commit to user
G. Analisis Kelayakan Ekonomi
Analisis kelayakan ekonomi bertujuan untuk menentukan kalayakan suatu usaha, baik apakah usaha yang dijalankan dapat memberikan keuntungan atau
tidak. Analisis finansial menitik beratkan kepada aspek keuangan berupa arus kas cash flow yang terjadi selama usaha dijalankan. Analisis dari segi teknik,
ekonomi, maupun financial. Analisis ekonomi bertujuan mengetahui ekonomi yang dilakukan meliputi perhitungan biaya produksi, harga pokok penjualan,
harga penjualan, perkiraan pendapatan rugi atau laba, serta kriteria kelayakan usaha Astawan, 1999.
1. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha dijalankan, yang dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap.
a Biaya Tetap Fixed Cost
Biaya tetap adalah biaya yang tetap dikeluarkan meskipun perusahaan tidak melakukan proses produksi. Biaya tetap terdiri atas
biaya usaha, amortisasi, biaya penyusutan alat, pajak usaha dan dana sosial.
b Biaya Tidak TetapVariabel Variabel Cost
Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan hanya jika melakukan proses produksi. Biaya variabel terdiri dari biaya tenaga
kerja, biaya bahan baku dan bahan pembantu, biaya bahan bakar atau energi, biaya perawatan dan perbaikan.
2. Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan adalah harga terendah dari produk yang tidak mengakibatkan kerugian bagi produsen. Harga pokok penjualan dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
commit to user
3. Kriteria Kelayakan Ekonomi a.
Kriteria kelayakan ekonomi yang digunakan adalah Break Event Point
BEP, Benefit Cost BC, Payback period PP, Return of Investment ROI
b. Break event point BEP
Break event point BEP digunakan untuk menentukan besarnya volume penjualan yaitu perusahaan tersebut sudah dapat menutup
semua biaya-biaya tanpa mengalami kerugian maupun keuntungan. Break event point adalah suatu titik kesinambungan pada titik tersebut
jumlah hasil penjualan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan atau perusahaan tersebut tidak mengalami laba atau rugi. Jika penjualan
berjumlah kurang daripada jumlah yang ditunjukkan oleh titik ini, maka akan diperoleh kerugian bersih Astawan, 1999.
Perhitungan rumus BEP atas dasar unit produksi adalah sebagai berikut:
BEP =
ln Pr
arg b
oduksi Kapasitas
Tetap BiayaTidak
n aJualSatua
H FC
BiayaTetap
Perhitungan rumus BEP atas dasar unit rupiah adalah sebagai berikut: BEP Rp =
oduksi
nXJumlah aJualSatua
H Tetap
BiayaTidak FC
BiayaTetap Pr
arg 1
Perhitungan rumus BEP atas dasar unit waktu adalah sebagai berikut: BEP waktu =
bulan Kapasitas
Unit BEP
commit to user
c. Payback period PP
Payback period merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal yang ditanam pada proyek. Nilai tersebut dapat
berupa persentase maupun baik tahun maupun bulan. Payback period tersebut harus lebih dari nilai ekonomis proyek. Untuk
industri pertanian diharapkan nilai tersebut lebih kecil 10 tahun atau sedapat mungkin kurang dari lima tahun. Rumus Payback period
adalah sebagai berikut Sutanto, 1994. PP =
LabaBersih Investasi
d. Benefit Cost Ratio BC
Untuk mengkaji kelayakan proyek sering digunakan pula kriteria yang disebut Benefit Cost Ratio- BCR. Penggunaannya dikenal dalam
mengevaluasi proyek-proyek untuk kepentingan umum atau sektor publik. Meskipun penekanannya ditujukan kepada manfaat bagi
kepentingan umum dan bukan keuntungan financial perusahaan, namun bukan berarti perusahaan swasta mengabaikan kriteria ini
Gittinger, 1986. Benefit Cost Ratio BCR adalah nilai perbandingan antara
pendapatan dan biaya. Jika nilai BC lebih besar dari 1 maka perusahaan memenuhi salah satu kriteria untuk dikatakan layak. Jika
