Analisis kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia SUYONO42772010

(1)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

DI INDONESIA

TESIS

Diajukan untuk melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

SUYONO

NIM: S4307105

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

DI INDONESIA

Disusun Oleh: Suyono NIM: S4307105

Telah Disetujui Pembimbing Pada Tanggal: Januari 2010

Pembimbing I

Prof. Dr. Rahmawati, M.Si., Ak NIP. 196804011993032001

Pembimbing II

Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak NIP. 196609191992031001

Mengetahui:

Ketua Program Studi Magister Akuntansi

Dr. Bandi, M.Si., Ak NIP. 196411201991031002


(3)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

DI INDONESIA

Disusun Oleh : Suyono NIM: S 4307105

Telah disetujui Penguji Pada tanggal : Februari 2010

Ketua Tim Penguji : Dr. Payamta, M.Si., Ak, CPA ... Sekretaris : Dr. Bandi, M.Si., Ak ... Anggota : Prof. Dr. Rahmawati, M.Si., Ak ... Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak ...

Mengetahui:

Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Magister Akuntansi

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. Dr. Bandi, M.Si., Ak NIP. 195708201985031004 NIP. 196411201991031002


(4)

PERNYATAAN

Nama : Suyono

NIM : S4307105

Program Studi : Magister Akuntansi Konsentrasi : Akuntansi Sektor Publik

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul ” ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh atas tesis tersebut.

Surakarta, Februari 2010 Yang menyatakan,


(5)

MOT TO

“ A pabila dikatakan: B erlapang-lapanglah dalam majelis,maka

lapangkanlah, niscaya A llah akan memberi kelapangan untukmu.

“A pabila dikatakan: B erdirilah kamu, maka berdirilah kamu

niscaya A llah akan meninggikan orang-orang yang beriman

diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat ”

(Q s. A l M ujadilah : 11)

“ K arena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(Q s. A lam N asyrah : 5)

”K etika anak A dam mati putuslah semua amalnya kecuali : anak

yang soleh, amal jariyah dan ilmu yang bermanfaat”

( H R .B uchori & M u slim )


(6)

Persembahan

Karya sederhana ini penulis persembahkan

teruntuk:

ALLAH SWT……….

Kedua Orang Tua Dan Keluarga Besarku………

Semua Guru-Guruku..……

Istriku Tercinta…YUNI...

Anak-Anakku…YOGA…,AAN..ASA….. yang menjadi

inspirasiku dan motivasiku untuk menyelesaikan tesis ini…..


(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA” ini dengan baik.

Tesis ini disusun guna melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik berupa moral maupun material, secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syamsul Hadi, Sp.Kj selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Prof. Dr. Rahmawati, M.Si.,Ak sebagai Pembimbing I yang telah memberikan ijin penelitian dan ilmunya baik akademis maupun non akademis.

3. Bapak Drs. Jaka Winarna, M.Si.,Ak selaku Pembimbing II yang telah memberikan ijin penelitian dan bimbingannya selama penulisan tesis ini.


(8)

4. Bapak Dr. Payamta, M.Si., Ak, CPA selaku Ketua Tim Penguji tesis yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis.

5. Bapak. Dr. Bandi, M.Si., Ak dan Bapak. Doddy Setiawan, S.E., M.Si., IMRI., Ak selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi yang telah memfasilitasi dalam penulisan tesis ini.

6. Bapak dan Ibu staf pengajar Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi UNS. 7. Kedua orang tua, istri tercinta, anak-anakku: yoga, aan, asa yang telah

menjadikan inspirasi dan dorongan dalam menyelesaikan tesis, Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita. 8. Bapak Drs. S. Eko Sumarso, MM. Selaku Kepala SMK Negeri 3 Surakarta, Bapak/ Ibu Guru, Karyawan yang telah memberikan ijin, dukungan dan fasilitas kepada kami, semoga menjadikan motivasi kepada teman yang lain dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.

9. Saudara- saudara mahasiswa Magister Akuntansi angkatan IV yang telah memberikan dukungan moral dan pemikiran terutama Sdr. Sutaryo, S.E., M.Si, Ak. dan Wiharta Raharja, S.E.

10.Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama masa kuliah dan dalam menyelesaikan tesis ini. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan ke depan. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan umumnya kepada kita sekalian.


(9)

Akhirnya kepada semua pihak yang sudah membantu penulis selama menjalani masa perkuliahan maupun selama penyusunan tesis ini semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surakarta, Januari 2010

Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

HALAMAN ABSTRAKSI ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 11


(11)

1. Pengertian Laporan Keuangan dan Tujuan Laporan Keuangan .... 11

2. Jenis Laporan Keuangan ... 13

3. Karakteristik Kualitatif Relevan atas Informasi dalam Laporan Keuangan ... 15

4. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 17

5. Pelaporan dan Pengukuran Kinerja Pemerintah ... 19

B. Review Literature dan Pengembangan Hipotesis ... 22

C. Kerangka Pikir Penelitian ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... .. 32

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... . 32

C. Data, Sumber data dan Pengumpulan Data... ... 34

D. Variabel dan Pengukuran ... ... 34

E. Analisis data ………. ... 40

F. Pengujian data ……….. ... 41

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Populasi dan Sampel ... 47

B. Data dan Pengumpulan Data ... 49

C. Analisis Data ... 50

1. Deskripsi Statistik ... 50


(12)

a. Uji Normalitas Data ... 52

b. Uji Autokorelasi ... 54

c. Uji Multikolinieritas ... 55

d. Uji Heterokedastisitas ... 56

e. Uji Hipotesis ... 57

D. Pembahasan ... 61

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 64

B. Keterbatasan ... 65

C. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN ...


(13)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1 Sampel Penelitian ... 48

2 Deskriptif Statistik Data Penelitian ... 51

3 Normalitas Data ... 52

4 Normalitas Setelah Seleksi Data Outlier... 53

5 Hasil Uji Autokorelasi ... 54

6 Hasil Uji Multikolonieritas ... 55

7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 56

8 Uji Signifikansi – F... 58

9 Uji Signifikansi – t ... 59


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(15)

ABSTRAK

ANALISI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

SUYONO NIM: S4307105

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh revenue, expenditure, real estate, capital, taxes dan grant terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia yang dinyatakan dengan current ratio, debt to equity ratio, asset turnover dan operating revenue to total revenue serta operating revenue to operating expense. Penelitian ini menggunakan populasi seluruh pemerintah daerah kabupaten/kota seluruh Indonesia dengan sampel penelitian yang dipilih berdasarkan purposive sampling method. Penelitian ini menggunakan jumlah sampel 304 pemerintah daerah. Penelitian ini menggunakan alat analisis data regresi berganda (multiple regression) dengan bantuan software komputer untuk statistik SPPS versi 16.00.

Analisis data dilakukan untuk menentukan principal component, normalitas data, asumsi klasik dan hipotesis. Principal component dilakukan untuk menentukan satu ukuran kinerja keuangan atas lima ukuran kinerja yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil pengujian normalitas data dan asumsi klasik mengindikasikan bahwa data yang digunakan dalam penelitian terdistribusi secara normal dan tidak terjadi asumsi klasik autokorelsi, multikolinieritas maupun heteroskedastisitas sehingga pengujian hipotesis dengan model regresi berganda dapat dilakukan. Dalam pengujian regresi berganda, hasil penelitian ini menunjukkan bukti empiris bahwa variabel revenue berpangaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia. Namun demikian, variabel expenditure, real estate, capital, taxes dan grant tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa jumlah revenue merupakan factor yang mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah di Indonesia.

