ANALISIS KUALITAS PRODUK KARPET MOBIL DENGAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DI PT. ALTIA CLASSIC AUTOMOTIVE MANUFACTURING SURABAYA.
ANALISIS KUALITAS PRODUK KARPET MOBIL
DENGAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA)
DI PT. ALTIA CLASSIC AUTOMOTIVE MANUFACTURING
SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Oleh : MUJAR SISWANTO
0632010062
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
Fault Tree Analysis
ABSTRAKSI
Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur pada umumnya mempunyai masalah produk mereka tidak bebas cacat. Sehingga mempunyai jaminan pada konsumen bahwa produk yang dilemparkan kepasaran memiliki kualitas baik sehingga manajemen kualitas dari perusahaan berorientasi untuk terus menerus berupaya meningkatkan kualitas.
PT. Altia Classic Automotive Manufacturing Surabaya merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur dengan produk yang dihasilkan adalah karpet mobil.. Selama ini prosentase kecacatan produk yang terjadi dalam proses produksi PT. Altia Classic Automotive Manufacturing .Dengan tingkat kecacatan rata-rata antara 1 % - 5 % dalam satu bulan produksi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pokok permasalahan yang telah disampaikan di atas, yaitu mengetahui cacat produk yang ada di PT. Altia Classic Automotive Manufacturing dan menentukan akar penyebab kecacatan produk dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis (FTA), serta memberikan usulan perbaikan untuk melakukan pencegahan dan mengurangi potensi penyebab kecacatan produk.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis cacat yang berpotensi untuk diadakan analisa yaitu, jenis kecacatan SBS Hole mempunyai probabilitas terjadinya cacat sebesar 11,02%.
Kata kunci : Peningkatan Kualitas, Probabilitas, Fault Tree Analysis, correction action.
(3)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sebagian besar industri manufaktur di Indonesia agar dalam bertahan
hidup dalam kompetisi bisnis yang semakin ketat antara lain produk yang mereka
produksi harus bebas dari cacat serta perusahaan harus mampu memberikan
jaminan kepada konsumen bahwa produk yang dihasilkan adalah produk yang
berkualitas. Untuk itu perlu diciptakan pengawasan pada produk mutlak
diimplementasikan sebagai jaminan pada konsumen bahwa produk yang
dilemparkan ke pasaran memiliki mutu atau kualitas yang baik sehingga
manajemen kualitas dari perusahaan berorientasi untuk terus menerus berupaya
meningkatkan kualitas secara dramatik menuju kegagalan yang minimal.
PT. Altia Classic Automotive Manufacturing Surabaya merupakan suatu
perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur dengan produk yang
dihasilkan adalah karpet mobil. Karpet mobil berfungsi sebagai alas bawah yang
digunakan untuk alas bawah mobil dan memperindah alas mobil. Untuk
menghasilkan produk berkualitas tinggi PT. Altia Classic Automotive
Manufacturing melakukan pengendalian kualitas dengan langkah awal berupa
pengidentifikasian kecacatan produk agar dapat mengurangi kesalahan proses
seminimal mungkin. Namun pada kenyataannya sekarang ini, karpet dalam proses
produksinya sering terjadi kecacatan yang cukup banyak. Jenis kecacatannya juga
(4)
Emblem Burnt. Dengan tingkat kecacatan rata-rata antara 1% - 5 % dalam satu
bulan produksi.
Semua itu biasanya kurang mendapat perhatian serta pengendalian,
sehingga menurunkan kualitas produk dan tentu saja merugikan perusahaan.
Banyak industri yang melalaikan jumlah kecacatan produk terutama perusahaan
yang memproduksi barang dalam jumlah besar dan continue (mass production).
Mereka berpikir bahwa kecacatan yang terjadi hanya kecil namun tidak sadar dari
sedikitnya cacat yang terjadi akan mengurangi kualitas dari produk yang
dihasilkan.
Di dalam memproduksi produk tersebut pihak produksi adalah pihak yang
mungkin terkait mengalami kesalahan sehingga menimbulkan cacat. Sehingga
dalam hal ini perlu suatu analisa tentang kecacatan yang dapat mengurangi
kesalahan-kesalahan seminimal mungkin.
Penggunaan metode Fault Tree Analysis akan dapat mengidentifikasi cacat
produk yang ada di PT. Altia Classic Automotive Manufacturing Surabaya untuk
menentukan faktor penyebab kecacatan sehingga kualitas produk yang baik akan
didapatkan dan tujuan perusahaan dalam menghasilkan produk yang sesuai
permintaan konsumen akan tercapai dengan baik dan memuaskan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas masalah yang dihadapi
perusahaan sekarang ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
“ Berapa tingkat kecacatan produk karpet mobil di PT. Altia Classic
(5)
1.3. Batasan Masalah
Untuk mencapai tujuan yang dinginkan dalam penelitian maka perlu
dilakukan pembatasan masalah yang dihadapi, yaitu:
1. Penelitian dilakukan dengan mengambil salah satu produk yang sering
diproduksi mengalami kecacatan yaitu karpet mobil jenis SBS SA-1 Nissan.
2. Tidak dilakukan analisa biaya
3. Jenis kecacatan yang sering terjadi yaitu SBS Hole, SBS Wave, SBS Broken,
Cutting Not Fit dan Emblem Burnt.
4. Data kecacatan produk menggunakan data proses produksi satu tahun yaitu
mulai bulan Januari 2009 – Desember 2009.
1.4. Asumsi
Dalam menyelesaikan penelitian untuk mencapai hasil yang diinginkan
digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Proses produksi tidak mengalami perubahan pada saat penelitian dilakukan.
2. Fasilitas produksi berjalan pada kondisi normal.
3. Saluran distribusi berjalan dengan normal.
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan di PT. Altia Classic Automotive
Manufacturing Surabaya adalah:
(6)
2. Memberikan usulan perbaikan karpet mobil untuk melakukan pencegahan
dan mengurangi potensi penyebab kecacatan produk dengan menggunakan
metode Fault Tree Analysis (FTA).
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Dengan adanya penerapan metode Fault Tree Analysis (FTA), diharapakan
pihak perusahaan dapat mengurangi jumlah defect (cacat) produk yang dialami
selama ini, serta dapat menggunakan metode ini sebagai alat bagi perusahaan
untuk melakukan perbaikan berkesinambungan terhadap produk yang
dihasilkan sebagai bukti konsistensi perusahaan dalam penerapan standard
mutu produk untuk memuaskan keinginan konsumen.
2. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dengan menerapkan
penggunaan metode Fault Tree Analysis (FTA) dalam permasalahan defect
(cacat) yang ada di dalam proses produksi suatu perusahaan.
3. Bagi Universitas
Memberikan referensi tambahan dan perbendaharaan perpustakaan agar
berguna di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan juga berguna sebagai
(7)
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan penelitian sesuai dengan sistematika
penulisan yang ditetapkan oleh pihak fakultas dalam memudahkan penelitian
adalah sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah,
pembatasan masalah, asumsi-asumsi, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang studi kepustakaan yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti dan dapat digunakan sebagai acuan teori dan
dasar dari pemecahan masalah yang dilakukan, yaitu dengan
menggunakan Metode Fault Tree Analysis.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini dibahas tentang lokasi dan waktu penelitian, identifikasi
operasional variabel, metode pengumpulan data, pengolahan data
dan langkah – langkah pemecahan masalah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang data-data yang diperlukan dalam analisa
(8)
metode fault tree analysis yang kemudian data tersebut diolah dan
analisa untuk mendapatkan hasil lebih lanjut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil
pengumpulan data dan pengolahan data, serta saran-saran sebagai
bahan pertimbangan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas mengenai dasar-dasar teori yang akan
dijadikan sebagai acuan, prosedur dan langkah-langkah dalam melakukan
penelitian, sehingga permasalahan yang diangkat nantinya akan dapat
terselesaikan dengan baik.
2.1. Konsep dan Definisi Pengendalian Kualitas
Konsep yang dapat digunakan perusahaan untuk penekanan prinsip
manajemen kualitas salah satunya adalah melalui pendekatan proses produksi atau
operasional. Jasa akan tercapai dengan lebih efisisen bila nilai-nilai yang masuk
hubungan antara kegiatan dan prosesnya dikelola dengan baik sebagai suatu
sistem yang terpadu, proses tersebut merubah nilai-nilai yang masuk pada
organisasi atau perusahaan. Sistem kualitas dirancang untuk pengendalian dan
perbaikan nilai yang secara sederhana meliputi semua pekerjaan atau kegiatan
pada semua organisasi atau perusahaan yang terdiri dari berbagai proses kegiatan
dalam organisasi tersebut. ( Dorothea Wahyu, 2002 : 17 )
Untuk mencapai salah satu tujuan perusahaan dalam menghasilkan produk
yang sesuai permintaan konsumen, maka diperlukan perencanaan yang sesuai
dengan tujuan tersebut. Suatu perencanaan harus didukung oleh pengawasan yang
baik dan benar dengan cara mengatur pengendalian kualitas mulai dari bahan baku
hingga produk jadi guna mencegah penyimpangan dari pelaksanaan produksi yang
(10)
Pengendalian atau pengawasan kualitas yang kurang baik akan berpengaruh
pada kelangsungan hidup perusahaan. Adanya kerusakan terhadap salah satu
mesin akan mengakibatkan target produksi tidak tercapai sehingga penjualan
produk dapat menurun. Dengan adanya pengendalian kualitas yang efektif akan
menjamin kelancaran proses produksi, sehingga dihasilkan produk yang mampu
bersaing secara sehat di pasaran dengan biaya yang efisien dan kelangsungan
hidup perusahaan akan tetap berjalan.
Proses kelahiran produk dimulai ketika desainer menerima informasi yang
diinginkan, diperlukan dan diharapkan oleh konsumen dan menterjemahkannya ke
dalam bentuk spesifikasi produk yang mencakup gambar, dimensi, toleransi,
material, proses perkakas dan alat bantu. Operator menggunakan informasi dari
desainer untuk memberikan fungsi yang tepat untuk membuat produk atau
mengerjakannya pada proses permesinan. Dalam usaha memuaskan konsumen,
produk yang dipesan harus tiba dalam jumlah, waktu dan memberikan fungsi yang
tepat untuk satu periode waktu dan harga yang sesuai. Jadi dengan kata lain
sasaran kebutuhan konsumen adalah kualitas yang membangun keseimbangan
yang tepat antara biaya produk dan nilai yang diterima oleh konsumen.
