17
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Otonomi daerah yang sedang bergulir saat ini merupakan sebagian dari adanya reformasi atas kehidupan berbangsa dan bernegara. Otonomi daerah diatur
dalam UU No. 322004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan peraturan pembaharuan dari peraturan sebelumnya yaitu UU No. 221999 yang mengatur
berbagai kewenangan daerah. Kewenangan yang dimaksud salah satunya adalah kewenangan dalam hal pengelolaan keuangan daerah. Sebagai bentuk perwujudan
adanya reformasi dalam bidang keuangan negara terkait hubungan pemerintah pusat dan daerah, diterbitkan pula UU No. 332004 tentang perimbangan antara
Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang merupakan pembaharuan dari UU No. 251999.
Kedua peraturan tersebut merupakan bagian utama dalam reformasi di bidang keuangan daerah. Penerbitan kedua undang-undang tersebut menjadi
momentum penting dalam reformasi keuangan daerah Halim dan Damayanti, 2008: 3-5. Tentunya, selain memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah
untuk mengelola keuangan daerah masing-masing, pemerintah pusat juga menuntut adanya pertanggungjawaban. Oleh karena itu, kemudian muncul adanya
tuntutan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara.
18 Salah satu upaya kongkrit untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu
dan disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan SAP. Hal tersebut diatur dalam UU No. 172003 tentang Keuangan Negara yang
mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBNAPBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. adapun jenis laporan keuangan yang harus disampaikan meliputi laporan realisasi anggaran, neraca,
laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Dalam laporan keuangan pemerintah tersebut memberi penggambaran kinerja keuangan pemerintah daerah
dalam melakukan pengelolaan keuangan negara. Kinerja keuangan pemerintah daerah menjadi sorotan publik sejak
bergulirnya reformasi yang membuka kesempatan bagi masyarakat luas untuk menyuarakan pendapatnya. Sebuah pemerintah daerah dituntut untuk mampu
menggunakan dana yang dimilki dengan cermat sehingga mampu menghasilkan pelayanan publik yang sesuai dengan standar minimal mutu pelayanan yang
diberikan pada masyarakat. Mardiasmo 2007: 121 menyatakan bahwa kinerja pemerintah merupakan suatu hal yang menjadi fokus perhatian dalam pengelolaan
keuangan negara. Kinerja pemerintah yang dimaksud adalah bagaimana upaya pemerintah daerah dalam memperoleh dan menggunakan dana dalam melakukan
pembangunan daerah bersangkutan. Oleh karena itu kinerja pemerintah perlu
19 untuk dilakukan pengukuran agar dapat diberikan suatu pernyataan keberhasilan
pemerintah daerah dan dapat didentifikasikan perbaikan jika memang diperlukan. Dalam pengukuran kinerja pemerintah menurut Mardiasmo 2007: 125-
127 diperlukan indikator atau tolok ukur yang dapat dinyatakan secara jelas. Tolok ukur kinerja pemerintah biasanya dinyatakan dengan tingkat ekonomis,
efisiensi dan efektifitas dalam sebuah konsep pendekatan pengukuran kinerja berupa value for money. Ekonomis adalah konsep yang mengaitkan antara jumlah
input dengan nilai input, sementara efisiensi membandingkan antara jumlah input dengan output serta efektifitas mengaitkan output dengan outcome. Kinerja
keuangan tersebut biasanya dinyatakan dengan rasio keuangan yang diidentifikasi dari laporan keuangan pemerintah daerah Mahmudi, 2007: 92-96.