Kata Kunci: revenue, expenditure, real estate, capital, taxes, grant financial performance, principal component, current ratio, debt to equity ratio, asset turnover, operating revenue to total revenue dan operating revenue to operating expense


(16)

ABSTRACT

THE FINANCIAL PERFORMANCE ANALYZES OF LOCAL GOVERNMENT IN INDONESIA

SUYONO NIM: S4307105

This research is carried out in order to obtain empirical evidence relating the influence of revenue, expenditure, real estate, capital, taxes and grants to the financial performance of local government in Indonesia which is indicated by current ratio, debt to equity ratio, asset turnover and operating revenue to total revenue and operating revenue to operating expense. This research uses the entire population of local government districts throughout Indonesia with the sample chosen by purposive sampling method. This research uses a sample of 304 local governments. This research used a multiple regression analysis of data with the help of computer software for statistical 16:00 version of SPPS. Data analysis is used to determine principal component, the normality of data, the classical assumptions and hypotheses. Principal component conducted to determine a measure of financial performance over the five performance measures used in this research. Normality test results and data indicates that the classical assumption that the data used in the research are normally distributed and there is no classical assumptions autokorelasi, multikolinieritas, and heteroskedastisitas so hypothesis testing with multiple regression models can be done. In a multiple regression test, the results of this research showed empirical evidence that the revenue variables affect the financial performance of local government in Indonesia. But, the expenditure variable, real estate, capital, taxes and grants give no effect on the financial performance of local governments in Indonesia.

This research concludes that revenues affect to financial performance of local government in Indonesia.

Keywords : revenue, expenditure, real estate, capital, taxes, grant, financial performance, principal component, current ratio, debt to equity ratio, assetturnover, operating revenue to total revenue and operating revenue to operating expense.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Otonomi daerah yang sedang bergulir saat ini merupakan sebagian dari adanya reformasi atas kehidupan berbangsa dan bernegara. Otonomi daerah diatur dalam UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan peraturan pembaharuan dari peraturan sebelumnya yaitu UU No. 22/1999 yang mengatur berbagai kewenangan daerah. Kewenangan yang dimaksud salah satunya adalah kewenangan dalam hal pengelolaan keuangan daerah. Sebagai bentuk perwujudan adanya reformasi dalam bidang keuangan negara terkait hubungan pemerintah pusat dan daerah, diterbitkan pula UU No. 33/2004 tentang perimbangan antara Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang merupakan pembaharuan dari UU No. 25/1999.

Kedua peraturan tersebut merupakan bagian utama dalam reformasi di bidang keuangan daerah. Penerbitan kedua undang-undang tersebut menjadi momentum penting dalam reformasi keuangan daerah (Halim dan Damayanti, 2008: 3-5). Tentunya, selain memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah masing-masing, pemerintah pusat juga menuntut adanya pertanggungjawaban. Oleh karena itu, kemudian muncul adanya tuntutan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara.


(18)

Salah satu upaya kongkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Hal tersebut diatur dalam UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. adapun jenis laporan keuangan yang harus disampaikan meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Dalam laporan keuangan pemerintah tersebut memberi penggambaran kinerja keuangan pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan negara.

Kinerja keuangan pemerintah daerah menjadi sorotan publik sejak bergulirnya reformasi yang membuka kesempatan bagi masyarakat luas untuk menyuarakan pendapatnya. Sebuah pemerintah daerah dituntut untuk mampu menggunakan dana yang dimilki dengan cermat sehingga mampu menghasilkan pelayanan publik yang sesuai dengan standar minimal mutu pelayanan yang diberikan pada masyarakat. Mardiasmo (2007: 121) menyatakan bahwa kinerja pemerintah merupakan suatu hal yang menjadi fokus perhatian dalam pengelolaan keuangan negara. Kinerja pemerintah yang dimaksud adalah bagaimana upaya pemerintah daerah dalam memperoleh dan menggunakan dana dalam melakukan pembangunan daerah bersangkutan. Oleh karena itu kinerja pemerintah perlu


(19)

untuk dilakukan pengukuran agar dapat diberikan suatu pernyataan keberhasilan pemerintah daerah dan dapat didentifikasikan perbaikan jika memang diperlukan.

Dalam pengukuran kinerja pemerintah menurut Mardiasmo (2007: 125-127) diperlukan indikator atau tolok ukur yang dapat dinyatakan secara jelas. Tolok ukur kinerja pemerintah biasanya dinyatakan dengan tingkat ekonomis, efisiensi dan efektifitas dalam sebuah konsep pendekatan pengukuran kinerja berupa value for money. Ekonomis adalah konsep yang mengaitkan antara jumlah input dengan nilai input, sementara efisiensi membandingkan antara jumlah input dengan output serta efektifitas mengaitkan output dengan outcome. Kinerja keuangan tersebut biasanya dinyatakan dengan rasio keuangan yang diidentifikasi dari laporan keuangan pemerintah daerah (Mahmudi, 2007: 92-96).

Rasio keuangan merupakan perbandingan antar pos-pos dalam laporan keuangan yang memberikan informasi bagi pemakai laporan keuangan. Rasio keuangan ini dapat digunakan sebagai media untuk menginformasikan kinerja keuangan sebagaimana yang dinyatakan oleh Cohen (2006) yang menggunakan kinerja keuangan sebagai variabel penelitianya. Rasio keuangan yang dimaksud terdiri adari: return on equity, return on assets, profit margin, current ratio, debt/equity, long term liabilities/ total assets, assets turnover, operating revenues/total revenues and operating revenues/operating expense. Untuk variabel yang mempengaruhi ada beberapa rasio ataupun jumlah absolut nominal atas laporan keuangan yang dapat digunakan seperti jumlah penduduk, jumlah ekuitas dana, jumlah assets, jumlah pendapatan daerah maupun jumlah


(20)

pendapatan per kapita sebagaimana digunakan oleh beberapa penelitian (Cohen, 2006; Steven dan McGowen (1983) dan Groves et al, 2001)

Terkait dengan rasio keuangan yang menggambarkan kinerja keuangan pemerintah tersebut, terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan. Steven dan McGowen (1983) melakukan penelitian terkait indikator keuangan dan tren keuangan pemerintah daerah dengan menggunakan tiga buah variabel yang terdiri dari variabel pendapatan dan pengeluaran, variabel pajak dan real estate, dan variabel composite yang terbagi menjadi debt to revenue ratio, grant to revenue ratio serta grant to expenditure ratio. Hasil penelitian ini adalah bahwa tren keuangan pemerintah daerah dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jumlah penduduk dan sumber pendapatan bagi pemerintah daerah. Jika permintaan pelayanan masyarakat meningkat tanpa dibarengi dengan peningkatan keuangan pemerintah daerah, maka akan menurunkan kualitas jasa yang diberikan dan hal ini membutuhkan indikator keuangan pemerintah daerah yang efektif.

Sementara itu, Groves et al. (2001) melakukan penelitian terkait indikator keuangan pemerintah daerah dengan menggunakan dua faktor yaitu variabel atau faktor lingkungan dan faktor organisasional. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa indikator keuangan pemerintah daerah dipengaruhi oleh baik faktor lingkungan maupun faktor organisasional yang dapat di-monitoring melalui financial trend monitoring system. Cohen (2006) mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menjadi moderator kinerja keuangan pemerintah daerah di Yunani dengan menggunakan variabel gross domestic product, populasi penduduk, variabel real estate, tourist dan capital. Sementara indikator kinerja keuangan


(21)

yang digunakan adalah rasio keuangan yang terbagi menjadi return on equity, return on assets, profit margin, current ratio, debt/equity, long term liabilities/total assets, assets turnover, operating revenues/total revenues and operating revenues/operating expense.

Hasil penelitian Cohen (2006) menyatakan bahwa kelima faktor yang terdiri dari gross domestic product, populasi penduduk, variabel real estate, tourist dan capital mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah yang dinyatakan dalam sembilan rasio keuangan. Hanya saja faktor yang mempunyai pengaruh yang lebih tinggi adalah jumlah penduduk dan capital. Selain itu, rasio profitabilitas yang dinyatakan dalam rasio ROA, ROE dan profit margin tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut oleh karena profitabilitas sektor pemerintah berbeda dengan sektor swasta.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Cohen (2006), Steven dan McGowen (1983) dan Groves at al. (2001) dengan perbedaan seperti berikut ini.

