4. Mulai mengumpulkan data untuk item yang sedang diukur. Dalam
kaitan ini, kita harus mencatat kejadian secara langsung pada lembar periksa. Akurasi data harus diperhatikan dalam setiap kegiatan pengumpulan
data. 5.
Menjumlahkan data yang telah dikumpulkan itu. Dalam hal ini kita harus menjumlahkan banyaknya kejadian untuk setiap kategori yang sedang
diukur. 6.
Memfokuskan untuk mengambil tindakan peningkatan atas penyebab masalah yang sedang terjadi itu. Perlu diingat bahwa setiap tindakan
peningkatan harus diambil berdasarkan fakta dan bukan hanya berdasarkan opini.
2.6.2 Data Numerik atau Kuatitatif
Alat-alat yang mengunakan data numerik untuk mengadakan perbaikan kualitas pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:
a. Check Sheet
Check sheet adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung seberapa sering sesuatu hal terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan dan
pencatatan data. Data yang sudah terkumpul tersebut kemudian dimasukkan ke dalam grafik, seperti pareto chart ataupun histogram untuk kemudian
dilakukan analisis terhadapnya. Check sheet ini dapat digunakan sebagai alat bantu dalam tahap pelaksanaan do dalam plan-do-check-action cycle. Di
sektor pelayanan atau jasa, check sheet ini dilakukan dengan mengumpulkan pendapat pelanggan mengenai proses jasa pelayanan. Check
sheet ini sering juga kita ganti dengan tally sheet. Pada tabel 2.1 dapat dilihat contoh penggunaan tally sheet pada jasa pelayanan bengkel, dan
tabel 2.2 adalah contoh penggunaan check sheet yang juga pada jasa pelayanan bengkel mobil Surya Agung Indah Motor.
Tabel 2.1 Tally Sheet
Kesalahan Jumlah kesalahan dalam 1 bulan
Kualitas perbaikan mobil Pelayanan administrasi
Pelayanan mekanik Peralatan kuno
Sumber: Goetsch dan Davis 1995
Tabel 2.2 Check Sheet
Frekuensi Minggu 1
Minggu 2 Minggu 3
Minggu 4
Kesalahan pengecekan Vv
V -
v Kesalahan perbaikan
V -
- vvv
Kesalahan pemakaian Vvv
Vv vv
vv Kesalahan perawatan
V V
v v
Sumber: Schonberger dan Knood 1997 b.
Diagram Pareto
Diagram pareto merupakan grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi
ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi
ditunjukkan oleh grafik batang yang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada sisi yang paling kanan.
Gambar 2.1 berikut merupakan contoh penggunaan diagram pareto.
5 10
15 20
25 30
Ju m
lah C
aca t
Gumpil Pecah Retak
Kait Rusak
Jenis Cacat
Gambar 2.1 Pareto Diagram Sumber: Mitra 1993
c. Histogram
Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data pengukuran dan variasi setiap proses. Berbeda dengan pareto chart yang
penyusunanya menurut urutan yang memiliki proporsi terbesar ke kiri hingga proporsi terkecil, histogram ini penyusunannya tidak menggunakan
urutan apapun. Contoh histogram dapat dilihat pada gambar 2.2
Gambar 2.2 Histogram
Sumber: Goetsch dan Davis 1995
2.6.3 Diagram Sebab Akibat
Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses stastistical, diagram
ju m
la h
c a
c a
t P
e r
c e
n t
j enis cacat Count
Cum 39.1
69.6 94.2
100 27
21 17
Percent 39.1
30.4 24.6
Kait Pecah
Retak Gum pil
5.8 .0
4 Rusak
70 60
50 40
30 20
10 100
80 60
40 20
sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab sebab dan karakteristik kualitas akibat yang sering disebut juga sebagai diagram tulang ikan
fishbone diagram karena bentuknya seperti kerangka ikan. Pada dasarnya diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan-
kebutuhan sebagai berikut: a.
Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah. b.
Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah c.
Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab suatu masalah yang sedang
dikaji kita dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa penyebabnya?
2. Mengapa kondisi atau penyebab itu terjadi?
3. Bertanya “mengapa” beberapa kali konsep five whys sampai ditemukan
penyebab yang cukup spesifik untuk diambil tindakan peningkatan. Penyebab-penyebab spesifik itu yang dimasukkan atau dicatat ke dalam
diagram sebab akibat seperti pada gambar 2.3
Gambar 2.3 Contoh Diagram Tulang ikan Sebab Akibat Sumber: Goetsch dan Davis 1995
2.7. Fault Tree Analysis FTA
Fault Tree Analysis adalah suatu teknik design keandalan reliability suatu design sistem yang bermula atas dasar kesadaran terhadap efek kegagalan
sistem, yang disebut juga ‘top event’. Dalam analisa ini dijelaskan bagaimana top event disebabkan oleh kegagalan atau peristiwa pada level bawah baik secara
individu maupun kombinasi. Selain menunjukkan hubungan logika, Fault tree Analysis juga dapat
digunakan untuk mengkualifikasi probabilitas top event. Probabilitas gagal diperoleh dari prediksi nilai reliability terhadap peristiwa kegagalan sistem. Perlu
diperhatikan disini bahwa Fault Tree Analysis yang berbeda harus dibangun untuk setiap top event yang disebabkan oleh pola kegagalan atau hubungan logika antar
peristiwa kegagalan yang berbeda. Fault tree Analysis merupakan teknik penggambaran kegagalan sistem
berkarakteristik top down yaitu dimulai dari peristiwa awal yang disebut top event. Fault tree Analysis dapat digunakan untuk menghitung probabilitas terjadinya top
event yang diperoleh dari prediksi keandalan peristiwa serta metode cut and tie
set untuk mengevaluasi probabilitas kesalahan sistem. Russell dan Taylor Jurnal:2000, menyebutkun bahwa Fault Tree Analysis
merupakan suatu metode visual yang melakukan analisis atas cacat produk yang saling memiliki keterkaitan. Disebut pohon cacat atau kesalahan Fault Tree karena
peralatan analisis disusun menjadi sebuah diagram yang memperlihatkan cacat produk itu secara praktis. Pohon cacat atau kegagalan mutu lebih lanjut
akan merekomendasikan jalan keluar alternatif untuk memperbaiki atau mengatasi cacat atau tuna mutu yang terjadi atas produk. Dengan sifatnya yang
demikian, maka fault tree dimaksud sekaligus memperlihatkan pola analisis sebab- akibat ketunamutuan seperti yang dijumpai pada diagram tulang ikan fishbone
diagram. Karena fault tree memperlihatkan pula sebab-akibat dari ketunamutuan produk, maka _fault tree disebut juga sebagai Failure Mode and Effects
Analysis FMEA. Berhubung karena menyajikan pula dampak dari cacat yang terjadi atas produk serta rekomendasi jalan keluar alternatif untuk mengatasi
cacat yang besangkutan, maka Fault Tree Analysis dapat pula dipakai sebagai alat kendali proses untuk menghindari ketunamutuan produk product failure.
