B. Sumber Daya Manusia
Agroindustri gula tebu telah mulai dikembangkan sejak zaman penjajahan Belanda kemudian dikendalikan pemerintah melalui pembangunan PTPN dan PT RNI.
Berbagai penelitian dan SDM yang berkualitas dari lembaga penelitian dan perguruan tinggi turut mendukung perkembangan agroindustri gula dalam negeri. Selain itu,
untuk mendukung aktivitas di perkebunan tebu, agroindustri gula tebu juga didukung oleh petani disekitar pabrik atau dari luar daerah untuk budidaya dan panen tebu.
PT A merupakan unit perusahaan BUMN yang mulai dibangun pada tahun 1981 melalui SK Mentan No.667KPTSORG81981 kemudian memulai operasi produksi
seperti saat sekarang ini semenjak 30 September 1988 dari modal sendiri. Manajemen PT A dipimpin oleh seorang General Manager dan didukung oleh Kepala Bagian
Tanaman, Kepala Bagian Pabrikasi, Kepala Bagian Instalasi, Kepala Bagian TUK, dan Kepala Bagian SDM. Struktur organisasi PT A dapat dilihat pada Lampiran 6.
Ketenagakerjaan di PT A secara umum dibagi menjadi dua yaitu karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Karyawan tetap dibagi lagi menjadi dua yaitu karyawan
bulanan dan karyawan harian Honorair. Karyawan bulananan kemudian dibagi lagi menjadi dua, yaitu karyawan pimpinan karyawan staff dan karyawan non-pimpinan
karyawan non staff yang bertugas sebagai juru tulis, asisten masinis dan lain sebagainya.
Karyawan tidak tetap terdiri dari karyawan kampanye dan karyawan musiman. Karyawan kampanye atau Pekerja Kontrak Waktu Tertentu PKWT dalam pabrik
adalah karyawan yang berhubungan langsung dengan proses produksi yang waktu kerjanya hanya pada proses penggilingan berlangsung. Karyawan kampanye atau
PKWT luar pabrik yang berkerja pada masa penanaman dan pemanenan tebu. Karyawan kampanye diperoleh dari penduduk lokal atau penduduk dari luar daerah
impor. Pembagian ketenagakerjaan di PT A dapat dilihat pada Gambar 10, sedangkan jumlah pekerja di PT A per-januari 2015 dapat dilihat pada Tabel 12.
Karyawan PT A
Karyawan tetap
Karyawan tidak tetap Karyawan bulanan
Karyawan harian Honorer
Karyawan pimpinan karyawan staff
Karyawan non-pimpinan karyawan non-staff
Karyawan kampanye PKWT dalam pabrik
Karyawan musiman PKWT diluar pabrik
PKWT lokal
PKWT impor
Gambar 10 Skema pembagian ketanagakerjaan PT A
Tabel 12 Jumlah tenaga kerja PT A pada Januari 2015
Status Tenaga Kerja Bulan lalu
Bulan ini Keterangan
Karyawan staff Gol. IX-XVI 40
40 Orang
Karyawan non-staff Gol. I-VIII 187
187 Orang
PKWT luar pabrik 272
Orang PKWT dalam pabrik
Orang Honorair
2 2
Orang MPP
2 2
Orang
Jumlah 507
231 Orang
Sumber: PT A
Manajemen Rantai Pasok Kesepakatan Kontraktual
Hubungan pemangku kebijakan dengan pelaksana kegiatan perkebunan di PT A selain lahan HGU diikat melalui kesepatan kontraktual. Kesepakatan kontraktual
terutama terjadi pada perkebunan Kerja Sama Operasi KSO. Kesepakatan yang terjadi diatur melalui Surat kontrak perjanjian antara PT A dan perusahaan pihak ketiga
terkait dengan pengolahan dan produktivitas lahan termasuk pembagian keuntungan yang sepadan. Kebijakan pengolahan lahan terletak pada pihak perusahaan ketiga
sebagai pelaksana perjanjian di perkebunan, sedangkan pembagian keuntungan atau kerugian terlebih dahulu telah disepakati bersama oleh kedua belah pihak.
Kesepatan kontraktual lainnya juga diatur pada perkebunan Tebu Rakyat Bebas TRB. Kesepakatan kontraktual dengan TRB tidak terjadi secara formal seperti pada
perkebunan KSO tetapi hanya terjadi besamaan dengan sistem transaksi ketika masa panen berlangsung. Sistem pengolahan perkebunan TRB adalah perkebunan yang
sepenuhnya dimiliki dan dikelola oleh petani hingga masa panen tiba dan tetap diawasi oleh PT A agar pengelolaannya lebih baik sehingga tebu yang dihasilkan sesuai dengan
standar kualitas. Pihak petani memiliki hak untuk memutuskan pemanenan lahan perkebunan mereka, tetapi tetap dibawah pengawasan PT A melalui analisa
pendahuluan kematangan tebu. Pada saat panen tiba, proses pemanenan dan transportasi dibantu oleh PT A sesuai dengan kesepakatan perjanjian sebelum masa
panen. Kesepatan kontraktual lainnya antara PT A dan petani TRB juga tentang pembagian hasil penggilingan tebu. Hasil penggilingan tebu biasanya dibagi antara
perusahaan dan petani sebesar 30:70 atau sesuai dengan kesepakatan bersama dengan tidak meninggalkan regulasi yang telah diatur pemerintah.
Sistem Transaksi
Sistem transaksi yang terjadi pada manajemen rantai pasok PT A cukup bervariasi terutama pada manajemen bahan baku dan produk. Secara sederhana,
transaksi yang terjadi pada perkebunan tebu dibuktikan dengan Surat-Surat transaksi yang sebagian besar dikeluarkan oleh Bagian Riset dan Pengembangan untuk
manajemen perkebunan. Pekerja perkebunan akan meminta persetujuan Sinder Kebun atau Sinder Kebun Kepala atau Kepala Riset dan Pengembangan sesuai dengan
kepentingannya untuk memenuhi kebutuhan dan keberlangsungan aktivitas di kebun. Setelah persetujuan dikeluarkan, selanjutnya dana keperluan dikeluarkan oleh bagian