1. Sampel penelitian

Cohen (2006) menggunakan sampel penelitian pemerintah daerah di Yunani, sementara penelitian ini menggunakan sampel penelitian laporam keuangan pemerintah daerah kabupaten dan pemerintah kota di Indonesia. 2. Periode penelitian

Cohen (2006) menggunakan periode penelitian tahun 2002 sampai dengan tahun 2004, sementara penelitian ini menggunakan periode penelitian tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 dengan alasan ketersedian data


(22)

laporan keuangan yang disusun oleh pemerintah daerah di Indonesia dan dipublikasi di www.bpk.go.id.

3. Variabel penelitian

Cohen (2006) menggunakan lima faktor atau variabel independen berupa gross domestic product, populasi penduduk, variabel real estate, tourist dan capital, sementara itu, penelitian ini menambahkan empat variabel independen yaitu taxes, revenue, expenditure dan grant sebagaimana digunakan oleh Steven dan McGowen (1983). Penelitian ini tidak menggunakan gross domestic product, populasi penduduk dengan alasan keterbatasan data untuk menghitung variabel tersebut. Selain itu, penelitian ini juga menghilangkan ROA, ROE dan profit margin dalam variabel dependen oleh karena hasil penelitian Cohen (2006) tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan serta alasan bahwa pemerintah daerah berbeda dengan sektor swasta sehingga profitabilitas sektor swasta tidak dapat dibawa pada sektor pemerintah. Selain itu penelitian ini juga tidak menggunakan proksi long term liabilities to total aset dengan alasan tidak seluruh pemerintah daerah menyajikan kewajiban utang jangka panjang sehingga dapat mempengaruhi berkurangnya jumlah sampel, alasan lain adalah bahwa kewajiban jangka panjang pemerintah daerah lebih banyak kewajiban pada pemerintah pusat. Hal ini dapat mempengaruhi sifat utang yang lebih moderat dan lunak dalam pembayaran baik pokok utang maupun bunganya.


(23)

B. Permasalahan

Laporan keuangan pemerintah daerah yang disusun oleh pemerintah sebagaimana tercantum dalam standar akuntansi pemerintah (SAP) dimaksudkan untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Salah satu poin penting dalam pertanggungjawaban tersebut adalah kinerja keuangan (Mardiasmo, 2007: 127). Oleh karena kinerja keuangan merupakan poin penting tersebut, maka analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah penting untuk dilakukan. Steven dan McGowen (1983), Groves et al. (2001) dan Cohen (2006) melakukan penelitian terkait kinerja keuangan pemerintah dengan menggunakan variabel yang diambil dari laporan keuangan pemerintah daerah. Secara umum hasil penelitian-penelitian tersebut adalah bahwa informasi yang ada dalam laporan keuangan pemerintah daerah dan dinyatakan dalam rasio keuangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

Atas dasar hal tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diuraikan dalam pertanyaan riset seperti berikut ini.

1) Apakah revenue berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia?

2) Apakah expenditure berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia?

3) Apakah real estate berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia?


(24)

4) Apakah capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia?

5) Apakah taxes berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia?

6) Apakah grant berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang dapat dinyatakan seperti berikut ini.

1) Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh revenue terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.

2) Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh expenditure terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.

3) Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh real estate terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.

4) Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh capital terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.

5) Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh taxes terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.

6) Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh grant terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.


(25)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memperoleh hasil penelitian yang memberikan manfaat pada pihak-pihak berikut ini.

1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada pemerintah dalam pengimplementasian akuntansi pemerintah berdasar akrual dengan menyediakan bukti empiris terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah sehingga dapat menjadi dasar dalam pengambilan keputusan pemerintah dalam melakukan kegiatan pemerintah dalam memberikan pelayanan pada masyarakat.

2. Bagi Legislator

Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh bukti empiris terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah dalam laporan keuangan pemerintah yang disusun berdasar akrual basis sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah No. 01 Tentang Penyajian Laporan Keuangan, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan pengawasan terhadap eksekutif dalam menjalankan pemerintahan terutama terkait dengan pengelolaan keuangan daerah.


(26)

3. Lembaga Pemberi Donasi, Investasi dan Pinjaman

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu informasi dalam pengambilan keputusan atas donasi, investasi dan pinjaman yang diberikan pada pemerintah daerah terutama informasi terkait kinerja keuangan pemerintah pemerintah daerah dan faktor yang mempengaruhinya.

4. Bagi Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP)

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada KSAP selaku standart setter dalam penyusunan standar akuntansi pemerintah terutama terkait dengan nilai relevan atibut akuntansi dalam laporan keuangan pemerintah sehingga tujuan penyusunan laporan keuangan pemerintah dapat mencapai tujuanya yaitu menyediakan informasi yang relevan bagi para pengguna laporan dalam pengambilan keputusan ekonomis.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Laporan Keuangan dan Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban suatu entitas pemerintah pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan standar akuntansi pemerintah. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan (kerangka konseptual akuntansi pemerintah, paragraf 21). Laporan keuangan merupakan media informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan.

Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam


(28)

rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan menerapkan basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan transaksi-transaksi spesifik dan peristiwa-peristiwa yang lain, diatur dalam standar akuntansi pemerintahan lainnya.

Laporan keuangan untuk tujuan umum yang disusun dan disajikan dengan basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Yang dimaksud dengan pengguna adalah masyarakat, legislatif, lembaga pemeriksa/pengawas, pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah. Laporan keuangan meliputi laporan keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan.

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dan


(29)

basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Entitas pelaporan diperkenankan untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan menggunakan sepenuhnya basis akrual, baik dalam pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Entitas pelaporan yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan dengan menggunakan basis akrual tetap menyajikan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis kas.

2. Jenis Laporan Keuangan a. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur seperti: pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.

b. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana.


(30)

c. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non-keuangan, pembiayaan, dan non-anggaran. Penyajian Laporan Arus Kas dan pengungkapan yang berhubungan dengan arus kas diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor: 03 tentang Laporan Arus Kas. Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut ini.

1) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum Negara/Daerah.

2) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum Negara/Daerah.

d. Catatan atas Laporan Keuangan

Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, catatan atas laporan keuangan sekurang-kurangnya disajikan dengan susunan sebagai berikut ini.

1)Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.


(31)

2)Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan. 3)Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan

kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.

4)Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

5)Pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas.

6)Formasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

7)Daftar dan skedul.

Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

3. Karakteristik Kualitatif Relevan atas Informasi dalam Laporan Keuangan.

Informasi akuntansi dalam laporan keuangan pemerintah daerah harus mempunyai karakteristik kualitatif tertentu. Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi


(32)

akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik terdiri dari: relevan, reliable, consistency, dan comparability yang merupakan prasyaratan normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki.

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi dalam laporan keuangan pemerintah dikatakan relevan menurut Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah Paragraf 33, jika memenuhi kriteria:

a. Manfaat umpan balik (feedback value).

Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.

b. Manfaat prediktif (predictive value).

Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini. c. Tepat waktu.

Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.


(33)

d. Lengkap.

Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

4. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu perusahaan, perlu dilakukan suatu interpretasi atau analisis terhadap data keuangan dari perusahaan yang bersangkutan, dan data keuangan itu akan tercermin dalam laporan keuangannya. Laporan keuangan melaporkan baik posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu. Akan tetapi nilai riil dari laporan keuangan adalah fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba dan dividen masa depan (Brigham dan Houston, 2001: 426 ).

Mengadakan interpretasi atau analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa untuk dapat mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Dengan mengadakan analisis laporan keuangan, manajer akan dapat mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan dari perusahaannya, dan akan dapat diketahui hasil-hasil keuangan yang telah dicapai di masa lalu dan masa yang


(34)

sedang berjalan. Dengan mengadakan analisis keuangan dari tahun-tahun yang telah lalu dapat diketahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Kemudian oleh manajemen analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi di masa depan dan, yang lebih penting, sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan untuk masa yang akan datang.

Para kreditorpun berkepentingan terhadap laporan keuangan dari perusahaan yang telah atau akan menjadi debitur atau nasabahnya. Kreditur sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, perlu mengadakan analisis terlebih dahulu untuk mengukur kemampuan perusahaan tersebut dalam membayar kembali utangnya plus beban bunganya. Para kreditur jangka panjang berkepentingan untuk mengetahui apakah kredit yang akan diberikan itu cukup mendapatkan jaminan dari aktiva, sedangkan para kreditur jangka pendek lebih tertarik pada kemampuan nasabah untuk membayar utang lancarnya dengan dana yang berasal dari aktiva lancarnya.

Selain itu, para investor juga berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijakan penanaman modalnya. Bagi investor yang penting adalah rate of return dari dana yang akan diinvestasikan dalam surat-surat berharga yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Dari sudut pandang investor, analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan.

Fungsi utama laporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan


(35)

ekonomi, sosial, dan politik. Meskipun laporan keuangan sudah bersifat general purposive, artinya dibuat lebih umum dan sesederhana mungkin untuk memenuhi kebutuhan informasi semua pihak, tetapi tidak semua pembaca laporan dapat memahami laporan tersebut dengan baik.

Tidak semua pengguna laporan keuangan memahami akuntansi dengan baik, sementara mereka akan mengandalkan informasi keuangan itu untuk pembuatan keputusan, maka ketidakmampuan memahami dan menginterpretasikan laporan keuangan tersebut perlu dibantu dengan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu bagaimana cara memahami laporan keuangan, bagaimana menafsirkan angka-angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi laporan keuangan, dan bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

Terdapat beberapa metode dalam analisis laporan keuangan. Salah satu teknik yang paling banyak digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah analisis rasio keuangan. Terdapat berbagai jenis rasio yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menginterpretasikan laporan keuangan. Hasil dari perhitungan rasio-rasio keuangan perlu diinterpretasikan, sehingga darinya dapat dievaluasi kinerja keuangan organisasi dan selanjutnya dilakukan pengambilan keputusan tertentu.

5. Pelaporan dan Pengukuran Kinerja Pemerintah

Government Accounting Standard Board (GASB), dalam Concept Statements No. 2, membagi pengukuran kinerja dalam tiga kategori indikator,


(36)

yaitu (1) indikator pengukuran service efforts, (2) indikator pengukuran service accomplishment, dan (3) indikator yang menghubungkan antara efforts dengan accomplishment. Service efforts berarti bagaimana sumber daya digunakan untuk melaksanakan berbagai program atau pelayanan jasa yang beragam. Service accomplishment diartikan sebagai prestasi dari program tertentu. Di samping itu perlu disampaikan juga penjelasan tertentu berkaitan dengan pelaporan kinerja ini (explanatory information). Pengukuran-pengukuran ini melaporkan jasa apa saja yang disediakan oleh pemerintah, apakah jasa tersebut sudah memenuhi tujuan yang ditentukan dan apakah efek yang ditimbulkan terhadap penerima layanan/jasa tersebut. Pembandingan service efforts dengan service accomplishment merupakan dasar penilaian efisiensi operasi pemerintah (GASB, 1994).

Efforts atau usaha adalah jumlah sumber daya keuangan dan non-keuangan, dinyatakan dalam uang atau satuan lainnya, yang dipakai dalam pelaksanaan suatu program atau jasa pelayanan. Pengukuran service efforts meliputi pemakaian rasio yang membandingkan sumber daya keuangan dan non-keuangan dengan ukuran lain yang menunjukkan permintaan potensial atas jasa yang diberikan.

Ada dua jenis ukuran accomplishment atau prestasi yaitu outputs dan outcomes. Outputs mengukur kuantitas jasa yang disediakan, dan outcomes mengukur hasil dari penyediaan outputs tersebut. Outputs dapat mengukur hanya sebatas kuantitas jasa yang disediakan, atau lebih dari itu, mengukur kuantitas jasa yang disediakan yang memenuhi standar kualitas tertentu. Outcomes mengukur


(37)

hasil yang muncul dari output yang ada. Outcomes menjadi bermakna jika dalam penggunaannya dibandingkan dengan outcomes tahun-tahun sebelumnya atau dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pembandingan yang pertama adalah pembandingan antara efforts dengan outputs untuk mengukur efisiensi. Informasi yang ingin diberikan adalah sejauh mana hasil yang diberikan sehubungan dengan jumlah tertentu sumber daya yang dipakai. Dalam hal ini kepada para pengguna laporan diberitahukan juga explanatory information atau berbagai macam informasi yang relevan dengan layanan yang diberikan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi pemerintah, yang dikelompokkan dalam dua elemen yaitu: elemen di luar kontrol pemerintah seperti kondisi demografi dan lingkungan dan elemen yang dapat dikontrol oleh pemerintah secara signifikan seperti pola dan komposisi personalia.

Pelaporan kinerja pemerintah melalui laporan keuangan merupakan wujud dari proses akuntabilitas. Entitas yang mempunyai kewajiban membuat Pelaporan Kinerja Organisasi Sektor publik dapat diidentifikasi sebagai berikut: pemerintah pusat, pemerintah daerah, unit kerja pemerintahan, dan unit pelaksana teknis. Pelaporan tersebut diserahkan ke masyarakat secara umum dan Dewan Perwakilan Rakyat, sehingga masyarakat dan anggota DPR (users) bisa menerima informasi yang lengkap dan tajam tentang kinerja program pemerintah serta unitnya. Pelaporan kinerja yang diterbitkan secara reguler akan menjadi langkah maju dalam mendemonstrasikan proses akuntabilitas. Perbandingan pengukuran kinerja dapat dibangun atas pengukuran kinerja dan menambah dimensi lainnya untuk akuntabilitas perbandingan dengan unit kerja organisasi lain yang serupa.


(38)

Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Sektor Publik No. 1 tentang Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah, kinerja keuangan pemerintah diukur dengan menggunakan perspektif efisiensi, efektifitas dan ekonomis. Menurut Mardiasmo (2007: 4) efisiensi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Sementara itu, efektifitas merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu merupakan kondisi yang efisien. Efektifitas merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan atau dengan kata lain efektifitas merupakan perbandingan antara outcome dengan output.

Dengan berfokus pada hasil pengukuran dan pelaporan kinerja dapat membantu mengomunikasikan kepada publik tentang tingkat penyelesaian unit kerja organisasi yang serupa lainnya. Lebih jauh lagi, melalui pengembangan pertanyaan umum kepada pengguna layanan dan kelengkapanya, perbandingan pengukuran kinerja dapat digunakan untuk membandingkan tingkat kepuasan warga atau pengguna layanan atas pelayanan yang diberikan oleh beberapa unit kerja organisasi.

B. Rivew Literature dan Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Revenue Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Revenue merupakan pendapatan pemerintah daerah yang digunakan sebagai sumber salah satu sumber pembiayaan pembangunan di daerah. Menurut


(39)

Standar Akuntansi Pemerintah, pendapatan daerah berasal dari dua sumber yaitu: pendapatan asli daerah dan pendapatan dari transfer pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Mahmudi (2007: 128) menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah pendapatan daerah, semakin besar dana yang tersedia bagi pembangunan daerah sehingga pemerintah daerah bersangkutan mampu menyediakan pelayanan jasa pada masyarakat yang lebih baik.

McGowen (1983) menyatakan bahwa revenue mempunyai pengaruh terhadap kemampuan pemerintah untuk menghasilkan kinerja keuangan. Jumlah revenue yang besar memungkinkan pemerintah untuk melakukan program kerja pemerintah daerah secara lebih leluasa sehingga mampu memberikan pelayanan yang bermutu bagi publik. Sementara itu, Jones dan Walker (2007) menyatakan bahwa jumlah pendapatan pemerintah daerah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kekuatan keuangan pemerintah daerah. Semakin tinggi jumlah revenue pemerintah daerah, semakin kecil kemungkinan pemerintah daerah akan mengalami kesulitan keuangan dalam pendanaan infrastruktur bagi pembangunan pemerintah daerah bersangkutan.