Definisi kualitas adalah kepuasan konsumen terhadap produk yang
dibelinya. Berdasarkan pengertian tentang kualitas tersebut nampak bahwa
kualitas selalu berfokus pada pelanggan. Dengan demikian produk desain,
diproduksi untuk memenuhi keinginan pelanggan dapat dimanfaatkan dengan baik
serta diproduksi dengan baik dan benar.
Pengendalian kualitas tiap produk mempunyai sejumlah unsur yang
(11)
ini biasanya dinamakan ciri-ciri kualitas menurut Douglas C Montgomery,
(1998 : 3), ada beberapa jenis:
1. Fisik; panjang, berat, voltage, kekentalan.
2. Indera; rasa, penampilan, warna.
3. Orientasi; waktu, keandalan (dapat dipercaya), dapatnya dipelihara,
dapatnya dirawat.
Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang
dengan aktivitas itu kita ukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya
dengan spesifikasi atau persyaratan dan mengambil tindakan penyehatan yang
sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dengan yang
standart.
Kegiatan pengendalian kualitas pada dasarnya merupakan kumpulan
aktivitas untuk mencapai kondisi yang memuaskan keinginan konsumen yang
mulai pada saat produk dirancang, diproses sampai seleksi didistribusikan ke
konsumen. Kegiatan pengendalian kualitas antara lain akan meliputi hal-hal
berikut:
1. Perancangan kualitas pada saat merancang produk dan proses
pembuatannya.
2. Pengendalian dalam penggunaan berbagai sumber material yang dipakai
dalam proses produksi.
3. Pengamatan terhadap performansi produk.
4. Membandingkan performansi yang dihasilkan dengan standart yang berlaku.
5. Analisa tindakan korelasi dalam kaitannya dengan cacat-cacat yang
(12)
2.2. Tujuan Pengendalian Kualitas
Tujuan pengendalian kualitas adalah untuk memberikan jaminan kualitas
yang sebaik-baiknya kepada konsumen sehingga didapatkan kepercayaan dari
konsumen. Secara terperinci dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian
kualitas adalah:
1. Agar barang atau produk hasil produksi dapat mencapai standard mutu yang
ditetapkan.
2. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan
menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil nungkin.
3. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat ditekan seminimal mungkin.
4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin.
Tujuan pokok pengendalian mutu statistik adalah untuk menyelidiki
dengan cepat terjadinya sebab-sebab terduga sehingga tindakan pembenahan dapat
dilakukan sedini mungkin.
Dengan adanya pengendalian kualitas maka perusahaan tersebut akan mempunyai
kemampuan dalam hal:
a. Meningkatkan produktivitas
Dengan adanya pengendalian kualitas maka akan mengurangi waktu yang
terbuang sehingga produktivitas akan bertambah.
b. Pencegahan cacat lebih besar
Dengan adanya pengendalian kualitas maka pegendalian proses akan
(13)
c. Mencegah penyesuaian proses yang tidak perlu
Pengendalian kualitas dapat mcmbedakan antara gangguan dasar dan variasi
terduga.
d. Memberikan informasi tentang proses.
Informasi tentang perubahan proses dan parameternya yang penting dapat
diketahui dengan adanya pengendalian kualitas.
2.3. Manfaat Pengendalian Kualitas.
Pengaturan pengendalian kualitas dalam suatu perusahaan merupakan bagian
yang sangat penting dalam menunjang kelangsungan suatu perusahaan. Manfaat yang
dapat diperoleh dalam manajemen pengendalian kualitas adalah:
1. Menambah tingkat efisiensi dan produktivitas kerja.
2. Mengurangi kehilangan-kehilangan dalam proses kerja yang dilakukan
seperti mengurangi atau menghilangkan waktu yang tidak reproduktif.
3. Menekan biaya dan save money.
4. Menjaga penjualan tetap meningkat sehingga profit tetap diperoleh.
5. Menambah reliabilitas produk yang dihasilkan menjaga moral pekerja
tetap tinggi.
6. Mengurangi klaim pelanggan.
(14)
2.4. Ruang Lingkup Pengendalian Kualitas
Ada 3 jenis kualitas dalam operasi bisnis manufaktur, yaitu:
1. Kualitas Design
Adalah derajat dimana kategori suatu produk akan mamapu memberikan
kepada konsumen dua atau lebih produk meskipun memiliki fungsi yang
sama bisa memberikan derajat kepuasan yang berbeda karena adanya
perbedaan kualitas dalam rangcangan.
2. Kualitas Kesesuaian
Berhubungan dengan spesifikasi dan standardisasi produk dan kriteria
standar kerja yang telah disepakati. Secara umum kualitas kesesuaian
mencakup 3 macam bentuk pengendalian, yaitu:
a. Pencegahan Cacat
Mencegah kerusakan atau cacat benar-benar terjadi.
b. Pencegahan
Melibatkan pemakaian dan penetapan metode pemeriksaan, pengujian dan
analisa statistik dengan menerapkan teknik pengawasan kualitas untuk
mendeteksi cacat yang timbul.
c. Analisa dan Tindakan Korektif
Menganalisa kesalahan yang terjadi dan melakukan koreksi terhadap
penyimpangan tersebut, kegiatan ini merupakan tanggung jawab bagian
quality control.
3. Kualitas Penampilan
Perbaikan dari kualitas design dan kualitas kesesuaian akan dapat
(15)
kekurangan penyesuasian dalam spesifikasi, maka akan mempengaruhi
penampilan secara keseluruhan.
2.5. Alat dan Teknik Pengujian Kualitas
Teknik dan alat pengawasan kualitas dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara,
yaitu:
1. Inspeksi.
Dengan inspeksi akan diketahui sejauh mana suatu produk memiliki kualitas
seperti yang dikehendaki. Keterangan yang di dapat secara inspeksi akan
diteruskan ke bagian lain dan bagian tersebut akan memberikan kepastian
bahwa kegiatan pada bagian proses telah dilakukan dengan baik. Tetapi
apabila terjadi penyimpangan maka akan diberi peringatan, agar dilakukan
perbaikan dan kegiatan produksi selanjutnya dihentikan. Selanjutnya
diberikan cara-cara agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali.
2. Pemberian Keterangan.
Kegiatan pemberian keterangan memerlukan kegiatan pencatatan,
penyingkatan, mempertunjukkan dan memberi komentar dan apabila perlu
diambil keputusan tentang tindakan yang dibutuhkan dan memberitahukan
jaminan peringatan, atau tindakan yang diperlukan.
3. Penyelidikan.
Kegiatan penyelidikan membutuhkan penganalisaan catatan tentang
pengawasan apabila diperlukan dilaksanakan suatu percobaan pada proses
(16)
2.6. Perangkat Pengendalian Kualitas
Beberapa perangkat yang digunakan dalam pengendalian kualitas, yaitu:
2.6.1 Lembar Periksa
Lembar periksa adalah suatu formulir dimana item-item yang akan
diperiksa telah dicetak dalam formulir itu, dengan maksud agar data-data dapat
dikumpulkan dengan mudah dan cepat.
Penggunaan lembar periksa bertujuan untuk:
1. Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui
bagaimana masalah sering terjadi. Tujuan utama dari penggunaan lembar periksa
adalah membantu mentabulasikan banyaknya kejadian suatu masalah
tertentu atau penyebab tertentu.
2. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi. Dalam
kaitan ini, lembar periksa akan membantu memilah-milah data ke dalam
kategori yang berbeda seperti penyebab-penyebab, masalah-masalah dan
lain-lain.
3. Menyusun data secara otomatis, sehingga data tersebut dapat dipergunakan
dengan mudah.
4. Memisahkan antara opini dan fakta. Kita sering berfikir bahwa kita
mengetahui suatu masalah atau menganggap bahwa sesuatu penyebab itu
merupakan hal yang paling penting. Dalam kaitan ini lembar periksa akan
(17)
Pada dasarnya lembar periksa dapat dibuat dengan menggunakan enam
langkah utama, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang tujuan pengumpulan data. Dalam hal ini sangat baik
untuk memulai pengumpulan data (apakah dengan menggunakan lembar
periksa atau bukan) dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan
dengan hal-hal bcrikut:
a. Apa yang menjadi masalah utama
b. Mengapa data harus dikumpulkan
c. Siapa yang akan menggunakan informasi yang sedang dikumpulkan
dan informasi apa yang benar-benar dibutuhkan. Apakah informasi
itu perlu diperinci berdasarkan departemen, hari, bulan, shift, mesin,
dan lain-lain.
d. Siapa yang mengumpulkan data
2. Identifikasi apa atau atribut karakteristik kualitas yang sedang diukur?
Berkaitan dengan hal ini kita dapat mengikuti langkah-langkah spesifik,
sebagai berikut:
a. Memulai memberikan judul dari lembar periksa itu.
Pemberian judul harus tegas dan memberitahukan kepada orang
tentang apa yang sedang dikaji.
b. Menuliskan hal-hal spesifik yang akan diukur pada lembar periksa
itu. Sebagai misal, apabila kita sedang mengukur keluhan pelanggan,
maka kategori yang mungkin dipertimbangkan adalah penyerahan
terlambat, karyawan tidak sopan, tagihan tidak benar, penyerahan
(18)
3. Menentukan waktu atau tempat pengukuran. Dalam kaitan ini perlu
memutuskan apakah ingin mengumpulkan informasi berdasarkan waktu
(per menit, per jam, per hari, dan lain-lain).
4. Mulai mengumpulkan data untuk item yang sedang diukur. Dalam
kaitan ini, kita harus mencatat kejadian secara langsung pada lembar
periksa. Akurasi data harus diperhatikan dalam setiap kegiatan pengumpulan
data.
5. Menjumlahkan data yang telah dikumpulkan itu. Dalam hal ini kita
harus menjumlahkan banyaknya kejadian untuk setiap kategori yang sedang
diukur.
6. Memfokuskan untuk mengambil tindakan peningkatan atas penyebab
masalah yang sedang terjadi itu. Perlu diingat bahwa setiap tindakan
peningkatan harus diambil berdasarkan fakta dan bukan hanya
berdasarkan opini.
2.6.2 Data Numerik atau Kuatitatif
Alat-alat yang mengunakan data numerik untuk mengadakan perbaikan
kualitas pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:
a. Check Sheet
Check sheet adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung seberapa
sering sesuatu hal terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan dan
pencatatan data. Data yang sudah terkumpul tersebut kemudian dimasukkan
ke dalam grafik, seperti pareto chart ataupun histogram untuk kemudian
(19)
bantu dalam tahap pelaksanaan (do) dalam plan-do-check-action cycle. Di
sektor pelayanan atau jasa, check sheet ini dilakukan dengan mengumpulkan
pendapat pelanggan mengenai proses jasa pelayanan. Check sheet ini sering
juga kita ganti dengan tally sheet. Pada tabel 2.1 dapat dilihat contoh
penggunaan tally sheet pada jasa pelayanan bengkel, dan tabel 2.2 adalah
contoh penggunaan check sheet yang juga pada jasa pelayanan bengkel
mobil Surya Agung Indah Motor.
Tabel 2.1 Tally Sheet
Kesalahan Jumlah kesalahan dalam 1 bulan
Kualitas perbaikan mobil Pelayanan administrasi Pelayanan mekanik Peralatan kuno
///// //// /// ///// //
///// ///// ///// //
Sumber: Goetsch dan Davis ( 1995 )
Tabel 2.2 Check Sheet
Frekuensi
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Kesalahan pengecekan Vv V - v
Kesalahan perbaikan V - - vvv
Kesalahan pemakaian Vvv Vv vv vv
Kesalahan perawatan V V v v
Sumber: Schonberger dan Knood ( 1997 ) b. Diagram Pareto
Diagram pareto merupakan grafik batang yang menunjukkan masalah
berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi
ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada
(20)
ditunjukkan oleh grafik batang yang terakhir yang terendah serta ditempatkan
pada sisi yang paling kanan.
Gambar 2.1 berikut merupakan contoh penggunaan diagram pareto.
ju m la h c a c a t P e rc e n t
j enis cacat Count
5.8
Cum % 39.1 69.6 94.2 100.0
27 21 17 4
Percent 39.1 30.4 24.6
Kait Rusak Pecah Retak Gum pil 70 60 50 40 30 20 10 0 100 80 60 40 20 0
Gambar 2.1 Pareto Diagram Sumber: Mitra ( 1993 )
0 5 10 15 20 25 30 Ju m lah C aca t
Gumpil Pecah Retak Kait Rusak
Jenis Cacat
c. Histogram
Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data
pengukuran dan variasi setiap proses. Berbeda dengan pareto chart yang
penyusunanya menurut urutan yang memiliki proporsi terbesar ke kiri
hingga proporsi terkecil, histogram ini penyusunannya tidak menggunakan
urutan apapun.
Contoh histogram dapat dilihat pada gambar 2.2
Gambar 2.2 Histogram
(21)
2.6.3 Diagram Sebab Akibat
Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan
antara sebab akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses stastistical, diagram
sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan
karakteristik kualitas (akibat) yang sering disebut juga sebagai diagram tulang ikan
(fishbone diagram) karena bentuknya seperti kerangka ikan.
Pada dasarnya diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk
kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut:
a. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah.
b. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah
c. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab suatu masalah yang sedang
dikaji kita dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa penyebabnya?
2. Mengapa kondisi atau penyebab itu terjadi?
3. Bertanya “mengapa” beberapa kali (konsep five whys) sampai ditemukan
penyebab yang cukup spesifik untuk diambil tindakan peningkatan.
Penyebab-penyebab spesifik itu yang dimasukkan atau dicatat ke dalam
(22)
Gambar 2.3 Contoh Diagram Tulang ikan (Sebab Akibat)
Sumber: Goetsch dan Davis ( 1995 )
2.7. Fault Tree Analysis (FTA)
Fault Tree Analysis adalah suatu teknik design keandalan (reliability)
suatu design sistem yang bermula atas dasar kesadaran terhadap efek kegagalan
sistem, yang disebut juga ‘top event’. Dalam analisa ini dijelaskan bagaimana top
event disebabkan oleh kegagalan atau peristiwa pada level bawah baik secara
individu maupun kombinasi.
Selain menunjukkan hubungan logika, Fault tree Analysis juga dapat
digunakan untuk mengkualifikasi probabilitas top event. Probabilitas gagal
diperoleh dari prediksi nilai reliability terhadap peristiwa kegagalan sistem. Perlu
diperhatikan disini bahwa Fault Tree Analysis yang berbeda harus dibangun untuk
setiap top event yang disebabkan oleh pola kegagalan atau hubungan logika antar
peristiwa kegagalan yang berbeda.
Fault tree Analysis merupakan teknik penggambaran kegagalan sistem
berkarakteristik top down yaitu dimulai dari peristiwa awal yang disebut top event.
(23)
event yang diperoleh dari prediksi keandalan peristiwa serta metode cut and tie set untuk mengevaluasi probabilitas kesalahan sistem.
Russell dan Taylor (Jurnal:2000), menyebutkun bahwa Fault Tree Analysis
merupakan suatu metode visual yang melakukan analisis atas cacat produk yang saling
memiliki keterkaitan. Disebut pohon cacat atau kesalahan (Fault Tree) karena
peralatan analisis disusun menjadi sebuah diagram yang memperlihatkan cacat
produk itu secara praktis. Pohon cacat atau kegagalan mutu lebih lanjut akan
merekomendasikan jalan keluar alternatif untuk memperbaiki atau mengatasi
cacat atau tuna mutu yang terjadi atas produk. Dengan sifatnya yang demikian,
maka fault tree dimaksud sekaligus memperlihatkan pola analisis sebab-akibat
ketunamutuan seperti yang dijumpai pada diagram tulang ikan (fishbone
diagram). Karena fault tree memperlihatkan pula sebab-akibat dari ketunamutuan
produk, maka _fault tree disebut juga sebagai Failure Mode and Effects
Analysis (FMEA). Berhubung karena menyajikan pula dampak dari cacat yang
terjadi atas produk serta rekomendasi jalan keluar alternatif untuk mengatasi
cacat yang besangkutan, maka Fault Tree Analysis dapat pula dipakai sebagai
alat kendali proses untuk menghindari ketunamutuan produk (product failure).
Fault tree sebagai metode analisis ketunamutuan, juga dapat dipakai
sebagai alat pengendalian proses produksi untuk mencapai spesifikasi mutu yang
diharapkan oleh konsumen pada umumnya.
Untuk menerapkan model, terlebih dahulu harus dilakukan studi atas dua
hal, yaitu:
1. Spesifikasi mutu yang disyaratkan oleh konsumen.
(24)
Kedua hal yang dikemukakan tentu sangat tergantung pada jenis produk yang akan
dievaluasi dan dikendalikan.
2.7.1 Prinsip Fault Tree
Prinsip fault tree menurut Alain Villemeur, (1992 :149-196) dapat
menuntun dalam melakukan analisa, yaitu:
a. Mengidentifikasi berbagai kemungkinan kombinasi mengarahkan pada
kejadian yang tidak diinginkan.
b. Menghadirkan grafik kombinasi seperti terstruktur.
Ini penting untuk memberi gambaran diantara beberapa bidang pohon
kesalahan yang mana antar hubungan tertutup praktis.
Fault Tree Analysis memberi kesempatan analisa untuk mengidentifikasi
penyebab kesalahan, dengan mengulang definisi awal di aplikasi deduktif
berdasarkan urutan yang telah digambarkan. Kemudian dalam pelaksanaan dengan
objek kedua, penyebab kesalahan dipresentasikan oleh sebuah pohon.
Pohon kesalahan berisi urutan tingkatan tingkat kejadian yang dihubungkan
dalam beberapa cara yang mana kejadian lainnya pada tingkat urutan dari kejadian
pada tingkat bawah baru ditentukan macam operator logika (hate atau gerbang),
kejadian-kejadian itu adalah kecacatan umum dihubungkan untuk
menyeimbangkan kegagalan, kesalahan manusia, kekurangan perangkat lunak dan
lain-lain seperti kejadian yang tidak diinginkan.
Proses deduktif dilanjutkan sampai peristiwa dasar diidentifikasi. Peristiwa
itu tidak berhubungan satu dengan lainnya dan kemungkinan kejadiannya diketahui.
Telah disebutkan bahwa tentu saja pohon kesalahan bukan suatu model dari
(25)
suatu model logika interaksi antara peristiwa-peristiwa penuntun pada kejadian yang
tidak diinginkan.
2.7.2 Konstruksi Fault Tree
Analisa Fault tree yang benar memerlukan definisi yang cermat dari
sistem. Pertama, diagram layout fungsional sistem yang penting seharusnya
digambar untuk menunjukkan hubungan fungsional dan mengidentifikasikan
tiap komponen sistem. Batasan sistem secara fisik disusun kemudian untuk
memfokuskan perhatian penganalisa pada area yang tepat dan penting.
Kesalahan yang lazim adalah kesalahan menyusun batasan sistem yang realistis,
yang menimbulkan penyimpangan analisa. Informasi harus cukup tersedia untuk
tiap komponen sistem yang mengijinkan penganalisa menentukan mode yang perlu
dari kerusakan komponen. Informasi ini dapat diperoleh dari pengalaman atau
dari spesifikasi teknik komponen.
Pada beberapa batasan sistem menjadi sangat berarti, dimana kondisi batas
dari sistem harus ditentukan. Kondisi-kondisi batasan sistem
mendefinisikan situasi yang digambarkan oleh Fault tree.
Kejadian puncak adalah kondisi batas sistem yang paling penting yang
didefinisikan sebagai kerusakan sistem utama. Untuk beberapa sistem yang ada,
banyak kemungkinan bagi kejadian puncak kadang kala adalah suatu tugas yang
sulit. Pada umumnya, kejadian puncak harus dipilih sebagai suatu kejadian (1) yang
terjadinya harus mempunyai sebuah definisi tertentu dan kemungkinan dari
keterjadiannya harus dapat dikuantitaskan dan (2) yang dapat lebih jauh dipilih
(26)
2.7.3 Konsep Dasar Fault Tree Analysis
Beberapa konsep dasar yang perlu diketahui dan dipahami untuk dapat
menganalisa kejadian melalui diagram pohon kesalahan (fault tree analysis),
konsep tersebut menurut Alain Viilemeur,1992
1. Peristiwa Utama Yang Tidak Diinginkan (Top Event)
Pusat fault tree analysis disebut peristiwa yang tidak diinginkan.
Peristiwa ini mendatangkan peristiwa puncak dan analisa ditunjukkan pada
pendapatan semua penyebab-penyebabnya. Sering peristiwa ini adalah suatu
bencana, tetapi itu bisa menjadi suatu kegagalan sistem atau ketidakmampuan
pabrik (aspek ekonomi).
