6 Model dapat dikatakan logis berarti ada penalaran yang memadai dari relasi-
relasi tersebut. Logis berarti bahwa semua persamaan sesuai dengan apa yang dipercayai orang atau dengan kata lain sesuai dengan paradigma yang ada. Setiap
model harus memiliki keberanian untuk berbeda dengan paradigma yang ada karena pada awalnya pemodelan sistem adalah suatu paradigma baru yang
berlawanan arah dengan paradigma lama yang cenderung spesialisasi berlebihan pada setiap bidang ilmu pengetahuan.
Tahap kedua adalah mengamati apakah perilaku model sesuai dengan harapan atau perkiraan yang digambarkan pada fase konseptualisasi model. Tahap
ketiga evaluasi adalah membandingkan antara perilaku model dengan data yang didapat dari sistem atau dunia nyata. Misalnya model harus dapat dieksekusi pada
rentang waktu batasan model. Kesesuaian model dengan dunia nyata adalah penting, tetapi lebih penting adalah bagaimana model tersebut bisa dimanfaatkan
sesuai dengan tujuan pemodelan yang dilakukan.
2.4.5 Penggunaan Model
Pada tahap ini model yang telah dikembangkan diaplikasikan pada skenario- skenario yang telah ditentukan melalui simulasi skenario yng telah dibuat. Hasil
simulasi tersebut kemudian dikerucutkan pada skenario yang memenuhi tujuan pemodelan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Identifikasi Isu, Tujuan dan Batasan 3.1.1 Identifikasi isu
Berkurangnya luas hutan yang ada akan sangat mempengaruhi fungsi hutan dalam penyerapan dan penyimpanan karbon yang ada dari atmosfer. Peningkatan
emisi GRK Gas Rumah Kaca mengakibatkan pemanasan global dan perubahan iklim atau yang dikenal dengan climate change. Dewasa ini, telah mulai
digalakkan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi dampak dari pemanasan global tersebut seperti pemerintah yang berusaha mengurangi tingkat
emisi karbon di Indonesia dengan program REDD+ Reducing Emission from Deforestation and Degradation. Provinsi Jawa Tengah berdasarkan SK
Penunjukan Menteri Kehutanan No. 359Menhut-II2004 memiliki kawasan hutan seluas 646 593 ha. Sedangkan untuk hutan rakyat, Provinsi Jawa Tengah memiliki
luas sebesar 576 007 ha Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Tengah 2011 yang terus meningkat luasannya beberapa tahun terakhir. Keadaan ini bisa membuat
Provinsi Jawa Tengah turut mensukseskan program REDD+ yang dicanangkan oleh pemerintah.
3.1.2 Tujuan
Tujuan dari pemodelan ini adalah untuk membangun sebuah model dinamika sistem mengenai pola penggunaan kawasan hutan dan non kawasan
hutan Provinsi Jawa Tengah serta pengaruhnya terhadap pendugaan simpanan karbon.
7
3.1.3 Batasan
Batasan dari model yang dibangun adalah data luas mengenai penggunaan kawasan hutan, perkebunan dan pertanian yang bersumber dari data statistik
kehutanan dan perkebunan Provinsi Jawa Tengah tahun 2004 sampai dengan tahun 2012. Model dibangun dengan basis data luas dan mengesampingkan
kualitas dari kawasan hutan maupun non kawasan hutan.
3.2 Formulasi Model Konseptual
Provinsi Jawa Tengah mempunyai kawasan hutan KH berdasarkan fungsinya berupa hutan produksi tetap HP, hutan produksi terbatas HPT, hutan
konservasi HK, dan hutan lindung HL yang ditetapkan melalui SK Penunjukan Menteri Kehutanan No. 359Menhut-II2004. Pengelolaan hutan produksi
dilakukan oleh Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah yaitu berupa hutan tanaman HT dan sistem agroforestry. Selain itu juga terdapat kawasan berfungsi
hutan berupa hutan rakyat HR yang status kepemilikan lahannya merupakan lahan pribadi.
Gambar 2 Model konseptual dinamika sistem yang dikembangkan Pendugaan simpanan karbon dikembangkan melalui submodel kegiatan alih
fungsi lahan dan submodel dinamika tegakan pada kawasan berhutan dan non kawasan hutan yang berpotensi memiliki simpanan karbon. Pada submodel
kegiatan alih fungsi lahan menggambarkan perubahan fungsi kawasan hutan menjadi non kawasan hutan yang terjadi di hutan produksi dan hutan lindung yang
berubah fungsi menjadi areal tambang serta hutan lindung yang berubah fungsi menjadi hutan konservasi. Kawasan hutan mengalami degradasi hutan menjadi
kawasan hutan rusak KHR dan mengalami deforestasi menjadi non kawasan hutan NKH. Submodel dinamika tegakan pada kawasan hutan menggambarkan
dinamika tegakan di hutan produksi yang dikelompokkan menjadi agroforestri dan hutan tanaman yang meliputi hutan jati dan hutan rimba campuran. Pada
submodel pendugaan karbon non kawasan hutan menggambarkan dinamika
Tambang
Hutan Tanaman
Hutan Rakyat Hutan
Lindung Hutan
Konservasi
Hutan Produksi
Alih Fungsi PinjamPakai
ReturnPinjamPakai Biomassa
+ +
+ +
Stok Karbon Faktor konversi
perkebunan +
Agroforestry +
Non Kawasan Hutan
Laju perkembangan HR
PinjamPakai Ht Produksi
ReturnPinjamPakai Ht Produksi Pertanian
Laju Perkembangan Lahan Pertanian +
Kawasan Hutan
Kawasan Hutan Rusak
Laju Deforestasi Laju Degradasi Hutan
Laju Reforestasi Laju Perkembangan Lahan Perkebunan
Laju Kegiatan RehabilitasiHutanLahan
Laju RehabilitasiHutanLahan