Dalam penelitian ini revenue yang digunakan adalah pendapatan asli daerah dengan alasan bahwa pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang benar-benar berasal dari kemampuan pemerintah daerah sehingga memberi gambaran tentang kekuatan dan kemampuan pemerintah daerah dalam penyediaan dana bagi pembangunan di daerah bersangkutan.

Atas dasar logika teori tersebut di atas, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.


(40)

Ha1: Terdapat pengaruh revenue terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

2. Pengaruh Expenditure Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Expenditure merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam suatu periode tertentu. Expenditure dalam pemerintah dinamakan sebagai belanja. Menurut Standar Akuntansi Pemerintah, belanja dibedakan menjadi belanja pembangunan dan belanja rutin. Selain itu, belanja pemerintah juga diklasifikasikan sebagai belanja operasional dan belanja modal.

Jumlah belanja pemerintah daerah yang tinggi dapat mengurangi jumlah dana yang tersedia bagi pemerintah daerah dan hal ini dapat mempengaruhi pelayanan yang disediakan pada masyarakat. Menurut Halim dan Damayanti (2008: 5) jumlah belanja modal yang tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah daerah lebih banyak melakukan pengeluaran untuk asset jangka panjang sehingga dampak pada kinerja pemerintah daerah akan dirasakan pada beberapa tahun setelah terjadi belanja modal tersebut. Akibat adanya belanja modal tersebut dalam jangka pendek adalah adanya jumlah pengeluaran yang tinggi oleh pemerintah daerah yang dapat mempengaruhi ketersediaan dana bagi pemerintah daerah.

McGowen (1983) membuktikan secara empiris bahwa jumlah expenditure berpengaruh pada kinerja keuangan pemerintah. Semakin besar atau tinggi jumlah

expenditure pemerintah daerah mengindikasikan bahwa pertumbuhan


(41)

memenuhi kebutuhan infrastruktur dalam penyediaan pelayanan bagi masyarakat. Adanya jumlah expenditure yang tinggi tersebut dapat berpengaruh pada mutu pelayanan yang diberikan oleh pemerintah pada masyarakat. Mahmudi (2007: 146) menyatakan bahwa indikasi adanya pertumbuhan pembangunan di daerah salah satunya adalah dengan adanya pertumbuhan jumlah belanja pada pemerintah daerah bersangkutan. Apabila pertumbuhan jumlah belanja tinggi, maka hal ini mengindikasikan bahwa laju pertumbuhan pembangunan daerah tinggi sehingga berpengaruh terhadap pelayanan yang disediakan untuk masyarakat.

Atas dasar uraian di atas, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.

Ha2: Terdapat pengaruh expenditure terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

3. Pengaruh Real Estate Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Real estate adalah aktiva yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang terdiri dari tanah, jalan dan bangunan yang digunakan oleh pemerintah daerah dalam menghasilkan jasa pelayanan bagi masyarakat di daerah bersangkutan. Jika pemerintah daerah mampu melakukan pengelolaan yang baik atas real estate yang dimilki oleh pemerintah daerah, maka pemerintah daerah dapat menghasilkan jasa pelayanan kepada publik dengan secara baik dan kinerja keuangan yang baik pula.

Jumlah real estate yang tinggi dengan pengelolaan yang baik dapat menciptakan pelayanan yang baik yaitu pelayanan yang sesuai dengan standar


(42)

minimal mutu pelayanan bagi masyarakat. Selain itu, jumlah real estate yang tinggi dan pengelolaan yang baik dapat meningkatkan pendapatan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah sehingga menciptakan kinerja keuangan yang baik bagi pemerintah daerah. Pelayanan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah membutuhkan infra struktur dalam proses penciptaanya dan hal ini dapat dilakukan jika pemerintah daerah mempunyai dukungan yang kuat dengan adanya jumlah real estate yang cukup oleh pemerintah daerah bersangkutan. Selain itu, dengan adanya jumlah real estate yang cukup tinggi yang dimiliki oleh pemerintah daerah dapat berakibat pada pendapatan yang dihasilkan yang tinggi pula, sehingga dapat dinyatakan bahwa pemerintah daerah akan menciptakan kinerja keuangan yang baik atau tinggi dengan kepemilikan real estate yang tinggi dan pengelolaan yang baik.

Worthington dan Dollery (1999) memperoleh bukti empiris bahwa jumlah real estate berpengaruh terhadap pengeluaran pemerintah daerah dan kinerja keuangan pemerintah daerah. Hasil kontradiktif diperoleh Cohen (2006) yang menyatakan bahwa jumlah real estate tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Yunani. Hasil penelitian yang diperoleh Cohen (2006) disebabkan oleh adanya kesulitan yang dialami oleh pemerintah daerah di Yunani dalam melakukan pengukuran dan penilaian real estate yang disajikan dalam neraca pemerintah darah di Yunani. Oleh karena adanya kesulitan ini, maka banyak laporan keuangan pemerintah daerah yang tidak menyajikan atau menyajikan tetapi tidak lengkap sehingga dapat mempengaruhi hasil dalam penelitian Cohen (2006) tersebut.


(43)

Atas dasar logika teori tersebut di atas, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.

Ha3: Terdapat pengaruh real estate terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

4. Pengaruh Capital Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Capital atau ekuitas dana merupakan selisih antara jumlah harta dengan jumlah kewajiban yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Jumlah ekuitas dana yang tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah daerah mempunyai dana yang cukup untuk membiayai kegiatan operasional pemerintah daerah sehingga mampu mencapai kinerja keuangan yang tinggi pula. Sebaliknya, jika pemerintah daerah mempunyai atau mengalami kekurangan ekuitas dana maka pemerintah daerah akan mengalami kekurangan dana untuk membiayai kegiatan operasional dalam rangka menyediakan jasa bagi masyarakat sehingga akan memperoleh kinerja yang tidak optimal.

Cohen (2006) melakukan pengujian terkait pengaruh jumlah capital atau ekuitas dana pemerintah daerah dengan kinerja pemerintah dearah. Bukti empiris yang diperoleh adalah adanya pengaruh jumlah ekuitas pemerintah daerah dengan kinerja keuangan pemerintah daerah.

Atas dasar logika teori tersebut di atas, maka hipotesis keempat dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.


(44)

Ha4: Terdapat pengaruh capital terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

5. Pengaruh Taxes Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Pajak dalam penelitian ini adalah pendapatan pajak baik pajak daerah dan bagi hasil pajak baik bagi hasil pajak daerah provinsi maupun bagi pajak pusat. Pajak yang tinggi yang diperoleh suatu pemerintah daerah dapat menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah daerah sehingga dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan bagi operasional pemerintah daerah dalam rangka menghasilkan pelayanan jasa pada masyarakat. Selain itu dengan pendapatan pajak yang tinggi akan dapat menjadikan pembiaayaan kegiatan operasional pemerintah daerah lebih terjamin hingga mampu menghasilkan tingkat kinerja keuangan yang tinggi bagi pemerintah daerah bersangkutan. Sebaliknya, jika pajak yang dterima pemerintah daerah kecil, maka akan dapat menyebakan pemerintah daerah mengalami kekurangan sumber pendapatan hingga menyebabkan pencapaian kinerja keuangan yang kurang optimal.

Bukti empiris terkait pengaruh taxes terhadap kinerja diperoleh Steven dan McGowen (1983) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya penerimaan pajak oleh suatu pemerintah daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Anderson (2004) memperoleh hasil penelitian yang hampir sama dengan Steven dan McGowen (1983). Hasil penelitian Anderson (2004) mengindikasikan bahwa peningkatan pajak meningkatan nilai property pemerintah daerah dan berhubungan dengan jumlah pendapatan pemerintah daerah.


(45)

Atas dasar logika teori tersebut di atas, maka hipotesis kelima dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.

Ha5: Terdapat pengaruh taxes terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

6. Pengaruh Grant Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Grant atau hadiah atau sumbangan atau donasi adalah penerimaan yang diterima oleh pemerintah daerah dari pihak lain tanpa adanya tuntutan apapun. Grant yang diterima oleh pemerintah daerah dapat menjadi alternatif pendapatan pemerintah daerah dalam pembiayaan untuk kegiatan operasional dalam penyediaan pelayanan bagi masyarakat.

Jumlah grant yang tinggi yang diterima oleh pemerintah akan dapat menjadi sumber pembiayaan yang cukup bagi pemerintah daerah hingga mampu menjamin kelancaran kegiatan operasional pemerintah daerah dan mampu mencipkan kinerja keuangan yang baik. Sebaliknya, jika grant yang diterima pemerintah daerah kecil, maka pemerintah daerah mempunyai kemungkinan untuk mengalami kekurangan dana dalam menjalankan kegiatan operasional untuk menghasilkan pelayanan publik yang baik, sehingga kinerja keuangan yang dihasilkan juga kurang optimal.

Steven dan McGowen (1983) memperoleh bukti empiris bahwa grant berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Semakin tinggi jumlah grant maka semakin tinggi kinerja keuangan yang mampu dicapai oleh


(46)

pemerintah daerah bersangkutan. Sementara itu, Worthington dan Dollery (1999) menghubungkan grant dengan efisiensi dan efektifitas kinerja keuangan pemerintah daerah. Hasil yang diperoleh bahwa kinerja keuangan pemerintah berhubungan positif dengan efisiensi dan efektifitas kinerja keuangan pemerintah daerah. Semakin tinggi jumlah grant yang diterima oleh pemerintah daerah semakin tinggi tingkat efisiensi dan tingkat efektifitas kinerja keuangan pemerintah daerah.

Atas dasar logika teori tersebut di atas, maka hipotesis keenam dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.

Ha6: Terdapat pengaruh grant terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh revenue, expenditure, real estate, capital, taxes dan grant terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia yang dinyatakan dengan rasio CR, DER, AT, ORTR dan OROE sebagaimana digunakan oleh Cohen (2006). Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini.


(47)

Gambar 1

Kerangka pikir penelitian

Financial Performance Real Estate

Revenue

Grant Taxes Capital Expenditure


(48)

BAB III

METODA PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan studi empiris yang bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh revenue, expenditure, real estate, capital, taxes dan grant terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia. Penelitian merupakan penelitian dengan data cross section, karena penelitian ini memfokuskan pada suatu peristiwa pada tahun 2005 sampai dengan 2007 serta pengumpulan data dilakukan hanya satu kali.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan kelompok individu, kejadian-kejadian yang menarik perhatian peneliti untuk diteliti atau diselidiki (Sekaran, 2003: 24). Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota seluruh Indonesia yang diterbitkan tahun 2005 sampai dengan 2007 dan dipublikasi melalui website www.bpk.go.id.

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang karakteristiknya diselidiki dan dianggap dapat mewakili populasi (Sekaran, 2003: 25). Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria-kriteria yang ditentukan


(49)

berdasarkan kebijakan dari peneliti. Penelitian ini menggunakan kriteria pengambilan sampel seperti berikut ini.

1. Laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota seluruh Indonesia tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 yang dipublikasikan dalam website BPK RI, yaitu www.bpk.go.id

2. Laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota seluruh Indonesia tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 dengan opini audit wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), wajar tanpa pengecualian dengan bahasa atau paragraf penjelas (unqualified opinion with explanation language) maupun wajar dengan pengecualian (qualified opinion). Adapun laporan keuangan dengan opini tidak wajar (adverse opinion) dan tidak memberi opini (disclamer opinion) tidak digunakan dalam sampel penelitian dengan pertimbangan bahwa informasi yang tersaji dalam laporan keuangan dengan opini tersebut tidak wajar dan tidak dapat digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan.

3. Laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota seluruh Indonesia tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 yang mencantumkan seluruh data dan informasi yang dibutuhkan dalam pengukuran variabel dan analisis data untuk pengujian hipotesis dalam penelitian.


(50)

C. Data, Sumber Data dan Pengumpulan Data

Strategi pengumpulan data dan sumber data adalah strategi arsip yaitu data yang dikumpulkan dari catatan atau basis data yang sudah ada. Sumber data dari strategi ini adalah data sekunder (secondary data) yaitu teknik pengumpulan data yang dapat digunakan adalah teknik pengumpulan data dari basis data (Kuswadi dan Mutiara, 2004: 16). Data sekunder tersebut terdiri dari data berikut ini.

1. Laporan keuangan pemerintah daerah dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 yang disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) Nomor: 1 Tentang Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah. 2. Perundang-undangan dan peraturan lain yang terkait dengan penyusunan,

penyajian dan pelaporan keuangan pemerintah daerah.

Data yang dibutuhkan dalam penelitian tersebut dikumpulkan dari catatan atau basis data baik berupa hardcopy maupun softcopy yang diperoleh dari hasil download pada website dan dokumentasi arsip-arsip Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) yaitu w w w.bpk.go.id dan sumber lain yang terkait.

D. Variabel dan Pengukurannya

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diuji secara sistematis, yaitu seperti berikut ini.


(51)

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diproksikan ke dalam lima rasio keuangan, agar dalam pengambilan kesimpulan tidak bias maka dari kelima rasio keuangan tersebut difaktorkan menjadi satu dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0 yaitu dengan memasukkan lima rasio keuangan tersebut ke dalam variabel dependen dan kemudian diolah dengan factor analyze untuk menentukan component principal yang kemudian diperoleh satu faktor yang merupakan proksi kinerja keuangan pemerintah daerah untuk selanjutnya digunakan sebagai data untuk variabel dependen penelitian ( Singgih Santoso, 2002: 138). Adapun kelima rasio keuangan sebagai gambaran kinerja keuangan tersebut adalah:

a. Current Ratio (CR)

Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam menjamin pemenuhan kewajiban lancar dengan harta lancar yang dimiliki. Kedua angka dalam penghitungan rasio ini dihitung dengan menggunakan data dalam neraca pemerintah. Semakin tinggi angka rasio ini memberi penggambaran bahwa pemerintah daerah mempunyai sisa aktiva lancar yang cukup untuk menjamin pemenuhan kewajiban lancar. Formula untuk menentukan angka rasio ini adalah seperti berikut ini (Cohen, 2006).

CR=

bilities CurrentLia

ets CurrentAss


(52)

b. Debt to Equity (DER)

Debt/Equity rasio merupakan perbandingan antara jumlah total utang pemerintah dengan total ekuitas dana. Rasio ini menggambaran kemampuan pemerintah daerah dalam memberi jaminan pemenuhan seluruh jumlah utang dengan jumlah ekuitas dana yang dimilki oleh pemerintah pada tanggal tertentu. Kedua angka rasio ini ditentukan dengan menggunakan angka dalam neraca pemerintah. Untuk menentukan besarnya rasio ini, menurut Cohen (2006) formula yang dapat digunakan adalah seperti berikut ini.

D/E= Equity

Debt

c. Assets Turnover (AT)

Assets turnover merupakan perbandingan jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah total asset yang dimiliki oleh Pemda. Angka rasio ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperoleh pendapatan asli daerah dengan menggunakan total asset yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang bersangkutan, semakin tinggi angka rasio ini menandakan bahwa semakin baik kemampuan pemerintah dalam mengusahakan asset yang dimiliki utuk menghasilkan pendapatan bagi daerah. Menurut Cohen (2006) formula untuk menghitung angka rasio ini adalah seperti berikut ini.

AT =

s TotalAsset

venues ting


(53)

d. Operating Revenues to Total Revenues (ORTR)

Operating revenues to total revenues adalah perbandingan antara jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Kedua angka yang digunakan dalam penghitungan rasio ini diambil dari neraca pemerintah. Untuk menentukan jumlah angka rasio ini, formula yang digunakan adalah formula yang dinyatakan oleh Cohen (2006) seperti berikut ini.

