1
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dan menimbulkan efek. Pesan yang disampaikan tentunya melalui
perantara sebuah media massa. Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak surat kabar, majalah atau elektronik radio,
televisi, yang dikelola suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat yang anonim dan
heterogen. Media massa menurut Defluer dan Denis merupakan suatu alat yang digunakan untuk komunikasi dalam penyampaian pesan yang ditransmisikan dengan
menggunakan suatu teknologi, dimana sasaran media tersebut merupakan khalayak yang besar dan massal yang menyimak dan merasakan terpaan pesan dengan caranya
sendiri Winarso,2005:171. Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik
cetak surat kabar, majalah atau elektronik radio, televise, yang dikelola suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang
yang tersebar dibanyak tempat, anonym, dan heterogen.
Media massa menurut Defluer dan Denis merupakan suatu alat yang digunakan untuk komunikasi dalam penyampaian pesan yang ditranmisikan dengan
menggunakan suatu tekhnologi, dimana sasaran media tersebut merupakan khalayak yang besar dan missal yang menyimak dan merasakan terpaan pesan dengan caranya
sendiri Winarso,2005:171. Fungsi media massa menurut Jay Black dan F.C Whitey, yaitu media massa memberikan hiburan, melakukan persuasi dan sebagai transmisi
budaya atau tempat berlalunya nilai-nilai budaya dan social diluar kita Winarso,2005:28. Fungsi media massa secara umum dalam berbagai wacana ada
empat fungsi yaitu fungsi penyalur informasi, fungsi untuk mendidik, fungsi untuk menghibur dan fungsi untuk mempengaruhi. Keempat fungsi tersebut sangat melekat
erat dalam media massa secara utuh dan fungsi-fungsi tersebut saling berhubungan, mempengaruhi atau mendukung satu dengan yang lainnya sehingga pelaksanaannya
harus dilakukan secara bersama-sama, tanpa mengesampingkan salah satu diantaranya.
Novel merupakan media komunikasi, dimana melalui media novel itulah pengarang mengkomunikasikan sebuah pesan. Sementara, kegiatan komunikasi tidak
dapat dipisahkan dengan proses pembentukan makna. Lindlof,1995:13. Dalam kajian budaya, segala artifak yang dapat dimaknai disebut sebagai teks.
Lindlof,1995:51. Novel merupakan salah satu bentuk teks, novel memiliki sifat polisemi dan membuka peluang pembacanya untuk memaknai sebuah teks tersebut
secara berbeda McQuail,1997:19.
Novel modern selama ini lebih banyak diteliti sebagai karya sastra daripada sebagai media komunikasi modern Hoed.1989:6. Sebenarnya sebagai media massa
cetak berbentuk fisik, novel digemari karena mampu tampil secara individu, personal serta isi pesannya sangat spesifik dan mendalam. Isi pesan dalam novel saat ini begitu
banyak menyajikan gambaran suatu realitas social saat ini. Ditinjau dari penjelasan diatas, maka sebuah karya sastra berbentuk buku yang dibuat oleh penulis atau
pengarang yaitu novel, dapat digolongkan sebagai sebuah media massa seperti media cetak yang dapat memberikan kehidupan dan informasi bagi pembacanya. Novel
juga memiliki fungsi untuk menghibur dan persuasive mempengaruhi pembacanya. Selain itu novel juga banyak digunakan untuk keperluan studi, pengetahuan, hobi
atau media hiburan dengan penyajian mendalam yang sangat jarang ditemukan pada media lain.
Sastra ialah karya tulis yang memiliki berbagai ciri keunggullan seperti keorisinilan, keartistikan, serta keindahan dalam isi dan ungkapannya. Dalam dunia
sastra kosakata yang digunakan seringkali tidak dapat dibedakan dari kosa kata bahasa sehari-hari dalam karya ciptanya, tetapi dengan memberinya makna yang
lebih luas. Dalam satra, bahasa tidak hanya digunakan untuk mengungkapkan, baik pengalaman satrawan itu sendiri maupun pengalaman orang lain tetapi juga untuk
dipakai untuk menyatakan hasil rekamannya. Kata-kata atau idiom seperti yang biasa kita jumpai dalam bahasa diluar satra, ternyata mampu memberikan kenikmatan dan
keharuan, disamping adanya makna yang tersirat. Makna yang tersirat itu sering berfungsi sebagai pesan utama pengarang.
Sebagai suatu karya satra, novel adalah sebuah teks. Novel merupakan hasil dari performance individu yang berbeda satu sama lain dan muncul sebagai wujud
kreatifitas. Segala sesuatu yang berasal dari pengalaman individu sebagai makhluk individual maupun social adalah tindakan komunikasi. Performance adalah semua
yang berhubungan dengan individu sebagai bagian dalam suatu interaksi dalam masyarakat. Baik bahasa verbal maupun nonverbal yang melekat pada diri individu.
