Biaya Produksi Harga Pokok Penjualan Biaya Tetap Fixed Cost

commit to user

G. Analisis Kelayakan Ekonomi

Analisis kelayakan ekonomi bertujuan untuk menentukan kalayakan suatu usaha, baik apakah usaha yang dijalankan dapat memberikan keuntungan atau tidak. Analisis finansial menitik beratkan kepada aspek keuangan berupa arus kas cash flow yang terjadi selama usaha dijalankan. Analisis dari segi teknik, ekonomi, maupun financial. Analisis ekonomi bertujuan mengetahui ekonomi yang dilakukan meliputi perhitungan biaya produksi, harga pokok penjualan, harga penjualan, perkiraan pendapatan rugi atau laba, serta kriteria kelayakan usaha Astawan, 1999.

1. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha dijalankan, yang dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. a Biaya Tetap Fixed Cost Biaya tetap adalah biaya yang tetap dikeluarkan meskipun perusahaan tidak melakukan proses produksi. Biaya tetap terdiri atas biaya usaha, amortisasi, biaya penyusutan alat, pajak usaha dan dana sosial. b Biaya Tidak TetapVariabel Variabel Cost Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan hanya jika melakukan proses produksi. Biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya bahan baku dan bahan pembantu, biaya bahan bakar atau energi, biaya perawatan dan perbaikan.

2. Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan adalah harga terendah dari produk yang tidak mengakibatkan kerugian bagi produsen. Harga pokok penjualan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: commit to user

3. Kriteria Kelayakan Ekonomi a.

Kriteria kelayakan ekonomi yang digunakan adalah Break Event Point BEP, Benefit Cost BC, Payback period PP, Return of Investment ROI

b. Break event point BEP

Break event point BEP digunakan untuk menentukan besarnya volume penjualan yaitu perusahaan tersebut sudah dapat menutup semua biaya-biaya tanpa mengalami kerugian maupun keuntungan. Break event point adalah suatu titik kesinambungan pada titik tersebut jumlah hasil penjualan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan atau perusahaan tersebut tidak mengalami laba atau rugi. Jika penjualan berjumlah kurang daripada jumlah yang ditunjukkan oleh titik ini, maka akan diperoleh kerugian bersih Astawan, 1999. Perhitungan rumus BEP atas dasar unit produksi adalah sebagai berikut: BEP =        ln Pr arg b oduksi Kapasitas Tetap BiayaTidak n aJualSatua H FC BiayaTetap Perhitungan rumus BEP atas dasar unit rupiah adalah sebagai berikut: BEP Rp =        oduksi nXJumlah aJualSatua H Tetap BiayaTidak FC BiayaTetap Pr arg 1 Perhitungan rumus BEP atas dasar unit waktu adalah sebagai berikut: BEP waktu = bulan Kapasitas Unit BEP commit to user

c. Payback period PP

Payback period merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal yang ditanam pada proyek. Nilai tersebut dapat berupa persentase maupun baik tahun maupun bulan. Payback period tersebut harus lebih dari nilai ekonomis proyek. Untuk industri pertanian diharapkan nilai tersebut lebih kecil 10 tahun atau sedapat mungkin kurang dari lima tahun. Rumus Payback period adalah sebagai berikut Sutanto, 1994. PP = LabaBersih Investasi

d. Benefit Cost Ratio BC

Untuk mengkaji kelayakan proyek sering digunakan pula kriteria yang disebut Benefit Cost Ratio- BCR. Penggunaannya dikenal dalam mengevaluasi proyek-proyek untuk kepentingan umum atau sektor publik. Meskipun penekanannya ditujukan kepada manfaat bagi kepentingan umum dan bukan keuntungan financial perusahaan, namun bukan berarti perusahaan swasta mengabaikan kriteria ini Gittinger, 1986. Benefit Cost Ratio BCR adalah nilai perbandingan antara pendapatan dan biaya. Jika nilai BC lebih besar dari 1 maka perusahaan memenuhi salah satu kriteria untuk dikatakan layak. Jika nilai BC lebih kecil dari 1 maka perusahaan tidak layak berdiri rugi. Jika nilai BC = 1 maka perusahaan berada dalam keadaan impas Astawan, 2006. BC Ratio = oduksi Biaya Keuntungan Pr commit to user

e. Return of Investment ROI

Return of Investment ROI merupakan perbandingan antara besarnya laba per tahun dengan besarnya modal yang dinyatakan persen per tahun. ROI dapat dihitung berdasarkan laba kotor yaitu selisih antara hasil penjualan dengan biaya produksi keseluruhan belum dikurangi pajak pendapatan atau berdasarkan laba bersih yaitu laba dikurangi pajak pendapatan. Demikian juga dengan besarnya modal dapat dinyatakan sebagai modal tetap atau modal keseluruhan modal tetap ditambah modal kerja Sutanto, 1994. ROI = 100 Pr X oduksi TotalBiaya Laba commit to user

