20
dengan, I
= intensitas hujan mmjam t
= lamanya hujan jam a dan b = konstanta.
a =
�I.√t�[I
2
] −�I
2
√t �[I] N[I
2
] −[I][I]
…………………………………………... 2.19
b =
[ I]�I .√t�−N�I
2
√t� N[I
2
] −[I][I]
………………………………………….… 2.20 dengan,
N = banyaknya data
6. Rumus Mononobe, rumus ini digunakan apabila data hujan jangka pendek
tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian.
I =
R24 24
�
24 tc
�
2 3
………………………………………………………. 2.21 dengan,
I = intensitas Hujan dalam t jam mmjam
R24 = curah hujan maksimum harian selama 24 jam mm tc = lamanya hujan
jam.
6.6. Waktu Konsentrasi t
c
Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu terjauh sampai ke tempat keluaran DAS. Salah satu metode untuk memperkirakan waktu konsentrasi adalah
rumus yang dikembangkan oleh Kirpich 1940, yang dapat ditulis sebagai berikut
21
t
c
=
�
0,87 X L
2
1000 X S
�
0,385
…
………………………………….………. 2.22 dengan,
L = panjang saluran utama dari hulu sampai penguras km
S = kemiringan rata-rata saluran utama mm
Lamanya hujan pada perumusan diatas dinyatakan sama dengan waktu konsentrasi tc, yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir dari titik terjauh.Dengan
memperhitungkan kemiringan daerah aliran dan kemiringan sungai, maka : tc = t
0 +
t
d
…………………………………………………………………..…. 2.23 untuk mencari harga t
bisa dengan rumus sebagai berikut t
=
�
2 3
x 3,28 x L x
n √S
�
menit …………...…………………….… 2.24 dan
t
d
=
Ls 60 V
menit……………………………………………………….. 2.25 dengan,
tc = waktu Konsentrasi menit, t
= waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir di permukaan hingga mencapai intake menit,
t
d
= waktu yang diperlukan air untuk mengalir disepanjang channel flowting menit ,
n = koefisien kekasaran S = kemiringan lahan,
L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan m,
22
Ls = panjang lintasan aliran di dalam saluransungai m, V = kecepatan aliran di dalam saluran mdetik.
6.7. Sistim Jaringan Drainase
Pada sistim jaringan drainase terdiri dari beberapa saluran yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu pola jaringan. Dari bentuk pola jaringan
dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Pola Siku
Pola siku adalah suatu pola di mana saluran cabang membentuk siku-siku pada saluran utama biasanya dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih
tinggi dari pada sungai di mana sungai merupakan saluran pembuang utama berada di tengah kota.
Gambar 2.2 Pola Jaringan Siku
23
2. Pola Paralel Pola paralel adalah suatu pola dimana saluran utama terletak sejajar dengan
saluran cabang yang pada bagian akhir saluran cabang dibelokkan menuju saluran utama.
Gambar 2.3 Pola jaringan parallel 3. Pola Grid Iron
Pola grid iron merupakan pola jaringan drainase di mana sungai terletak di pinggiran kota. Sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran
pengumpul kemudian dialirkan pada sungai .
Gambar 2.4 Pola Jaringan grid iron
24
4. Pola Alamiah Pola alamiah adalah suatu pola jaringan drainase yang hampir sama dengan
pola siku, di mana sungai sebagai saluran utama berada di tengah kota namun jaringan saluran cabang tidak selalu berbentuk siku terhadap saluran utama sungai.
Gambar 2.5 Pola jaringan alamiah 5. Pola Radial
Pola radial adalah pola jaringan drainase yang mengalirkan air dari pusat sumber air memencar ke berbagai arah, pola ini sangat cocok digunakan pada daerah yang
berbukit.
Gambar 2.6 Pola jaringan radial
25
6. Pola Jaring-jaring Pola jaring-jaring adalah pola drainase yang mempunyai saluran-saluran
pembuang mengikuti arah jalan raya. Pola ini sangat cocok untuk daerah yang topografinya datar.
Gambar 2.7 Pola jaringan jaring-jaring
6.8. Analisa Kapasitas Sungai