Keterangan : Penilaian Kriteria kesehatan :
a. Nilai kredit antara 81 – 100 diberi predikat sehat
b. Nilai kredit antara 66 – 81 diberi predikat cukup sehat
c. Nilai kredit antara 51 – 66 diberi predikat kurang sehat
d. Nilai kredit antara 0 – 51 diberi predikat tidak sehat
D. Analisis Tingkat Kesehatan Bank PT. BPR Nusamba Banguntapan Tahun 2003 – 2005
Penilaian tingkat kesehatan bank PT. BPR Nusamba Banguntapan mempunyai bobot yang berbeda – beda dari tahun ke tahun. Tabel V.22
menunjukkan prestasi yang dapat dicapai dan dimiliki oleh PT. BPR Nusamba Bangutapan dari tahun 2003 - 2005. Pada tahun 2003, prestasi yang dicapai
dengan bobot sebesar 99,83. Pada tahun 2004 mengala mi penurunan sebesar 2,12 atau senilai 97,71. Sedangkan pada tahun 2005 mengalami peningkatan dari tahun
2004 sebesar 0,2 atau 97,91.
TABEL V. 22. TINGKAT KESEHATAN PT. BPR NUSAMBA BANGUNTAPAN TAHUN 2003 – 2005
Tahun Tingkat Kesehatan
Kriteria Kesehatan
Persentase
2003 99,83
Sehat 2004
97,71 Sehat
- 2,12 2005
97,91 Sehat
0,20 Sumber : Penilaian Tingkat Kesehatan PT. BPR Nusamba Banguntapan diolah.
Penilaian tingkat kesehatan dari suatu waktu tidak dapat dijadikan pedoman, karena tinggi rendahnya hanya untuk waktu yang bersifat temporer. Pada grafik 1
akan terlihat kecenderungan kenaikan dan penurunan yang bisa mengungkapkan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kesehatan itu sendiri.
96.5 97
97.5 98
98.5 99
99.5 100
Tingkat Kesehatan
2003 2004
2005
Grafik 1. Tingkat kesehatan PT. BPR Nusamba Banguntapan tahun 2003 - 2005
Seperti terlihat dalam grafik 1, pada tahun 2003 posisinya lebih baik dibandingkan dengan tahun 2004 dan 2005. Tahun 2004 mengalami penurunan bila
dibandingkan tahun 2003. Sedangkan tahun 2005 mengalami kenaikan meskipun tidak signifikan.
Tabel V.22 tentang tingkat kesehatan PT. BPR Nusamba Banguntapan tahun 2003 sampai tahun 2005, menunjukkan bahwa tingkat kesehatan bank PT. BPR
Nusamba Banguntapan dari tahun 2003 sampai tahun 2005 mengalami kenaikan dan penurunan. Tahun 2004, PT. BPR Nusamba Banguntapan mengalami penurunan
tingkat kesehatan sebesar 2,12 dari tahun 2003 sebesar 99,83 menjadi sebesar 97,71 pada tahun 2004. Sedangkan pada tahun 2005 mengalami kenaikan tingkat kesehatan
sebesar 0,16 menjadi 97,91. Rasio Modal terhadap ATMR merupakan salah satu komponen yang ikut
mempengaruhi tingkat kesehatan bank PT. BPR Nusamba Banguntapan. Rasio modal terhadap ATMR tahun 2003 sebesar 28,32, tahun 2004 menurun menjadi 27,52,
dan tahun 2005 kembali mengalami penurunan menjadi 22,44. Penurunan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
secara terus menerus ini disebabkan oleh adanya salah satu komponen modal yang terus menurun, yaitu laba tahun berjalan. Laba tahun berjalan periode tahun 2003
sebesar Rp 207.500, tahun 2004 sebesar Rp 194.765, dan tahun 2005 sebesar Rp 189.060. Gejala yang terjadi adalah adanya pertambahan jumlah modal yang tidak
sebanding dengan pertambahan jumlah ATMR. Seharusnya, untuk mendapatkan nilai rasio modal terhadap ATMR supaya menjadi semakin baik, diperlukan pertambahan
jumlah modal yang lebih besar dibandingkan jumlah ATMR. Sedangkan untuk jumlah nilai kredit tahun 2003 sampai tahun 2005 berada dalam posisi maksimal dan
stabil yaitu memiliki nilai bobot sebesar 30 untuk masing – masing tahun. Hal – hal ya ng mempengaruhi naik turunnya tingkat kesehatan adalah faktor
Kualitas Aktiva Produktif yang terdiri dari 2 rasio. Pertama, rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif. Rasio ini mengalami kenaikan dan