Untuk membuat analisa lebih mudah, peristiwa yang tidak dinginkan harus
didefinisikan dengan tepat. Sesungguhnya jika kejadian ini terlalu
spesifik, analisa dapat menemukan kegagalan utama pada elemen dasar
sistem, oleh karena itu resiko awal direkomendasikan untuk menemukan
kejadian yang tidak diinginkan. Peristiwa ini terkadang telah
dikarakteristikkan sesuai misi-misi sistem.
2. Presentasi Gerbang Logika
Peristiwa-peristiwa dihubungkan oleh gerbang logika sesuai konsekuensi
penyebab hubungan baik, seperti ditunjukkan pada gambar 2.4
Gambar 2.4 Contoh AND Gate Sumber: P. L. Clemens; 2002
(27)
3. Penjelasan kegagalan (penyebab kegagalan)
Kegagalan bisa dipecah menjadi dua kelas sesuai dengan penyebabnya
(P.L. Clemen, 2002: 9) yaitu:
1. Kegagalan atau penyebab primer
Kegagalan elemen penyebab peristiwa yang tidak diinginkan atau Top
Event.
2. Kegagalan atau penyebab sekunder
Kegagalan penyebab terjadinya kegagalan primer yang akan dianalisa
lebih lanjut menjadi peristiwa paling dasar penyebab peristiwa yang tidak
diinginkan.
4. Peristiwa dasar
Analisa peristiwa dilanjutkan sampai peristiwa dasar ditemukan. Oleh karena
itu, kejadian-kejadian harus hati-hati ditemukan sejak mencapai batas analisis.
Peristiwa dasar dalam pohon kesalahan, sebagai berikut:
1. Kejadian yang mana tidak dibutuhkan untuk dikembangkan dan sejauh
mana ketidakgunaan batas asal kejadian.
2. Kejadian tidak bisa dipertimbangkan secara mendasar tapi kejadian asal
tidak akan dikembangkan. Dalam kasus ini batas sistem dipelajari
mencakup ketika teridentifikasi.
3. Kejadian tidak dapat digambarkan atau sebagai dasar dan penyebab
kejadian itu belum dikembangkan, tetapi akan segera
dikembangkan. Analisa mempertimbangkan, kemudian secara
atemporer menjangkau batas dalam mempelajari dan bagaimana data
(28)
2.7.4 Tahapan Fault Tree Analysis
Menurut Thomas Pyzdex, (2002: 159-164) Fault Tree mempunyai
beberapa tahapan umum untuk mencapai hasil analisa yang optimal hingga ke
akar-akar penyebabnya, yaitu:
1. Tentukan kejadian paling atas, kadang-kadang disebut kejadian
utama. Ini adalah kondisi kegagalan di awal studi
2. Tetapkan batasan Fault Tree Analysis
3. Periksa sistem untuk mengerti bagaimana berbagai elemen berhubungan
pada satu dengan lainnya untuk kejadian paling atas.
4. Buat pohon kesalahan, mulai kejadian paling atas dan bekerja ke arah
bawah.
5. Analisa pohon kesalahan untuk mengidentifikasi cara dalam
menghilangkan kejadian yang mengarah kepada kegagalan.
6. Persiapkan rencana tindakan perbaikan untuk mencegah kegagalan dan
rencana kemungkinan berkenaan dengan kegagalan saat terjadi.
Fault Tree Analysis merupakan pendekatan dari atas ke bawah yang
menyediakan perwakilan grafik kejadian yang mungkin mengarah pada kegagalan.
Beberapa simbol yang digunakan dalam pembuatan pohon kesalahan ditunjukkan
(29)
Tabel 2.3 Simbol-Simbol Logika (Gerbang) Dalam Fault Tree Analysis
Simbol gerbang Nama Gerbang Hubungan Kasual
Gerbang AND
Gerbang keluaran terjadi jika semua kejadian masukkan terjadi secara serentak
Gerbang OR Kejadian keluaran terjadi jika satu
dari kejadian masukkan terjadi
Gerbang Menghalangi Kejadian keluaran terjadi jika satu dari kejadian masukkan terjadi
Gerbang AND Prioritas
Kejadian keluaran terjadi jika semua kejadian masukkan terjadi dengan urutan dari kiri ke kanan
Gerbang OR Ekslusif
Gerbang keluaran terjadi jika satu, tetapi tidak keduanya, dari kejadian masukan terjadi
n inputs
Gerbang m- diluar -n (gerbang votting atau
sampel)
Kejadian keluaran terjadi jika m- diluar -n kejadian masukan terjadi
m
Sumber: Thomas Pyzdex, 2002 hal 513
Tabel diatas menunjukkan simbol gerbang dalam fault tree, selain itu juga terdapat
(30)
Tabel 2.4 Simbol-simbol Kejadian (Logika) dalam FTA
Persegi Kejadian diwakili oleh sebuah gerbang
Lingkaran
Kejadian dasar dengan data yang cukup
Belah Ketupat Kejadian yang belum berkembang
Putaran Baik terjadi atau tidak terjadi
Oval Kejadian bersyarat yang digunakan dengan
gerbang menghalangi
Segitiga Simbol perpindahan
Sumber: Thomas Pyzdex, 2002 hal 514
2.7.5 Cut Set Method
Cut Set menurut P. L. Clemens, (2002: 58) adalah kombinasi pembentuk
pohon kesalahan yang mana bila semua terjadi akan menyebabkan peristiwa puncak
terjadi. Cut set digunakan untuk mengevaluasi diagram pohon kesalahan dan
diperoleh dengan menggambarkan garis melalui blok dalam sistem untuk
menunjukkan jumlah minimum blok gagal yang menyebabkan seluruh sistem gagal.
(31)
TO
C
A B
Gambar 2.5 Contoh Struktur Cut Set
Sumber: P. L. Clemens, 2002
Peristiwa A, B, dan C membentuk peristiwa T. peristiwa A, B, dan C disebut
sebagai cut set. Namun bukan kombinasi peristiwa terkecil yang menyebabkan
peristiwa puncak. Untuk mengetahuinya diperlukan minimal cut set (Alain
Villimeur, 1992 :169). Minimal cut sit ini adalah kombinasi peristiwa yang
paling kecil yang membawa ke peristiwa yang tidak diinginkan. Jika satu dari
peristiwa-peristiwa dalam minimal cut set tidak terjadi. maka peristiwa puncak
atau peristiwa yang tidak diinginkan tidak akan terjadi. Dengan kata lain minimal cut
set merupakan akar penyebab yang paling terkecil yang berpotensial
menyebabkan kecacatan (peristiwa puncak).
Suatu pohon kesalahan berisi batasan minimal cut set, yaitu:
a. Minimal cut set menunjukkan kegagalan tunggal memproduksi
peristiwa yang tidak diinginkan (top event).
b. Minimal cut set menunjukkan kegagalan ganda yang mana jika kejadian
secara simultan atau bebarengan dan menyebabkan peristiwa tidak
(32)
2.7.6 Langkah-Langkah Pembentukan Cut Set
Beberapa langkah membentuk cut set menurut (P. L. Clemens, 2002: 56) yaitu:
1. Mengabaikan semua unsur-unsur pohon kecuali pembentuk atau dasar.
2. Permulaan dengan seketika dibawah peristiwa puncak, menugaskan
masing-masing gerbang dan pembentuk atau penyebab dasar.
3. Kelanjutan menurut langkah dari peristiwa puncak mengarah ke bawah
membangun matrik menggunakan nomor dan huruf. Huruf ini
mewakili gerbang peristiwa puncak menjadi masukan matrik awal.
Sebagai kontruksi maju:
a. Menggantikan nomor untuk masing-masing gerbang OR dengan
semua gerbang yang disebut masukan. Memanjang vertikal dalam
matrik kolom. Masing-masing gerbang OR dibentuk baris
bergantian harus pula berisi masukkan lain di baris induk asli.
b. Hasil matrik akhir, hanya menghasilkan angka-angka mewakili
pembentuk. Masing-masing baris dari matrik ini adalah cut set
Boolean. Dengan pemeriksaan, menghapuskan baris manapun yang
berisi semua unsur-unsur berlebihan dalam baris dan baris yang
(33)
Pembentukan cut set dapat dilihat pada gambar 2.6
Gambar 2.6 Contoh Pembentukan Cut Set
1 2
3
4
2
TOP
2.7.7 Probability Quantitative Cut Set
Perhitungan dalam Fault Tree Analysis digunakan untuk mengetahui nilai
probabilitas dari kejadian puncak yang terjadi. Untuk menghitung probabilitas
hanya diperlukan jumlah seluruh proses yang sukses dan kegagalan proses, hal ini
ditunjukkan dalam rumus berikut ini (P. L. Clemens. 2002: 72-73)
) (S F
F PF
Keterangan
S = Sukses ( Produk/Proses )
(34)
PF = probabilitas kegagalan
Untuk selanjutnya akan dihitung probabilitas dalam masing-masing gerbang,
yaitu:
1. untuk gerbang OR, probabilitas masing-masing peristiwa atau masukannya
mengalami penjumlahan dan pengurangan.
a. Untuk 2 masukan
B A B A F B A F P P P P P P P P
1 [(1 )(1 )] b. Untuk lebih dari 2 masukan
PF PAPBPC
2. Untuk gerbang AND probabilitas masing-masing masukannya dikalikan.
Dalam gerbang AND ini untuk masukan sejumlah 2 atau lebih semua cara
perhitungannya sama yaitu dikalikan.
Berikut ini merupakan diagram pohon kesalahan beserta matrik dari salah
satu top event yang terjadi dalam proses produksi Karpet Mobil di PT. Altia
Classic Automotive Manufacturing Surabaya yaitu proses ekstruder.
a E m b le m B urn t
A B C
Gambar 2.7 Contoh Fault Tree Analysis
A o B o C o
1 2
b c d
e f g
(35)
1
2
3
4
Gambar 2.8 Contoh Hasil Akhir Matrik Minimal Cut Set
Matrik cut set tersebut selanjutnya akan dihitung probabilitasnya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
P (P1xP2) (P1 P3) (P1 P4) (P3xP4xP5xP6).
PT K
Tabel 2.5. Skala Probabilitas
Tingkat Kegagalan Kriteria
1 in 10 1 in 100 1 in 1.000 1 in 10.000 1 in 100.000 1 in 10.000.000
Kegagalan sering terjadi ( frequent ).
Sangat mungkin kegagalan terjadi ( probable ). Kegagalan agak mungkin terjadi ( occasional ). Kegagalan jarang terjadi ( remote ).
Kegagalan sangat jarang terjadi ( improbable ). Kegagalan tidak mungkin terjadi ( exiremely remote ). Sumber : The IEE ( Institute of electrical Engineers 2004 )
2.8. Pengertian Karpet Mobil
Karpet mobil adalah alas bawah yang berfungsi untuk kenyamanan kaki saat
berkendara.
2.8.1. Bahan Baku
Adapun bahan – bahan yang dibutuhkan untuk karpet mobil antara lain :
1. Bahan utama
(36)
a. Karpet
Penentuan jenis karpet yang di gunakan tergantung
permintaan,biasanya yang sering di gunakan adalah karpet jenis nylon
yang di datangkan dari Jepang, dan Poly Plane (P P) dan Nylon dari
PT.Classic Carpet.
b. SBS Resin (Stryne Butadine Stryne)
Adalah jenis karet,berupa butiran-butiran yang nantinya akan di
leburkan ke dalam mesin exstruder dan di rekatkan pada karpet dan
menjadi alas dasar dari karpet mobil yang di produksi.
2. Bahan Baku Penunjang Sewing yarn
Yaitu Benang yang di gunakan untuk menjahit (Obras) Pinggiran
dari karpet mobil.
3. Assesories
Di gunakan sebagai pelengkap tambahan dari karpet mobil,adapun
beberapa jenis accessories yang di gunakan adalah Magic Tape,
Emblem, Heel Pad, Caution Label, grommet, PP.Plate, Manual
(Panduan Pemasangan Karpet), Tas Pin.
2.8.2. Jenis Mesin Yang Digunakan
Jenis Mesin-mesin yang di gunakan yaitu :
1. Mesin Utama a. Exstruder SBS
(37)
Mesin yang berfungsi untuk melaminasi/merekatkan material carpet
dengan SBS pada Temperatur tertentu
b. Crusher
Mesin yang berfungsi untuk menghancurkan sisa SBS dari proses
exstruder dijadikan bahan campuran/Recycle intipembuatan SBS.
c. Press Machine
Mesin yang berfungsi untuk membentuk model cetakan yang sudah di
buat.
d. Cutting Machine
Mesin yang berfungsi untuk memotong karpet sesuai panjang karpet yang
dibutuhkan ( belum berpola ).
2. Mesin Penunjang a. Trimming
Mesin yang berfungsi untuk memotong karpet sesuai pola atau cetakan.
b. Welding Heelpad
Mesin yang berfungsi untuk menempelkan heel pad.
c. Welding Emblem
Mesin yang berfungsi untuk merekatkan emblem dengan system welding
dan untuk mencetak emboss dengan system hot stamp.
d. Sewing Overlock
Mesin yang berfungsi untuk menjahit bagian tepi karpet.
e. Sewing Single Needle
Mesin yang berfungsi untuk menjahit accessories
(38)
Mesin yang berfungsi untuk memasang accessoris logam.
g. Magic Tape Cutting
Mesin yang berfungsi untuk memotong magic tape.
h. Thermaber Printer
Mesin yang berfungsi untuk mencetak label keterangan yang akan
ditempelkan pada pembungkus karpet.
2.8.3. Proses Produksi Karpet Mobil Jenis SBS
Adapun langkah-langkah dalam proses produksi Karpet mobil jenis SBS
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan Dasar
Material SBS yang masih berbentuk butiran – butiran dicurah atau
dimasukkan kedalam suatu mesin extruder, mesin ini berfungsi sebagai
tempat peleburan butiran – butiran SBS dengan proses steam tujuannya
untuk meleburkan material SBS sehingga bisa dibentuk lembaran.
2. Pembentukan Inti
Proses pembentukan hasil dari extruder sesuai spesifikasi teknik ( MDS )
dengan menggunakan cetakan sesuai bentuk yang diminta buyer, di dalam
proses triming ini terdapat mesin pemotongan.
3. Pembentukan Akhir ( Finishing )
Proses welding emblem dan hot stamp menggunakan mesin hot press
kemudian dilakukan proses penjahitan untuk menjahit bagian tepi karet
denagn mesin overlock sewing dan pemasangan aksesoris dengan mesin
(39)
yang terbuat dari logam. Setelah itu diinspeksi dan finishing yaitu proses
perapian karpet dari sisa – sisa potongan benang setelah itu proses packing
dalam box yang sudah disediakan.
2.9. Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan penelitian–penelitian sebelumnya yang digunakan
sebagai acuan dalam penelitian ini.
1. Maria Rita Joan Hosana (2005) ”Identifikasi Tingkat Kecacatan Paving Stone Dilihat Dari Segi Kepuasan Pelanggan Dengan Fault Tree Analysis (FTA) di CV. Sinar Terang Beton, Surabaya”, Tugas Akhir S – 1 (Skripsi) Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya )
Penelitian kali ini dilakukan di CV. Sinar terang Beton Surabaya yang
bertujuan untuk mengidentifikasikan tingkat kecacatan produk paving stone
yang diproduksi oleh perusahaan tersebut dilihat dari segi kepuasan
pelanggan dengan menggunakan pendekatan metode Fault Tree Analysis
(FTA).
Berdasarkan langkah–langkah penyelesaian masalah dengan menggunakan
metode FTA, peneliti dapat mengidentifikasikan faktor–faktor kecacatan
produk dengan langkah–langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi akar penyebab terjadinya top event yang terjadi pada
produk melalui penyebab primer dan penyebab sekunder secara
brainstorming pada pihak karyawan operasi pada masing – masing stasiun
(40)
2. Melakukan pengamatan terhadap berapa banyak akar penyebab yang
terjadi dalam proses produksi.
3. Tahap selanjutnya yaitu melakukan perbaikan dari kecacatan tersebut dan
melakukan perhitungan tingkat kecacatan agar dapat dilakukan evaluasi.
a. Penentuan Kecacatan
Menentukan kecacatan hingga ke akar – akar penyebabnya dengan
menggambarkan ke dalam fault tree diagram beserta simbol – simbol
logika dari akar penyebab tersebut sampai menuju pada kejadian atau
kecacatan yang tidak diinginkan dan harus dihindari.
b. Struktur Kecacatan
Fault Tree Diagram tersebut selanjutnya dievaluasi dengan
menggunakan Cut Set Method hingga didapatkan cacat yang lebih
spesifik.
c. Perhitungan Probabilitas
Setelah dievaluasi, kemudian dihitung nilai probabilitasnya sehingga
diketahui seberapa tingkat kecacatan yang terjadi dan pengaruhnya
terhadap perusahaan ke depan.
Dapat diketahui penyebab kecacatan yang terjadi dalam proses
produksi adalah pengayakan kurang, komposisi semen terlalu sedikit
dibanding komponen lain, pekerja tidak terampil, penataan salah ( tidak rapi ),
frekuensi air ( pengairan ) kurang. Dari penyebab diatas dapat diketahui
peristiwa puncak kecacatan atau yang biasa disebut dengan top event yaitu
(41)
Berdasarkan perhitungan Fault Tree dan Cut Set didapatkan tingkat
kecacatan sebagai berikut:
a. Paving retak, probabilitas kecacatan per 10 menit sebelum evaluasi
0.69028 dan sesudah evaluasi 0.68725.
b. Paving pecah, probabilitas kecacatan per 10 menit sebelum evaluasi
0.2885 dan sesudah evaluasi 0.3143.
c. Warna paving pudar, probabilitas kecacatan per 10 menit sebelum evaluasi
0.4032 dan sesudah evaluasi 0.4503.
Dari data diatas maka peristiwa (top event) yang mempunyai tingkat
kecacatan tertinggi adalah peristiwa paving retak dengan probabilitas 0.68725
per 10 menit yang membuat pelanggan sering mengeluh. Sehingga perlu
diadakan correction action terhadap peristiwa tersebut yaitu lahan
pengeringan diperluas, pemantauan dan pengarahan pada pekerja, mengontrol
penyiraman agar disesuaikan dengan volume paving yang disiram, komposisi
semen dengan dengan komponen lain adalah 1 : 3 detik, mengendalikan
penggetaran saat pencetakan dengan batas getaran 15 – 30 detik.
( Maria Rita Joan Hosana, 2005, ”Identifikasi Tingkat Kecacatan Paving Stone Dilihat Dari Segi Kepuasan Pelanggan Dengan Fault Tree Analysis (FTA) di CV. Sinar Terang Beton, Surabaya”, Tugas Akhir S – 1 (Skripsi) Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya )
2. Nour Ika Okvania, 2007, ( ”Identifikasi Faktor – Faktor Kecacatan Produksi Besi Beton Dengan Metode Fault Tree Analysis (FTA) di PT. Asian Profile Indosteel, Surabaya”, Tugas Akhir S–1 (Skripsi) Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya )
(42)
Penelitian ini dilakukan di PT. Asian Profile Indosteel Surabaya yang
mempunyai tujuan untuk mengetahui kecacatan produk besi beton polos yang
di produksi oleh perusahaan tersebut yang dilihat dari segi probabilitas
kecacatan produk besi beton polos dalam proses produksi di PT. Asian Profile
Indosteel dengan menggunakan metode Fault Tree Anlysis.
Berdasarkan langkah–langkah penyelesaian masalah dengan
menggunakan metode FTA, peneliti dapat mengidentifikasikan faktor–faktor
kecacatan produk dengan langkah–langkah sebagai berikut:
1. Pengidentifikasian akar penyebab terjadinya top event yang terjadi pada
produk melalui sebab primer dan sebab sekunder secara brainstorming
pada pihak karyawan masing–masing stasiun kerja dalam proses produksi.
2. Melakukan pengamatan terhadap berapa banyak akar penyebab yang
terjadi dalam proses produksi.
3. Tahap selanjutnya yaitu melakukan perbaikan dari kecacatan tersebut dan
melakukan perhitungan tingkat kecacatan agar dapat dilakukan evaluasi.
a. Penentuan Kecacatan
Menentukan kecacatan hingga ke akar – akar penyebabnya dengan
menggambarkan ke dalam fault tree diagram beserta simbol – simbol
logika dari akar penyebab tersebut sampai menuju pada kejadian atau
kecacatan yang tidak diinginkan dan harus dihindari.
b. Struktur Kecacatan
Fault Tree Diagram tersebut selanjutnya dievaluasi dengan
menggunakan Cut Set Method hingga didapatkan cacat yang lebih
(43)
c. Perhitungan Probabilitas
Setelah dievaluasi, kemudian dihitung nilai probabilitasnya sehingga
diketahui seberapa tingkat kecacatan yang terjadi dan pengaruhnya
terhadap perusahaan ke depan.