Fault tree sebagai metode analisis ketunamutuan, juga dapat dipakai sebagai alat pengendalian proses produksi untuk mencapai spesifikasi mutu yang
diharapkan oleh konsumen pada umumnya. Untuk menerapkan model, terlebih dahulu harus dilakukan studi atas dua
hal, yaitu: 1.
Spesifikasi mutu yang disyaratkan oleh konsumen. 2.
Tipe ketunamutuan yang mungkin ada atas produk yang dihasilkan. Kedua hal yang dikemukakan tentu sangat tergantung pada jenis produk yang akan
dievaluasi dan dikendalikan.
2.7.1 Prinsip Fault Tree
Prinsip fault tree menurut Alain Villemeur, 1992 :149-196 dapat menuntun dalam melakukan analisa, yaitu:
a. Mengidentifikasi berbagai kemungkinan kombinasi mengarahkan pada
kejadian yang tidak diinginkan. b.
Menghadirkan grafik kombinasi seperti terstruktur. Ini penting untuk memberi gambaran diantara beberapa bidang pohon
kesalahan yang mana antar hubungan tertutup praktis. Fault Tree Analysis memberi kesempatan analisa untuk mengidentifikasi
penyebab kesalahan, dengan mengulang definisi awal di aplikasi deduktif berdasarkan urutan yang telah digambarkan. Kemudian dalam pelaksanaan dengan
objek kedua, penyebab kesalahan dipresentasikan oleh sebuah pohon. Pohon kesalahan berisi urutan tingkatan tingkat kejadian yang dihubungkan
dalam beberapa cara yang mana kejadian lainnya pada tingkat urutan dari kejadian pada tingkat bawah baru ditentukan macam operator logika hate atau gerbang,
kejadian-kejadian itu adalah kecacatan umum dihubungkan untuk menyeimbangkan kegagalan, kesalahan manusia, kekurangan perangkat lunak dan
lain-lain seperti kejadian yang tidak diinginkan. Proses deduktif dilanjutkan sampai peristiwa dasar diidentifikasi. Peristiwa
itu tidak berhubungan satu dengan lainnya dan kemungkinan kejadiannya diketahui. Telah disebutkan bahwa tentu saja pohon kesalahan bukan suatu model dari
semua kesalahan seperti terjadi dalam sistem. Pada kenyataannya itu adalah suatu model logika interaksi antara peristiwa-peristiwa penuntun pada kejadian yang
tidak diinginkan.
2.7.2 Konstruksi Fault Tree
Analisa Fault tree yang benar memerlukan definisi yang cermat dari sistem. Pertama, diagram layout fungsional sistem yang penting seharusnya
digambar untuk menunjukkan hubungan fungsional dan mengidentifikasikan tiap komponen sistem. Batasan sistem secara fisik disusun kemudian untuk
memfokuskan perhatian penganalisa pada area yang tepat dan penting. Kesalahan yang lazim adalah kesalahan menyusun batasan sistem yang realistis,
yang menimbulkan penyimpangan analisa. Informasi harus cukup tersedia untuk tiap komponen sistem yang mengijinkan penganalisa menentukan mode yang perlu
dari kerusakan komponen. Informasi ini dapat diperoleh dari pengalaman atau dari spesifikasi teknik komponen.
Pada beberapa batasan sistem menjadi sangat berarti, dimana kondisi batas dari sistem harus ditentukan. Kondisi-kondisi batasan sistem
mendefinisikan situasi yang digambarkan oleh Fault tree. Kejadian puncak adalah kondisi batas sistem yang paling penting yang
didefinisikan sebagai kerusakan sistem utama. Untuk beberapa sistem yang ada, banyak kemungkinan bagi kejadian puncak kadang kala adalah suatu tugas yang
sulit. Pada umumnya, kejadian puncak harus dipilih sebagai suatu kejadian 1 yang terjadinya harus mempunyai sebuah definisi tertentu dan kemungkinan dari
keterjadiannya harus dapat dikuantitaskan dan 2 yang dapat lebih jauh dipilih untuk menemukan penyebabnya.
