Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis data Data primer Data sekunder Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

46 SEM = 102 pelanggan, jadi jumlah sampel yang diteliti sebanyak 102 data responden. 3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis data

a. Data primer

Merupakan data penelitian yang diperoleh dari responden secara langsung berdasarkan kuisioner yang diberikan kepada pelanggan yang menggunakan jasa layanan di Warnet Access. Net di Gresik.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data tentang Warnet Access. Net yang meliputi data sejarah perusahaan, lokasi perusahaan, struktur perusahaan dan lain sebagainya.

3.4.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari : a. Jawaban responden mhelalui kuisioner, yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diteliti. b. Kantor Warnet Access. Net di Gresik

3.4.3. Pengumpulan Data A.

Metode Direct Observation Metode dilakukan dengan menggunakan pengamatan langsung terhadap pelanggan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian dan mencatat kegiatan yang ada. 47

B. Dokumentasi

Metode didasarkan pada hasil dokumentasi yang berhubungan dengan peneliti ini, yakni dokumentasi dari pihak Warnet Access. Net.

C. Metode Kuisioner

Metode ini dilakukan dengan menyebarkan daftar pelayanan secara tertulis kepada responden.

D. Metode interview

Metode ini dilakukan dengan jalan peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada responden.

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

Ketetapan pengujian suatu hipotesis tentang hubungan antara variabel dalam penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang diperoleh dan dipergunakan dalam penelitian tersebut Ancok, 1991: 63. Kualitas data yang diperoleh sangat ditentukan oleh kesungguhan responden dalam menjawab semua pertanyaan penelitian, alat pengukuran berupa kuisioner yang dipergunakan mengumpulkan data tersebut, apakah memiliki validitas dan reabilitas yang tinggi. Berdasarkan skala pengukuran yang dipakai dan kuisioner yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka untuk mengetahui sejauh mana suatu uji dapat mengukur apa sebenarnya ingin diukur dengan AMOS 4.0 teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis faktor konfirmatori. 48 Realibility X 2 er_1 er_2

3.5.1 Teknik Analisis Data

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling [SEM]. Model pengukuran faktor realibility, tangibles, responsiveness, assurance, empaty, service quality menggunakan Confirmatory Factor Analysis. Penaksiran pengaruh masing- masing variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur. Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh faktor realibility dilakukan sebagai berikut : X 2.1 = λ1 Realibility + er_1 X 2.2 = λ1 Realibility + er_2 Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui Confirmatory Factor Analysis, maka model pengukuran dengan contoh faktor realibility akan nampak sebagai berikut : Gambar 3.1 : Contoh model pengukuran Faktor Value Realibility Keterangan : X2.1 = Kemampuan karyawan X2.2 = Ketepatan memenuhi janji X 2.1 X 2.2 49 Demikian juga dengan faktor-faktor lain seperti tangibles, responsiveness, assurance, empaty, service quality.

3.5.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kuisioner

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum. Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variabel construct akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap obseverd variabel and latent variabel. Sedangkan reliabilitas diuji dengan construct – realibility dan variance – extracted dihitung dengan rumus : [ Σ Standardize Loading] Const r uct Realibilit y = [[ Σ Standardize Loading] + Σε j ] [ Σ Standardize Loading] Var iance Ex t r act ed = [ Σ [Standardize Loading] + Σε j ] Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj = 1 – {standardize loading}. Secara umum, nilai construct realibility yang dapat diterima adalah ≥ 0,7 dan variance extracted ≥ 0,5 [Hairet.al., 1998]. Standardize Loading dapat 50 diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression weights terhadap setiap butir sebagai indikatornya.

3.5.3. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit

Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi, melalui telaah terhadap berbagai criteria. Untuk itu tindakan pertama yang dilakukan adalah mengevaluasi apakah data yang dipakai memenuhi asumsi yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini tidak menguji kevalidan model, hanya mencari hubungan antara kualitas layanan yang meliputi reability, responsiveness, assurance, empathy, tangible, dan kepuasan pelanggan, maka tidak memakai uji kesesuaian dan uji statistik.