Rasio keuangan merupakan perbandingan antar pos-pos dalam laporan keuangan yang memberikan informasi bagi pemakai laporan keuangan. Rasio
keuangan ini dapat digunakan sebagai media untuk menginformasikan kinerja keuangan sebagaimana yang dinyatakan oleh Cohen 2006 yang menggunakan
kinerja keuangan sebagai variabel penelitianya. Rasio keuangan yang dimaksud terdiri adari: return on equity, return on assets, profit margin, current ratio,
debtequity, long term liabilities total assets, assets turnover, operating revenuestotal revenues and operating revenuesoperating expense. Untuk
variabel yang mempengaruhi ada beberapa rasio ataupun jumlah absolut nominal atas laporan keuangan yang dapat digunakan seperti jumlah penduduk, jumlah
ekuitas dana, jumlah assets, jumlah pendapatan daerah maupun jumlah
20 pendapatan per kapita sebagaimana digunakan oleh beberapa penelitian Cohen,
2006; Steven dan McGowen 1983 dan Groves et al, 2001 Terkait dengan rasio keuangan yang menggambarkan kinerja keuangan
pemerintah tersebut, terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan. Steven dan McGowen 1983 melakukan penelitian terkait indikator keuangan dan tren
keuangan pemerintah daerah dengan menggunakan tiga buah variabel yang terdiri dari variabel pendapatan dan pengeluaran, variabel pajak dan real estate, dan
variabel composite yang terbagi menjadi debt to revenue ratio, grant to revenue ratio serta grant to expenditure ratio. Hasil penelitian ini adalah bahwa tren
keuangan pemerintah daerah dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jumlah penduduk dan sumber pendapatan bagi pemerintah daerah. Jika permintaan
pelayanan masyarakat meningkat tanpa dibarengi dengan peningkatan keuangan pemerintah daerah, maka akan menurunkan kualitas jasa yang diberikan dan hal
ini membutuhkan indikator keuangan pemerintah daerah yang efektif. Sementara itu, Groves et al. 2001 melakukan penelitian terkait indikator
keuangan pemerintah daerah dengan menggunakan dua faktor yaitu variabel atau faktor lingkungan dan faktor organisasional. Hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini bahwa indikator keuangan pemerintah daerah dipengaruhi oleh baik faktor lingkungan maupun faktor organisasional yang dapat di-monitoring melalui
financial trend monitoring system. Cohen 2006 mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menjadi moderator kinerja keuangan pemerintah daerah di Yunani
dengan menggunakan variabel gross domestic product, populasi penduduk, variabel real estate, tourist dan capital. Sementara indikator kinerja keuangan
21 yang digunakan adalah rasio keuangan yang terbagi menjadi return on equity,
return on assets, profit margin, current ratio, debtequity, long term liabilitiestotal assets, assets turnover, operating revenuestotal revenues and
operating revenuesoperating expense. Hasil penelitian Cohen 2006 menyatakan bahwa kelima faktor yang
terdiri dari gross domestic product, populasi penduduk, variabel real estate, tourist dan capital mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah yang
dinyatakan dalam sembilan rasio keuangan. Hanya saja faktor yang mempunyai pengaruh yang lebih tinggi adalah jumlah penduduk dan capital. Selain itu, rasio
profitabilitas yang dinyatakan dalam rasio ROA, ROE dan profit margin tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut oleh karena profitabilitas sektor
pemerintah berbeda dengan sektor swasta. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Cohen
2006, Steven dan McGowen 1983 dan Groves at al. 2001 dengan perbedaan seperti berikut ini.
1. Sampel penelitian
Cohen 2006 menggunakan sampel penelitian pemerintah daerah di Yunani, sementara penelitian ini menggunakan sampel penelitian laporam
keuangan pemerintah daerah kabupaten dan pemerintah kota di Indonesia. 2.
Periode penelitian Cohen 2006 menggunakan periode penelitian tahun 2002 sampai dengan
tahun 2004, sementara penelitian ini menggunakan periode penelitian tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 dengan alasan ketersedian data
22 laporan keuangan yang disusun oleh pemerintah daerah di Indonesia dan
dipublikasi di www.bpk.go.id. 3.
Variabel penelitian Cohen 2006 menggunakan lima faktor atau variabel independen berupa
gross domestic product, populasi penduduk, variabel real estate, tourist dan capital, sementara itu, penelitian ini menambahkan empat variabel
independen yaitu taxes, revenue, expenditure dan grant sebagaimana digunakan oleh Steven dan McGowen 1983. Penelitian ini tidak
menggunakan gross domestic product, populasi penduduk dengan alasan keterbatasan data untuk menghitung variabel tersebut. Selain itu,
penelitian ini juga menghilangkan ROA, ROE dan profit margin dalam variabel dependen oleh karena hasil penelitian Cohen 2006 tidak
menunjukkan pengaruh yang signifikan serta alasan bahwa pemerintah daerah berbeda dengan sektor swasta sehingga profitabilitas sektor swasta
tidak dapat dibawa pada sektor pemerintah. Selain itu penelitian ini juga tidak menggunakan proksi long term liabilities to total aset dengan alasan
tidak seluruh pemerintah daerah menyajikan kewajiban utang jangka panjang sehingga dapat mempengaruhi berkurangnya jumlah sampel,
alasan lain adalah bahwa kewajiban jangka panjang pemerintah daerah lebih banyak kewajiban pada pemerintah pusat. Hal ini dapat
mempengaruhi sifat utang yang lebih moderat dan lunak dalam pembayaran baik pokok utang maupun bunganya.
23
B. Permasalahan