2.7.3 Konsep Dasar
Fault Tree Analysis
Beberapa konsep dasar yang perlu diketahui dan dipahami untuk dapat menganalisa kejadian melalui diagram pohon kesalahan fault tree analysis,
konsep tersebut menurut Alain Viilemeur,1992 1.
Peristiwa Utama Yang Tidak Diinginkan Top Event Pusat fault tree analysis disebut peristiwa yang tidak diinginkan.
Peristiwa ini mendatangkan peristiwa puncak dan analisa ditunjukkan pada pendapatan semua penyebab-penyebabnya. Sering peristiwa ini adalah suatu
bencana, tetapi itu bisa menjadi suatu kegagalan sistem atau ketidakmampuan
pabrik aspek ekonomi. Untuk membuat analisa lebih mudah, peristiwa yang tidak dinginkan harus
didefinisikan dengan tepat. Sesungguhnya jika kejadian ini terlalu spesifik, analisa dapat menemukan kegagalan utama pada elemen dasar
sistem, oleh karena itu resiko awal direkomendasikan untuk menemukan kejadian yang tidak diinginkan. Peristiwa ini terkadang telah
dikarakteristikkan sesuai misi-misi sistem. 2.
Presentasi Gerbang Logika Peristiwa-peristiwa dihubungkan oleh gerbang logika sesuai konsekuensi
penyebab hubungan baik, seperti ditunjukkan pada gambar 2.4
Gambar 2.4 Contoh AND Gate Sumber: P. L. Clemens; 2002
3. Penjelasan kegagalan penyebab kegagalan
Kegagalan bisa dipecah menjadi dua kelas sesuai dengan penyebabnya P.L. Clemen, 2002: 9 yaitu:
1. Kegagalan atau penyebab primer Kegagalan elemen penyebab peristiwa yang tidak diinginkan atau Top
Event. 2. Kegagalan atau penyebab sekunder
Kegagalan penyebab terjadinya kegagalan primer yang akan dianalisa lebih lanjut menjadi peristiwa paling dasar penyebab peristiwa yang tidak
diinginkan. 4. Peristiwa
dasar Analisa peristiwa dilanjutkan sampai peristiwa dasar ditemukan. Oleh karena
itu, kejadian-kejadian harus hati-hati ditemukan sejak mencapai batas analisis. Peristiwa dasar dalam pohon kesalahan, sebagai berikut:
1. Kejadian yang mana tidak dibutuhkan untuk dikembangkan dan sejauh mana ketidakgunaan batas asal kejadian.
2. Kejadian tidak bisa dipertimbangkan secara mendasar tapi kejadian asal tidak akan dikembangkan. Dalam kasus ini batas sistem dipelajari
mencakup ketika teridentifikasi. 3. Kejadian tidak dapat digambarkan atau sebagai dasar dan penyebab
kejadian itu belum dikembangkan, tetapi akan segera dikembangkan. Analisa mempertimbangkan, kemudian secara
atemporer menjangkau batas dalam mempelajari dan bagaimana data kurang memadai untuk contoh penyebab kejadian ini akan diketahui.
2.7.4 Tahapan Fault Tree Analysis
Menurut Thomas Pyzdex, 2002: 159-164 Fault Tree mempunyai beberapa tahapan umum untuk mencapai hasil analisa yang optimal hingga ke
akar-akar penyebabnya, yaitu: 1.
Tentukan kejadian paling atas, kadang-kadang disebut kejadian utama. Ini adalah kondisi kegagalan di awal studi
2. Tetapkan batasan
Fault Tree Analysis 3.
Periksa sistem untuk mengerti bagaimana berbagai elemen berhubungan pada satu dengan lainnya untuk kejadian paling atas.
4. Buat pohon kesalahan, mulai kejadian paling atas dan bekerja ke arah
bawah. 5.
Analisa pohon kesalahan untuk mengidentifikasi cara dalam menghilangkan kejadian yang mengarah kepada kegagalan.
6. Persiapkan rencana tindakan perbaikan untuk mencegah kegagalan dan
rencana kemungkinan berkenaan dengan kegagalan saat terjadi. Fault Tree Analysis merupakan pendekatan dari atas ke bawah yang
menyediakan perwakilan grafik kejadian yang mungkin mengarah pada kegagalan. Beberapa simbol yang digunakan dalam pembuatan pohon kesalahan ditunjukkan
dalam tabel 2.3
Tabel 2.3 Simbol-Simbol Logika Gerbang Dalam Fault Tree Analysis
Simbol gerbang Nama Gerbang
Hubungan Kasual
Gerbang AND Gerbang keluaran terjadi jika
semua kejadian masukkan terjadi secara serentak
Gerbang OR Kejadian keluaran terjadi jika satu
dari kejadian masukkan terjadi Gerbang Menghalangi
Kejadian keluaran terjadi jika satu dari kejadian masukkan terjadi
Gerbang AND Prioritas
Kejadian keluaran terjadi jika semua kejadian masukkan terjadi
dengan urutan dari kiri ke kanan
Gerbang OR Ekslusif Gerbang keluaran terjadi jika satu,
tetapi tidak keduanya, dari kejadian masukan terjadi
n inputs Gerbang m- diluar -n
gerbang votting atau sampel
Kejadian keluaran terjadi jika m- diluar -n kejadian masukan terjadi
m
Sumber: Thomas Pyzdex, 2002 hal 513
Tabel diatas menunjukkan simbol gerbang dalam fault tree, selain itu juga terdapat simbol kejadian seperti pada tabel 2.4
Tabel 2.4 Simbol-simbol Kejadian Logika dalam FTA
Persegi Kejadian diwakili oleh sebuah gerbang
Lingkaran Kejadian dasar dengan data yang cukup
Belah Ketupat Kejadian yang belum berkembang
Putaran Baik terjadi atau tidak terjadi
Oval Kejadian bersyarat yang digunakan dengan
gerbang menghalangi
Segitiga Simbol perpindahan
Sumber: Thomas Pyzdex, 2002 hal 514
2.7.5 Cut Set Method
Cut Set menurut P. L. Clemens, 2002: 58 adalah kombinasi pembentuk pohon kesalahan yang mana bila semua terjadi akan menyebabkan peristiwa puncak
terjadi. Cut set digunakan untuk mengevaluasi diagram pohon kesalahan dan
diperoleh dengan menggambarkan garis melalui blok dalam sistem untuk menunjukkan jumlah minimum blok gagal yang menyebabkan seluruh sistem gagal.
Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 2.5 TO
C
A B
Gambar 2.5 Contoh Struktur Cut Set
Sumber: P. L. Clemens, 2002
Peristiwa A, B, dan C membentuk peristiwa T. peristiwa A, B, dan C disebut sebagai cut set. Namun bukan kombinasi peristiwa terkecil yang menyebabkan
peristiwa puncak. Untuk mengetahuinya diperlukan minimal cut set Alain Villimeur, 1992 :169. Minimal cut sit ini adalah kombinasi peristiwa yang
paling kecil yang membawa ke peristiwa yang tidak diinginkan. Jika satu dari peristiwa-peristiwa dalam minimal cut set tidak terjadi. maka peristiwa puncak
atau peristiwa yang tidak diinginkan tidak akan terjadi. Dengan kata lain minimal cut set merupakan akar penyebab yang paling terkecil yang berpotensial
menyebabkan kecacatan peristiwa puncak. Suatu pohon kesalahan berisi batasan minimal cut set, yaitu:
a. Minimal
cut set
menunjukkan kegagalan tunggal memproduksi peristiwa yang tidak diinginkan top event.
b. Minimal cut set menunjukkan kegagalan ganda yang mana jika kejadian
secara simultan atau bebarengan dan menyebabkan peristiwa tidak diinginkan.
2.7.6 Langkah-Langkah Pembentukan Cut Set
Beberapa langkah membentuk cut set menurut P. L. Clemens, 2002: 56 yaitu: 1.
Mengabaikan semua unsur-unsur pohon kecuali pembentuk atau dasar. 2.
Permulaan dengan seketika dibawah peristiwa puncak, menugaskan masing-masing gerbang dan pembentuk atau penyebab dasar.
3. Kelanjutan menurut langkah dari peristiwa puncak mengarah ke bawah
membangun matrik menggunakan nomor dan huruf. Huruf ini mewakili gerbang peristiwa puncak menjadi masukan matrik awal.
Sebagai kontruksi maju: a.
Menggantikan nomor untuk masing-masing gerbang OR dengan semua gerbang yang disebut masukan. Memanjang vertikal dalam
matrik kolom. Masing-masing gerbang OR dibentuk baris bergantian harus pula berisi masukkan lain di baris induk asli.
b. Hasil matrik akhir, hanya menghasilkan angka-angka mewakili pembentuk. Masing-masing baris dari matrik ini adalah cut set
Boolean. Dengan pemeriksaan, menghapuskan baris manapun yang berisi semua unsur-unsur berlebihan dalam baris dan baris yang
menyalin baris lain. Baris yang sisa adalah minimal cut set.
Pembentukan cut set dapat dilihat pada gambar 2.6
TOP
Gambar 2.6 Contoh Pembentukan Cut Set
2.7.7 Cut Set Quantitative
Perhitungan dalam Fault Tree Analysis digunakan untuk mengetahui nilai probabilitas dari kejadian puncak yang terjadi. Untuk menghitung probabilitas
hanya diperlukan jumlah seluruh proses yang sukses dan kegagalan proses, hal ini ditunjukkan dalam rumus berikut ini P. L. Clemens. 2002: 72-73
F S
F P
F
Keterangan S
= Sukses ProdukProses F =
Kegagalan Failure
PF = probabilitas kegagalan
Untuk selanjutnya akan dihitung probabilitas dalam masing-masing gerbang, yaitu:
1. untuk gerbang OR, probabilitas masing-masing peristiwa atau masukannya
mengalami penjumlahan dan pengurangan. a.
Untuk 2 masukan
B A
B A
F B
A F
P P
P P
P P
P P
]
1 1
[ 1
b. Untuk lebih dari 2 masukan
C B
A F
P P
P P
2.
Untuk gerbang AND probabilitas masing-masing masukannya dikalikan. Dalam gerbang AND ini untuk masukan sejumlah 2 atau lebih semua cara
perhitungannya sama yaitu dikalikan. Berikut ini merupakan diagram pohon kesalahan beserta matrik dari salah
satu top event yang terjadi dalam proses produksi Rolling Door di CV. Triyuda Maju Surabaya yaitu proses ekstruder.
Gambar 2.7 Contoh Fault Tree Analysis 1
2 3
4
Gambar 2.8 Contoh Hasil Akhir Matrik Minimal Cut Set
Matrik cut set tersebut selanjutnya akan dihitung probabilitasnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
.
6 5
4 3
4 1
3 1
2 1
xP xP
xP P
P P
P P
xP P
P P
K T
2.8. Pengertian Rolling Door
Rolling Door adalah alat yang berfungsi untuk menutup atau membuka pintu toko atau memperhias toko.
2.8.1. Bahan Baku
Adapun bahan – bahan yang dibutuhkan untuk Rolling Door antara lain :
1. Bahan utama
Keterangan dari Bahan Baku utama adalah sbb: a.
Plat Gulung Atau Coil Merupakan bahan baku utama dalam pembuatan produk rolling
door.coil ini terbuat dari plat hitam atau mild steel yang suda dproses galvanis atau tahan trhadap karat dan bahan ini disebut galvanized
steel. Plat gulung atau coil terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Plat Gulung Atau Coil Polos
Merupakan plat gulung yang polos atau tidak berlubang. 2.
Plat Coil Perforated Merupakan. Plat berlubang – lubang dengan diameter lubangnya
adalah 2,5 mm.plat coil jenis ini diimport dari singapore dan masuk indonesia dengan coil yang mash utuh dengan ukuran 1219 mm.
Dalam pemakaianya CV. Triyuda Maju menggunakan coil dengan
ukuran 1200 mm sehingga menghasilkan sisa coil dengan ukuran 19 mm, yang merupakan waste product. Untuk rolling door dengan
jenis perforated ini untuk wilayah jawa timur hanya diproduksi di CV. Triyuda Maju.plat coil jenis ini memiliki ketebalan masing –
masing 0,6 mm, 1 mm, dan 1,2 mm. Biasanya jenis ketebalan yang digunakan dengan permintaan konsumen, yaitu :
a. Untuk ketebalan 0,6 mm.
Untuk ketebalan ini biasanya diproduksi khusus untuk plaza.produk rolling door pemesanan rolling door pada
pusat – pusat perbelanjaan seperti toko – toko, mall. perforated apabila dipasang sebagai penutup toko atau
etalase akan tampak tembus pandang. b.
Untuk ketebalan 1,0 mm dan 1,2 mm. Untuk ketebalan ini biasanya dipasang pada penutup pintu
atau penyekat ruangan yang sifatnya heavy duty seperti work shop, pabrik, show room, dengan lebar mencapai 5
sampai 10 m denan ketinggianya diatas 3 m. Biasanya dioprasikan dengan sistem kontrol chain block operation
atau electrical opration. Pengoprasian ini tidak mungkin dilakukan secara manual sistem dikarnakan tinggi dan
lebarnya tidak memungkinkan. Sedangkan untuk lebar plat menggunakan lebar 10 cm. Dan berat total coil adalah 4
sampai 5 ton percoilnya lebar platnya adalah 10 cm. b.
Post Dating Bahan Kimia Anti Karat .
Bahan ini digunakan untuk menghilangkan karat dari slat atau untuk melindungi slat agar nantinya tidak berkarat.
c. Bahan Powder Atau Powder Costs
merupakan bahan yang digunakan dalam proses powder costing yaitu proses pewarnaan slat.
d. Guide Rail Rel Penuntun digunakan agar memudahkan slat untuk menggantung pada box.
Bahan dasar untuk rel penuntun ini terbuat dari bahan almunium.
2. Bahan Baku Penunjang
. Karet Atau Plastik Hitam
bahan elastis dari karet atau plastik ini dipasang diujung kiri dan kanan slat dengan penguncian menggunakan chicken eyes. Dimana
hal ini bertujuan untuk mengikat slat yang satu dengan yang lain dan juga sebagai silencer atau peredam suara antara gesekan slat
dengan guide sampai pada saat rolling door dioprasikan.
2.8.2. Jenis Mesin Yang Digunakan
Jenis Mesin-mesin yang di gunakan yaitu :
1. Mesin Utama
a. Roll forming machine
Mesin yang berfungsi untuk memproduksi slat yaitu slat berlubang atau disebut perforated.
b. Cutting machine
Mesin yang berfungsi untuk memotong slat sesuai ukuran yang diinginkan.
c. Powder coating spray
Mesin yang berfungsi untuk mengoprasikan secara manual untuk perwarnaan slat.
d. Box mesin pemanas atau oven
Mesin yang berfungsi untuk memastikan powder yang disemprotkan terekat dengan maksimal. Pada mesin ini terdpat pengatur suhu
untukpembakaran dimana suhu yang digunakan adalah 200 C. Jika
lebih dari suhu ini maka cat akan mengalami keretakan dan menyebabkan kecacatan produk.
e. Tungku Pembakaran merupakan alat pemanas untuk pemanasan oven untuk proses powder
coating. f. Tabung
Gas merupakan tabung gas yang berisikan O
2
untuk pembakaran. g.
kompresor merupakan mesin yang digunakan untuk menaikan tekanan udara
sehingga nyala api yang dihasilkan semakin besar.
2. Mesin Penunjang
a. Safety helmet
Berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan maupun kejatuhan benda serta perlindungan terhadap mesin.
b. Sarung tangan
Berfungsi untuk melindungi tangan dari bahan – bahan yang
membahayakan pada kulit.
c. Safety shoes
Berfungsi untuk melindungi kaki dari benda – benda keras. d.
Ear plug Berfungsi untuk melindungi telinga dari kebisingan yang ditimbul oleh
proses powder coating. e.
glasses Berfungsi untuk melindungi mata dari percikan bunga api maupun debu
yang berlebihan.
f. Masker pelindung
Berfungsi untuk melindungi pekerja pada proses penyemprotan slat. g.
Katle pack Merupakan pakaian yang dikenakan oleh pekerja pada proses powder
coating dan pembakaran.
3 . Peralatan
a. Bor Digunakan untuk melubangi pinggiran slat untuk pemasangan chicken
eyes. b. Penggunting Karet Hitam
Digunakan untuk menggunting karet hitam sesuai ukuran. c. Meteran
Digunakan sebagai alat pengukur, untuk mengukur panjang slat. d. Katrol
Digunakan sebagai alat bantu yang digunakan untuk meletakkan coil pada mesin roll forming.