BAB III METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktek Produksi Pembuatan Keripik Kemangi Kaya Betakaroten dilaksanakan mulai bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium Rekayasa Proses dan Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Pangan dan Gizi Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Alat, Bahan, dan Cara Kerja

1. Alat Alat yang digunakan untuk Proses Produksi Pembuatan Keripik Kemangi Kaya Betakaroten adalah baskom, penggorengan, kompor, sotel, lemper. Alat yang digunakan untuk uji organoleptik adalah alat tulis dan borang. Alat yang digunakan dalam uji kadar betakaroten adalah timbangan analitik, pipet volume 25 ml, pipet ukur 5 ml, spectrophotometer, labu takar 100 ml, enlemeyer 250 ml. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam Proses Produksi Pembuatan Keripik Kemangi Kaya Betakaroten adalah daun kemangi, bawang putih, garam, merica, tepung beras, penyedap rasa, air bersih. Bahan yang digunakan untuk uji betakaroten adalah keripik kemangi, indikator amilum 1 , larutan iodine 0,01 N, aquadest. 17 commit to user 3. Proses Pembuatan Keripik Kemangi Pada pembuatan keripik kemangi memerlukan beberapa tahap antara lain yaitu: a. Sortasi, daun kemangi disortasi untuk memisahkan daun yang baik dan daun yang tidak baik tidak cacat dan tidak berlubang-lubang. b. Pencucian, daun kemangi yang sudah di pilih kemudian dicuci. Pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran, debu, dan kotoran lain yang tidak dikehendaki. c. Pencampuran, tahap ini dilakukan dengan mencampurkan rempah- rempah dan tepung yang sudah dicampur dengan air dan menghasilkan adonan untuk pembuatan keripik kemangi. d. Setelah mendapatkan adonan yang sudah tepat kemudian daun kemangi itu dicampur dengan adonan dan kemudian dengan perlahan-lahan di masukkan kedalam penggorengan lalu ditiriskan. Proses pembuatan keripik kemangi dapat dilihat pada gambar 3.1 commit to user Gambar 3.1 Diagram proses pembuatan keripik kemangi Pencampuran adonan dengan bahan baku Sortasi Penirisan Penggorengan Daun Kemangi 1500 gr Pencucian bawang putih 50 gr garam 25 gr merica 5 gr Pengemasan Air bersih 200cc Bahan penyalut Sesuai formula Penghalusan Keripik kemangi 200gr commit to user

C. Analisis Produk

1. Analisis sensori Pengujian sensori terhadap keripik kemangi menggunakan uji kesukaan dan uji ranking terhadap warna, aroma, rasa, tekstur, dan keseluruhan. Skala penilaian bertahap dari nilai 1 sangat tidak suka sampai nilai 5 sangat suka untuk tiap parameter yang diuji. Uji organoleptik ini melibatkan 30 orang panelis, pengujian dilakukan dengan panelis tidak terlatih. Uji organoleptik adalah pengujian yang dilakukan dengan menggunakan panca indra yang berfungsi untuk menentukan tingkat kesukaan pada 3 jenis keripik kemangi ini yang dibedakan berdasarkan formulasinya. 2. Analisis Kimia Hasil dari uji organoleptik kemudian dilakukan uji kimia untuk mengetahui mutu produk. Uji kimia keripik kemangi meliputi uji betakaroten. Table 3.1 Parameter Analisa Parameter Analisa Metode Uji sensori Rahayu, 2001 Betakaroten Carrprise, 1992

D. Analisis Ekonomi

1. Rumus yang Digunakan a. Penyusutan Biaya Tetap FC Depresiasi : P – S N Keterangan P : Harga peralatan awal S : Biaya penyusutan N : Umur ekonomi commit to user b. Pajak dan Asuransi Pajak dan Asuransi : 5 x Total Pembelian Alat per Tahun c. Biaya Tetap Biaya Tetap : Penyusutan Biaya Tetap + Bunga Modal Investasi + Pajak dan Asuransi + Sewa Gedung d. Biaya Perawatan dan Perbaikan BPP : P x FPP x Jam 1000 e. Biaya Tidak Tetap Biaya Tidak Tetap : Biaya Perawatan dan Perbaikan + Biaya Bahan Bakar + Tenaga Kerja + Bahan Baku dan Pembantu f. Biaya Produksi Biaya produksi : Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap g. Hasil Penjualan Hasil penjualan: Hasil Jual x Kapasitas Produksi h. Laba Kotor Laba Kotor : Hasil Penjualan – Biaya Produksi i. Laba Bersih Laba bersih : Laba Kotor – Pajak Pendapatan j. BEP Break Even Point  BEP Harga : Total Biaya Produksi Total Produksi  BEP Produksi : Total Biaya Produksi Harga k. ROI Return On Investment  ROI Sebelum Pajak : Laba Kotor Total Biaya Produksi x100  ROI Sesudah Pajak : Laba Bersih Total Biaya Produksi x100 l. BC Break Even Point BC : Pendapatan Biaya Produksi commit to user

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pembuatan Keripik Kemangi

Dalam pembuatan keripik kemangi digunakan daun kemangi sebagai bahan baku utamanya. Daun kemangi yang dipilih adalah daun kemangi yang mempunyai bentuk bulat telur memanjang, berwarna hijau muda dan tidak cacat. 1. Sortasi bahan baku dan bahan tambahan Sortasi merupakan pemilihan bahan baku dengan tujuan mendapatkan bahan baku yang berkualitas. Sortasi yang dilakukan pada daun kemangi secara manual. Kriteria daun kemangi yang dgunakan yaitu daun yang berbentuk bulat memanjang, berwarna hijau muda, tidak cacat tekstur. Kriteria bawang putih yang digunakan berwarna putih, tidak cacat, tidak busuk, bersih dari kotoran. Kriteria garam yang digunakan adalah bersih, berwarna putih, tidak menggumpal. Kriteria ketumbar adalah bersih, kering. Kriteria air adalah tidak berbau, tidak berasa. Kriteria tepung beras berwarna putih, tidak berbau apek, tidak ada kotoran. Daun kemangi yang digunakan dalam proses pembuatan keripik kemangi dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Daun kemangi 22 commit to user 2. Pencucian Tahapan selanjutnya yaitu proses pencucian, tujuan proses pncucian ini yaitu menhilangkan kotoran yang melekat pada bahan. Air yang digunakan untuk mencuci harus bersih, sebaiknya digunakan air yang mengalir dan bersih Afrianti dan Herliani, 2008. 3. Pembuatan adonan Tahapan Pembuatan adonan yang dilakukan dengan pencampuran bahan-bahan yaitu bawang putih, ketumbar, merica, garam, yang dihaluskan. Setelah halus bumbu tersebut di campur dengan tepung lalu ditambah air. Komposisi untuk air yaitu dalam 1kg tepung beras membutuhkan air 200cc. Praktek produksi ini dibuat keripik kemangi dengan tiga formulasi berdasarkan komposisi bahan baku yaitu tepung penyalut. Untuk formulasi yang pertama keripik kemangi dengan penyalut tepung tapioka, formulasi yang kedua keripik kemangi dengan penyalut tepung beras, dan formulasi yang ketiga keripik kemangi dengan penyalut campuran tepung tapioka dengan tepung beras. Formulasi keripi kemangi dan gambar adonan dapat dilihat pada Table 4.1. dan pada Gambar 4.2 Tabel 4.1. Perbandingan Formulasi Kerpik Kemangi Bahan Formula I Formula II Formula III Daun kemangi 1,5kg 1,5kg 1,5kg Bawang putih 50 gr 50 gr 50 gr Garam 25 gr 25 gr 25 gr Merica 5 gr 5 gr 5 gr Air 200 cc 200 cc 200 cc Tepung beras Tepung tapioka - 1 kg 1 kg - 500 gr 500 gr commit to user Gambar 4.2 Adonan bahan penyalut 4. Pencampuran adonan dengan bahan baku Tahapan yg dilakukan selanjutnya yaitu proses pencampuran bahan baku dengan adonan. Pencampuran ini dilakukan dengan cara mencampurkan bahan baku dengan adonan yg telah dibuat. Proses pencampuran adonan dengan daun kemangi sangat penting karena apabila adonan terlalu banyak air hasilnya keripik kemangi akan terlihat lembek dan tidak bertahan lama, sehingga komposisi air harus sesuai untuk menghasilkan keripik kemangi yg berkualitas dan tahan lama. Proses pencampuran adonan dengan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 4.3 Gambar 4.3 Pencampuran bahan commit to user 5. Penggorengan Menggoreng dengan menggunakan minyak adalah salah satu teknik pengolahan pangan dengan memasukan bahan ke dalam minyak panas sehingga seluruh bagian permukaan menerima panas yang sama. Siklus pindah panas dan pembentukan uap akan meningkat menghasilkan ledakan gelembung-gelembung pada awal proses penggorengan Hallstrom 1979 diacu dalam Subarna 2003. Proses selanjutnya yaitu penggorengn. Tehnik menggoreng pada pembuatan keripik kemangi adalah menunggu minyak mendidih baru adonan di masukan dalam penggorengan.Pada proses penggorengan ini yang perlu dipehatikan adalah pertama api yang digunakan jangan terlau besar dan kecil. Apabila api terlalu besar maka produk tersebut gosong dan hasilnya akan mempengaruhi rasa produk tersebut dan rasanya menjadi pahit. Apabila api yang digunakan terlalu kecil sangat mempengaruhi produk dan hasilnya setelah di tiriskan produk tersebut matang tidak merata dan terkadang ada yang menjadi lembek. Pada proses penggorengan untuk keripik kemangi ini membutuhkan waktu 30 -45 detik. Suhu yang di gunakan dalam penggorengan ini adalah 180 sampai 200 o C. 6. Pengemasan Bahan pengemas untuk produk keripik kemangi harus cukup bersih, tidak mudah ditembus lemak dan minyak. Bahan pengemas harus disimpan ditempat khusus yang saniter dan higienis, serta bahan pengemas tersebut tidak boleh mencemari produk yang dikemas Winarno, F.G, 1997. Bahan pengemas yang digunakan untuk keripik kemangi adalah plastik berjenis PolipropilenPP. Polipropilen sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat penggunaannya juga serupa. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. commit to user 7. Labelling Label pangan yang jujur dan bertanggung jawab bukan semata- mata untuk melindungi kepentingan masyarakat yang mengkonsumsi pangan namun juga menjaga kepentingan produsen untuk menjaga bahkan memperluas pasar hasil produksinya seperti tercantum di dalam Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen Anonim a , 1999 Labeling ditunjukkan agar konsumen dapat memperoleh informasi tentang komposisi bahan, kandungan zat, cara penggunaanpengolahan, masa simpancara penyimpanan dan lain-lain dari suatu produk Anonim b , 2012. Keterangan pada label sekurang-kurangnya memuat : a. Nama produk b. Daftar bahan yang digunakan c. Berat bersih d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau pelaku usaha yang memasukkan ke dalam wilayah RI. e. Kode produksi f. Tanggal, bulan, tahun, daluwarsa Anonim c , 2012 Kemasan dan Label dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5. Gambar 4.4 a. Keripik kemangi Gambar 4.5 b. Labelling commit to user B. Analisis Sensori Kerpik Kemangi Uji organoleptik ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap keripik kemangi yang dibuat dengan konsentrasi yang berbeda. Uji organoleptik didasarkan pada kegiatan pengujian rasa oleh panelis yang tugasnya mengamati, menguji, dan menilai secara organoleptik. Jadi pengujian sensoris atau organoleptik mempunyai pengertian dasar melakukan suatu kejadian yang melibatkan pengumpulan data-data, keterangan-keterangan atau catatan mekanis dengan tubuh jasmani sebagai penerima. Uji organoleptik ini menggunakan tiga formulasi yang berebeda, yaitu formulasi 1 penambahan tepung tapioka, formulasi 2 penambahan tepung beras, formulasi 3 penambahan campuran tepung beras dan tepung tapioka. Dalam uji organoleptik produk keripik kemangi ini menggunakan metode uji