme. Tidaklah mengherankan jika prinsip-prinsip linguistic Saussure bergulir menjadi sebuah paham tersebut. Seperti setiap paham pemikiran, selalu tidak pernah lepas dari kritik yang menunjukan cacat-cacatnya, lebih-lebih dari para penganjur paska modernism dan paska strukturalisme.

BAB 2 LINGUISTIK WARISAN SAUSSURE