17
Siebert 2005 mendefinisikan resiliensi sebagai kemampuan mengatasi dengan baik perubahan hidup pada level yang lebih tinggi.
Seorang yang resilien tetap dapat menjaga kesehatan saat dalam keadaan yang tertekan, selain itu dapat pula dengan cepat bangkit dari permasalahan,
serta merubah cara hidup ketika dirasa ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang ada, dapat mengatasi dan menghadapi permasalahan tanpa
kekerasan. Dapat dikatakan individu yang resiliensi mempunyai kecerdasan emosi yang baik sehingga dapat mengontrol dirinya sendiri. Sesuai dengan
definisi yang dinyatakan Grotberg 1999 yang menyebutkan resiliensi adalah kemampuan manusia untuk menghadapi, mengatasi dan menjadi
kuat dengan kesulitan yang dialaminya Sisca Moningka, 2008. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa resiliensi
adalah kemampuan seseorang untuk bertahan dan tidak menyerah pada keadaan sulit atau tekanan dalam hidupnya, serta terus berusaha, belajar dan
beradaptasi dengan keadaan tersebut sehingga ia dapat bangkit dari keadaannya yang sulit tersebut dan menjadi lebih baik.
2. Komponen yang Ada Dalam Resiliensi
Komponen yang ada dalam resiliensi menurut Wagnild dan Young 1993; 2010 dalam Rosyani, 2012 antara lain adalah :
a. Meaningfulness atau purpose
Yaitu tentang kesadaran tentang tujuan hidup, dalam mencapai tujuan tentu diperlukan suatu usaha. Menurut Wagnild 2010 komponen ini
adalah yang terpenting karena jika kehidupan tidak memiliki tujuan itu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
akan menjadi sia-sia dan tidak ada maknanya. Tujuan hidup dapat membantu individu saat mengalami kesulitan dalam hidupnya
sehingga memiliki dorongan yang kuat untuk menjadi lebih baik. b.
Equanimity Tentang pemikiran keseimbangan dalam hidup. Individu yang resilien
menyadari bahwa kehidupan itu bukan hanya hal baik dan buruk. Individu yang mempunyai resiliensi yang baik kehidupannya akan
lebih fokus dengan hal-hal yang positif, dan dalam bertindak tidak terburu-buru atau lebih tenang dalam menghadapi sesuatu. Individu
seperti ini akan cenderung selalu optimis dalam mengahadapi segala sesuatu. Individu yang resilien dapat mengambil pelajaran dari
pengalaman hidunya sendiri ataupun pengalaman orang lain. c.
Perseverance Suatu tindakan atau perilaku untuk bertahan dalam menghadapi
tekanan atau kesulitan. Dalam membentuk komponen ini individu akan melakukan hal-hal yang cenderung positif dan membuat tujuan hidup
yang jelas. d.
Existential Aloneness Kesadaran tentang kehidupan setiap manusia itu berbeda dan mampu
menghargai dirinya sendiri. Individu yang resilien akan merasa nyaman, puas, menhargai dan memahami dirinya sendiri.
19
3. Ciri-ciri Mahasiswa Bekerja Part Time yang Resilien
Menurut Serafino 1994 ciri-ciri individu yang resilien antara lain yaitu :
a. Individu tersebut memiliki tempramen yang lebih tenang, sehingga
dapat beradaptasi dan menciptakan hubungan yang baik dengan lingkungan.
b. Mempunyai kemampuan dapat bangkit dari tekanan dan berusaha
mengatasi permasalahan ataupun tekanan yang dihadapi dalam Dewi dkk, 2004.
Sedangkan menurut Grotberg 1995 dalam Djoenaina dkk, 2004. ciri individu yang resilien antara lain :
a. Dapat mengendalikan perasaan dan kenginan hatinya.
b. Memiliki kemampuan untuk bangkit dan mengatasi permasalahan atau
tekanan yang dihadapi. c.
Mandiri dan dapat mengambil keputusan sesuai pemikirannya sendiri. d.
Mempunyai empati dan peduli pada orang lain. Individu yang resilien akan cenderung berpikir positif, optimis dan
realistis. Mereka lebih dapat mengungkapkan dan mengekspresikan apa yang mereka rasakan dengan nyaman. Individu yang mempunyai resiliensi
yang baik akan lebih mudah beradaptasi dengan situasi yang sulit atau penuh tekanan, dan Ia akan berusaha untuk mengatasinya.
Dari beberapa ciri yang telah diungkapkan diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa ciri mahasiswa yang bekerja part time yang resilien
20
adalah mereka akan memiliki tempramen yang lebih tenang, sehingga dapat beradaptasi dan menciptakan hubungan yang baik dengan lingkungan, baik
lingkungan kuliah, pekerjaan ataupun kehidupan sosialnya. Kemudian mereka akan lebih mandiri, dapat mengambil keputusan sesuai
pemikirannya sendiri, berpikir positif dan realistik. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang bekerja part time tetap dituntut
profesional dan mempunyai pemikiran yang kreatif. Kesibukan mereka di pekerjaan ataupun kuliah tentunya membuat mereka mempunyai
pengalaman dalam banyak hal. Hal ini membuat mahasiswa yang bekerja part time lebih dapat menguasai dan mengontrol diri sehingga mereka tahu
bagaimana mengungkapkan dan mengekspresikan apa yang mereka rasakan dengan nyaman, namun tetap mempunyai empati dan peduli pada orang lain
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi