pada  penyajian  biaya  sesuai  dengan  perilakunya  dalam  hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
G. Kajian Penelitian Relevan
1. Evaluasi  Penentuan  Harga  Pokok  Produksi  “Studi  Kasus  Pada  Pabrik
Gula Madukismo Yogyakarta” Pada  penelitian  di  pabrik  gula  madukismo  dapat  ditarik
kesimpulan  bahwa  dalam  perhitungan  harga  pokok  satuan  belum dinyatakan dalam unit ekuivalen, tetapi didasarkan pada jumlah produk
selesai,  sehingga  laporan  harga  pokok  produksi  pada  Pabrik  Gula Madukismo  tidak  sesuai  dengan  konsep  teori  akuntansi  biaya.  Pada
tahun  2004  terdapat  produk  selesai  sebesar  197,14  kwintal.  Harga pokok  produksi  total  sebesar  Rp  28.379.754.000,00.  harga  pokok
produksi per kwintal sebesar Rp 143.954.44,00. Perhitungan menurut teori, besarnya unit ekuivalen untuk biaya
bahan  baku  sebesar  255,288  kwintal,  unit  akuivalen  biaya  konversi sebesar Rp 28.379.754.000,00 atau besarnya harga pokok produksi per
kwintal sebesar Rp  115.176,10. Perhitungan harga pokok produksi  per kwintal  menurut  perusahaan  sebesar  Rp  143.954,44  lebih  besar  dari
pada perhitungan menurut model full costing, sehingga terdapat selisih atau  perbedaan  sebesar  Rp  28.778,32  atau  sebesar  20.  Selama  ini
perusahaan  dalam  menentukan  harga  pokok  produksi  per  kwintal
dengan  cara  membagi  total  biaya  produksi  dengan  jumlah  produk selesai tanpa memperhitungkan unit ekuivalen.
2. Evaluasi Penentuan Harga Pokok Produksi Pada Home Industry Kripik
Tempe “OJO LALI” di Kabupaten Blora Berdasarkan  penelitian  yang  telah  dilakukan  jenis  penelitian
yang  dilakukan  berupa  studi  kasus,  tempat  penelitian  dilakukan  pada home industri
kripik tempe “ojo lali” yang berada dijalan Barito no 20, Kedung  Jenar,  Blora.  Penulis  menggunakan  teknik  pengumpulan  data
berupa  wawancara,  observasi,  dan  dokumentasi.  Teknik  analisis  data yang digunakan penulis adalah analisis deskriptif dengan mengevaluasi
harga  pokok  produksi  menggunakan  pendekatan  full  costing  dan variable  costing,  setelah  mengevaluasi  selanjutnya  dihitung  pula
mengenai  analisis  selisih  biaya  produksi  yang  akan  dibandingkan dengan biaya produksi menurut perusahaan dengan teori yang ada.
Dalam  penelitian  yang  telah  dilakukan  penghitungan  Biaya Bahan  Baku  pada  home  industry
kripik  tempe  “ojo  lali”  ditentukan dengan cara mengalikan jumlah bahan baku yang dipakai yaitu kedelai
dengan  harga  pokok  bahan,  selama  bulan  maret  2012  industri  ini menghabiskan  230  Kg  kedelai  dengan  harga  Rp  6.500,00Kg  yaitu  Rp
1.495.000,00  dan  menghasilkan  3.180  bungkus  kripik.  Kerugian  yang didapat  selama  bulan  maret  dalam  biaya  bahan  baku  sejumlah  Rp
34.500,00.  Biaya  tenaga  kerja  langsung  selama  bulan  maret  untuk tenaga  pemotong  tempe  Rp  460.000,00,  tenaga  penggoreng  Rp
675.000,00  dan  tenaga  kerja  pengemas  Rp  419.000,00.  Penghitungan biaya  overhead  pabrik  yaitu  biaya  penolong  minyak  goreng  selama
bulan maret menghabiskan 176 liter dengan harga perliter Rp 12.500,00 jumlah  bahan  penolong  minyak  adalah  Rp  2.200.000,00,  gas  yang
dihabiskan  yaitu  8  tabung    Rp  75.000,00  jumlahnya  Rp  600.000,00, biaya bumbu selama bulan maret 230 Kg dengan total biaya bumbu Rp
426.000,00,  daun  jeruk  menghabiskan  44  ons    Rp  3.000,00  dengan total  Rp  132.000,00,  dan  biaya  pembungkus  menghabiskan  3.180
150 dengan total Rp 447.000,00. Dalam home industry kripik tempe ini tidak  terdapat  biaya  tenaga  kerja  tidak  langsung.  Biaya  reparasi  dan
pemeliharaan  selama  bulan  maret  yaitu  biaya  pengganti  regulator adalah  Rp  20.000,00  dan  biaya  perbaikan  kompor  Rp  4.200,00.  Biaya
penyusutan mesin perbulan adalah Rp 31.250,00 dan biaya penyusustan bangunan  perbulan  Rp  79.200,00.    biaya  overhead  lain-lain  yaitu  Rp
40.000,00. Jadi  harga  pokok  produksi  menurut  perusahaan  adalah  Rp
2.073,00,  full  costing  Rp  2.248,00  dan  variable  costing  Rp  2.205,00 dengan  harga  jual  perbungkus  adalah  Rp  4.000,00.  Selisih  biaya
produksi yang dihasilkan dengan berbagai pencarian menggunakan full costing,  variable  costing  dan  dengan  cara  perusahaan  adalah  sebesar
4,64  ini  berarti  bahwa  selisih  tersebut  tergolong  dalam  kategori
“tepat”.
H. Kerangka Berpikir