Performance kaya akan simbolisasi yang terdiri dari emosi, pikiran, personal bearing, style, dan cerita. Sebagai salah satu media komunikasi, novel juga dipersepsi oleh
khalayaknya secara berbeda. Dalam memahami dan memaknai isi media, khalayak melibatkan banyak factor didalamnya. Proses pemaknaan dimungkinkan dengan
hadirnya banyak aspek. Aspek individu berkaitan dengan karakteristik demografis, latar belakang pendidikan, kelas social melibatkan budaya yang tersosialisasi sejak
dini oleh khalayak. Budaya timbul sebagai hasil interaksi dan proses komunikasi. Dimana dalam budaya terjadi proses pemaknaan dan negoisasi makna antar individu.
Individu budaya timbul sebagai hasil interaksi dan proses komunikasi.
Alasan penulis memilih novel ini untuk diteliti adalah karena peneliti melihat banyaknya realitas hubungan asmara beda agama seperti pada novel balada rosid dan
delia yang terjadi dilingkungan sekitar penulis. Selain itu novel ini menarik, novel yang berbeda dari novel yang lain yaitu mengangkat cerita tentang hubungan
percintaan beda agama yang dipandang secara rasional dengan tidak membedakan agama, penuh controversial tentang agama dan perjuangan untuk tetap bersama
walaupun banyak halangan dan rintangan yang tidak mudah untuk mereka lewati. Novel ini bertema tentang cerita kesedihan yang dialami Rosid dan Delia dalam
menjalin hubungan asmara berbeda agama. Agama merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pandangan hidup tiap individu dan sangat diwarnai oleh perasaan
individu yang khas terhadap apa yang dianggap sacral suci sehingga sukar untuk melihat agama dengan kaca mata ilmiah Notthingham,1994:5. Berdasarkan
penelitiannya pada masyarakat Islam di Jawa, Geertz melihat bahwa agama memiliki fungsi yang positif terhadap kehidupan, yaitu mendatangkan suasana hati yang
mantap dan motivasi yang kuat serta tahan lama untuk mencapai tujuan hidup yang diajarkan agama, seperti mendapatkan ridho Allah. Agus, 2005:146. Agama juga
memiliki nilai-nilai sacral, baik yang sifatnya supernatural atau gaib maupun kebendaan. Nilai sacral itu misalnya, keyakinan terhadap Tuhan, kitab suci,
kewajiban untuk menjalankan perintah Tuhan, dan lain sebagainya. Selain itu juga penghormatan terhadap symbol-simbol agama, seperti salib pada umat Kristen,
Ka’bah pada umat islam, serta lembu pada umat hindu. Nottingham, 1994:10. Rudolfo Otto, ahli sejarah dari agama kebangsaan Jerman percaya bahwa rasa tentang
yang gaib tersebut adalah dasar agama. Perasaan itu mendahului hasrat untuk menemukan landasan bagi perilaku beretika. Amstrong,2004:29.
Dalam penelitian novel ini penulis ingin merepresentasikan kesedihan yang dialami rosid dan delia dalam novel balada rosid dan delia. Kesedihan dalam novel
ini seperti kesedihan realitas hubungan beda agama dilingkungan sekitar penulis. Hambatan dan pertentangan yang sering mereka hadapi merupakan kesedihan yang
mendalam bagi mereka seperti apa yang tertulis dalam novel balada rosid dan delia. Dari sinilah penulis tertarik meneliti novel balada rosid dan delia karena penulis ingin
menemukan kesedihan seperti apa yang dialami oleh rosid dan delia dalam menjalin hubungan berbeda agama. Kesedihan yang mereka alami bisa membawa dampak
buruk bagi mereka berdua dan orang. Hal ini sering terjadi pada realitas yang ada yaitu tidak disetujuinya hubungan percintaan dua agama yang berbeda seperti apa
yang terjadi dalam novel “ Balada Rosid dan Delia”. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Barthes dalam memaknai leksia-
leksia yang dapat menggambarkan objek yang diteliti. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang disebut sebagai system pemaknaan tataran kedua, yang dibangun
diatas system lain yang telah ada sebelumnya. Sastra merupakan contoh paling jelas system pemaknaan tataran kedua yang dibangun diatas bahasa sebagai system
pertama. Sistem kedua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang didalam Mythologies-nya secara tegas dibedakan dari denotative atau system pemaknaan
tataran pertama. Penulis menggunakan metode dan teori Barthes karena dalam novel balada rosid
dan delia terdapat banyak tanda-tanda baca yang butuh keaktifan pembaca agar tanda
tersebut bisa berfungsi. Seperti dalam teori Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca the reader. Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda,
membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Tanda-tanda baca yang mengartikan pembaca pada arti atau makna dari isi pesan novel tersebut.
1.2 Perumusan Masalah