penurunan dari tahun ke tahun. Nilai rasio tahun 2003 sebesar 0,77, tahun 2004 mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,49, dan tahun 2005 mengalami
penurunan menjadi sebesar 0,95. Naik turunnya nilai – nilai rasio tersebut menunjukkan adanya gejala bahwa nilai Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan
mengalami peningkatan dan penurunan. Nilai aktiva produktif diklasifikasikan tahun 2003 sebesar Rp 47.587, tahun 2004 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp
111.065, dan tahun 2005 mengalami penurunan menjadi sebesar Rp 92.864 Kedua, rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap penyisihan penghapusan
aktiva produktif wajib dibentuk. Kurang stabilnya faktor kualitas aktiva produktif dapat dilihat dari rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif wajib dibentuk yang mengalami penurunan dari tahun 2003 ke tahun 2004 sebesar 2,12 dari nilai kredit 5 menjadi 2,88, dan kembali
mengalami peningkatan di tahun 2005 sebesar 0,20 sehingga nilai kredit menjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3,08. Hal tersebut dapat kita lihat pada tahun 2004, bahwa ternyata nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif relatif lebih kecil jika diband ingkan dengan nilai
penyisihan penghapusan aktiva produktif wajib dibentuk. Untuk mendapatkan nilai yang maksimal, seharusnya nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif lebih besar
daripada nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif wajib dibentuk. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2005 yang memiliki nilai penyisihan penghapusan aktiva
produktif lebih kecil dibandingkan denga n nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif wajib dibentuk.
Manajemen juga merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan. Faktor ini terdiri dari 2 aspek. Pertama, aspek manajemen umum yang terdiri dari 10
pernyataan mendapatkan penilaian yang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuisioner yang diisi oleh pihak perusahaan.Kedua, aspek manajemen resiko. Nilai
yang tidak maksimal terdapat pada bagian ini. Pada manajemen resiko, dalam hal risiko kepemilikan dan pengurus, perusahaan menyatakan bahwa Dewan Komisaris
tidak sepenuhnya melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Direksi. Pernyataan tersebut yang menyebabkan nilai kredit faktor manajemen,
khususnya manajemen risiko menjadi berkurang. Hal lain yang ikut mempengaruhi tingkat kesehatan bank PT. BPR Nusamba
Banguntapan adalah rasio laba sebelum pajak terhadap total asset. Rasio ini terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Nilai rasio tahun 2003 sebesar 10,22,
tahun 2004 sebesar 7,35, dan tahun 2005 sebesar 5,56. Gejala yang ditimbulkan dengan adanya penurunan rasio ini adalah berkurangnya laba sebelum pajak dari
tahun ke tahun. Laba sebelum pajak tahun 2003 sebesar Rp 567.856, tahun 2004 sebesar Rp 531.470, dan tahun 2005 sebesar Rp 515.173. Rasio biaya operasional
terhadap pendapatan operasional juga ikut mempengaruhi tingkat kesehatan bank. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rasio ini justru mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Nilai rasio tahun 2003 sebesar 69,88, tahun 2004 sebesar 74,12. Dan tahun 2005 sebesar 78,82. Gejala
yang ditimbulkan adalah adanya peningkatan jumlah biaya operasional dari tahun 2003 sebesar Rp 1.309.429, tahun 2004 menjadi sebesar Rp 1.480.252, dan tahun
2005 kembali mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp 1.917.516. Likuiditas juga merupakan salah satu hal yang ikut mempengaruhi tingkat
kesehatan bank PT. BPR Nusamba Banguntapan. Faktor ini terdiri dari 2 rasio. Pertama, Rasio Aktiva Produktif AP terhadap dana yang diterima yang mengalami
penurunan dari tahun 2003 ke tahun 2004 sebesar 0,02 dari 79,31 menjadi 79,29, dan mengalami kenaikan sebesar 5,57 dari tahun 2004 sebesar 79,29
menjadi 84,86 di tahun 2005. Gejala yang ditimbulkan adalah adanya peningkatan Aktiva Produktif AP dari tahun 2003 sebesar Rp 6.158.148, tahun 2004 menjadi
sebesar Rp 7.458.067, dan tahun 2005 sebesar Rp 8.831.792. Sedangkan jumlah dana yang diterima tahun 2003 sebesar Rp 7.764.655, tahun 2004 sebesar Rp 9.406.062,
dan tahun 2005 sebesar Rp 10.407.485. Kedua , rasio alat likuid terhadap hutang lancar tahun 2003 sebesar 41,54, tahun 2004 sebesar 34,48, dan tahun 2005
sebesar 17,25. Gejala yang ditimbulkan adalah adanya peningkatan jumlah alat likuid pada tahun 2003 sebesar Rp 1.917.098, tahun 2004 menjadi sebesar Rp
1.997.480, dan pada tahun 2005 menjadi sebesar Rp 1.358.289. Analisis faktor – faktor pembentuk tingkat kesehatan bank dari tahun 2003 –
2005 adalah sebagai berikut. 1.
Permodalan Capital Modal merupakan salah satu faktor yang menentukan kekuatan bank dan
sistem perbankan, demikian pula PT. BPR Nusamba Banguntapan yang meletakkan modal sebagai faktor mutu manajemen dan asset, likuiditas dan
kekuatan ekonomi. Pertumbuhan modal sangat perlu diperhatikan karena modal mempunyai fungsi operasi dan pengatur. Di PT. BPR Nusamba Banguntapan,
fungsi operasi modal meliputi penyediaan dana untuk penyewaan gedung, penyangga untuk menyerap kerugian operasi yang terjadi. Selain itu, modal juga
berfungsi untuk mengatur pinjaman dan investasi bank. Dari tabel V.23 dapat dibuat grafik untuk melihat kecenderungan kenaikan
dan penurunan dari rasio permodalan dan juga untuk mengetahui sebab – sebab terjadinya penurunan dan kenaikan tersebut. Pertumbuhan modal PT. BPR
Nusamba Banguntapan dari tahun ke tahun cukup besar. Pertumbuhan modal memang dapat meningkatkan rasio permodalan tetapi juga harus selaras dengan
pertumbuhan ATMR. Rasio permodalan tahun 2004 mengalami penurunan jika dibandingkan
tahun 2003. Sedangkan tahun 2005 juga mengalami penurunan jika dibandingkan dengan rasio permodalan tahun 2004. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan ATMR
yang juga meningkat lebih cepat daripada pertumbuhan modal.
TABEL V. 23. PERTUMBUHAN CAPITAL ADEQUACY RATIO PT.
BPR NUSAMBA BANGUNTAPAN TAHUN 2003 – 2005 Tahun
CAR Modal
ATMR
2003 28,32
1.389.358 4.906.121
2004 27,52
1.742.031 6.329.358
2005 22,44
2.126.375 9.475.927
Sumber : Tabel Penilaian Tingkat Kesehatan Tahun 2003 – 2005 diolah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5 10
15 20
25 30
CAR 2003
2004 2005
Grafik 2. Capital Adequacy Ratio CAR
Perhitungan kecukupan ATMR sangat berpengaruh terhadap rasio permodalan, karena pertumbuhan ATMR pada umumnya lebih cepat daripada
pertumb uhan modal. Pertumbuhan ATMR yang sebagian besar berasal dari pemberian fasilitas kredit merupakan cermin pencapaian pertumbuhan volume
usaha sebagai sasaran dari kebijakan manajemen. Agar pertumbuhan ATMR terkendali, diperlukan adanya pengelolaan yang baik dan efektif dalam
penanaman aktiva. Untuk menjaga supaya PT. BPR Nusamba Banguntapan tetap berkembang
dengan peningkatan deposito dan aset yang menghasilkan pendapatan, maka harus memperluas dasar modalnya, tetapi pada saat yang bersamaan juga harus menjaga
tingkat risiko tetap konstan.
2. Kualitas Aktiva Produktif
Penilaian kualitas aktiva produktif terdiri dari dua komponen yaitu rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif dan rasio
penyisihan penghapusan piutang terhadap penyisihan penghapusan piutang wajib dibentuk. Tabel V.24 dan grafik 3 menunjukkan perkembangan kedua rasio
tersebut dari tahun 2003 – 2005. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TABEL V. 24. RASIO AKTIVA PRODUKTIF DIKLASIFIKASIKAN TERHADAP AKTIVA PRODUKTIF DAN RASIO
PENYISIHAN PENGHAPUSAN PIUTANG TERHADAP PENYISIHAN PENGHAPUSAN WAJIB DIBENTUK
Tahun Rasio aktiva produktif
diklasifikasikan terhadap aktiva produktif
Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap
penyisihan penghapusan wajib dibentuk
2003 0,77
119,49 2004
1,49 57,63
2005 0,95
61,57 Sumber : Penilaian tingkat kesehatan PT. BPR Nusamba Banguntapan tahun 2003 –
2005 diolah.
20 40
60 80
100 120
Kualitas Aktiva 2003
2004 2005
Grafik 3. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif dan rasio penyisihan penghapusan piutang terhadap penyisihan penghapusan
piutang yang wajib dibentuk
Apabila dilihat dari grafik 3, maka perkembangan rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif pada tahun 2003 – 2005 mengalami
peningkatan dan penurunan. Untuk rasio penyisihan penghapusan piutang terhadap penyisihan penghapusan piutang wajib dibentuk juga terjadi penurunan pada tahun
2004 jika dibandingkan dengan tahun 2003. Sedangkan pada tahun 2005 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2004. Hal ini tidak terlepas dari
pengaruh keadaan ekonomi yang tidak stabil. Memperhatikan tata cara penghitungan aktiva produktif yang diklasifikasikan, maka dapat dikatakan bahwa unsur yang
paling berpengaruh dalam rasio kualitas aktiva produktif adalah kolektibilitas kredit. Dengan kata lain, apabila kolektibilitas kredit yang diberikan rendah, maka kualitas
aktiva produktif menjadi rendah dan nilai kredit juga rendah.
3. Manajemen
Untuk mencapai hasil yang terbaik dalam penilaian komponen manajemen diperlukan adanya manajemen lapisan bawah, menengah, maupun manajer puncak
yang mampu bertindak sebagi perencana, pengorganisasi, pemimpin, dan pendelegasi wewenang, karena hasil manajemen yang baik akan mempengaruhi faktor dan
komponen yang dinilai dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Tabel V.25 dan grafik 4 menunjukkan perkembangan rasio manajemen dari tahun 2003 – 2005.
TABEL V. 25. RASIO MANAJEMEN UMUM DAN MANAJEMEN RISIKO PT. BPR NUSAMBA BANGUNTAPAN TAHUN 2003 – 2005
Tahun Manajemen Umum
Manajemen Risiko 2003
10 14
2004 10
14 2005
10 14
Sumber : Penilaian tingkat kesehatan PT. BPR Nusamba Banguntapan tahun 2003 – 2005
2 4
6 8
10 12
14
Manajemen Umum
Manajemen Risiko
2003 2004
2005
Grafik 4. Manajemen PT. BPR Nusamba Banguntapan tahun 2003 – 2005
Manajemen PT. BPR Nusamba Banguntapan dari tahun 2003 – 2005 relatif stabil, karena sistem manajemen yang dijalankan dirasa sudah cukup memadai. Di dalam
penilaian ini, komponen yang paling besar pengaruhnya adalah manajemen umum, karena faktor Sumber Daya Manusia termasuk dalam aspek manajemen umum.
4. Rentabilitas
Apabila diperhatikan, penilaian rentabilitas ini merupakan cerminan dari hasil usaha yang sebagian besar diperolah dari operasional perkreditan khususnya
penerimaan bunga.
TABEL V. 26. ROA DAN RASIO EFISIENSI PT. BPR NUSAMBA BANGUNTAPAN TAHUN 2003 – 2005
Tahun ROA
Rasio Efisiensi 2003
10,22 69,88
2004 7,35
74,12 2005
5,56 78,82
Sumber : Penilaian tingkat kesehatan PT. BPR Nusamba Banguntapan 2003 – 2005
10 20
30 40
50 60
70 80
ROA Rasio Efisiensi
2003 2004
2005
Grafik 5. ROA Rasio Efisiensi PT. BPR Nusamba Banguntapan tahun 2003 -2005
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa dari setiap tahun antara tahun 2003 sampai 2004 terjadi penurunan nilai ROA. Kalau dilihat dari tingkat laba yang
diperoleh memang terjadi peningkatan laba, tetapi tidak sebanding dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penambahan asset yang dilakukan. Sedangkan untuk rasio efisiensi, terjadi kenaikan dari tahun ke tahun. Kalau dilihat dari perkembangan perolehan laba,
usaha bank yang dilakukan di luar operasional cenderung memakan banyak biaya sehingga me ngurangi laba operasional yang diperoleh.
5. Likuiditas
Likuiditas merupakan salah satu persoalan yang terus menerus dihadapi oleh manajemen PT. BPR Nusamba Banguntapan. Jumlah likuiditas yang dibutuhkan
tergantung pada jumlah naik turunnya dana yang diterima dan permintaan pinjaman. Perubahan LDR PT. BPR Nusamba Banguntapan dari tahun ke tahun
tercermin pada tabel V.27 berikut.
TABEL V. 27. LDR DAN RASIO ALAT LIKUIDASI TERHADAP HUTANG LANCAR PT. BPR NUSAMBA
BANGUNTAPAN 2003 – 2005
Tahun Loan to Deposit Ratio
LDR Alat Likuidasi terhadap Hutang
Lancar 2003
79,31 41,54
2004 79,29
34,48 2005
84,86 17,25
Sumber : Penilaian tingkat kesehatan PT. BPR Nusamba Banguntapan 2003 – 2005
20 40
60 80
100
LDR Alat Likuidasi
2003 2004
2005
Grafik 6. LDR Rasio alat likuiditas terhadap hutang lancar PT. BPR Nusamba Banguntapan tahun 2003 – 2005
Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa LDR pada tahun 2004 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2003, sedangkan pada tahun 2005
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun 2004. Hal semacam ini disebabkan karena besarnya kredit yang diberikan dapat diimbangi dengan dana
yang diterima. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data mengenai tingkat kesehatan bank PT. BPR Nusamba Banguntapan dalam kurun waktu 2003 sampai 2005 dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut. 1. Tingkat kesehatan bank PT. BPR Nusamba Banguntapan dari tahun 2003 sampai
2005 ditinjau dari penilaian CAR, dalam keadaan sehat dengan nilai rata – rata CAR sebesar 26,09 dan nilai rata – rata kredit faktor sebesar 30. Nilai CAR PT.
BPR Nusamba Banguntapan dari tahun 2003 – 2005 sebagai berikut 28,32, 27,52, dan 22,44, dan nilai kredit faktornya sebesar 30, 30, dan 30,
sehingga secara parsial nilai CAR PT. BPR Nusamba Banguntapan dari tahun 2003 – 2005 dalam keadaan sehat.
2. Tingkat kesehatan PT. BPR Nusamba Banguntapan dari tahun 2003 – 2005
ditinjau dari penilaian kualitas aktivanya, menghasilkan nilai rasio aktiva produktif diklasifikasikan terhadap aktiva produktif sebagai berikut : 0,77,
1,49, dan 0,95. Sedangkan nilai rasio cadangan penghapusan piutang yang wajib dibentuk adalah sebagai berikut: 119,49, 57,63, dan 61,57. Hasil
penelitian di atas dapat menunjukkan bahwa dari kurun waktu 2003 – 2005, kualitas aktiva produktifnya dalam keadaan sehat. Hal ini bisa dilihat dari hasil
perolehan nilai kredit yang menduk ung tingkat kesehatan bank dari tahun 2003 – 2005 sebagai berikut : 30, 27,88, dan 28,08. Secara keseluruha n, aktiva
produktif PT. BPR Nusamba Banguntapan tahun 2003 – 2005 berada dalam kondisi sehat dengan nilai rata – rata kredit faktor sebesar 28,65.