seni lukis, dalam karikatur juga dituntut selera komposisi untuk membuat gambar yang enak dipandang. Sumandiria, 2005:9
Menggambar karikatur termasuk proses kreatif seseorang ahli grafis sekaligus seorang jurnalistik. Sebagai ahli grafis, ia harus dapat menyajikan
gambar yang memenuhi kaidah komposisi gradasi, dan eksentuasi secara tajam dan serasi. Sebagai jurnalis, ia pandai memilh topik yang sedang actual,
menyangkut kepentingan masyarakat umum, dan mengemasnya dalam panduan gambar serta kata-kata yang singkat, lugas, sederhana.
Secara teknis jurnalistik karikatur, kariaktur diartikan sebagai opini redaksi media dalam bentuk gambar yang sarat akan dengan muatan kritik sosial
dengan memasukan unsur kelucuan, anekdot, atau humor agar siapapun yang melihatnya bias tersenyum, termasuk tokoh atau objek yang di karikaturkan itu
sendiri. Sumandiria, 2003:9 Sebuah karikatur dikatakan efektif apabila karikatur itu telah
menjalankan fungsinya, yakni karikatur harus membuatsenyum untuk semua. Senyum untuk yang dikritik agar tifak marah, senyum untuk masyarakat yang
merasa terwakili aspirasinya, dan senyum untuk sang karikaturis karena tidak terjadi apa-apa. Sumandiria, 2005:9
2.1.4 Semiotika
semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki hubungan yang memiliki unit
dasar yang disebut dengan tanda. Dengan demikian semiotik mempelajari hakikat tentang suatu tanda. Sobur, 2006:87
semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita opakai dalam upaya berusaha mencari
jalan di dunia ini, di tengah-tengah dan bersama-sama manusia. Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaiana
kemanusiaan humanity memaknai hal-hal things. Memaknai to sinify dalam hal ini tidak dapat dicampur adukan dengan mengkomunikasikan to
comunicate. Memaknai berarti bahwa objek-objek itu tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga
mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Barthes dalam Sobur, 2006:15. Tokoh semiotika Charles Sanders Pierce adalah salah seorang filsuf
Amerika. Sedangkan Ferdinand de Saussure adalah pendiri linguistic modern, sarjana dan tokoh besar asal Swiss yang terkenal dengan teorinya tentang tanda.
Sobur, 2006:43
2.1.5 Makna dan Pemaknaan
Brown dalam Sobur 2001:255-256 mendefinisikan makna sebagai kecenderungan total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bahasa.
Terdapat banyak komponen dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. Namun kita terlebih dahulu harus membedakan pemaknaan secara lebih
tajam tentang istilah-istilah yang laris berimpit antara yang disebut 1 terjemah
translation, 2 tafsir atau interpretasi, 3 ekstrapolasi dan makna atau meaning.
Membuat terjemah adalah upaya mengemukakan materi atau substansi yang sama dengan media yang berbeda; media tersebut mungkin berupa bahasa
satu ke bahasa yang lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya. Pada penafsiran, kita tetap berpegang pada materi yang ada, dicari latar belakangnya, konteknya
agar dapat dikemukakan konsep atau gagasanya lebih jelas. Ektrapolasi lebih menekankan pada kemampuan daya pikir manusia untuk menangkap hal di balik
yang tersajikan. Materi yang tersajikan dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator pada sesuatu yang lebih jauh lagi. Memberikan makna merupakan
upaya lebih jauh dari penafsiran dan mepunya kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan lebih menuntut kemampuan integratif manusia, indrawinya,daya
pikirnya dan akal budinya. Materi yang tersajikan seperti juga ekstrapolasi, dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indicator bagi sesuatu yang lebih jauh.
Dibalik yang tersajikan bagi ekstapolasi terbatas dalam artian empiric logic, sedangkan dalam pemaknaan dapat pula menjangkau yang etik ataupun yang
trasendental. Semantik adalah ilmu mengenai makna kata-kata, suatu definisi yang
menurut S.I. hayakawa dalam mulyana 2001:257 tidaklah burukbila orang- orang tidak menganggap bahwa pencarian makna kita mulai dan berakhir dengan
melihatnya dalam kamus. Makna dalam kamus tentu saja lebih bersifat
kebahasaan linguistik, yang punya banyak dimensi, subjektif kita mengenai symbol itu dan referen adalah objek yang sebenarnya eksis di dunia nyata.
Gambar 2.1 Segitiga Makna
Pikiran atau rujukan orang
Simbol kata Referen objek Sumber :
Bert E. Bradley, 1981, Fundamentals of Speech Communication; the credibility of ideas, Edisi Ke-3, Dubuque, lowa; Wm. C. Brown, hlm. 283.
Makna dapat pula digolongkan ke dalam makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya faktual seperti yang
kita temukan dalam kamus. Karena itu makna denotatif lebih bersifat publik. Sejumlah kata bermakna denotatif, namun banyak juga bermakna konotatif, lebih
bersifat pribadi, yakni makna di luar rujukan objektifnya. Dengan kata lain, makna konotatif lebih bersifat subjektif daripada makna denotatif.
2.1.6 Pedang