Dapat diketahui penyebab kecacatan yang terjadi dalam proses
produksi adalah temperatur tidak stabil, mutu bahan bakar kurang baik,
monitoring operator kurang, kemampuan mesin kurang maksimal, proses
produksi baru berjalan, terjadi masalah saat produksi berjalan, setting mesin
kurang presisi, mesin trobel, pemakaian kaliber roll sudah maksimal,
pemasangan roll kurang tepat, desain kaliber roll tidak sesuai, mesin pinc roll
kotor, mutu roll kurang baik, air pendingin kurang baik, operator kurang teliti,
operator kurang terampil, operator terburu-buru. Dari penyebab diatas dapat
diketahui peristiwa puncak kecacatan atau yang biasa disebut dengan top
event yaitu besi beton bersirip atau nguping, besi beton permukaan berlubang
dan besi beton ukuran tidak sesuai.
Berdasarkan perhitungan Fault Tree dan Cut Set didapatkan tingkat
kecacatan sebagai berikut:
a. Besi beton bersirip atau nguping, probabilitas kecacatan per 180 menit
awal proses produksi sebelum evaluasi 0.1708 dan sesudah evaluasi
0.1714.
b. Besi beton permukaan berlubang, probabilitas kecacatan per 180 menit
awal proses produksi sebelum evaluasi 0.1133 dan sesudah evaluasi
(44)
c. Besi beton ukuran tidak sesuai, probabilitas kecacatan per 180 menit awal
proses produksi sebelum evaluasi 0.0491 dan sesudah evaluasi 0.0773.
Dari data diatas maka peristiwa (top event) yang mempunyai tingkat
kecacatan tertinggi adalah peristiwa besi beton bersirip atau nguping dengan
probabilitas 0.1714 per 180 menit awal proses produksi yang membuat
terjadinya kecacatan pada saat proses produksi. Sehingga perlu diadakan
correction action terhadap peristiwa tersebut yaitu setting mesin kurang
presisi, operator terburu – buru, operator kurang terampil, mesin troubel dan
kaliber mesin aus atau rusak.
( Nour Ika Okvania, 2007, ”Identifikasi Faktor – Faktor Kecacatan Produksi Besi Beton Dengan Metode Fault Tree Analysis (FTA) di PT. Asian Profile Indosteel, Surabaya”, Tugas Akhir S–1 (Skripsi) Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya )
3. Deddy Chrismianto (”Aplikasi Fault Tree Analysis (FTA) Dalam Analisa Keandalan Sistem Pelumas Motor Induk Kapal”, Staf Pengajar Program Studi S – 1 Teknik Perkapalan FT – UNDIP Semarang, www google. Com)
Keamanan dan keselamatan pengoperasian kapal akan terpenuhi jika
sistem yang ada di dalam kapal dapat berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan. Sistem pelumas pada kapal adalah sangat penting untuk
pelumasan bagian utama terutama motor induk kapal sebaga penggerak utama
kapal.
Pada umunya di dalam kapal sering terjadi kegagalan pada sistem
pelumas. Kegagalan ini disebabkan karena komponen–komponen yang
terdapat pada sistem pelumas tidak dapat berfungsi dengan baik. Sehubungan
(45)
perlu dilakukan analisa keandalan sehingga dapat mengidentifikasi bagaimana
sistem mengalami kegagalan.
Tujuan analisa keandalan tersebut yaitu untuk mengidentifikasi model
kegagalan, penyebab dan dampak kegagalan komponen terhadap kondisi
operasional sistem pelumas, komponen–komponen yang dapat menyebabkan
kegagalan sistem pelumas, kontribusi kegagalan tiap–tiap komponen terhadap
sistem pelumas dan keandalan dari komponen–komponen sistem pelumas.
Sebuah fault tree mengilustrasikan keadaan komponen–komponen
sistem (basic event) dan hubungan antara basic event dan top event. Simbol
grafis yang dipakai untuk untuk menyatakan hubungan tersebut disebut
gerbang logika. Dari diagram fault tree ini dapat disusun cut set dan minimal
cut set. Cut set yaitu serangkaian komponen sistem, apabila terjadi kegagalan
dapat berakibat kegagalan pada sistem. Sedangkan minimal cut set yaitu set
minimal yang dapat menyebabkan kegagalan pada sistem. Untuk mencari
minimal cut set digunakan Method for obtaining cut sets (Mocus) yaitu sebuah
algoritma yang dipakai untuk mendapatkan minimal cut set dalam sebuah fault
tree.
Hasil analisa kualitatif dengan menggunakan metode Fault Tree
Analysis (FTA) menyimpulkan bahwa top event pada permasalahan ini adalah
sistem pelumas tidak berfungsi dengan baik atau gagal dengan sub sistem
yang mengalami kegagalan adalah sebagai berikut:
1. Sistem pemompaan
- Hand Pump I
(46)
- Hand Pump II
- LO Pump
2. Sistem pertukaran kalor
- Komponen Cooler
3. Sistem suplai minyak pelumas dan
- LO Service Tank
4. Sistem penyaringan minyak pelumas
- Komponen Filter
Hasil analisa FTA dengan menggunakan MOCUS, diperoleh minimal
cut set yaitu {1}, {2}, {3}, {4}, {5}, {6}, {7}. Hal ini berarti sistem akan
mengalami kegagalan jika ada minim satu first order mengalami kegagalan
atau second order yang mengalami kegagalan secara serentak. Komponen
yang termasuk first order yaitu LO Pump, Hand pump I, Cooler, LO Service
tank dan filter. Sedangkan komponen yang termasuk second order yaitu
Pompa pelinciran awal terdiri dari LO. Priming pump dan Hand pump II.
Sehingga dalam metode FTA ini ada dua prioritas penyebab kegagalan
sistem. Jika diperhatikan, maka komponen – komponen yang termasuk dalam
first order yaitu komponen yang mempunyai susunan seri. Pada komponen
yang mempunyai susunan seri maka diperlukan satu komponen gagal agar
sistem tersebut mengalami kegagalan.
Sedangkan komponen yang termasuk dalam second order yaitu
komponen yang mempunyai susunan standby. Pada komponen yang
mempunyai susunan stand by maka diperlukan dua komponen gagal agar
(47)
dengan baik pada komponen yang termasuk dalam first order. Karena jika
komponen itu gagal maka keseluruhan sistem pelumas akan gagal dalam
menjalankan fungsinya.
( Deddy Chrismianto, ”Aplikasi Fault Tree Analysis (FTA) Dalam Analisa Keandalan Sistem Pelumas Motor Induk Kapal”, Staf Pengajar Program Studi S – 1 Teknik Perkapalan FT –
(48)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Untuk penelitian Tugas Akhir ini, penulis melakukan pengumpulan data di
PT. Altia Classic Automotive Manufacturing Surabaya yang merupakan suatu
perusahaan yang memproduksi karpet mobil yang eksklusif
.
Waktu penelitian dilakukan antara bulan Maret 2010 sampai dengan data yang diperlukan cukup.3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Identifikasi variabel didapat dengan melakukan identifikasi proses
produksi dengan menggunakan sampling kerja yaitu variabel bebas dan variabel
terikat :
A. Variabel bebas
Variabel bebas (independent variable) adalah faktor yang menjadikan pokok
permasalahan yang ingin diteliti, Yaitu peristiwa puncak (top event) dalam bentuk
probabilitas kecacatan produk. Variabel bebas antara lain :
1. Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk adalah karpet mobil jenis SBS terbuat dari nylon.
2. Kecacatan Produk
Adapun kecacatan yang nyata pada proses produksi Karpet Mobil ada lima
(49)
a. SBS Hole atau Karpet Berlubang
Yang dimaksud SBS Hole adalah hasil proses perekatan SBS dan
karpet terdapat lubang atau pori – pori yang agak besar pada permukaan
SBS atau karet.
b. SBS Wave atau Karpet Melengkung
Yang dimaksud SBS Wave adalah saat proses laminasi / perekatan
karpet dan karet kurang optimal sehingga terjadi karpet melengkung
atau tidak rata.
c. SBS Boken atau Karpet Pecah
Yang dimaksud SBS Broken adalah dalam backing process perekatan
antara karpet dan karet terjadi kesalahan pemasukan SBS ke dalam
mesin extruder sehingga laminasi dapat pecah / sobek.
d. Cutting Not Fit atau Potongan Karpet tidak sesuai
Yang dimaksud Cutting Not Fit adalah saat pemotongan pola proses
triming yang ditentukan ternyata dalam proses pemotongan pola karpet
tidak sesuai / miring.
e. Emblem Burnt atau Emblem Terbakar.
Yang dimaksud Emblem Burnt adalah saat proses welding emblem
terlalu tipis karetnya dan setup mesin salah yang mengakibatkan
emblem tersebut terbakar.
3. Sampling produk cacat
(50)
B. Variabel terikat
Variabel Terikat (Dependent Variable) merupakan variabel yang nilainya
tergantung dari variasi perubahan variabel bebas. Yaitu kualitas produksi karpet
mobil.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data selama penelitian, data yang dikumpulkan
terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Data Primer
Yaitu data yang di dapat dari penelitian langsung dengan cara mengambil
langsung dari sumber yang memberikan informasi, antara lain: jumlah
kejadian kecacatan proses produksi, dll. Adapun metode yang digunakan
adalah sebagai berikut:
a. Interview
Dengan cara melakukan interview kepada sumber secara langsung,
sehingga di dapatkan informasi yang valid.
b. Observasi
Pengamatan secara langsung ke obyek yang diteliti sehingga dapat
diketahui jalannya proses dengan jelas.
2. Data Sekunder
Yaitu data yang didapatkan dengan jalan mengumpulkan dan mempelajari
dokumen perusahaan.
Teknik-teknik yang digunakan dalam pengumpulan data selama penelitian,
(51)
a. Menganalisa penyebab terjadinya peristiwa (top event).
Dari data kecacatan produk yang dicatat oleh bagian quality control
yang terkumpul akan dapat diketahui peristiwa utama (top event).
