9
dan menghambat
risiko munculnya
penyulit mikrovaskular
maupun makrovaskular. Dalam pengelolaan penyakit DMT2, peran mandiri pasien dalam
melakukan manajemen penyakit sangat diperlukan. Pemahaman pasien, personal belief, pandangan mengenai penyakit menjadi penting sehingga pasien dapat
memberikan respon yang tepat terkait penyakitnya. Dengan memperhatikan aspek tersebut diharapkan terjadinya peningkatan kualitas hidup pasien DMT2.
B. Kualitas Hidup
Kualitas hidup merupakan konstruksi multidimensional dari aspek fisik, psikologis, sosial dan lingkungan Odili et al, 2011. Konsep kualitas hidup
quality of life terkadang disamakan dengan konsep global seperti kepuasan hidup life satisfaction, kebahagiaan happiness, dan keadaan yang sehat well
being, meskipun kualitas hidup dianggap lebih luas daripada konsep-konsep tersebut Renwick Brown, 1996.
Menurut World Health Organisation Quality of Life – Brief WHOQOL
BREF terdapat empat dimensi kualitas hidup pada pasien DMT2 yang meliputi dimensi kesehatan fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Dimensi kesehatan
fisik tersusun atas beberapa indikator seperti nyeri, energi, tidur, mobilitas, aktivitas, ketergantungan pada pengobatan dan kapasitas melakukan pekerjaan.
Indikator dimensi psikologis terdiri dari perasaan positif, harga diri, kemampuan konsentrasi, penampilan dan gambaran jasmani, perasaan negatif, dan spiritual.
Indikator dimensi sosial meliputi hubungan pribadi, dukungan sosial, aktivitas seksual sedangkan indikator lingkungan seperti keamanan dan keselamatan fisik,
lingkungan rumah, sumber keuangan, lingkungan fisik, peluang untuk memperoleh keterampilaninformasi, keikutsertaan untuk rekreasi dan akses
pelayanan kesehatan dan transportasi.
C. Kualitas Hidup Pasien DMT2
Berikut ini gambaran kualitas hidup pasien DMT2 ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:
10
1. Kesehatan Fisik
Pasien DMT2 dapat mengalami penurunan vitalitas tubuh, mudah lelah sehingga mengganggu kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Selain itu, berbagai komplikasi yang muncul juga mempengaruhi kesehatan fisik seperti diabetic foot akibat neuropati perifer menyebabkan penderita
mengalami nyeri kronis, kesulitan mobilisasi, amputasi, peningkatan ketergantungan terhadap pengobatan. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi
kualitas hidup pasien DMT2. 2.
Psikologis Perkembangan penyakit maupun pengelolaan penyakit yang harus dilakukan
mengakibatkan pasien DMT2 secara psikologis lebih mudah marah, putus asa ketika berpikir tentang komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi dan
memiliki perasaan negatif akan penyakitnya. Selain itu, aspek psikologis lainnya yang juga berpengaruh dalam menentukan kualitas hidup penderita
DMT2 adalah depresi. Berbagai studi tentang penyakit DMT2, depresi, dan kualitas hidup menunjukkan bahwa prevalensi depresi pada kelompok DMT2
ditemukan lebih tinggi daripada kelompok non-DMT2 dan pada penderita DMT2 dengan depresi diketahui memiliki kualitas hidup yang lebih rendah
daripada penderita DMT2 tanpa depresi Nur, 2010. 3.
Hubungan Sosial Ketika individu didiagnosa mengalami DMT2, pasien harus berupaya
beradaptasi dengan penyakitnya dan melakukan perubahan gaya hidup sehari- hari serta melaksanakan pengelolaan DMT2 secara konstan. Seperti yang telah
dijelaskan di atas, pasien dapat mengalami perubahan psikologis yang akan berpengaruh terhadap hubungan pribadi penderita dengan orang lain seperti
orang yang dicintai. Hubungan pribadi yang menjadi buruk tersebut dapat membuat orang yang dicintai tidak turut berpartisipasi dalam pengelolaan
penyakit sehingga hal tersebut membuat pasien merasa sendiri, merasa berbeda dengan orang lain dan kondisi yang lebih buruk dapat menyebabkan
kerusakan dalam interaksi sosial Nur, 2010. Perubahan sosial juga tampak dari perubahan dalam aktivitas seksualnya. Penderita DMT2 dapat mengalami
penurunan libido sehingga mengurangi intensitas kehidupan seksualnya. Hal
11
ini akan mengganggu hubungan pribadinya dengan orang yang dicintai Romesh, 2012.
4. Lingkungan
Pasien yang mengalami DMT2 mengalami peningkatan kebutuhan ekonomi untuk memenuhi perawatan DMT2 maupun peningkatan penggunaan fasilitas
kesehatan. Sumber ekonomi yang tidak memadai termasuk kondisi lingkungan yang tidak mendukung perawatan pasien dapat menurunkan kualitas hidup
pasien DMT2. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pada
pasien DMT2 seperti faktor demografi yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan; durasi menderita DMT2, faktor psikososial seperti
pemahaman dan keyakinan pasien terhadap penyakitnya, dukungan sosial dan sistem koping yang digunakan; komplikasi DMT2 yang dimiliki pasien; jenis
terapi pengobatan yang digunakan dan kemampuan melakukan diabetes self management Ichtiarto, 2008
Instrumen penilaian kualitas hidup pada pasien DMT2 menggunakan WHOQOL Bref yang terdiri dari 26 pertanyaan yang mencakup domain fisik,
psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Instrumen ini dapat digunakan pada pasien DMT2 dan lebih praktis digunakan di lapangan.
D. Diabetes Self Management