3.5.4. Evaluasi Normalitas

Selebaran data harus dianalisis untuk mengetahui apakah asumsi normalitas dipenuhi, sehingga data dapat diolah lebih lanjut pada path diagram. Untuk menguji normalitas distribusi data yang diinginkan dalam analisis, peneliti dapat menggunakan uji statistik. Uji yang paling mudah adalah dengan mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dari hampir semua program statistik. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai z-value yang dihasilkan melalui rumus : N skewness NilaiZ 6 = 51 Bila nilai Z lebih besar dari kritis atau critical ratio Ferdinand,200; 95, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikan yang dikehendaki.

3.5.5. Evaluasi Outlier

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara univariat maupun multivariat Sumarto, 2004: 22. Dapat diadakan perlakuan khusus pada outlier ini asal diketahui bagaimana munculnya outlier itu. Outlier pada dasarnya dapat muncul dalam empat kemungkinan : 1. Karena kesalahan prosedur, seperti kesalahan memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data. 2. Kesalahan keadaan yang benar-benar khusus memungkinkan profil datanya lain dari pada yang lain, tetapi peneliti mempunyai penjelasan mengenai penyebab munculnya nilai ekstrim itu. 3. Karena adanya suatu alasan tetapi peneliti tidak dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai sebab-sebab munculnya nilai ekstrim itu. 4. Outliers dapat muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila dikombinasi dengan variabel lain, kombinasinya menjadi tidak lazim atau sangat ekstrim. Inilah yang disebut multivariate outliers. 52

3.5.6. Evaluasi Multicolinearity dan Singularity

Untuk melihat apakah ada data penelitian terhadap multikolinearitas atau singularitas dalam kombinasi-kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah determinan dari matriks kovarians sampelnya. Determinan yang kecil atau mendekati nol akan mengindikasikan adanya multikolinearitas atau singularitas, sehinga data itu tidak dapat digunakan untuk penelitian Ferdinand, 2000: 108.

3.5.7. Evaluasi Model

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model “good fit”atau “poor fit”. Jadi “good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural equation modeling. Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria goodness of fit, yakni Chisquare, Probability, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI, CMINDF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan two step approach to SEM. 53

1. X – CHI SQUARE STATISTIC

Merupakan alat paling fundamental untuk mengukur overail fit adalah likelihood ratio chi-square ini bersifat sangat sensitive terhadap besarnya sample yang digunakan. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai x² semakin model itu x²=0, berarti tidak ada perbedaan. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai x² yang tidak signifikan. Penggunaan chi-square hanya sesuai bila ukuran sample antara 100 dan 200. Bila ukuran sample ada diluar rentang itu uji signifikan akan menjadi kurang reliable. Oleh karena itu pengujian ini perlu dilengkapi dengan alat uji yang lainnya.

2. RMSEA – The root Mean Square of Approximation

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi-square statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0, 08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degrees of freedom.

3. GFI – Goodness of Fit Index

GFI adalah analog dari R² dalam regresi berganda. Index kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sample yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi 54 yang diestimasikan. GFI adalah sebuah ukuran non-Statistikal yang mempunyai rentan nilai antara 0 poor fit sampai dengan 1.0 perfect fit. Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.

4. AGFI - Adjusted Goodness of Fit Index

AGFIGFI df tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90. GFI maupun AGFI adalah criteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks kovarians sample. Nilai sebesar 0,905 dapat diinterpretasikan sebagai nilai antara 0,90-0,95 menunjukkan tingkat cukup – adequate fit Hulland et al., 1996.

5. CMINDF

The minimum sample discrenancy function CMIN dibagi dengan degree of freedomnya akan menghasilkan indeks CMINDF. Pada umumnya diartikan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fit—nya model. Dalam hal ini CMIND tidak lain adalah statistic chi-square, x² dibagi DFnya.

6. TLI-Tucker Lewis Indeks

TLI adalah alternatif Incremental Fit Index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very good fit. 55

7. CFI – Comporative Fit Index

Besaran nilai ini pada rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana semakin mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi avery good fit. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI 0,90. keunggulan dari indeks ini besarannya tidak dipengaruhi oleh ukuran sample karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan Relative Noncentrality Indeks RNI. Goodness of Fit Indices GOODNESS OF FIT INDEX KETERANGAN CUT-OFF VALUE Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2. X 2 - Chi-square Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data]. Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05 Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi. RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar. ≤ 0,08 GFI Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R 2 dalam regresi berganda]. ≥ 0,90 AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90 CMINDDF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model. ≥ 0,95 CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model. ≥ 0,94 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN