ANALISYS OF REASON OF INDONESIAN FOOD PRODUCT EXPORT REFUSAL BY THE UNITED STATES AND EUROPE DURING THE YEARS
2002-2010
M. Angga Saputra and Purwiyatno Hariyadi
Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga, PO BOX 220, Bogor, West Java,
Indonesia Phone : +62 85695531418, E-mail : saput.anggayahoo.co.id
ABSTRACT
Many detention and refusal case of food-product in foreign countries was occurring on each year. Indonesia as one of the country which exporting food-product to the overseas, often having
detention and refusal case of food-product in United States and Europe. During the years of 2002- 2010, Indonesia had experienced a case of rejection of food products in United States about 2608
cases and in Europe about 35 cases. Fishery products are a product with the highest number of rejection; it is about 1300 cases in United States and about 12 cases in Europe. The development in
the case of rejection for food products that occurs every year during the years 2002-2010 showed a fluctuating growth. Based on the pareto chart, it is determined that the main problem of food products
rejection cases that occurred in the US and Europe on fishery products is filthy and mercury. There are 2 factors that caused these problems based on the Ishikawa diagram. Those factors are the
environments and humans
.
Keywords : food-product, refusal case
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perubahan global secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi perkembangan perdagangan internasional. Perubahan ini menuntut semua negara untuk berupaya optimal dalam
menghasilkan produk ekspor yang berdaya saing. Salah satu syarat dalam menghasilkan produk ekspor yang berdaya saing adalah terjaminnya mutu dan keamanan produk khususnya produk
pangan. Menurut Suryana 2006, era globalisasi perdagangan menuntut diterapkannya jaminan mutu seperti, Hazard Analysis Critical Control Points HACCP untuk pangan dan persyaratan
produksi yang berwawasan lingkungan Ecolabelling, serta sistem pengelolaan keamanan pangan dalam ISO 22000 : 2005. Produk pangan ekspor yang tidak memenuhi jaminan mutu dan
keamanan dapat ditahan dan ditolak masuk ke negara pengimpor.
Kasus penahanan dan penolakan produk pangan di luar negeri telah banyak terjadi setiap tahunnya. Indonesia sebagai salah satu negara yang mengekspor produk pangan ke luar negeri
sering mengalami berbagai kasus penolakan dan penahanan ekspor pangan yang sebagian besar disebabkan oleh masalah mutu dan keamanan yang dianggap tidak memenuhi persyaratan
internasional. Menurut data dari FDA Food and Drug Administration, mulai dari Januari 2001 sampai dengan September 2005, setiap tahunnya tercatat setidaknya sebanyak lebih dari 300
kasus bahkan sampai lebih dari 700 kasus pada tahun 2001 penolakan produk Indonesia untuk masuk ke Amerika Serikat. Sebanyak lebih dari 80 kasus dari produk tersebut adalah produk
pangan. Keamanan pangan digunakan oleh FDA sebagai alasan penolakan produk-produk pangan Indonesia Hariyadi 2007. Masalah label juga menjadi alasan penolakan makanan kaleng asal
Indonesia sepanjang 2000 sampai 2002. Pangan itu ditolak dengan alasan kotor filthy sebanyak 48,2 , alasan tidak melampirkan informasi scheduled process no process 36,5 , karena
belum terdaftar sebagai produsen makanan kaleng needs fce 14,1 , belum diberi label nutrisi 4,7 , karena tulisan label berbahasa Indonesia dan sisanya tidak diketahui Suryana 2006.
Berdasarkan data dari FDA, pada tahun 2009 terjadi sekitar 239 kasus penolakan terhadap produk pangan ekspor Indonesia, sedangkan data dari Europa-RASFF Europa-Rapid Alert System for
Food and Feed menyebutkan bahwa terjadi 11 kasus penolakan produk ikan Indonesia pada
tahun 2010. Alasan penolakan tersebut bermacam-macam mulai dari filthy kotor, mengandung bahan kimia berbahaya serta mengandung nikroorganisme seperti Salmonella sp yang banyak
mencemari produk ikan.
Semua hal tersebutlah yang menjadi dasar untuk melakukan analisa terhadap kasus penolakan produk pangan Indonesia di Amerika Serikat dan Eropa selama tahun 2002 sampai
2010.
B. TUJUAN PENELITIAN