Persepsi Pelanggan Karakteristik Jasa

et. Al dalam Bojanic, 1991 technical quality dapat diperinci lagi menjadi : a Search quality, yaitu kualitas yang dapat dievaluasi pelanggan sebelum membeli, misalnya harga. b Experience Quality, yaitu kualitas yang hanya dapat dievaluasi pelanggan setelah membeli atau mengkonsumsi jasa. Misalnya ketepatan waktu, kecepatan pelayanan, dan kerapian hasil. c Credence Quality, yaitu kualitas yang sukar dievaluasi pelanggan meskipun meskipun telah mengkonsumsi suatu jasa. Misalnya kualitas operasi jantung. b. Functional Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara penyampaian suatu jasa. c. Corporate Image, yaitu profil, reputasi, citra umum, dan daya tarik khusus suatu perusahaan.

2.2.2 Persepsi Pelanggan

Kualitas layanan pada dasarnya adalah hasil persepsi yang ada dibenak pelanggan. Persepsi ini terbentuk setelah pelanggan membandingkan antara persepsi kualitas layanan yang mereka terima dengan harapan. Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry 1998 yang menunjukkan lima kesenjangan GAP yang mengakibatkan kegagalan penyampaian jasa, yaitu : 1. Gap antara harapan pelanggan dan persepsi manajemen. 2. Gap antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa. 3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa. 4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal. 5. Gap antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan. Pihak manajemen dapat berharap banyak kepuasan pelanggannya, bila gap-gap ini mampu menghilangkan atau paling tidak dipersempit jaraknya. Dengan keberhasilan menyampaikan kualitas jasa, pelanggan akan terpuaskan kemudiaan hasil-hasil tertentu akan siap diperoleh. Menurut Robbins : 2001; Baum et. al : 1996; Luthnas : 1995; Engel et. al :1995; Welten :1992; Sekuler and Blake : 1985 yang telah dikutip oleh Darmawan, dkk, 2004, persepsi adalah suatu proses saat individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Sehingga faktor yang penting dan berpengaruh langsung adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan panca indera atau dapat dilihat dan dirasakan langsung secara fisik, selain itu juga faktor lingkungan disekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Sedangkan menurut Robert Kreitner and Angelo Kinici 2003: 203, persepsi adalah proses kognitif yang memungkinkan kita dapat menafsirkan dan memahami lingkungan disekitar kita. Pengenalan benda-benda merupakan salah satu dari fungsi utama proses ini. Menurut Kotler, yang telah dikutip oleh Darmawan, dkk, 2004 persepsi memiliki persepsi yang berbeda atas objek yang sama karena tiga proses persepsi, yaitu : a. Perhatian selektif, merupakan suatu proses yang menyaring beberapa stimulus yang berasal dari sekian banyak stimulus sehingga perlu diperhatikan stimulus mana yang akan diperhatikan secara lebih mendalam oleh objek pemerhati. b. Distori selektif, adalah kecenderungan orang untuk merubah informasi dan menginterprestasikan informasi tersebut dengan cara yang akan mendukung pra-konsepsi mereka. c. Retensi selektif, adsalah kecenderungan orang untuk mengingat bila informasi tersebut mendukung mengapa pemasar menggunakan beberapa bentuk pengulangan dalam mengirimkan pesan ke target pasar mereka. Cara seseorang menilai individu atas kelompoknya dilakukan dengan berbagai cara. Dalam konteks kehidupan sosial, persepsi sosial, persepsi sosial yang mengarah kepada hal yang langsung diperhatikan saat seseorang individu mempersepsikan individu-individu lainnya atau bagaimana kita menilai orang lain Luthas 1995; dalam Darmawan, dkk, 2004. Menurut Robert K and Angelo K 2003: 209, persepsi social meliputi rangkaian empat tahap proses informasi yaitu : a. Perhatian pemahaman yang selektif Orang yang secara terus menerus diserang dengan rangkaian fisik dan sosial dari lingkungannya. Karena mereka tidak memiliki kapasitas mental untuk sepenuhnya memahami semua informasi ini, maka secara selektif mereka menerima sebagian dari rangsangan lingkungan tersebut. Inilah dimana perhatian yang selektif atau pemahaman atau memainkan peran. b. Pengkodean dan penyerahan Informasi yang diamati tidak disimpan dalam ingatan dalam bentuk yang aslinya. c. Penyimpanan dan mengingat Dalam fase ini memasukkan penyimpanan informasi pada ingatan jangka panjang. Ingatan jangka panjang adalah seperti sebuah kompleks apartemen yang terdiri dari unit-unit terpisah yang berhubungan satu sama lain. d. Mendapatkan kembali dan tanggapan. Orang memperoleh kembali informasi dari ingatan ketika mereka membuat penilaian-penilaian dan mereka juga mendapatkan tanggapan-tanggapan baik buruknya penelitian-penelitian tersebut. Sedangkan menurut Robbins 2001 yang telah dikutip oleh Darmawan, dkk, 2004, merinci lebih dalam