Pendekatan Pertumbuhan Internal Pendekatan Terhadap Pertumbuhan Wilayah

21 adalah sebutan untuk batas wilayah dalam batas kewenangan daerah. Pembangunan wilayah tidak terlepas dari pembangunan berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi wilayah bukanlah suatu proxy yang buruk dari struktur sosial-ekonomi masyarakat, tetapi bisa digunakan sebagai penanda awal untuk: mengklasifikasikan tingkat pembangunan wilayah, mengidentifikasikan kebutuhan pembangunan, dan membandingkan tingkat pembangunan suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Ada kecenderungan bahwa dengan adanya kemajuan-kemajuan di bidang ekonomi akan diikuti oleh kemajuan-kemajuan di bidang yang lain. Sejak pertengahan abad ke-20 para ahli sejarah perekonomian dan geografi mencoba merumuskan pola pertumbuhan ekonomi suatu wilayah yang ideal. Penelitian terhadap wilayah-wilayah yang terkenal berhasil pembangunan ekonominya memunculkan berbagai teori antara lain Growth Pole Theory yang mendasarkan diri pada proses pertumbuhan internal, dan Teori Rostow tentang fase-fase pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Berikut ini secara singkat dibahas beberapa pendekatan terhadap mekanisme pertumbuhan ekonomi dan tolok ukur tingkat pembangunan ekonomi suatu wilayah. Pertanyaannya adalah dapatkah pola ideal dan tolok ukur yang dikembangkan berdasarkan hasil penelitian di negara-negara barat diterapkan bagi pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang seperti Indonesia? Penemuan pola yang ideal dimaksudkan untuk dapat diikuti secara sengaja oleh wilayah-wilayah lain yang sedang membangun.

2. Pendekatan Terhadap Pertumbuhan Wilayah

Berbagai cara dan sudut pandang dalam mempelajari pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dikelompokkan menjadi dua macam pendekatan: pertumbuhan internal dan pertumbuhan eksternal.

2.1. Pendekatan Pertumbuhan Internal

Semua teori yang menggunakan pendekatan internal growth bertolak dari pandangan bahwa inisiator dan motor pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam wilayah itu sendiri. Inisiatif biasanya muncul dalam bentuk 22 penerapan teknologi baru atau penyempurnaan teknologi yang telah ada, misalnya: pembuatan jalan-jalan baru serta alat pengangkutan baru, penerapan alat produksi modern untuk menggali sumberdaya alam yang potensial, dan sebagainya. Semakin lancar dan murahnya transportasi menumbuhkan perdagangan lokal menjadi lebih luas dan menimbulkan persaingan antar produsen. Banyak produsen di tempat-tempat yang semula terpencil dan tidak pernah tampak dalam perdagangan menjadi ikut aktif dalam persaingan. Beberapa bukti menunjukkan adanya beberapa fase pertumbuhan ekonomi wilayah dari subsistem- economy tertutup sampai commercial-economi. Dalam pertumbuhan yang demikian hubungan perdagangan antar daerah untuk surplus produksi berkembang cepat setelah tiap jenis produksi telah dimenangkan oleh daerah tetentu. Proses mencapai kemenangan dalam persaingan untuk barang yang sejenis dapat diilustrasikan sebagai berikut. Semula menunjukkan keadaan awal dimana antara daerah X dan Y memperdagangkan komoditi yang sama, dengan kemampuan bersaing yang sama pula, karena baik sumberdaya potensialnya maupun ongkos produksi dan ongkos angkut barang sama, sehingga keduanya membagi daerah pasaran sama besar a = ongkos produksi; t = kenaikan ongkos angkut sehubungan dengan jarak angkut; P = tinggi harga di suatu tempat = a + t + keuntungan yang wajar. Perkembangan berikutnya menunjukkan adanya penerapan teknologi produksi baru di daerah X, sehingga ongkos produksi turun, dan dengan keuntungan wajar produsen X dapat menguasai pasaran yang lebih luas dari pada Y. Tahap selanjutnya X menerapkan teknologi baru pada alat pengangkutannya sehingga ongkos angkut turun dan dapat menguasai pasaran yang lebih luas dari pada Y. Jika X menerapkan teknologi baru baik pada alat produksi maupun alat angkutnya, maka suatu saat daerah pasaran Y akan terserap ke dalam pasaran X, sehingga lambat laun Y musnahgulung tikar dari pasaran. 23 2.2.Pendekatan Pertumbuhan Eksternal Teori-teori yang menggunakan pendekatan eksternal memandang bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi sebagai akibat dari perluasan ekspor ke wilayah lain. Keuntungan yang diterima dari ekspor ini mendorong pembangunan ekonomi di wilayah pengekspor tersebut. Mereka menunjukkan bahwa banyak wilayah-wilayah di dunia yang perekonomiannya telah berkembang sebagai akibat investasi modal atau eksploitasi dari pihak luar. Karena kekayaan sumberdaya alam suatu wilayah, misalnya modal dan teknologi asing tertarik dan masuk ke wilayah itu. Perdagangan antar wilayah ekspor-impor menjadi motor pertumbuhan ekonomi selanjutnya. Wilayah-wilayah yang pola pertumbuhan ekonominya menerapkan pendekatan eksternal boleh jadi lebih cepat maju, tetapi kurang stabil dan lebih tergantung nasibnya kepada wilayah lain. Dalam kenyataan kedua pola internal dan eksternal tersebut dewasa ini diterapkan secara simultan pada hampir setiap wilayah di negara yang sedang berkembang.

3. Teori Pusat Pertumbuhan Growth Pole Theory