Deontologi jurnalisme ini membantu dalam mempertajam makna tanggung jawab. Ia bisa menjadi faktor stabilisasi tindakan yang berasal dari
dalam diri aktor komunikasi. Haryatmoko, 2007 : 45-46
2.1.6. Semiotika
Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda “ atau seme yang berarti “penafsir tanda”. Semiotika atau dalam istilah
Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan humanity memaknai hal-hal things. Memaknai to sinify
dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan to communicate. Memaknai berarti bahwa objek-objek itu hendak
berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001:53 dalam Sobur 2001:15.
Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang
disebut sebagai “tanda”. Dengan demikian semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda. Sobur, 2006:87
Tokoh semiotika Charles Sanders Pierce adalah seorang filsuf Amerika. Sedangkan Ferdinand De Saussure adalah pendiri linguistic
modern, sarjana dan tokoh besar asal Swiss yang terkenal dengan teorinya tentang tanda. Sobur, 2006:43
Membuat kajian komik-kartun-karikaur berarti berhadapan dengan tanda-tanda visual dan kata-kata. Maka itu, pembahasan ini menggunakan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
kajian kritis yang bertujuan untuk mengungkapan makna tanda-tanda atau simbol-simbol yang ada.
Setiawan mengakui bahwa untuk menguak makna kartun pada kenyataannya bukan pekerjaan mudah, mengingat berbagai persoalannya
menyangkut permasalahannya yang berkembang dalam masyarakat, khususnya mengenai masalah sosial dan politik. Selain itu, elemen
pembentuk kartun-komik pun cukup kompleks, yakni terdiri atas unsur-unsur berbagai disiplin. Sobur, 2006:132
Bagaimana persisnya bisa menganalisis kartun, dalam hal ini ada contoh menarik yang dikemukakan Tomy dengan catatan bahwa kartun yang
dibuat pada tahun 2001 ini ini harus diletakkan dalam konteks ketika Abdurrahman Wahid masih menjabat presiden RI, dan Megawati sebagai
wakil presiden RI, Amien Rais ketua MPR dan Akbar Tanjung ketua DPR. Sobur, 2006:133
Langkah pertama, menurut Tomy, kita mesti dapat mendeskripsikan jalinan tanda di kartun tersebut. Upamanya, kita bisa menandai berdasarkan
pola : gesture, komposisi ruang dan hubungan diantara objek. Berdasarkan pengamatan sekilas kita menemukan suatu ruangan dibagi secara diagonal
dan disetiap ujung diletakkan empat gambar tokoh politik, keempat tokoh tersebut secara diametral menatap ke arah yang berbeda dengan mata mereka
tidak saling memandang. Sobur, 2006:134
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Lanjut Tomy, mungkin bisa mengatakan bahwa gambar kartun tersebut tampil sebagai “tanda” karena ada kedekatan antara gambar dengan
objeknya. Ada hubungan ikonis antara gambar itu. Dengan demikian menurutnya, kartun itu memiliki pola: proposition
indexical type
legysign. Suatu pernyataan proposisi yang mengacu pada objeknya secara indeksikal dan menjadi “tanda” karena hukum tradisi kesepakatan. Sobur,
2006:134 Berikutnya, kita bisa mengamati aspek bahasa yang tercantum di
bawah ilustrasi tersebut, kemudian mendeskripsikannya dengan mempertimbangkan sign, object, dan interpretant.
Apabila dicermati wacana yang terdapat dalam kartun terkait melalui frase “tokoh”. Acuan dari proposisi tersebut dapat ditemukan di dalam kartun.
Dengan demikian proposisi sudah mendapatkan acuan dari teks kartun sendiri.
Sudut interpretan, kalimat tersebut, dalam penilaian Tomy, adalah sebuah proposisi. Artinya, suatu teks yang terbuka dan siap untuk
dikonfrontasikan dengan realitas atau tanda lainnya. Teks bahasa diperhadapkan dengan ilustrasi kartun.
Demikian, kata Tomy, secara formal kita bisa mengatakan bahwa proses semiosis yang dominan dalam kartun tersebut gabungan atau proposisi
visual dan verbal yang dibentuk oleh kombinasi tanda argumen indexical legisign.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dalam menganalisa kartun atau komik-kartun, kita seyogyanya menempatkan diri sebagai kritikus, agar bisa secara leluasa melakukan
penilaian dan memberi tafsiran terhadap komik-kartun tersebut. Melihat entitas tanda-tanda visual dalam komik, dapat dianggap sebagai “teks”
tersebut. Akan tetapi guna mempertajam interpretasi makna serta menjaga validitas kajian, diperlukan data yang berfungsi sebagai penguat tafsiran.
Hal lain yang cukup berperan adalah adanya narasi penyerta gambar. Narasi-narasi tersebut kadang berupa rangkaian kata-kata, kadang juga berupa
onomatopea suara binatang, bunyi benda jatuh, desiran angin, dan sebagainya. Berkaitan dengan teks narasi tentu akan menyentuh bidang
kesusastraan. Sobur, 2006:136 Pada dasarnya, kartun mengungkapkan masalah sesaat secara ringkas
namun tajam dan humoritis sehingga tidak jarang mebuat pembaca tersenyum sendirian. Karena itu, pada umumnya satu “kisah” kartun hanya terbit satu
kali di dalam surat kabar atau majalah meskipun beberapa kartun yang telah dimuat media massa dapat juga kemudian dihimpun dan diterbitkan kembali.
Sobur, 2006:140
2.1.7. Analisis Semiotik Charles Sanders Pierce