Rencana KDB dan KLB Rencana Detail Tata Bangunan

Dokumen RTPLP Kawasan Cikundul Kota Sukabumi 04 | 6 04 R E NC A N A UM UM P A ND U A N P E R A N C A NG A N 4.1.3 Rencana Tata Bangunan

A. Rencana Umum

Penentukan intensitas kepadatan bangunan di kawasan perumahan dan permukiman didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan : a. Kepadatan penduduk b. Rencana Intensitas Bangunan c. Kebutuhan Luas Lantai m 2 penduduk, d. Kebutuhan fasilitas pelayanan menurut standar 27 m 2 penduduk Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti tersebut di atas, maka dapat ditentukan intensitas bangunan dengan membandingkan proporsi kebutuhan luas lantai fasilitas seluruhnya dengan luas lantai dasar bangunan, yaitu daerah terbangun – jalan + penghijauan. Rencana untuk intensitas bangunan terkait juga dengan arahan penetapan penetapan antara lain:  Rencana ketinggian bangunan, berdasarkan : - faktor luas lantai penggunaan suatu kegiatan - faktor penyinaran matahari - faktor penghawaan - faktor daya dukung tanah, dan - faktor bahaya kebakaran. Ketinggian bangunan maupun benda-benda tumbuh pada masing-masing kawasan perumahan dan permukiman memiliki ketentuan yang berbeda-beda. • Rencana luas kapling minimum ditetapkan berdasar kondisi yang sudah ada saat ini dan kebutuhan untuk 10 tahun yang akan datang. Pengembangan Perumahan Swadaya, dalam pengembangan perumahan swadaya dilakukan pengklasifikasian berdasarkan kepadatan yaitu sebagai berikut:  Kepadatan tinggi : 40 – 60 rumah Ha  Kepadatan sedang : 30 – 40 rumah Ha  Kepadatan rendah : 18 – 30 rumah Ha  Kepadatan rendah sampai sedang pada umumnya di wilayah perdesaan; sedang kepadatan tinggi terdapat di wilayah pusat-pusat kota. Dalam perencanaan sebaran kepadatan dengan pengklasifikasian diatas digunakan, khususnya dalam menentukan tingkat pelayanan fasilitas sosial dan penggunaan khusus lainnya sesuai kebutuhan. Sesuai dengan arahan dalam RTRW Kota Sukabumi. Kepadatan RW 03 Kelurahan Cikundul direncanakan memiliki kepadatan sedang, yakni 30-40 rumah Ha.  Koefisien dasar bangunan KDB; atau building coverage, adalah perbandingan antara luas total lantai dasar bangunan dan luas kapling. KDB bangunan di RW 03 Kelurahan Cikundul secara umum masih cukup ideal yakni 0,6, kecuali di pusat kota dan kantung-kantung permukiman kumuh.  Koefisien Lantai Bangunan KLB atau Floor Area Ratio yang merupakan angka perbandingan antara total luas lantai bangunan dengan luas kapling. KLB di RW 03 Kelurahan Cikundul masih tergolong dalam batas toleransi. Dalam pengembangannya di kawasan kota intensitas penggnaan lahan di optimalkan atau kemungkinan adanya pengembangan ke arah vertikal.  Sempadan bangunan; garis sempadan bangunan ditetapkan berdasarkan standar DPU yang ada yaitu setengah dari daerah milik jalan damija

B. Rencana KDB dan KLB

Rencana tata bangunan di RW 03 Kelurahan Cikundul merupakan bagian yang terpisahkan dari ketentuan zonasi di atas. Beberapa rencana tata bangunan yang perlu dimuat adalah rencana perpetakan bangunan, rencana kepadatan bangunan KDB, rencana ketinggian bangunan KLB, rencana sempadan bangunan dan rencana wujud bangunan. Tabel 5.2 Aturan KDB, KLB dan GSB Sesuai Peruntukan Lahan Makro Kawasan Cikundul No ZONA Sub Zona KDB KLB GSB 1 Sentra Agro Industri Peternakan 70 - - 2 RTH RTH Privat dengan KDH 30 - - 3 Permukiman dan Perdagangan dan jasa Perumahan Kepadatan Sedang 70 1,4 2-4 m Perdagangan Tunggal 4 Sarana Pelayanan Umum Pendidikan 70 1,4-2,1 2-4 m Pemerintahan 70 Peribadatan 70 Kesehatan 70 Sumber : Hasil Rencana Tahun 2012