Tabel 3.1 Lembar Identifikasi Penyebab Kecacatan
Top Event Penyebab Primer Penyebab Sekunder
b. Melakukan sampling kerja selama 12 hari per 120 menit/ 1hari
proses produksi
Tabel 3.2 Lembar sampling Proses Produksi
Akar Penyebab
120 menit
( 1 )
120 menit
( 2 )
120 menit ( 3 )
120 menit
( 4 )
120 menit
( 5 )
120 menit ( 6 )
F S
1
-
-
N
Total
Keterangan : S : Produksi yang sukses
F : Produksi yang gagal/ cacat
Adapun populasi produk (jumlah produk) dalam penelitian ini adalah
sebesar jumlah produk yang dihasilkan selama 1 hari/ 120 menit awal proses
produksi. Dimana jumlah produk yang dihasilkan bersifat fluktuatif. Sedangkan
banyak sample produk yang diambil secara random (acak) berdasarkan total
produk yang dihasilkan selama 120 menit awal proses produksi, agar data
(52)
3.4 Pengolahan Data
Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah Metode Fault Tree
Analysis (FTA), yang menganalisa elemen-elemen penyebab kegagalan suatu
sistem dengan menggunakan berbagai perangkat pembentuk meliputi simbol
logika.
Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data pada studi kasus di PT.
Altia Classic Automotive Manufacturing Surabaya dengan menggunakan metode
FTA adalah sebagai berikut:
1. Menganalisa kejadian yang tidak diinginkan sampai pada akar-akar
penyebabnya yang meliputi penyebab primer yang mengakibatkan terjadinya
top event (kejadian utama) dan penyebab sekunder yang mengakibatkan
terjadinya penyebab primer.
2. Menggambarkan akar-akar penyebab tersebut kedalam Fault Tree Diagram
(pohon kesalahan) yang berisi simbol-simbol logika (gerbang) kejadian
sehingga membentuk suatu keterkaitan satu sama lain.
3. Fault Tree Diagram, akan membentuk kombinasi pohon kesalahan, sehingga
diperlukan cut set yang digunakan untuk mengevaluasi diagram tersebut. Hal
ini diperoleh dengan menggambarkan garis melalui blok dalam sistem untuk
menunjukkan jumlah minimum blok gagal yang menyebabkan seluruh sistem
gagal.
4. Untuk mengetahui kombinasi peristiwa terkecil diperlukan minimal cut set.
Minimal cut set ini adalah kombinasi peristiwa yang paling kecil yang
(53)
yang paling terkecil yang berpotensial menyebabkan kecacatan (peristiwa
puncak atau top event).
5. Untuk menghitung probabilitas hanya diperlukan jumlah seluruh proses yang
sukses dan kegagalan proses, hal ini ditunjukkan dalam rumus berikut ini:
)
(S F
F PF
Keterangan
S = Sukses ( Produk/Proses )
F = Kegagalan ( Failure )
PF = probabilitas kegagalan
Untuk selanjutnya akan dihitung probabilitas dalam masing-masing gerbang,
yaitu: untuk gerbang OR, probabilitas masing-masing peristiwa atau
masukannya mengalami penjumlahan dan pengurangan.
a.Untuk 2 masukan
B A B A F B A F P P P P P P P P
1 [(1 )(1 )] b.Untuk lebih dari 2 masukan
C B A
F P P P
P
Untuk gerbang AND probabilitas masing-masing masukannya dikalikan.
6. Setelah semua diketahui maka akan didapatkan probabilitas peristiwa puncak
dan untuk langkah selanjutnya masing-masing probabilitas dievaluasi melalui
matrik dalam minimal cut set. Matrik cut set tersebut selanjutnya akan
dihitung probabilitasnya dengan menggunakan rumus berikut:
P (P1xP2) (P1 P3) (P1 P4) (P3xP4xP5xP6).
(54)
T
P merupakan probabilitas top event dan P merupakan probabilitas cut set. K
Mulai
3.5 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Adapun langkah-langkah pemecahan masalah yang dapat dilihat pada
gambar 3.1
Studi Literatur Studi Lapangan
Perumusan Masalah
Identifikasi Variabel
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data : - Data Spesifikasi Produk - Data Kecacatan Produk - Data Sampling Produk Cacat
Identifikasi Kecacatan Produk
(Top Event)
Identifikasi Penyebab Top Event :
- Penyebab Primer
- Penyebab Sekunder
Diagram Sebab-Akibat (Fishbone Diagram)
(55)
A
Penentuan Kecacatan Fault Tree Analysis
(FTA)
Penentuan Struktur Kecacatan
(Cut Set Method)
Perhitungan Probabilitas Tingkat Kecacatan
( Quantitative Probabiity Cut Set )
Usulan Perbaikan
( Correction Action )
Analisa Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Penjelasan dari langkah-langkah pemecahan masalah dari gambar diatas
adalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur dan Studi Lapangan
Dalam melakukan penelitian, penulis sebelumnya harus melakukan survey
(56)
sebenarnya dan mencari literatur yang akan digunakan sebagai acuan
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada perusahaan.
2. Perumusan Masalah
Selanjutnya melakukan suatu perumusan masalah sesuai dengan keadaan
atau permasalahan yang ada pada perusahaan.
3. Identifikasi Variabel
Selanjutnya adalah menentukan identifikasi variabel yang terdiri dari
variabel bebas dan variabel terikat. Identifikasi variabel yang
mempengaruhi adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebas: akar-akar penyebab kecacatan yang meliputi bahan
baku, manusia, lingkungan dan sistem.
b. Variabel terikat: peristiwa puncak (top event) dalam bentuk
probabilitas.
4. Tujuan Penelitian
Selanjutnya menentukan tujuan dari penelitian ini tentunya akan
memberikan arah dalam pelaksanaannya. Adapun tujuannya adalah
Mengetahui tingkat kecacatan produk karpet mobil , Memberikan usulan
perbaikan karpet mobil untuk melakukan pencegahan dan mengurangi
potensi penyebab kecacatan produk.
5. Pengumpulan Data
Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data-data dari perusahaan
yang terdiri dari data kecacatan produk, data kegagalan proses, dan data
(57)
a. Data Spesifikasi Produk dilihat dari produk secara fisik misalnya
panjang, lebar dan tinggi, dll.
b. Data kecacatan produk yang didapat dari data pengamatan yang
dilakukan oleh bagian Quality Control.
c. Data sampling produk cacat yang didapat dari pengamatan secara
langsung mengenai tentang jenis dan jumlah akar penyebab kecacatan
yang muncul pada 120 menit awal produksi berlangsung selama 12
hari.
6. Identifikasi Kecacatan Produk (Top Event)
Selanjutnya mengidentifikasi peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian
puncak kecacatan (Top Event) berdasarkan analisa data kecacatan
produksi yang dicatat oleh bagian Quality Control.
7. Identifikasi Penyebab Top Event
Selanjutnya mengidentifikasi penyebab dan akar-akar penyebab terjadinya
Top Event melalui penyebab primer dan penyebab sekunder. Hal ini
dilakukan secara meyeluruh pada pihak karyawan yang melakukan operasi
pada masing-masing stasiun kerja operasi.
8. Diagram Sebab-Akibat ( Fishbone Diagram )
Selanjutnya membuat gambar diagram sebab-akibat yang dipergunakan
untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik
kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu.
9. Penentuan Kecacatan (Fault Tree Analysis)
Selanjutnya menentukan kecacatan hingga ke akar-akar penyebabnya
(58)
simbol-simbol logika dari akar penyebab tersebut sampai menuju pada kejadian
atau kegagalan yang tidak diinginkan dan harus dihindari.
10. Penentuan Struktur Kecacatan (Cut Set Method)
Selanjutnya fault tree diagram terbeut dievaluasi dengan menggunakan cut
set method hingga didapatkan cacat yang lebih spesifik.
11. Perhitungan Probabilitas Tingkat Kecacatan (Probability Quantitative Cut Set)
Setelah dievaluasi, kemudian penyebab kegagalan dihitung nilai
probabilitasnya sehingga diketahui seberapa besar tingkat kecacatan yang
terjadi dan pengaruhnya terhadap perusahaan untuk masa yang akan
datang.
12. Usulan Perbaikan (Correction Action)
Langkah yang terakhir adalah memberikan usulan perbaikan pada pihak
perusahaan dengan menggunakan correction action terhadap
peristiwa-peristiwa top event agar dapat mengendalikan kecacatan produk selama
proses produksi.
13. Analisa Hasil dan Pembahasan
Langkah selanjutnya adalah menganalisa semua data agar lebih sesuai
dengan yang telah ditetapkan dan setelah data tersebut valid langkah
selanjutnya akan dilakukan pembahasan.
14. Kesimpulan dan Saran
Dari semua yang telah didapat langkah selanjutnya yaitu memberikan
saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.
(59)
(60)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian yang dilakukan di PT. Altia Classic
Automotive Manufacturing dengan jenis produk cacat yang diteliti adalah Karpet
Mobil Jenis SBS . Pengumpulan data tersebut dilaksanakan mulai tanggal 01
Maret 2010 sampai dengan data yang diperlukan dalam penelitian sudah
terpenuhi.
PT. Altia Classic Automotive Manufacturing dalam berproduksi sejauh ini
telah berupaya mengadakan perbaikan untuk mengurangi hasil produk yang cacat
dalam proses produksi, namun belum pernah mengidentifikasi lebih jauh tentang
penyebab terjadinya kecacatan dalam proses produksi. Output yang dihasilkan
memiliki banyak ketidaksesuaian produk seperti yang diharapkan oleh konsumen.
4.1.1. Deskripsi Spesifikasi Produk
PT. Altia Classic Automotive Manufacturing memproduksi Karpet Mobil
dengan berbagai tipe dan kegunaan, namun produk yang menjadi pokok utama
dalam penelitian ini adalah Karpet Mobil Jenis SBS .
(61)
Hasil produksi Karpet Mobil Jenis SBS SA-1 Nissan pada umumnya
digunakan sebagai alas bawah yang digunakan untuk kebutuhan mobil. seperti
pada gambar 4.1.
Spesifikasi Produk Karpet Mobil Jenis SBS SA-1 Nissan:
1. Jenis : Karpet Mobil Jenis SBS SA-1 Nissan.
2. Panjang : 150 (cm)
3. Lebar : 40 (cm)
4.1.2. Data Kecacatan Produk
Berdasarkan hasil penelitian pada PT. Altia Classic Automotive
Manufacturing, diperoleh data cacat produk berdasarkan hasil pemeriksaan bagian
Pengawas Produksi PT. Altia Classic Automotive Manufacturing selama 12
bulan (Januari 2009 - Desember 2009). seperti pada tabel 4.1.
Jumlah cacat produksi :
(%) Cacat Produksi / Hari = 100% ari produksi/h ari produksi/h cacat x total jumlah
Contoh : (%) Cacat Produksi ( Januari ) Hari 1 = 100% 1,89% 523 . 12 237 x
Tabel 4.1 Data Produksi dan Cacat Karpet Mobil Jenis SBS Januari -Desember 2009
Produksi Januari 2009 Karpet Mobil (SBS) Produksi ke Jenis Panjang (cm) Lebar (cm) Total Produksi Cacat Produksi (%) Cacat Produksi Keterangan
1 SBS 150 40 12.532 237 1, 89 % SBS Wave
2 SBS 150 40 16.107 463 2,87 % SBS Hole
3 SBS 150 40 12.746 - 0 % -
4 SBS 150 40 10.501 - 0 % -
5 SBS 150 40 10.711 159 1,48 % SBS Wave
6 SBS 150 40 11.699 - 0 % -
7 SBS 150 40 13.916 - 0 % -
8 SBS 150 40 15.188 175 1,15 % Cutting not
(62)
Produksi Januari 2009 Karpet Mobil (SBS) Produksi ke Jenis Panjang (cm) Lebar (cm) Total Produksi Cacat Produksi (%) Cacat Produksi Keterangan
9 SBS 150 40 15.102 - 0 % -
10 SBS 150 40 13.920 294 2,11 % SBS Hole
11 SBS 150 40 12.357 - 0 % -
12 SBS 150 40 10.652 - 0 % -
13 SBS 150 40 10.741 - 0 % -
14 SBS 150 40 15.324 478 3,12 % SBS Hole
15 SBS 150 40 14.344 247 1,72 % SBS Wave
16 SBS 150 40 15.272 - 0 % -
17 SBS 150 40 13.226 - 0 % -
18 SBS 150 40 12.253 263 2,15 % Emblem
Burnt
19 SBS 150 40 15.752 - 0 % -
20 SBS 150 40 16.950 427 2,52 % SBS Hole
( Sumber : Data Primer PT. Altia Classic Automotive Manufacturing Surabaya )
Produksi Februari 2009 Karpet Mobil (SBS) Produksi ke Jenis Panjang (cm) Lebar (cm) Total Produksi Cacat Produksi (%) Cacat Produksi Keterangan
1 SBS 150 40 10.809 232 2,15 % SBS Hole
2 SBS 150 40 10.722 - 0 % -
3 SBS 150 40 11.221 208 1,85 % SBS Wave
4 SBS 150 40 10.522 - 0 % -
5 SBS 150 40 12.112 - 0 % -
6 SBS 150 40 10.722 184 1,72 % SBS Wave
7 SBS 150 40 11.225 - 0 % -
8 SBS 150 40 10.521 121 1,15 % SBS Wave
9 SBS 150 40 10.722 - 0 % -
10 SBS 150 40 12.123 152 1,25 % SBS Hole
11 SBS 150 40 11.271 462 4,10 % SBS Hole
12 SBS 150 40 10.662 - 0 % -
13 SBS 150 40 10.521 - 0 % -
14 SBS 150 40 10.721 214 2,00 % SBS Hole
15 SBS 150 40 12.123 - 0 % -
16 SBS 150 40 12.232 379 3,10 % SBS Broken
17 SBS 150 40 12.725 - 0 % -
18 SBS 150 40 12.762 269 2,11 % SBS Broken
19 SBS 150 40 11.752 - 0 % -
20 SBS 150 40 10.124 329 3,25 % SBS Wave
(1)
Roll aus 0,0208
Penggunaan roll yang melebihi dari umur mesin itu sendiri
pengecekan terhadap roll membuat mesin bekerja secara maksimal Perawatan Roll Operator kurang teliti 0,0361
Selain pekerja jarang memperhatikan prosedur proses produksi, mereka juga kurang teliti dalam hal proses produksi karpet mobil.
Perlu diadakannya training untuk para pekerja yang
Khususnya dalam hal ketrampilan dan prosedur proses produksi. Tenaga kerja Material tidak sesuai standard 0,0312 Materialnya tidak sesuai dengan pesanan yang diinginkan pabrik. Setiap kedatangan pemesanan material sebaiknya pihak QC melihat kualitas material sebelum dimasukkan dalam departement produksi. Material Material terlalu lama disimpan digudang. 0,0202
Material terlalu lama disimpan
mengakibatkan mutu bahan kurang bagus.
Pengiriman material dengan
memproduksi karpet mobil sebaiknya dalam tenggang waktu yang dekat.
Material
( Sumber informasi : Hasil pengolahan data, lampiran 3)
Peristiwa-peristiwa yang membentuk kejadian bentuk Cutting Not Fit
dengan
menggunakan correction action adalah sebagai berikut
:Tabel 4.18 correction action Terhadap Penyebab Kejadian Cutting Not Fit
Akar
Penyebab Probabilitas Deskripsi Keadaan Correction Action
Bagian yang dikoreksi (diperhatikan) Operator kurang teliti 0,0361
Selain pekerja jarang memperhatikan prosedur proses produksi, mereka juga kurang teliti dalam hal proses produksi karpet mobil.
Perlu diadakannya training untuk para pekerja yang
Khususnya dalam hal ketrampilan dan prosedur proses produksi.
(2)
Akar
Penyebab Probabilitas Deskripsi Keadaan Correction Action
Bagian yang dikoreksi (diperhatikan) Pisau pemotong tumpul 0,0223
Pisau pemotong pada mesin trimming tidak tajam lagi
Pengecekan bagian – bagian mesin sebaiknya dilakukan rutin. Tenaga kerja dan mesin Setting mesin tidak sesuai. 0,0246 Kurangnya tenaga terampil untuk mengoperasikan mesin sesuai dengan prosedur dan keterbatasan peralatan yang ada.
Harus ada SOP : System operating procedur untuk dapat mensetting mesin dengan tepat.
Tenaga kerja
( Sumber informasi : Hasil pengolahan data, lampiran 3)
Peristiwa-peristiwa yang membentuk kejadian bentuk Emblem Burnt
dengan
menggunakan correction action adalah sebagai berikut :
Tabel 4.19 correction action Terhadap Penyebab Kejadian Emblem Burnt
Akar
Penyebab Probabilitas Deskripsi Keadaan Correction Action
Bagian yang dikoreksi (diperhatikan) Operator kurang teliti 0,0361 Selain pekerja jarang memperhatikan prosedur proses produksi, mereka juga kurang teliti dalam hal proses produksi karpet mobil.
Perlu diadakannya training untuk para pekerja yang
Khususnya dalam hal ketrampilan dan prosedur proses produksi.
Tenaga kerja
Karpet
tipis 0,0222
Pemilihan material karpet yang kurang memenuhi standart perusahaan
mengakibatkan karpet tipis, sehingga mudah terbakar pada saat proses welding emblem.
Sebaiknya bagian QC lebih selektif dalam pemilihan material karpet yaitu dengan mengambil sample karpet yang didatangkan dari bagian gudang, sehingga kualitas material karpet yang bagus akan mudah didapat.
Tenaga kerja dan material
(3)
Setting mesin tidak sesuai 0,0246 Kurangnya tenaga terampil untuk mengoperasikan mesin sesuai dengan prosedur dan peralatan yang ada.
Agar setting mesin awal pada mesin tepat dibutuhkan tenaga yang ahli dan disiplin dalam menjalankan prosedur yang ada sesuai dengan peralatan yang ada dalam proses produksi karpet mobil pada PT. Altia Classic
Automotive Manufacturing Surabaya.
Mesin
( Sumber informasi : Hasil pengolahan data, lampiran 3)
Peristiwa-peristiwa yang membentuk kejadian SBS Broken
dengan
menggunakan correction action adalah sebagai berikut
:Tabel 4.20 correction action Terhadap Penyebab Kejadian SBS Broken
Akar
Penyebab Probabilitas Deskripsi Keadaan Correction Action
Bagian yang dikoreksi (diperhatikan) Operator kurang teliti 0,0361
Selain pekerja jarang memperhatikan prosedur proses produksi, mereka juga kurang teliti dalam hal proses produksi karpet mobil.
Perlu diadakannya training untuk para pekerja yang
Khususnya dalam hal ketrampilan dan prosedur proses produksi. Tenaga kerja Terdapat banyak kotoran masuk pada tabung extruder 0,0213 Terdapatnya kotoran pada tabung extruder mengakibatkan sering terjadi trouble pada mesin extruder.
Sebelum setup mesin sebaiknya di bersihkan dulu. Mesin Terdapat benang masuk pada tabung extruder 0,0229 Terdapatnya benang pada tabung extruder mengakibatkan sering terjadi trouble pada mesin
Sebelum setup mesin sebaiknya di
bersihkan dulu.
(4)
Akar
Penyebab Probabilitas Deskripsi Keadaan Correction Action
Bagian yang dikoreksi (diperhatikan) Material
terlalu lama disimpan di gudang
0,0202
Material terlalu lama disimpan
mengakibatkan mutu bahan kurang bagus.
Pengiriman material dengan
memproduksi karpet mobil sebaiknya dalam tenggang waktu yang dekat.
Material
(5)
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan
dalam penelitian analisis faktor-faktor kecacatan pada produk karpet mobil jenis
SBS di PT. Altia Classic Automotive Manufacturing Surabaya dengan
menggunakan metode Fault Tree Analysis (FTA), maka peneliti dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Bahwa tingkat kecacatan produk karpet mobil yaitu SBS Hole sebesar
0.11020 atau 11,020 %, SBS Wave sebesar 0.1033 atau 10,33 %, Cutting Not
Fit sebesar 0,0830 atau 8,30 %, Emblem Burnt sebesar 0,0829 atau 8,29 %
dan SBS Broken sebesar 0,0568 atau 5,68 %
2.
Dari pembahasan diatas maka correction action untuk tingkat kecacatan
yang terbesar adalah SBS Hole yaitu Operator lalai dalam memasukkan
SBS adalah harus ada SOP : System operating procedur dan pengawasan
dalam bagian produksi agar tidak terjadi kelalaian lagi untuk tabung extruder
terdapat plastik seharusnya sebelum setup mesin sebaiknya di bersihkan
dahulu dan Setting mesin tidak sesuai seharusnya ada SOP : System operating
procedur untuk dapat mensetting mesin dengan tepat.Material tidak sesuai
standart sebaiknta setiap kedatangan pemesanan material sebaiknya pihak
QC melihat kualitas material sebelum dimasukkan dalam departement
produksi
(6)