mengenai cara praktis dalam menilai orang lain yang meliputi : a Persepsi selektif pada orang-orang yang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman dan sikap. b Efek Hallo adalah menarik suatu kesan umum mengenai suatu individu berdasarkan suatu karakteristik yang tunggal. c Efek kontras adalah evaluasi dari karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan-perbandingan dengan orang-orang lain yang baru saja dijumpai yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama. d Proyeksi yang menghubungkan karakteristik-karakteristiknya sendiri ke orang lain. e Berstreotipe dengan menilai seseorang atas dasar persepsi seorang terhadap kelompok seseorang itu. 2.2.3 Kepuasan Pelanggan. Dewasa ini perhatian terhadap kepuasan pelanggan semakin besar, sehingga banyak pihak yang menaruh perhatian terhadap hal tersebut. Pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan telah menjadi hal yang sangat penting bagi setiap badan usaha. Hal ini dikarenakan langkah tersebut dapat memberikan umpan balik dan masukan bagi keperluan pengembangan dan implementasi strategi peningkatan kepuasan. Keperluan pelanggan disebut sebagai salah satu strategi untuk memenangkan persaingan. Secara tradisional falsafah marketing merupakan pencapaian kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan adalah kemenangan jangka panjang. Setiap individu memiliki kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhi untuk mempertahankan hidupnya. Produk atau jasa dibuat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggan. Kalau hal itu sudah tercapai berarti kepuasan pelanggan sudah terjadi dan diharapkan perusahaan akan mampu untuk menghasilkan jasa, sesuai yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pelanggan. Menurut Kotler 1997 : 40 kepuasan merupakan perasaan seseorang yang timbul dari perbedaan antara kinerja hasil yang diterima pelanggan dengan harapannya. Jika kinerjanya lebih rendah dari harapannya, maka pelanggan kecewa. Jika kinerja sama dengan harapannya, maka pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapannya, maka pelanggan akan sangat puas Menurut Philip Kotler 1997 : 36 mendefinisikan kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Menurut Mowen 2002 : 89 kepuasan pelanggan sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukkan pelanggan atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan menggunakannya. Ini merupakan penilaian evaluatif pasca pemilihan yang disebabkan oleh seleksi pembelian khusus dan pengalaman menggunakan atau mengkonsumsi barang atau jasa tersebut. Berdasarkan uraian diatas bahwa kepuasan merupakan respon pemenuhan dari pelanggan. Kepuasan adalah hasil dari penilaian pelanggan bahwa produk atau layanantelah memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat pemenuhan ini bisa lebih atau kurang. Oleh karenanya, perusahaan harus dapat memberikan produk atau layanan yang dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan dari pelanggan sehingga mencapai kepuasan dari pelanggan dan lebih jauh lagi dapat menciptakan kesetiaan pelanggan. Pelanggan yang puas dapat mengembangkan badan usaha tetapi pelanggan yang tidak puas dapat menghancurkan badan usaha. Oleh sebab itu, layanan yang diberikan harus dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan. Timbulnya rasa puas dari diri pelanggan tersebut kemudian akan mempengaruhi sikap pelanggan. Selanjutnya, sikap yang dihasilkan ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan pelanggan yang bersangkutan dalam pembelian ulang dan akan mempengaruhi calon pelanggan lain. Memenuhi persyaratan-persyaratan yang diinginkan oleh pelanggan merupakan syarat mutlak dari suatu badan usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan. Seperti yang dikemukakan oleh Dutka 1994 : 7 “Sales of products or service must satisfy the customer’s objectives and requirements.” Apabila produk atau layanan yang diberikan oleh badan usaha dapat memenuhi semua kebutuhan dan persyaratan dari pelanggan maka timbullah perasaan puas dalam diri pelanggan. Timbulnya rasa puas dari diri pelanggan tersebut kemudian akan mempengaruhi sikap pelanggan. Selanjutnya, sikap yang dihasilkan ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan pelanggan yang bersangkutan dalam pembelian ulang dan akan mempengaruhi calon pelanggan lain. Menurut Dutka 1994 : 11 “Satisfied customer over business as a promise of enhanced revenues and reduced operating costs.” Oleh karena itu badan usaha harus dapat menumbuhkan dan memelihara rasa puas dalam diri pelanggan karena kepuasan pelanggan akan memberikan keuntungan bagi badan usaha itu sendiri. Faktor yang menentukan apakah perusahaan dalam jangka panjang dapat bertahan hidup diantara pesaingnya adalah banyak sedikitnya pelanggan yang dapat dipuaskan terutama dalam pelayanannya. Kepuasan pelanggan merupakan pendekatan yang penting untuk dapat mempertahankan pelanggan seperti dikemukakan oleh kotler 1997 : 48 bahwa : “A better approach to customer retention is to deliver high customer satisfaction”, maka tanpa adanya kepuasan pelanggan maka perusahaan tersebut sulit untuk bertahan dalam menghadapi persaingan yang kompetitif. Kalau pelanggan tidak terpuaskan maka akan dengan mudah untuk pindah ke perusahaan lain yang sejenis. Adanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya Fandy Tjiptono, 2003: 102 : 1. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang. 2. Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan. 3. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut Word of mouth yang menguntungkan bagi perusahaan. Ada beberapa strategi yang dapat diadukan untuk meraih dan meningkatkan kepuasan pelanggan Tjiptono, 2000 : 134-141. 1. Strategi pemasaran berupa Relationship Marketing Mckenna, 1991, yaitu strategi dimana transaksi pertukaran antara pembeli dan penjual berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan selesai. Dengan kata lain, dijalin suatu kemitraan dengan pelanggan secara terus-menerus Jackson, 1985 dalam Schnaars, 1991, yang ada akhirnya akan menimbulkan kesetiaan pelanggan sehingga terjadi bisnis ulang repeat business. 2. Strategi superior customer service Schnaars, 1991, yaitu menawarkan layanan yang lebih baik daripada pesaing misalkan bentuk-bentuk layanan yang mungkin dikembangkan oleh sebuah perusahaan meliputi garansi, jaminan, pelatihan cara menggunakan produk, konsultasi teknikal, saran- saran untuk pemakaian roduk alternatif, penindak lanjutan kontak dengan pelanggan, dan lain-lain Katz, 1994. Contoh layanan superior yang dapat diberikan adalah distributor komputer memberikan layanan konsultasi gratis seputar permasalahan komputer. 3. Strategi Unconditional service guarantees Hart, 1988 atau extraordinary guarantees Hart dalam Supiyo, 1993. Strategi ini berintikan komitmen untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan yang pada gilirannya akan menjadi sumber dinamisme penyempurnaan mutu produk atau jasa kinerja perusahaan. Selain itu juga meningkatkan motivasi para karyawan untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Garansi atau jaminan istimewa ini dirancang untuk menurunkan resiko atau kerugian pelanggan, dalam hal pelanggan tidak puas dengan suatu produk atau jasa yang telah dibayarnya. Garansi tersebut menjanjkan kualitas prima dan kepuasan pelanggan. Fungsi utama garansi adalah untuk mengurangi resiko pelanggan sebelum dan sesudah pembelian barang atau jasa, sekaligus memaksa perusahaan bersangkutan untuk memberikan yang terbaik dan meraih loyalitas pelanggan. 4. Strategi penanganan keluhan yang efisien Schnaars, 1991, penanganan keluhan memberikan peluang untuk mengubah seseorang pelanggan yang tidak puas menjadi pelanggan produk perusahaan yang puas atau bahkan menjadi “pelanggan abadi”. Proses penanganan keluhan yang efektif dimulai dari identifikasi dan penentuan sumber masalah yang menyebabkan pelanggan tidak puas dan mengeluh. Ada empat aspek penanganan keluhan yang penting, yaitu : a. Empati terhadap pelanggan yang marah. Dalam menghadapi pelanggan yang emosi dan marah, perusahaan perlu bersikap empati, karena bila tidak situasi akan bertambah runyam. Untuk itu perlu diluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan mereka dan berusaha memahami situasi yang dirasakan pelanggan tersebut. Dengan demikian permasalahan yang dihadapi dapat menjadi jelas sehingga pemecahan yang diharapkan dapat diupayakan bersama. b. Kecepatan dalam penanganan keluhan. Kecepatan merupakan hal yang sangat penting dalam penanganan keluhan. Apabila keluhan pelanggan tidak segera ditanggapi, maka rasa tidak puas terhadap perusahaan akan menjadi permanen dan tidak dapat diubah lagi. Sedangkan apabila keluhan dapat ditangani dengan cepat, maka akan ada kemungkinan pelanggan tersebut menjadi puas. c. Kewajaran atau keadilan dalam memecahkan permasalahan atau keluhan. Perusahaan harus memperhatikan aspek kewajaran dalam hal biaya dan kinerja jangka panjang. d. Kemudahan bagi pelanggan untuk menghubungi perusahaan. Hal ini sangat enting bagi pelanggan untuk menyampaikan komentar, saran, kritik, pertanyaan, maupun keluhannya. 5. Strategi peningkatan kinerja perusahaan, meliputi berbagai upaya seperti melakukan pemantauan dan pengukuran kepuasan pelanggan secara berkesinambungan, memberikan pendidikan dan pelatihan menyangkut komunikasi. 6. Menerapkan Quality function deplovment QFD, yaitu praktek untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan.

2.2.4 Motivasi