2.8.3. Proses Produksi Rolling Door Adapun langkah-langkah dalam proses produksi rolling door pada
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Menyiapkan plat gulung atau coil dengan tabel masing – masing 0,6 mm 1 mm dan 1,2 mm sebagai bahan utama pembuatan rolling door.
2. Plat gulung atau coil perforated lubang – lubang kecil dengan diameter
2 mm diproses masuk kedalam rool foam machine dengan bantuan katrol untuk menghasilkan slat.
3. Setelah mengalami proses 1,2, plat tersebut akan menjadi bahan setengah
jadi berupa slat. 4.
Setelah slat dihasilkan, slat tersebut dipotong kecil – kecil dengan menggunakan mesin potong dimana panjangnya disesuaikan dengan lebar
rolling door yang diinginkan. Kemudian slat dipindahkan menuju tempat proses powder coating.
5. Slat di powder coating pewarnaan , adapun prosesnya adalah sebagai
berikut ini : a. Proses water teratment, yaitu pencucvian slat dengan menggunakan
post dationg bahan kimia anti karat . Tujuanya dari proses ini adalah untuk menghilangkan karat dari slat atau untuk melindungi
slat agar nantinya tidak berkarat.
b. Setelah itu slat dikeringkan kurang lebih 30 menit.setelah kering slat disemprot dengan menggunakan bubuk powder berwarna
warna sesuai dengan permintaan konsumen. . Proses pengecetan dilakukansecara manual dengan bantuan mesin powder, dimana
powder yang telah tersedia sebelumnya terlebih dahulu dimasukkan ke tabung powder.
c. Setelah dicat, dilakukan proses pengovenan selama lebih dari 30 menit dengan temperatur dibawah 200
C jika temperatur lebih dari 200
C cat bisa retak atau menempel tidak rata . d. Pada proses pengovenan panas dihasilkan dengan oven. Untuk
membantu proses pembakaran menggunakan tabung yang berissi gas oksigen.
6. proses terakhir adalah perakitan,yang meliputi : a. Pembutan box persegi panjang untuk rolling door yang trbuat dari
siku kemudian siku dilas, pada bagian samping box dipasang plat. b. Pipa gas dimasukkan pada plat yang sudah dilubangi, fungsinya
untuk menggulung slat pada rolling door membuka atau enutup.ditengah – tengah pipa gas dipasang pier dan pulih masing
– masing pada sisi kanan dan kiri. c. Slat disusun, disamping kanan atau kiri dipasang karet hotam
guide rail dengan menggunakan chicken eyes agar slat dapat menggulung dengan mudah. Selain itu juga dipasang handle pada
slat dan juga lockset. Untuk pemasangan handle, setiap 12 slat dipasang handle. Setelah dirakit, semua box ditutup dengan triplex.
2.9. Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan penelitian–penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.
1. Maria Rita Joan Hosana 2005 ”Identifikasi Tingkat Kecacatan Paving
Stone Dilihat Dari Segi Kepuasan Pelanggan Dengan Fault Tree Analysis FTA di CV. Sinar Terang Beton, Surabaya”, Tugas Akhir S
– 1 Skripsi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya
Penelitian kali ini dilakukan di CV. Sinar terang Beton Surabaya yang bertujuan untuk mengidentifikasikan tingkat kecacatan produk paving stone
yang diproduksi oleh perusahaan tersebut dilihat dari segi kepuasan pelanggan dengan menggunakan pendekatan metode Fault Tree Analysis
FTA. Berdasarkan langkah–langkah penyelesaian masalah dengan menggunakan
metode FTA, peneliti dapat mengidentifikasikan faktor–faktor kecacatan produk dengan langkah–langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi akar penyebab terjadinya top event yang terjadi pada
produk melalui penyebab primer dan penyebab sekunder secara brainstorming pada pihak karyawan operasi pada masing – masing stasiun
kerja dalam proses produksi. 2.
Melakukan pengamatan terhadap berapa banyak akar penyebab yang terjadi dalam proses produksi.
3. Tahap selanjutnya yaitu melakukan perbaikan dari kecacatan tersebut dan
melakukan perhitungan tingkat kecacatan agar dapat dilakukan evaluasi. a.
Penentuan Kecacatan Menentukan kecacatan hingga ke akar – akar penyebabnya dengan
menggambarkan ke dalam fault tree diagram beserta simbol – simbol logika dari akar penyebab tersebut sampai menuju pada kejadian atau
kecacatan yang tidak diinginkan dan harus dihindari. b.
Struktur Kecacatan Fault Tree Diagram tersebut selanjutnya dievaluasi dengan
menggunakan Cut Set Method hingga didapatkan cacat yang lebih spesifik.
c. Perhitungan Probabilitas
Setelah dievaluasi, kemudian dihitung nilai probabilitasnya sehingga diketahui seberapa tingkat kecacatan yang terjadi dan pengaruhnya
terhadap perusahaan ke depan. Dapat diketahui penyebab kecacatan yang terjadi dalam proses
produksi adalah pengayakan kurang, komposisi semen terlalu sedikit dibanding komponen lain, pekerja tidak terampil, penataan salah tidak rapi ,
frekuensi air pengairan kurang. Dari penyebab diatas dapat diketahui peristiwa puncak kecacatan atau yang biasa disebut dengan top event yaitu
paving retak, paving pecah, warna paving pudar. Berdasarkan
perhitungan Fault Tree dan Cut Set didapatkan tingkat
kecacatan sebagai berikut:
a. Paving retak, probabilitas kecacatan per 10 menit sebelum evaluasi
0.69028 dan sesudah evaluasi 0.68725. b.