ORTR =

venues ting TotalOpera Subsidies venues ting TotalOpera Re Re 

e. Operating Revenues to Operating Expenses (OROE)

Operating revenues to operating expenses merupakan

perbandingan antara jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah belanja operasi daerah dalam suatu periode tertentu. Untuk menentukan jumlah angka rasio ini angka yang digunakan adalah angka dalam laporan realisasi anggaran. Angka rasio ini menunjukkan kemampuan pemerintah dalam memperoleh pendapatan asli daerah dengan belanja operasi yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Untuk menentukan angka rasio ini formula yang digunakan oleh peneliti adalah formula yang digunakan oleh Cohen (2006) berikut ini.

OROE =

xpenses OperatingE

venues ting


(54)

2. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini menggunakan variabel independen sebagaimana digunakan oleh Cohen (2006) dan Steven dan McGowen (1983) yang terdiri dari variabel berikut ini.

a. Revenue (REV)

Variabel revenue merupakan jumlah pendapatan asli daerah oleh pemerintah daerah dalam suatu periode tertentu. Jumlah pendapatan asli daerah diperoleh dari laporan realisasi anggaran suatu pemeritah daerah. Variabel ini diukur dengan nilai revenue atas jumlah pendapatan asli daerah yang tersaji dalam laporan keuangan pemerintah daerah.

b. Expenditure (EXP)

Variabel ini diukur dengan jumlah belanja rutin atau belanja operasional pemerintah daerah dalam suatu periode tertentu. Jumlah belanja rutin atau operasional dalam penelitian ini diambil dari jumlah belanja operasional dalam laporan realisisasi anggaran pemerintah daerah pada suatu periode tertentu. Variabel ini diukur dengan nilai expenditure atas jumlah expenditure daerah yang tersaji dalam laporan keuangan pemerintah daerah.

c. Real Eestate (REAL)

Variabel ini merupakan jumlah keseluruhan atas nilai tanah, gedung atau bangunan dan jalan yang dimiliki dan dilaporkan oleh pemerintah


(55)

daerah pada tanggal tertentu. Variabel ini diukur dengan nilai real estate atas jumlah real estate daerah yang tersaji dalam laporan keuangan pemerintah daerah.

d. Capital (CAP)

Variabel ini merupakan jumlah ekuitas dana pemerintah pada tanggal tertentu. Variabel ini diukur dengan nilai capital atas jumlah ekiutas dana daerah yang tersaji dalam laporan keuangan pemerintah daerah. e. Taxes (TAX)

Variabel merupakan jumlah pajak yang menjadi hak pemerintah daerah dalam suatu periode tertentu. Variabel ini diukur berdasarkan jumlah penerimaan pajak oleh suatu pemerintah daerah yang datanya diambil dari laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah pada periode tertentu. Variabel ini diukur dengan nilai taxes atas jumlah pajak daerah yang tersaji dalam laporan keuangan pemerintah daerah.

f. Grant (GRANT)

Variabel ini merupakan jumlah sumbangan, donasi, dan hadiah serta subsidi yang diterima oleh suatu pemerintah daerah pada suatu periode tertentu. Variabel ini diukur dengan jumlah sumbangan atau donasi dan hadiah serta subsidi yang diterima oleh pemerintah daerah dalam suatu periode tertentu yang datanya dapat diambil dari laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah. Variabel ini diukur dengan


(56)

nilai grant atas jumlah sumbangan, donasi dan subsidi serta hibah pemerintah daerah yang tersaji dalam laporan keuangan pemerintah daerah.

E. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah model regresi berganda (multiple regression model) untuk menguji pengaruh REV, EXP, RE, CAP, TAX dan GRANT terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah yang dinyatakan dalam rasio CR, DER, AT, ORTR dan OROE. Model penelitian ini sebagai berikut:

FP = β0+ β1REV + β 2 EXP + β 3REAL + β 4CAP + β5TAX + β6GRANT +e

Keterangan :

FP = Financial Performance (CR, DER, AT, ORTR dan OROE),

β 0 = konstanta,

β 1 – β 6 = koefisien regresi,

REV = Revenue,

EXP = Expenditure,

REAL = Real Estate,

CAP = Capital,

TAX = Taxes, dan


(57)

F. Pengujian Data 1. Uji Normalitas Data

Menurut Ghozali (2006: 110), uji normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi kriteria sebaran atau distribusi normal. Salah satu cara agar data dapat berdistribusi normal adalah dengan menggunakan metode trimming, yaitu menghilangkan data yang bersifat outlier. Outlier adalah data yang memiliki nilai di luar batas normal. Setelah data outlier dihilangkan, uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Dengan uji ini dapat diketahui apakah distribusi nilai-nilai sampel yang teramati terdistribusi normal. Kriteria pengujian dengan dua arah (two-tailed test) yaitu dengan membandingkan probabilitas dengan taraf signifikan 0,05. jika p > 0,05 maka data terdistribusi normal.

2. Pengujian Asumsi Klasik

Untuk menguji kesalahan model regresi yang digunakan dalam penelitian, maka harus dilakukan pengujian asumsi klasik pada multikolinearitas, heterokedastisitas, autokorelasi serta normalitas. a. Uji Autokorelasi

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan alat uji runs test. Dari pengujiaan ini dapat dilihat apakah terjadi


(58)

autokorelasi atau tidak didasarkan pada nilai asymp.sig dalam uji runs test. Apabila asymp. sig. Lebih besar dari 5%, maka tidak terjadi gejala autokorelasi dan sebaliknya jika asymp. sig. lebih kecil 5% maka terjadi gejala aoutokorelasi dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian ini menurut Ghozali (2006: 103-104) apabila terjadi gejala autokorelasi pada model regresi, maka dapat dihilangkan dengan melakukan transformasi data dan menambah data observasi.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance tetap, maka disebut homokedastis dan jika berbeda disebut heteroskedastis. Salah satu metode dalam menguji heteroskedastisitas dalam model regresi adalah dengan uji Glejser. Metode uji Glejser meregresikan nilai absolute residual dengan variabel bebas (Ghozali, 2006: 108), dengan tingkat signifikansi 5%, jika nilai signifikansinya di atas 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini


(59)

tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen yang lainnya sama dengan nol. Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat tolerance value dan value-inflating factor (VIF). Nilai yang umum dipakai adalah tolerance value 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10.

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen berupa revenue, expenditure, real estate, capital, tax dan grant terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah dengan tingkat

signifikansi yang masih bisa ditoleransi ditetapkan 0,05 (α = 5%).

a. Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji signifikansi-t)

Merupakan pengujian masing-masing variabel independen yang dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Uji signifikansi-t dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%.

1) Ho dalam penelitian ini

Ho1: revenue tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesi.

Ho2: expenditure tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.

Ho3: real estate tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.


(60)

Ho4: capital tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.

Ho5: taxes tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.

Ho6: grant tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.

Ha dalam penelitian ini:

Ha1: revenue berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesi.

Ha2: expenditure berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.

Ha3: real estate berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.

Ha4: capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.

Ha5: taxes berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.

Ha6: grant berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.

2) Nilai Statistik

Koefisien regresi positif : semakin besar angka koefisien semakin besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, semakin kecil angka koefisien semakin


(61)

kecil pula pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Koefisien regresi negatif : semakin besar angka koefisien semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

3) Kriteria

Ho diterima Ha ditolak; thitung < ttabel

variabel bebas secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

Ho ditolak Ha diterima; thitung > ttabel

variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap variabel terikat.

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi (R2) dilihat pada hasil pengujian regresi berganda untuk variabel independen berupa ratio revenue, expenditure, real estate, capital, tax dan grant dan variable dependen berupa laba perusahaan (kinerja keuangan) dengan bantuan program SPSS versi 16.0. Karena penelitan ini menggunakan lebih dari satu variabel independen maka penulis


(62)

menggunakan Adjusted R Square (Adj R2) seperti yang dinyatakan oleh Ghozali (2006: 83).


(63)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini akan diuraikan hasil dari pengolahan data serta analisis yang meliputi diskripsi data, pengolahan data, dan pengujian hipótesis serta pembahasan hasil analisis. Setelah proses pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini melalui website BPK RI selesai dilakukan, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data tersebut dengan menggunakan SPSS for Windows 16.0 dan selanjutnya menganalisis hasil pengolahan data yang dapat diuraikan berikut ini.

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 yang dipublikasikan melalui website Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) www.bpk.go.id. Atas populasi tersebut, kemudian ditentukan sampel penelitian dengan menggunakan pourposive sampling. Dengan menggunakan metode porpousive sampling dan kriteria-kriteria pengambilan sampel sebagaimana dijelaskan dalam bab III diperoleh jumlah sampel penelitian yang dapat dijelaskan dengan tabel seperti berikut ini.


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Hasil pengujian data dalam penelitian mendasari pengambilan simpulan dalam penelitian terkait nilai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia. Hasil pengujian mengindikasikan bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah yang diproksikan dengan posisi keuangan current ratio, debt to equity ratio, assets turnover, operating revenue to total revenue dan operating revenue to operating expense dipengaruhi oleh jumlah revenue pemerintah daerah. Dengan revenue yang cukup mengindikasikan bahwa pemerintah daerah mempunyai jumlah dana yang cukup untuk mendanai proses operasional dalam rangka penyediaan jasa pelayanan pada masyarakat sehingga dapat berpengaruh pada kinerja keuangan pemerintah daerah.

Hasil pengujian data juga mengindikasikan bahwa jumlah taxes, grant, expenditures dan real estate serta capital atau ekuitas dana tidak berpengaruh pada kinerja pemerintah daerah. Hasil ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum mampu menggunakan hasil penerimaan pajak dan grant secara efisien sehingga expenditures yang dilakukan tidak mampu mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah. Selain itu, hasil ini juga mengindikasikan bahwa pemerintah daerah belum mampu melakukan pengakuan, pengukuran, penilaian serta penyajian real estate yang dimiliki oleh pemerintah daerah sehingga jumlah real estate tersebut tidak mempengaruhi kinerja pemerintah daerah.


(2)

B. Keterbatasan

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa keterbatasan penelitian yang dengan keterbatasan tersebut dapat berpengaruh pada hasil penelitian. Penelitian ini tidak menguji gross domestic product, population dan tourist sebagaimana digunakan Cohen (2006) karena keterbatasan data terkait variabel tersebut. Penelitian ini tidak memasukkan variabel non keuangan yang sesungguhnya mempunyai kemungkinan untuk menjadi faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah. Nilai adjusted R square yang hanya 17,3% mengindikasikan bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah dijelaskan dengan variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya, penelitian ini menguji data tanpa memisahkan ke dalam kriteria tertentu, seperti ukuran daerah dan status daerah, sehingga analisis penelitian terbatas pada pengujian kinerja tanpa meneliti lebih dalam untuk daerah hasil pemekaran dan non pemekaran dan lainya.

C. Saran

Hasil penelitian dan keterbatasan penelitian mendasari pengajuan saran atau rekomendasi. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa informasi dalam laporan keuangan mempunyai nilai relevan dalam mengukur kinerja keuangan, tetapi walaupun tidak secara keseluruhan variabel yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga diperlukan adanya upaya yang lebih intens bagi KSAP untuk dapat melakukan perbaikan standar dan usaha dalam sosialisasi dan


(3)

implementasi sehingga tujuan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah secara penuh dapat tercapai.

Selain itu, hasil penelitian mengindikasikan bahwa jumlah revenue berpengaruh terhadap kinerja oleh karena itu manajemen pemerintah daerah perlu untuk menggunakan informasi jumlah revenue tersebut dalam pengambilan keputusan terkait operasional kegiatan pemerintah daerah agar kinerja yang dicapai seperti yang diharapkan atau dianggarkan. Selain itu, pemerintah daerah perlu untuk melakukan terobosan baru untuk dapat meningkatkan penerimaan pajak daerah dan menggunakan real estate secara lebih baik agar dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah.

Hasil penelitian juga membawa implikasi bagi legislator untuk menggunakan variabel jumlah revenue dalam mengambil keputusan untuk mengesahkan atau menyetujui keputusan terkait pengajuan pinjaman daerah oleh pemerintah daerah agar keputusan pinjaman daerah disetujui meningkatkan kinerja keuangan pemerintah daerah. Selain itu, hasil penelitian membawa implikasi bagi kreditur, investor dan lembaga donasi untuk menggunakan informasi bahwa jumlah revenue berpengaruh terhadap kinerja agar dalam melakukan keputusan ekonomisnya tidak mengalami kerugian.

Selanjutnya, hasil penelitian membawa implikasi bagi penelitian berikutnya untuk dapat mengembangkan lebih lanjut penelitian ini dengan dengan menguji data dengan pengaruh lebih dari satu periode dapat diperoleh hasil yang lebih lengkap terkait kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia. Selain itu, penelitian berikutnya dapat menambahkan non keuangan seperti jumlah penduduk


(4)

atau populasi agar dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam. Penelitian selanjutnya dapat pula memisahkan sampel penelitian ke dalam klasifikasi lebih lanjut, seperti status daerah hasil pemekaran dan non pemekaran, pemerintah daerah jawa dan luar jawa dan klasifikasi lain agar dapat diperoleh hasil analisis yang lebih mendalam.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Nathan B. 2004. Property Taxation Without Representation: Vacation Home And revenue. National Tax Association-Tax Institute America. ABN/INFORM research.

Brigham, Eugene F, dan Joel. F. Houston. 2001. Foundamentals of financial Management. Thomson Sout Western.

Cohen, Sandra. 2006. Identifying the Moderator Factor of Financial Performance in Greek Municipal. Annuall Conference. 5th. HFAA. Thessaonica. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Edisi 4. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati. 2003. Dasar-dasar ekonometrika. Jogyakarta: BPFE

Groves, Sanford M, S. Godsey, dan Shulman. 2001. Financial Indicator for Local Government. Public Finance International City Management Association. 9: 243-255.

Halim, Abdul dan Damayanti. 2008. Manajemen Keuangan Daerah: Seri Bunga Rampai. Yogyakarta: BPFE

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Jones, Stewart dan R. G.Walker. 2007. Explanatorof Local Government Distress. ABACUS.43(3)

Kuswadi dan Erna, Mutiara. 2004, Statistik Berbasis Komputer untuk orang non statistic. Jakarta: PT. ElexMedia Komputindo.

Mahmudi. 2007. Analisa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jogyakarta: BPFE

Mardiasmo. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Jogyakarta: Penerbit Andi Peraturan Pemerintah Nomor: 54 Tahun 2000. Tentang Pinjaman Daerah.

, Nomor: 24. 2005. Tentang Standar Akuntansi Pemerintah.


(6)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 147 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penerbitan, Pertanggungjawaban dan Publikasi Informasi Obligasi Daerah.

Santosa, Singgih. 2002. SPSS Statistik Multivariat. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business. New York: John Wiley & Sons, inc.

Steven, J. Dan R. McGowen. 1983. Financial Indicators and Trends for Local Government: A State-Based Policy Perspective. Policy Study Rivew. 2(3): 33-51.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 dan telah direvisi melalui Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, Departemen Dalam Negeri RI, Jakarta.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan telah direvisi melalui Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Departemen Dalam Negeri RI, Jakarta.

______________, Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Departemen Dalam Negeri RI, Jakarta.

_______________, Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. Departemen Dalam Negeri RI, Jakarta.

_______________, Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Departemen Dalam Negeri RI, Jakarta.

Worthington, Andrew C., dan Brian E. Dollery. 1999. Fiscal illusion and the Australian local government grants process: How sticky is flypaper effect. Public Choice. Apr 1999; 99, 1-2; ABI/INFORM Research.