kesukaan dan uji ranking. Pada metode uji skesukaan umumnya digunakan untuk mengetahui bahwa produk tersebut bisa diterima atau tidak dan dapat membantu dalam penetapan formulasi yang paling tepat untuk mendapatkan selera konsumen dipasaran. Metode uji ranking nilai yang diberikan panelis tidak sama dan secara langsung memberikan tingkat kesukaan formulasi yang paling tepat. Tabel 4.2. Hasil Analisis Sensori Terhadap Uji Skoring Sampel Rasa Warna Aroma Over all Keripik dengan tepung tapioka 3.60 a 3.43 a 3.83 a 3.50 a Keripik dengan tepung beras 4.50 b 4.60 c 4.27 a 4.57 b Keripik dengan tepung beras dan tapioka 3.90 a 3.97 b 3.90 a 3.97 c Skala nilai : 1 = tidak suka 2 = kurang suka 3 = agak suka 4 = suka 5 = sangat suka Dari tabel 4.2. dapat diketahui bahwa keripik kemangi dengan pemakaian tepung tapioka, tepung beras, campuran tepung beras dan tapioka, nilai rerata yang berbeda-beda. Dari hasil uji statistik dapat diketahui bahwa konsentrasi penambahan jenis-jenis tepung pada keripik kemangi memberikan pengaruh terhadap penerimaan konsumen. Hasil analisis sensori terhadap uji skoring dapat dilihat pada Tabel 4.2 commit to user 1. Rasa Rasa dapat diketahui dengan indera perasa. Dari tabel 4.2 pada uji kesukaan untuk penambahan tepung beras beda nyata dengan penambahan tepung tapioka dan campuran antara tepung beras dan tepung tapioka, sedangkan dengan penambahan tepung tapioka dan campuran tepung beras dengan tapioka tidak beda nyata. Dari hasil tabel 4.2 dengan parameter rasa dapat diambil kesimpulan yaitu dengan penambahan dengan formulasi penambahan tepung beras yang paling disuka karena rasa keripik dengan penambahan tepung beras memiliki rasa kemangi yang paling kuat. Perbedaan rasa antara keripik satu dengan yang lain disebabkan oleh penambahan tepung sehingga memberikan pengaruh beda nyata terhadap penerimaan keripik kemangi yang dihasilkan. 2. Warna Warna menjadi atribut yang paling penting, walaupun suatu produk bernilai gizi tinggi, enak apabila warna kurang menarik bagi konsumen maka produk tersebut akan kurang diminati. Dari tabel 4.2 pada uji kesukaan 3 keripik mengalami beda nyata Dari tabel 4.2 hasil uji kesukaan diambil kesimpulan untuk keripik yang paling disukai warna dengan penambahan tepung beras warna keripik lebih menarik dibandingkan dengan penambahan tepung tapioka dan campuran tepung beras dan tapioka. Warna pada keripik dipengaruhi oleh penambahan tepung, selain itu proses produksi juga mempengaruhi warna yang dihasilkan. 3. Aroma Aroma sebagai segala sesuatu yang dapat diamati dengan indera pembau. Dari tabel 4.2 pada uji skoring untuk ke 3 produk mengalami tidak beda nyata. Dari hasil tabel 4.2 untuk keripik yang paling disukai aromanya yaitu dengan penambahan tepung beras. Pada tabel 4.2 hasil uji skoring ke 3 produk menagalami tidak beda nyata. Perbedaan aroma commit to user antara keripik satu dengan yang lain pengaruh penambahan tepung dan indera pembau dari panelis. 4. Kesuluruhan Overall Keseluruhan overal didefinisikan sebagai sesuatu dari keseluruhan baik dari indera penglihatan, indera perasa, indera pembau, maupun yang digunakan untuk mendeteksi secara kesuluruhan warna, rasa, dan aroma Kandeda, 1999. Dari tabel 4.2 ke 3 produk mengalami beda nyata. Dari hasil tabel 4.2 untuk keripik yang paling disukai adalah keripik dengan penambahan tepung beras karena dilihat dari segi rasa, aroma, warna lebih baik dari pada formulasi lainya. Perbedaan overall antara keripik satu dengan yang lain adalah perbedaan variasi penambahan tepung. Hasil analisis sensori terhadap uji ranking dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Hasil Analisa Sensori Terhadap Uji Ranking Sampel Rasa Warna Aroma Over all Keripik dengan tepung tapioka 2.57 c 2.10 b 2.17 a 2.03 a Keripik dengan tepung beras 1.40 a 1.50 a 1.73 a 1.47 b Keripik dengan tepung beras dan tapioka 2.03 b 2.40 b 2.10 a 2.03 c Skala nilai : 1 = nilai yang paling disukai ke 1 2 = nilai tingkat kesukaan ke 2 3 = nilai tingkat kesukaan ke 3 1. Rasa Rasa dapat diketahui dengan indera perasa. Dari tabel 4.3 uji ranking hasilnya beda dengan uji skoring ke 3 produk mengalami beda nyata. Dapat diketahui dari tabel 4.3 bahwa pada uji ranking yang memliki tingkat kesukaan nomor 1 yaitu dengan penambahan tepung beras. Perbedaan rasa antara keripik satu dengan yang lain disebabkan oleh penambahan tepung sehingga memberikan pengaruh beda nyata terhadap penerimaan keripik kemangi yang dihasilkan. commit to user 2. Warna Warna menjadi atribut yang paling penting, walaupun suatu produk bernilai gizi tinggi, enak apabila warna kurang menarik bagi konsumen maka produk tersebut akan kurang diminati. Pada tabel 4.3 hasil uji ranking dengan penambahan tepung beras beda nyata dengan penambahan tepung tapioka dan campuran tepung beras dan tapioka. Dari tabel 4.3 hasil uji ranking dapat diambil kesimpulan warna keripik yang paling disukai adalah dengan penambahan tepung beras. Warna pada keripik dipenagruhi oleh penambahan tepung, selain itu proses produksi juga mempengaruhi warna yang dihasilkan. 3. Aroma Aroma sebagai segala sesuatu yang dapat diamati dengan indera pembau. Dari hasil tabel 4.3 dapat diketahui pada penambahan tepung beras yang paling disukai aromnya dari pada lainya. Perbedaan aroma antara keripik satu dengan yang lain pengaruh penambahan tepung dan indera pembau para panelis. 4. Kesuluruhan Overall Keseluruhan overal didefinisikan sebagai sesuatu dari keseluruhan baik dari indera penglihatan, indera perasa, indera pembau, maupun yang digunakan untuk mendeteksi secara kesuluruhan warna, rasa, dan aroma Kandeda, 1999. Pada tabel 4.3 hasilnya sama degan uji skoring ke 3 produk mengalami beda nyata. Dan dari hasil tabel 4.3 keripik yang paling disukai adalah keripik dengan penambahan tepung beras. Perbedaan overall antara keripik kemangi dengan yang lain adalah perbedaan variasi penambahan tepung. Dari hasil uji skoring dan uji ranking maka dapat disimpulkan keripik dengan penambahan tepung beras merupakan keripik yang paling disukai panelis dari segi warna, rasa, kerenyahan dan overall. Oleh karena itu pemasaran keripik kemangi kedepanya sudah memiliki gambaran tentang selera konsumen terhadap produk ini. Karena keripik secara umum sudah banyak dipasaran, maka dengan commit to user adanya diversifikasi yang baru mampu diterima dipasaran. Selain itu uji organoleptik juga membantu untuk membantu untuk mengetahui seperti apa selera konsumen dipasaran yang ada dalam hal ini telah diwakili oleh panelis.