Paving pecah, probabilitas kecacatan per 10 menit sebelum evaluasi 0.2885 dan sesudah evaluasi 0.3143.
c. Warna paving pudar, probabilitas kecacatan per 10 menit sebelum evaluasi
0.4032 dan sesudah evaluasi 0.4503. Dari data diatas maka peristiwa top event yang mempunyai tingkat
kecacatan tertinggi adalah peristiwa paving retak dengan probabilitas 0.68725 per 10 menit yang membuat pelanggan sering mengeluh. Sehingga perlu
diadakan correction action terhadap peristiwa tersebut yaitu lahan pengeringan diperluas, pemantauan dan pengarahan pada pekerja, mengontrol
penyiraman agar disesuaikan dengan volume paving yang disiram, komposisi semen dengan dengan komponen lain adalah 1 : 3 detik, mengendalikan
penggetaran saat pencetakan dengan batas getaran 15 – 30 detik.
Maria Rita Joan Hosana, 2005, ”Identifikasi Tingkat Kecacatan Paving Stone Dilihat Dari Segi Kepuasan Pelanggan Dengan Fault Tree Analysis FTA di CV. Sinar Terang Beton,
Surabaya”, Tugas Akhir S – 1 Skripsi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya
2. Nour Ika Okvania, 2007,
”Identifikasi Faktor – Faktor Kecacatan Produksi Besi Beton Dengan Metode Fault Tree Analysis FTA di PT.
Asian Profile Indosteel, Surabaya”, Tugas Akhir S–1 Skripsi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya
Penelitian ini dilakukan di PT. Asian Profile Indosteel Surabaya yang mempunyai tujuan untuk mengetahui kecacatan produk besi beton polos yang
di produksi oleh perusahaan tersebut yang dilihat dari segi probabilitas kecacatan produk besi beton polos dalam proses produksi di PT. Asian Profile
Indosteel dengan menggunakan metode Fault Tree Anlysis. Berdasarkan langkah–langkah penyelesaian masalah dengan
menggunakan metode FTA, peneliti dapat mengidentifikasikan faktor–faktor kecacatan produk dengan langkah–langkah sebagai berikut:
1. Pengidentifikasian akar penyebab terjadinya top event yang terjadi pada
produk melalui sebab primer dan sebab sekunder secara brainstorming pada pihak karyawan masing–masing stasiun kerja dalam proses produksi.
2. Melakukan pengamatan terhadap berapa banyak akar penyebab yang
terjadi dalam proses produksi. 3.
Tahap selanjutnya yaitu melakukan perbaikan dari kecacatan tersebut dan melakukan perhitungan tingkat kecacatan agar dapat dilakukan evaluasi.
a. Penentuan Kecacatan
Menentukan kecacatan hingga ke akar – akar penyebabnya dengan menggambarkan ke dalam fault tree diagram beserta simbol – simbol
logika dari akar penyebab tersebut sampai menuju pada kejadian atau kecacatan yang tidak diinginkan dan harus dihindari.
b. Struktur Kecacatan
Fault Tree Diagram tersebut selanjutnya dievaluasi dengan menggunakan Cut Set Method hingga didapatkan cacat yang lebih
spesifik. c.
Perhitungan Probabilitas
Setelah dievaluasi, kemudian dihitung nilai probabilitasnya sehingga diketahui seberapa tingkat kecacatan yang terjadi dan pengaruhnya
terhadap perusahaan ke depan. Dapat diketahui penyebab kecacatan yang terjadi dalam proses
produksi adalah temperatur tidak stabil, mutu bahan bakar kurang baik, monitoring operator kurang, kemampuan mesin kurang maksimal, proses
produksi baru berjalan, terjadi masalah saat produksi berjalan, setting mesin kurang presisi, mesin trobel, pemakaian kaliber roll sudah maksimal,
pemasangan roll kurang tepat, desain kaliber roll tidak sesuai, mesin pinc roll kotor, mutu roll kurang baik, air pendingin kurang baik, operator kurang teliti,
operator kurang terampil, operator terburu-buru. Dari penyebab diatas dapat diketahui peristiwa puncak kecacatan atau yang biasa disebut dengan top
event yaitu besi beton bersirip atau nguping, besi beton permukaan berlubang dan besi beton ukuran tidak sesuai.
Berdasarkan perhitungan
Fault Tree dan Cut Set didapatkan tingkat kecacatan sebagai berikut:
a. Besi beton bersirip atau nguping, probabilitas kecacatan per 180 menit
awal proses produksi sebelum evaluasi 0.1708 dan sesudah evaluasi 0.1714.
b. Besi beton permukaan berlubang, probabilitas kecacatan per 180 menit
awal proses produksi sebelum evaluasi 0.1133 dan sesudah evaluasi 0.1178.
c. Besi beton ukuran tidak sesuai, probabilitas kecacatan per 180 menit awal
proses produksi sebelum evaluasi 0.0491 dan sesudah evaluasi 0.0773.
Dari data diatas maka peristiwa top event yang mempunyai tingkat kecacatan tertinggi adalah peristiwa besi beton bersirip atau nguping dengan
probabilitas 0.1714 per 180 menit awal proses produksi yang membuat terjadinya kecacatan pada saat proses produksi. Sehingga perlu diadakan
correction action terhadap peristiwa tersebut yaitu setting mesin kurang presisi, operator terburu – buru, operator kurang terampil, mesin troubel dan
kaliber mesin aus atau rusak.
Nour Ika Okvania, 2007, ”Identifikasi Faktor – Faktor Kecacatan Produksi Besi Beton Dengan Metode Fault Tree Analysis FTA di PT. Asian Profile Indosteel, Surabaya”, Tugas
Akhir S–1 Skripsi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya
3. Deddy Chrismianto ”Aplikasi
Fault Tree Analysis FTA Dalam Analisa Keandalan Sistem Pelumas Motor Induk Kapal”,
Staf Pengajar Program Studi S – 1 Teknik Perkapalan FT – UNDIP Semarang, www google. Com
Keamanan dan keselamatan pengoperasian kapal akan terpenuhi jika sistem yang ada di dalam kapal dapat berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan. Sistem pelumas pada kapal adalah sangat penting untuk pelumasan bagian utama terutama motor induk kapal sebaga penggerak utama
kapal. Pada umunya di dalam kapal sering terjadi kegagalan pada sistem
pelumas. Kegagalan ini disebabkan karena komponen–komponen yang terdapat pada sistem pelumas tidak dapat berfungsi dengan baik. Sehubungan
dengan adanya kegagalan yang terjadi pada sistem pelumas tersebut maka perlu dilakukan analisa keandalan sehingga dapat mengidentifikasi bagaimana
sistem mengalami kegagalan.
Tujuan analisa keandalan tersebut yaitu untuk mengidentifikasi model kegagalan, penyebab dan dampak kegagalan komponen terhadap kondisi
operasional sistem pelumas, komponen–komponen yang dapat menyebabkan kegagalan sistem pelumas, kontribusi kegagalan tiap–tiap komponen terhadap
sistem pelumas dan keandalan dari komponen–komponen sistem pelumas. Sebuah fault tree mengilustrasikan keadaan komponen–komponen
sistem basic event dan hubungan antara basic event dan top event. Simbol grafis yang dipakai untuk untuk menyatakan hubungan tersebut disebut
gerbang logika. Dari diagram fault tree ini dapat disusun cut set dan minimal cut set. Cut set yaitu serangkaian komponen sistem, apabila terjadi kegagalan
dapat berakibat kegagalan pada sistem. Sedangkan minimal cut set yaitu set minimal yang dapat menyebabkan kegagalan pada sistem. Untuk mencari
minimal cut set digunakan Method for obtaining cut sets Mocus yaitu sebuah algoritma yang dipakai untuk mendapatkan minimal cut set dalam sebuah fault
tree. Hasil analisa kualitatif dengan menggunakan metode Fault Tree
Analysis FTA menyimpulkan bahwa top event pada permasalahan ini adalah sistem pelumas tidak berfungsi dengan baik atau gagal dengan sub sistem
yang mengalami kegagalan adalah sebagai berikut: 1.
Sistem pemompaan -
Hand Pump I -
Pompa Pelinciran: - LO Priming Pump - Hand Pump II
- LO Pump
2. Sistem pertukaran kalor
- Komponen Cooler
3. Sistem suplai minyak pelumas dan
- LO Service Tank
4. Sistem penyaringan minyak pelumas
- Komponen Filter
Hasil analisa FTA dengan menggunakan MOCUS, diperoleh minimal cut set yaitu {1}, {2}, {3}, {4}, {5}, {6}, {7}. Hal ini berarti sistem akan
mengalami kegagalan jika ada minim satu first order mengalami kegagalan atau second order yang mengalami kegagalan secara serentak. Komponen
yang termasuk first order yaitu LO Pump, Hand pump I, Cooler, LO Service tank dan filter. Sedangkan komponen yang termasuk second order yaitu
Pompa pelinciran awal terdiri dari LO. Priming pump dan Hand pump II. Sehingga dalam metode FTA ini ada dua prioritas penyebab kegagalan
sistem. Jika diperhatikan, maka komponen – komponen yang termasuk dalam first order yaitu komponen yang mempunyai susunan seri. Pada komponen
yang mempunyai susunan seri maka diperlukan satu komponen gagal agar sistem tersebut mengalami kegagalan.
Sedangkan komponen yang termasuk dalam second order yaitu komponen yang mempunyai susunan standby. Pada komponen yang
mempunyai susunan stand by maka diperlukan dua komponen gagal agar sistem tersebut mengalami kegagalan. Untuk itu harus dilakukan perawatan
dengan baik pada komponen yang termasuk dalam first order. Karena jika
komponen itu gagal maka keseluruhan sistem pelumas akan gagal dalam menjalankan fungsinya.
Deddy Chrismianto, ”Aplikasi Fault Tree Analysis FTA Dalam Analisa Keandalan Sistem Pelumas Motor Induk Kapal”, Staf Pengajar Program Studi
S – 1 Teknik Perkapalan FT – UNDIP Semarang, www google. Com
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Untuk penelitian Tugas Akhir ini, penulis melakukan pengumpulan data di CV. Triyuda Maju Surabaya
yang merupakan suatu perusahaan yang memproduksi Rolling Door yang eksklusif
.
Waktu penelitian dilakukan antara bulan Maret 2010 sampai dengan data yang diperlukan cukup.
3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Identifikasi variabel didapat dengan melakukan identifikasi proses produksi dengan menggunakan sampling kerja yaitu variabel bebas dan variabel
terikat :
A. Variabel terikat
Variabel Terikat Dependent Variable merupakan variabel yang nilainya tergantung dari variasi perubahan variabel bebas. Yaitu kualitas produksi
Rolling Door.
B. Variabel bebas
Variabel bebas independent variable adalah faktor yang menjadikan pokok permasalahan yang ingin diteliti, Yaitu peristiwa puncak top event dalam
bentuk probabilitas kecacatan produk. Variabel bebas antara lain : 1.
Spesifikasi Produk Spesifikasi produk adalah Rolling Door jenis perforatad terbuat dari plat
gulung atau coil.