commit to user
103
cuma untuk membantu masyarakat yang berada dalam kondisi gawat darurat sebagai sarana transportasi gratis yang telah disediakan oleh pihak
Puskesmas maupun Rumah Sakit. 4. Menjalin kerjasama dengan RS Pemerintah dan swasta yang ada di Kota
Surakarta untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan peserta PKMS Kerjasama itu penting karena akan meningkatkan kepercayaan dalam
akses pelayanan kesehatan program PKMS. Masyarakat peserta program PKMS merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
pihak Puskesmas atau Rumah Sakit karena penyedia layanan kesehatan tersebut dalam memberikan pelayanan tidak melakukan diskriminasi.
Adanya tindakan dari Dinas Kesehatan Kota untuk mewujudkan kepuasan masyarakat peserta program PKMS tersebut dilakukan dengan
serius karena mereka menganggap bahwa masyarakat peserta program PKMS itu juga layak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
5. Penempatan masyarakat peserta program PKMS oleh aparat Dinas
Kesehatan Kota dalam sistem pelayanan yang berlaku
Dalam pelayanan kepesertaan program PKMS ini, setiap masyarakat peserta PKMS diperlakukan dengan cara yang sama sesuai dengan prosedur
tetapnya. Antara masyarakat peserta PKMS yang satu dengan yang lainnya diperlakukan secara adil tanpa memandang status sosial, pendidikan, status
ekonomi ataupun hubungan kekerabatan. Untuk mendapatkan pelayanan kepesertaan mereka harus antri menunggu giliran untuk dipanggil sehingga
commit to user
104
dalam hal ini tidak ada diskriminasi pelayanan. Sedangkan dalam pelayanan kesehatan program PKMS ini setiap masyarakat yang berobat juga
diperlakukan secara sama namun jika masih terdapat pembedaan kelakuan maka hal tersebut sudah berada di luar kewenangan Dinas Kesehatan Kota
Surakarta. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala UPTD PKMS:
ra penempatan masyarakat sebagai pengguna layanan itu dalam protap prosedur tetap adalah sama tanpa membedakan satu orang dengan yang
lainnya. Namun apabila masih terdapat diskriminasi dalam perolehan pelayanan kesehatan baik di Puskesmas ataupun di RS itu sudah menjadi di
luar kewenangan protap. Hal tersebut menjadi kewenangan antara pihak
wawancara pada tanggal 19 Maret 2012 Hal yang senada juga disampaikan oleh Seksi Sistem Informasi
Manajemen Kesehatan:
berlakukan sama, semua masyarakat kita perlakukan sama. Tapi kalau di RS itu lebih tergantung pada petugas RS nya. Nah itu yang dinamakan
wawancara dilakukan pada tanggal 21 Maret 2012 Berdasarkan wawancara di atas apabila masih ditemui adanya
diskriminasi pelayanan kesehatan terhadap sesama masyarakat peserta program PKMS maka hal tersebut menjadi tanggung jawab petugas Rumah
Sakit. Hal tersebut terjadi karena adanya kepribadian yang melekat ke diri petugas Rumah Sakit untuk lebih mengutamakan kerabat atau kenalannya
yang sama-sama menggunakan program PKMS. Namun tentu saja jika hal tersebut dibiarkan dan tidak mendapatkan penanganan yang serius maka akan
commit to user
105
menimbulkan masalah baru yaitu adanya diskriminasi pelayanan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dalam program PKMS. Untuk mencegah
hal tersebut diharapkan dalam bentuk kerjasama antara pihak Dinas Kesehatan Kota dengan pihak Rumah Sakit sehingga dalam melayani masyarakat peserta
program PKMS itu semuanya wajib didahulukan tanpa pilih kasih.
Faktor-faktor yang terkait
Dalam penyelenggaraan pelayanan program PKMS ini juga tidak terlepas dari adanya faktor pendukung dan faktor penghambat:
a. Faktor Pendukung Faktor pendukung merupakan faktor positif yang dapat memperlancar
dalam penyelenggaraan pelayanan program PKMS, antara lain: 1. Pelayanan kepesertaan
Dalam pelayanan kepesertaan untuk mengurusi tentang pembuatan kartu PKMS Silver dalam pencetakannya Dinas Kesehatan Kota di
bantu oleh Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu KPPT. Sedangkan dalam pembuatan kartu PKMS Gold, Dinas Kesehatan Kota Surakarta
dalam menentukan apakah masyarakat tersebut masuk ke dalam kategori miskin atau tidak dibantu oleh Tim Kota yang dimonitoring
oleh Bappeda. Hal tersebut diungkapkan oleh Seksi Sistem Informasi Manajemen
Kesehatan:
commit to user
106
yang terkait dengan kepesertaan tentunya yang menentukan miskin atau tidak itu ada di tim kota yang di monitoring oleh
Bappeda yang terkait. Ada Bappeda, ada Bapermas itu semuanya terkait dalam menentukan Bappeda, kan dari DKK supaya bisa
konsentrasi dalam pelayanan kesehatan. Apalagi menentukan dia miskin atau tidak, itu bukan wewenang DKK itu tim kota yang
wawancara pada tanggal 21 Maret 2012 Dalam pembuatan kartu PKMS Gold dalam melakukan verifikasi
dilakukan oleh tim kota yang dimonitoring oleh Bappeda agar Dinas Kesehatan bisa berkonsentrasi dalam menangani pelayanan kesehatan.
Jadi untuk menentukan apakah masyarakat itu dapat memiliki PKMS Gold semua itu yang menentukan adalah pihak tim kota, Dinas
Kesehatan Kota dalam hal ini hanya sebagi tempat pendaftaran dan tempat pengambilan kartu PKMS Gold yang sudah mendapat
persetujuan untuk diterbitkan oleh tim kota. 2. Pelayanan kesehatan
Mengenai bentuk pelayanan kesehatan hal tersebut diungkapkan oleh Kepala UPTD PKMS:
Mengenai bentuk pelayanan kesehatan dalam program PKMS itu sendiri ada beberapa macam, yaitu: Layanan kesehatan
rawat jalan, didapatkan di: Puskesmas di Kota Surakarta, RSUD Kota Surakarta, RS Jiwa Surakarta rawat jalan jiwa
dan BBKPM rawat jalan paru; Layanan kesehatan rawat inap di Puskesmas rawat inap, RSUD Kota Surakarta dan RS lain
yang bekerja sama dengan Pemkot Surakarta; Layanan hemodialisa dan kemoterapi; serta Layanan darah
wawancara dilakukan pada tanggal 19 Maret 2012
commit to user
107
Berdasarkan wawancara tersebur dapat diketahui bahwa bentuk pelayanan yang diberikan dalam program PKMS meliputi:
1. Layanan kesehatan rawat jalan, didapatkan di: Puskesmas di Kota Surakarta, RSUD Kota Surakarta,
RS Jiwa Surakarta rawat jalan jiwa dan BBKPM rawat jalan paru
2. Layanan kesehatan rawat inap di Puskesmas rawat inap, RSUD Kota Surakarta dan RS lain yang bekerja sama
dengan Pemkot Surakarta. 3. Layanan hemodialisa dan kemoterapi
4. Layanan darah Dalam pelayanan kesehatan juga telah disediakan beberapa jenis
layanan kesehatan
untuk menunjang
kelancaran dalam
penyelenggaraan pelayanan program PKMS, antara lain: a. layanan kesehatan yang dijamin itu meliputi:
konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan, pelayanan laboratorium, tindakan medis,
pemerikasaan ibu hamil atau ibu menyusui, bayi, balita, pemberian obat, akomodasi rawat inap,
pemeriksaan dan pengobatan gigi, pertolongan persalinan dan pelayanan gawat darurat.
commit to user
108
b. Layanan kesehatan yang tidak dijamin meliputi: kacamata, indra occular lensa, alat bantu dengar,
pelayanan penunjang diagnostic canggih, bahan alat tindakan yang bertujuan untuk kosmetika, general
chek up, prosthesis gigi tiruan, operasi jantung, rangkaian pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan
dalam upaya mendapatkan keturunan, termasuk bayi tabung dan pengobatan impotensi, jika peserta
pindah kelas perawatan yang lebih tinggi, KB, dan obat-obatan formularium. Dan layanan kesehatan
yang dibatasi meliputi: cuci darah, kemoterapi, dan operasi besar.
3. Adanya dukungan dari DPRD dan Pemerintah Kota Surakarta. Dukungan tersebut berupa adanya perbaikan-perbaikan tentang
peraturan mengenai PKMS yang direvisi setiap tahunnya dan adanya anggaran yang disediakan untuk mencukupi program PKMS yaitu
terdiri dari Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Retribusi Layanan Kesehatan dan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 25
Tahun 2010 tentang PKMS Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala UPTD PKMS:
commit to user
109
ini mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah DPRD dan Pemerintah Kota Surakarta sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari
terus dilakukan nya perbaikan mengenai Perda dan Perwali tentang program PKMS sendiri
wawancara pada tanggal 19 Maret 2012 Dukungan dari segala pihak tentu saja amat penting karena dengan
adanya dukungan
tersebut dapat
menjadi motivasi
dalam penyelenggaraan program PKMS untuk lebih baik lagi.
b. Faktor Penghambat Faktor penghambat merupakan faktor negatif yang dapat menghambat
dalam penyelenggaraan pelayanan program PKMS, antara lain 1. Adanya sikap ketidakpedulian
Hal tersebut diungkapkan oleh Seksi Sistem Informasi Manajemen Kesehatan:
petugas pun. Kadang ketidakpeduliannya ada peserta PKMS begitu dengan melayaninya kurang ramah, ya itu kan ketidakpedulian. Jadi
sebetulnya, permasalahan utama itu ada di masalah kepribadian kepedulian itu tadi. Masyarakat tidak peduli maksudnya mereka
tidak sedia payung sebelum hujan, begitu ya, jadi kalau sakit baru bingung.Masih banyak yang
wawancara pada tanggal 21 Maret 2012
Sikap ketidakpedulian itu sendiri bisa berasal dari masyarakat peserta PKMS maupun dari aparat pemberi layanan PKMS. Berasal dari
masyarakat karena mereka tidak mau mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan tidak mau menjaga kesehatan diri sendiri. Berasal dari
commit to user
110
aparat pemberi layanan dapat dilihat dari ketidakramahan dalam memberi layanan kepada masyarakat peserta PKMS. Sikap
ketidakpedulian itu
tentu saja
dapat menghambat
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Jika sikap kepedulian ini tidak
dihilangkan maka lambat laun tentu akan membuat program PKMS ini mendapat penilaian yang negatif di mata publik sehingga dapat
menyebabkan kegagalan kinerja Dinas Kesehatan Kota dalam memberikan pelayanan kesehatan.
2. Adanya masyarakat peserta PKMS masih memandang sebelah mata terhadap pelayanan di Puskesmas
Hal tersebut diungkapkan oleh Seksi Sistem Informasi Manajemen Kesehatan:
itu dipandang sebelah mata. Jadi biasanya mereka pakai PKMS tapi
pengin langsung ke RS. Nah itu langsung ke RS, kan tidak bisa, kan harus pakai surat rujukan itu. Dan surat rujukan itu harus lewat
pemeriksaan, kalau dengan diperiksa tidak layak untuk dirujuk dan bisa ditangani Puskesmas ya surat rujukan tidak dikeluarkan. Nah
seperti itu yang kadang menimbulkan ketidakpuasan di masyarakat. Wong saya penginnya di rawat di RS kok. Tapi kan kita sebagai
wawancara dilakukan pada tanggal 21 Maret 2012
Sarana dan prasarana kesehatan di Puskesmas memang tidak selengkap dan secanggih dengan sarana dan prasarana yang ada di
Rumah Sakit. Maka dari itu biasanya pasien yang didiagnosis untuk menjalani rawat inap biasanya cenderung untuk memilih rawat inap di
commit to user
111
Rumah Sakit. Padahal kenyataannya pasien tersebut masih mampu untuk menjalani rawat inap di Puskesmas namun mereka tidak mau
dan memaksa untuk tetap menjalani rawat inap di Rumah Sakit. Masyarakat memang berhak untuk mendapatkan layanan kesehatan
yang terbaik. Namun jika ia masih mampu untuk di rawat di Puskesmas tentu saja bukan berarti ia tidak mendapatkan pelayanan
kesehatan yang terbaik. Sebenarnya baik di Puskesmas ataupun di Rumah Sakit juga memiliki fasilitas kesehatan yang sama. Dengan
dirawat di Puskesmas maka Dinas Kesehatan Kota dapat menghemat anggaran yang dikeluarkan untuk membayar klaim dari Rumah Sakit.
commit to user
112
Tabel 4.1
Matriks Responsivitas Dinas Kesehatan Kota dalam Pelayanan Program PKMS Komponen
Kasus Hasil
Responsivitas: 1. terdapat tidaknya
keluhan dari masyarakat peserta program PKMS
2. sikap aparat DKK dalam merespon keluhan dari
masyarakat peserta program PKMS
Ada 4 keluhan, meliputi: 1. Prosedur penerbitan
PKMS Gold yang lama 2.PKMS tidak menjamin
biaya pengobatan 3.Kamar Rumah Sakit
penuh 4.Petugas di bagian
pendaftaran yang tidak ramah
Ada 2 kasus yang terjadi, yaitu:
1.Masyarakat tidak mau mengikuti prosedur PKMS
pada waktu berobat 2.Ada masyarakat yang
rela memiskinkan diri demi untuk mendapatkan
PKMS Gold Tanggapan dari DKK
mengenai keluhan tersebut responsif karena DKK
mau untuk menerima keluhan dan menanggapi
keluhan tersebut secara serius.
Tanggapan dari DKK mengenai kasus tersebut
responsif karena dalam menanggapi kasus itu
dilakukan secara rasionalitas dengan cara:
1.Melakukan koordinasi dengan Rumah Sakit baik
secara berkala maupun insidental sesuai kasus
yang ditemui.
2.Terus-menerus melakukan sosialisasi
kepada masyarakat mengenai hak dan
kewajiban dalam
commit to user
113
3. penggunaan keluhan dari masyarakat peserta
program PKMS sebagai referensi bagi perbaikan
penyelenggaraan pada masa mendatang
4. berbagai tindakan aparat DKKuntuk memberikan
kepuasan pelayanan kepada masyarakat peserta
program PKMS Kasus yang terjadi yaitu
adanya kecurangan yang dilakukan oleh seseorang
warga Kota Surakarta untuk mendapatkan PKMS
Gold dengan cara mengancam RT untuk mau
mengeluarkan surat keterangan tidak mampu.
Kasus yang terjadi bahwa kepuasan setiap
masyarakat peserta program PKMS itu
subyektif dan relatif sehingga biasaya masalah
yang muncul itu disebabkan karena adanya
keinginan dan bukan karena kebutuhan dari
masyarakat peserta program PKMS.
mendapatkan pelayanan PKMS.
3.Terus-menerus melakukan sosialisasi
kepada masyarakat mengenai mekanisme
rujukan berjenjang.
Tanggapan dari DKK mengenai kasus tersebut
responsif karena DKK mau mendengarkan saran
dari RT yang bersangkutan.
Tanggapan dari DKK mengenai kasus tersebut
responsif yang dapat dilihat dari adanya
beberapa tindakan DKK untuk memberikan
kepuasan pelayanan, antara lain:
1.Peningkatan fisik bangunan Puskesmas dan
RSUD Kota Surakarta
2.Peningkatan peralatan dan obat-obatan
Puskesmas dan RSUD
commit to user
114
5. penempatan masyarakat peserta program PKMS
oleh aparat DKK dalam sistem pelayanan yang
berlaku Kasus yang terjadi adanya
pihak Rumah Sakit yang lebih mengutamakan
kerabatnya yang menjadi peserta program PKMS
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
ketika berobat di Rumah Sakit.
Kota Surakarta 3.Penyediaan ambulance
rakyat secara cuma-Cuma 4.Menjalin kerjasama
dengan RS Pemerintah dan swasta yang ada di Kota
Surakarta untuk meningkatkan akses
pelayanan kesehatan peserta PKMS
Tanggapan dari DKK mengenai kasus itu tidak
responsif karena masalah itu sudah ada di luar
kewenangan DKK dan menjadi urusan pihak
Rumah Sakit.
Faktor-faktor yang terkait: 1. Faktor Pendukung
Pelayanan kepesertaan Pelayanan kesehatan
Dalam pelayanan kepesertaan mendapat
bantuan dari KPPT dan tim kota.
Dalam pelayanan kesehatan itu terdapat
beberapa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang
disediakan oleh
commit to user
115
2. Faktor Penghambat Adanya sikap
ketidakpedulian dari masyarakat peserta
program PKMS maupun dari aparat pemberi
layanan program PKMS. Adanya masyarakat
peserta program PKMS yang masih memandang
sebelah mata terhadap pelayanan di Puskesmas.
Puskesmas dan Rumah Sakit dan dalam
pelaksanaannya mendapatkan dukungan
dari DPRD dan Pemkot sendiri.
Dalam hal ini dilakukan adanya upaya pembenahan
dari pihak pemberi layanan melalui
pembinaan dan pemberian saran kepada masyarakat
peserta program PKMS. Dalam hal ini dilakukan
upaya peningkatan fasilitas kesehatan agar
fasilitas kesehatan di Puskesmas tidak kalah
dengan fasilitas kesehatan yang ada di Rumah Sakit.
commit to user
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN