2.2. Kerangka Berfikir
Hubungan karya sastra dengan masyarakat merupakan kompleksitas hubungan yang bermakna, antar hubungan yang bertujuan saling menjelaskan fungsi social yang
terjadi pada saat tertentu. Novel merupakan bentuk karya sastra paling popular didunia, novel mampu
membuat pembaca atau individu ikut larut dalam isi dari cerita novel tersebut. Setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda-beda terhadap novel tersebut
tentang peristiwa atau obyek. Seorang penulis novel menyampaikan pesan komunikasinya melalui sebuah teks dari novel itu sendiri.
Dalam penelitian ini, melalui novel masyarakat dapat membangun model mengenai suatu dunia social, model personalitas individual dan model hubungan
masyarakat. Selain itu novel juga dijabarkan dan digali maknanya dengan menggunakan pendekatan semiologi, tanda yang berupa indeks yang paling banyak
dicari, yaitu tanda-tanda yang menunjukkan hubungan sebab-akibat. Peneliti harus menemukan konfensi-konfensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai
suatu makna. Dalam hubungannya dengan penggambaran kesedihan pada Rosid dan Delia
dalam novel dengan menggunakan leksia dan lima kode pembacaan. Penggambaran kekerasan psikis dalam novel “ Balada Rosid dan Delia” akan diinterpretasikan
melaui dua tahap yaitu, pertama peneliti akan memilih penanda-penandanya kedalam
serangkaian fragmen ringkas yang disebut dengan leksia, yaitu satuan pembaca units of reading dengan menggunakan kode-kode pembacaan yang terdiri dari lima kode
yang meliputi : Kode Hermeneutic, Kode Semik, Kode Simbolik, Kode Proaretik dan Kode Gnomik.
Pada tahap kedua novel sebagai sebuah bahasa pada tataran signifikasi akan dianalisis secara metologi pada tataran bahasa atau system semiologi tingkat pertama sebagai
landasannya. Dengan cara sebagai berikut : 1.
Dalam tataran Linguistik, yaitu system semiologi tingkat pertama penanda- penanda sedemikian sehingga menghasilkan tanda.
2. Dalam tataran mitos, yaitu semiologi lapis dua, tanda-tanda pada tataran
pertama ini pada gilirannya hanya akan menjadi penanda-penanda yang berhubungan pula pada petanda-petanda pada tataran kedua.
Dengan demikian pada akhirnya peneliti akan menghasilkan interpretasi yang mendalam dan tidak dangkal.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotic Roland Barthes. Barthes adalah salah satu
tokoh semiotic komunikasi yang menganut aliran semiotic komunikasi strukturalisme Ferdiand de Saussure. Semiotika strukturalis Saussure lebih menekankan pada
linguistic. Menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya da dalam peristilahannya. Meleong, 2002:3.
Barthes bersama dengan Levi-Strauss adalah tokoh awal yang mencetuskan paham structural dan yang meneliti system tanda dalam budaya Putranto, 2005:117.
Sastra adalah salah satu bentuk budaya yang ada dalam masyarakat yang dapat diteliti. Selain itu Barthes juga berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah system
tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu Sobur, 2004:63. Bahasa merupakan suatu system tanda yang memuat
penanda. Sistem kedua terbangun dengan menjadikan penanda dan petanda tingkat pertama sebagai petanda baru yang kemudian memiliki penanda baru sendiri dalam
42