C. Rencana Detail Tata Bangunan

Rencana tata bangunan merupakan perencanaan untuk dapat mewujudkan bangunan gedung beserta lingkungannya sebagai transformasi pemanfaatan ruang, meliputi pembentukan citrakarakter fisik lingkungan, besaran, dan konfigurasi dari elemen-elemen: besaran petak lahan dan bangunan serta ketinggian lantai bangunan, sehingga dapat menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas ruang yang akomodatif terhadap kegiatan yang ada, terutama yang berlangsung dalam ruang-ruang publik. Dokumen RTPLP Kawasan Cikundul Kota Sukabumi 04 | 7 04 R E NC A N A UM UM P A ND U A N P E R A N C A NG A N Intensitas pemanfaatan ruang pada kawasan prioritas menjadi acuan dalam bentuk pemakaian ruang secara horizontal dan vertikal terhadap bangunan yang direncanakan. Hal ini dituangkan dalam aturan yang meliputi KDB, KLB dan ketinggian bangunan, yaitu: 1. Kawasan Permukiman RW 03 Kelurahan Cikundul di sepanjang utama diatur dengan:  KDB koefisien dasar bangunan, perbandingan antara luas dasar bangunan terhadap luas lahan keseluruhan adalah sebesar 60  KLB koefisien lantai bangunan, perbandingan seluruh luas lantai bangunan terhadap luas lahan keseluruhan adalah sebesar 1,5  Ketinggian Bangunan maksimal setinggi 2 lantai 8 meter. 2. Penataan Lingkungan dari Kawasan Agrowisata Peternakan diatur dengan:  KDB 40  KLB 0,8  Ketinggian Bangunan maksimal setinggi 2 lantai 8 meter. Dokumen RTPLP Kawasan Cikundul Kota Sukabumi 04 | 8 04 R E NC A N A UM UM P A ND U A N P E R A N C A NG A N

4.1.4 Rencana Sistem Pergerakan

1 Sirkulasi pejalan kaki di dalam cluster Area Sentra Agro Bisnis, Wisata Agro, pada RW 03 Kelurahan Cikundul Penataan jalur sirkulasi pada cluster ini dilakukan untuk memisahkan jalur sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki, secara garis besar ruang pejalan kaki dikembangkan sebagai jalur penghubung yang efektif dan efisien dilingkungan tersebut, sehingga dibutuhkan ruang gerak pejalan kaki yang optimal dan ramah terhadap setiap kondisi pejalan kaki, adapun ukuran serta ketentuan pedestrian sebagai berikut:  Lebar pedestrian adalam 200 cm pada luster Kawasan Wisata  Direncanakan sebagai pedestrian yang aman maka penerangan pedestrian akan membutuhkan pencahayaan berkisar antara 120 lux.  Area istirahat yang dilengkapi dengan bangku setiap maksimal 9 m.  Permukaan, permukaan jalur pejalan harus stabil dan kuat, dan tekstur relatif rata tetapi tidak licin. Pemakaian siar dan sambungan harus dibatasi dan dibuat sekecil mungkin, sebaiknya lebih kecil dari 1,5 cm.  Kemiringan dan ramp, lintasan pejalan kaki dengan kemiringan di bawah 5 persen dianggap sebagai pedestrian, perubahan pada permukaan jalan ke pedestrian dan pedestrian ke jalan masuk menuju bangunan akan menimbulkan persoalan yang paling banyak bagi para cacat fisik.  Untuk memudahkan pergerakan di atas penyangga yang rendah sebuah ramp tepi harus dipasang; permukaannya tidak boleh licin tepi tidak boleh dibuat alur; karena alur ini dapat terisi oleh air dan menjadikan ramp terbut licin; permukaan dari ramp ini sebaiknya memiliki tekstur yang tidak licin; dan tekstur pada ramp juga bisa merupakan alat bantu bagi tuna netra dengan menjadi guiding block tactile paving. 2 Penataan jalan lingkungan Lebar jalur pejalan kaki adalam 200-600 cm pada kiri dan kanan jalan lingkungan utama dengan jalur yang searah jalur di sebelah kanan untuk menuju masuk kawasan dan jalur di sebelah kiri untuk menuju ke arah luar kawasan sehingga lebar 200-600 cm dapat optimal.  Direncanakan sebagai pedestrian yang aman maka penerangan pedestrian akan membutuhkan pencahayaan berkisar antara 120 lux.  Recana tepi pengaman, penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke arah area yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum 10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.  Permukaan, permukaan jalur pejalan harus stabil dan kuat, dan tekstur relatif rata tetapi tidak licin. Pemakaian siar dan sambungan harus dibatasi dan dibuat sekecil mungkin, sebaiknya lebih kecil dari 1,5 cm.