C. Analisis Kimia Keripik Kemangi

Pada awalnya keripik kemangi di buat dari beberapa formulasi antara lain dengan penambahan tepung beras, tepung tapioka dan campuran tepung beras dengan tapioka setelah melaui uji skoring dan uji ranking akhirnya formulasi yang terpilih adalah Penambahan tepung beras karena di tinjau dari warna, rasa, aroma dan kesukaan para konsumen. Analisis kimia yang diuji pada produk keripik kemangi melalui analisis betakaroten. Hasil analisis kimia produk keripik dengan penambahan tepung beras hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Hasil Analisis Keripik Kemangi. Analisis Hasil analisis kerpik Betakaroten Kadar air 0,00058 ppm. 6,06 Kandungan betakaroten pada keripik kemangi sangat kecil dikarenakan pada saat ekstraksi, yaitu pada tahap persiapan analisis, betakaroten pada keripik kemangi tidak terekstraksi secara optimal sehingga masih ada betakaroten yang tidak terekstraksi. Betakaroten yang berhasil diekstraksi lalu dianalisis. Karena jumlahnya hanya sedikit sehingga kadar betakaroten yang terukur hasilnya juga kecil. Selain itu betakaroten merupakan senyawa alami yang tingkat ketidak jenuhannya sangat tinggi sehingga sangat mudah rusak karena proses pemanasan. Betakaroten akan rusak selama proses penggorengan makin tinggi suhu dan makin lama waktu penggorengan yang diberikan maka akan semakin banyak zat warna yang rusak Desrosier, 1988. Jadi penyebab utama kerusakan betakaroten pada keripik kemangi ini adalah pada proses penggorengan menggunakan minyak dengan suhu 180 o -200 o C. commit to user Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi kenampakan, tekstur, dan rasa bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembangbiak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan. Makin rendah kadar air, makin lambat pertumbuhan mikroorganisme dan bahan pangan tersebut dapat tahan lama. Sebaliknya makin tinggi kadar air dalam bahan, makin cepat mikroorganisme berkembangbiak sehingga proses pembusukanakan berlangsung lebih cepat Winarno, 2002. Dari Tabel 4.2 dapat diketahui hasil analisis kimia kadar air terhadap keripik kemangi dengan penambahan tepung beras diperoleh hasil 6,06. Apabila dibandingkan dengan SNI Nomor 01-4280-1996 tentang keripik paru maksimal kadar air 4 . Sedangkan di keripik kemangi memiliki kadar air 6,06 . Jadi kadar air dalam keripik kemangi belum memenuhi SNI.

D. Analisis Ekonomi

Dalam satu kali produksi diasumsikan produksi dari industri keripik kemangi menghasilkan 100 kemasan dengan menyesuaikan karyawan dan hari kerja selama 25 hari. Jadi kapasitas produksi dalam satu bulan untuk keripik kemangi sebanyak 2.500 kemasan. Analisis ekonomi digunakan untuk mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan produk keripik kemangi.

1. Biaya Tetap Fixed Cost

Biaya tetap adalah biaya produksi yang selama satu periode kerja tetap jumlahnya. Biaya ini tergantung dari jumlah produk yang dihasilkan dan jumlah kerja suatu alat atau mesin. Biaya Tetap Tabel 4.5. merupakan hasil penjumlahan dari Biaya Usaha Tabel 4.6., Biaya PenyusutanDepersiasi Tabel 4.7., Biaya Amortisasi Tabel 4.8., Biaya Pajak dan Asuransi . commit to user

a. Biaya Usaha

Tabel 4.5 . Biaya Usaha Uraian Rpbulan Gaji pemimpin Rp. 2.000.000,- bulan 1 0rang Gaji karyawan Rp. 1.000.000,-bln, 1 orang untuk 2 karyawan 2.000.000 2.000.000 Biaya Promosi Rp. 1.200.000,-th 100.000 Biaya Administrasi Rp. 100.000,-bln 100.000 Jumlah 6.600.000

b. Biaya PenyusutanDepersiasi P-SN

Tabel 4.6. Biaya PenyusutanDipersiasi Uraian Jumlah Rp Satuan Harga P Rp Nilai sisa S N Deprisiasi Rpth Deprisiasi Rpbl Timbangan 1 300.000 300.000 30.000 4 67.500 5.625 Sealer Kompor gas Pengaduk 1 1 1 250.000 300.000 3.000 250.000 300.000 3.000 30.000 30.000 4 2 1 55.000 135.500 3.000 4.583,33 11.250 250 Sendok 2 2.000 4.000 1 4.000 333,33 Wajan 2 50.000 100.000 2 50.000 4.166,66 Baskom 2 10.000 20.000 5 4.000 333,33 Solet 3 5.000 15.000 1 15.000 1.250 Pengaduk Pisau 4 2 1.000 4.000 4.000 8.000 1 1 4000 8.000 333,33 666,66 Serok 3 5.000 15.000 1 15.000 1.250 Jumlah 1.019.000 360.500 30.041,66

c. Biaya Amortisasi

Tabel 4.7. Biaya Amortisasi Harta tak bewujud Rpbulan Perijinan Rp 1.200.000,- selama 2 th 20.000 Sewa Bangunan Rp 2.400.000,- untuk 1 th Dana sosial 200.000 100.000 Jumlah 220.000,-00 commit to user

d. Bunga pinjaman bank

Bunga pinjaman bank = 2 x Pembelian alat + Total biaya produksi = 2 x 1.019.000 + 14.962.602 = 319.632,04 Tabel 4.8. Total Biaya Tetap Fixed Cost Komponen Biaya Tetap Rpbulan Biaya Usaha 6.600.000 Biaya PenyusutanDepresiasi 30.041,67 Biaya Amortisasi 220.000 Dana Sosial Bunga pijaman bank 100.000 419.632 Jumlah 7.269.674

2. Biaya Tidak Tetap Variable Cost