nilai BC lebih kecil dari 1 maka perusahaan tidak layak berdiri rugi. Jika nilai BC = 1 maka perusahaan berada dalam keadaan
impas Astawan, 2006. BC Ratio =
oduksi Biaya
Keuntungan Pr
commit to user
e. Return of Investment ROI
Return of Investment ROI merupakan perbandingan antara besarnya laba per tahun dengan besarnya modal yang dinyatakan
persen per tahun. ROI dapat dihitung berdasarkan laba kotor yaitu selisih antara hasil penjualan dengan biaya produksi
keseluruhan belum dikurangi pajak pendapatan atau berdasarkan laba bersih yaitu laba dikurangi pajak pendapatan. Demikian juga
dengan besarnya modal dapat dinyatakan sebagai modal tetap atau modal keseluruhan modal tetap ditambah modal kerja Sutanto,
1994. ROI =
100 Pr
X oduksi
TotalBiaya Laba
commit to user
BAB III METODE PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktek Produksi Pembuatan Keripik Kemangi Kaya Betakaroten dilaksanakan mulai bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium Rekayasa
Proses dan Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Pangan dan Gizi Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Alat, Bahan, dan Cara Kerja
1. Alat
Alat yang digunakan untuk Proses Produksi Pembuatan Keripik Kemangi Kaya Betakaroten adalah baskom, penggorengan, kompor, sotel,
lemper. Alat yang digunakan untuk uji organoleptik adalah alat tulis dan borang. Alat yang digunakan dalam uji kadar betakaroten adalah
timbangan analitik, pipet volume 25 ml, pipet ukur 5 ml, spectrophotometer, labu takar 100 ml, enlemeyer 250 ml.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam Proses Produksi Pembuatan Keripik Kemangi
Kaya Betakaroten adalah daun kemangi, bawang putih, garam, merica, tepung beras, penyedap rasa, air bersih. Bahan yang digunakan
untuk uji betakaroten adalah keripik kemangi, indikator amilum 1 , larutan iodine 0,01 N, aquadest.
17
commit to user
3. Proses Pembuatan Keripik Kemangi
Pada pembuatan keripik kemangi memerlukan beberapa tahap antara lain yaitu:
a. Sortasi, daun kemangi disortasi untuk memisahkan daun yang baik dan
daun yang tidak baik tidak cacat dan tidak berlubang-lubang. b.
Pencucian, daun kemangi yang sudah di pilih kemudian dicuci. Pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran, debu, dan
kotoran lain yang tidak dikehendaki. c.
Pencampuran, tahap ini dilakukan dengan mencampurkan rempah- rempah dan tepung yang sudah dicampur dengan air dan menghasilkan
adonan untuk pembuatan keripik kemangi. d.
Setelah mendapatkan adonan yang sudah tepat kemudian daun kemangi itu dicampur dengan adonan dan kemudian dengan perlahan-lahan di
masukkan kedalam penggorengan lalu ditiriskan. Proses pembuatan keripik kemangi dapat dilihat pada gambar 3.1
commit to user
Gambar 3.1 Diagram proses pembuatan keripik kemangi
Pencampuran adonan
dengan
bahan baku
Sortasi
Penirisan Penggorengan
Daun Kemangi 1500 gr
Pencucian bawang putih 50 gr
garam 25 gr merica 5 gr
Pengemasan Air bersih 200cc
Bahan penyalut Sesuai formula
Penghalusan
Keripik kemangi 200gr
commit to user
C. Analisis Produk
1. Analisis sensori
Pengujian sensori terhadap keripik kemangi menggunakan uji kesukaan dan uji ranking terhadap warna, aroma, rasa, tekstur, dan
keseluruhan. Skala penilaian bertahap dari nilai 1 sangat tidak suka sampai nilai 5 sangat suka untuk tiap parameter yang diuji. Uji
organoleptik ini melibatkan 30 orang panelis, pengujian dilakukan dengan panelis tidak terlatih. Uji organoleptik adalah pengujian yang dilakukan
dengan menggunakan panca indra yang berfungsi untuk menentukan tingkat kesukaan pada 3 jenis keripik kemangi ini yang dibedakan
berdasarkan formulasinya. 2.
Analisis Kimia Hasil dari uji organoleptik kemudian dilakukan uji kimia untuk
mengetahui mutu produk. Uji kimia keripik kemangi meliputi uji betakaroten.
Table 3.1 Parameter Analisa
Parameter Analisa Metode
Uji sensori Rahayu, 2001
Betakaroten Carrprise, 1992
D. Analisis Ekonomi
1. Rumus yang Digunakan
a.
Penyusutan Biaya Tetap FC
Depresiasi : P
– S N Keterangan
P : Harga peralatan awal S : Biaya penyusutan
N : Umur ekonomi
commit to user
b.
Pajak dan Asuransi Pajak dan Asuransi : 5 x Total Pembelian Alat per Tahun
c.
Biaya Tetap
Biaya Tetap : Penyusutan Biaya Tetap + Bunga Modal Investasi + Pajak dan Asuransi + Sewa Gedung
d.
Biaya Perawatan dan Perbaikan BPP : P x FPP x Jam 1000
e.
Biaya Tidak Tetap
Biaya Tidak Tetap : Biaya Perawatan dan Perbaikan + Biaya Bahan Bakar + Tenaga Kerja + Bahan Baku dan Pembantu
f.
Biaya Produksi Biaya produksi : Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap
g.
Hasil Penjualan Hasil penjualan: Hasil Jual x Kapasitas Produksi
h.
Laba Kotor
Laba Kotor : Hasil Penjualan
– Biaya Produksi
i.
Laba Bersih
Laba bersih : Laba Kotor
– Pajak Pendapatan
j.
BEP Break Even Point BEP Harga : Total Biaya Produksi Total Produksi
BEP Produksi : Total Biaya Produksi Harga
k.
ROI Return On Investment
ROI Sebelum Pajak : Laba Kotor Total Biaya Produksi x100 ROI Sesudah Pajak : Laba Bersih Total Biaya Produksi x100
l. BC Break Even Point
BC : Pendapatan Biaya Produksi
commit to user
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pembuatan Keripik Kemangi
Dalam pembuatan keripik kemangi digunakan daun kemangi sebagai bahan baku utamanya. Daun kemangi yang dipilih adalah daun
kemangi yang mempunyai bentuk bulat telur memanjang, berwarna hijau muda dan tidak cacat.
1. Sortasi bahan baku dan bahan tambahan
Sortasi merupakan pemilihan bahan baku dengan tujuan mendapatkan bahan baku yang berkualitas. Sortasi yang dilakukan pada
daun kemangi secara manual. Kriteria daun kemangi yang dgunakan yaitu daun yang berbentuk bulat memanjang, berwarna hijau muda, tidak
cacat tekstur. Kriteria bawang putih yang digunakan berwarna putih, tidak cacat, tidak busuk, bersih dari kotoran. Kriteria garam yang
digunakan adalah bersih, berwarna putih, tidak menggumpal. Kriteria ketumbar adalah bersih, kering. Kriteria air adalah tidak berbau, tidak
berasa. Kriteria tepung beras berwarna putih, tidak berbau apek, tidak ada kotoran. Daun kemangi yang digunakan dalam proses pembuatan keripik
kemangi dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Daun kemangi
22
commit to user
2. Pencucian
Tahapan selanjutnya yaitu proses pencucian, tujuan proses pncucian ini yaitu menhilangkan kotoran yang melekat pada bahan. Air
yang digunakan untuk mencuci harus bersih, sebaiknya digunakan air yang mengalir dan bersih Afrianti dan Herliani, 2008.
3. Pembuatan adonan
Tahapan Pembuatan adonan yang dilakukan dengan pencampuran bahan-bahan yaitu bawang putih, ketumbar, merica, garam, yang
dihaluskan. Setelah halus bumbu tersebut di campur dengan tepung lalu ditambah air. Komposisi untuk air yaitu dalam 1kg tepung beras
membutuhkan air 200cc. Praktek produksi ini dibuat keripik kemangi dengan tiga formulasi berdasarkan komposisi bahan baku yaitu tepung
penyalut. Untuk formulasi yang pertama keripik kemangi dengan penyalut tepung tapioka, formulasi yang kedua keripik kemangi
dengan penyalut tepung beras, dan formulasi yang ketiga keripik kemangi dengan penyalut campuran tepung tapioka dengan tepung
beras. Formulasi keripi kemangi dan gambar adonan dapat dilihat pada
Table 4.1. dan pada Gambar 4.2
Tabel 4.1. Perbandingan Formulasi Kerpik Kemangi
Bahan Formula I
Formula II Formula III
Daun kemangi 1,5kg
1,5kg 1,5kg
Bawang putih 50 gr
50 gr 50 gr
Garam 25 gr
25 gr 25 gr
Merica 5 gr
5 gr 5 gr
Air 200 cc
200 cc 200 cc
Tepung beras Tepung tapioka
- 1 kg
1 kg -
500 gr 500 gr
commit to user
Gambar 4.2 Adonan bahan penyalut
4. Pencampuran adonan dengan bahan baku
Tahapan yg dilakukan selanjutnya yaitu proses pencampuran bahan baku dengan adonan. Pencampuran ini dilakukan dengan cara
mencampurkan bahan baku dengan adonan yg telah dibuat. Proses pencampuran adonan dengan daun kemangi sangat penting karena apabila
adonan terlalu banyak air hasilnya keripik kemangi akan terlihat lembek dan tidak bertahan lama, sehingga komposisi air harus sesuai untuk
menghasilkan keripik kemangi yg berkualitas dan tahan lama. Proses
pencampuran adonan dengan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 4.3
Gambar 4.3 Pencampuran bahan
commit to user
5. Penggorengan
Menggoreng dengan menggunakan minyak adalah salah satu teknik pengolahan pangan dengan memasukan bahan ke dalam minyak panas
sehingga seluruh bagian permukaan menerima panas yang sama. Siklus pindah panas dan pembentukan uap akan meningkat menghasilkan
ledakan gelembung-gelembung pada awal proses penggorengan Hallstrom 1979 diacu dalam Subarna 2003.
Proses selanjutnya yaitu penggorengn. Tehnik menggoreng pada pembuatan keripik kemangi adalah menunggu minyak mendidih baru
adonan di masukan dalam penggorengan.Pada proses penggorengan ini yang perlu dipehatikan adalah pertama api yang digunakan jangan terlau
besar dan kecil. Apabila api terlalu besar maka produk tersebut gosong dan hasilnya akan mempengaruhi rasa produk tersebut dan rasanya
menjadi pahit. Apabila api yang digunakan terlalu kecil sangat mempengaruhi produk dan hasilnya setelah di tiriskan produk tersebut
matang tidak merata dan terkadang ada yang menjadi lembek. Pada proses penggorengan untuk keripik kemangi ini membutuhkan waktu 30
-45 detik. Suhu yang di gunakan dalam penggorengan ini adalah 180 sampai 200
o
C. 6.
Pengemasan Bahan pengemas untuk produk keripik kemangi harus cukup
bersih, tidak mudah ditembus lemak dan minyak. Bahan pengemas harus disimpan ditempat khusus yang saniter dan higienis, serta bahan
pengemas tersebut tidak boleh mencemari produk yang dikemas Winarno, F.G, 1997. Bahan pengemas yang digunakan untuk keripik
kemangi adalah plastik berjenis PolipropilenPP. Polipropilen sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat penggunaannya juga serupa.
Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi
dan cukup mengkilap.
commit to user
7. Labelling
Label pangan yang jujur dan bertanggung jawab bukan semata- mata untuk melindungi kepentingan masyarakat yang mengkonsumsi
pangan namun juga menjaga kepentingan produsen untuk menjaga bahkan memperluas pasar hasil produksinya seperti tercantum di dalam
Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen Anonim
a
, 1999 Labeling ditunjukkan agar konsumen dapat memperoleh
informasi tentang
komposisi bahan,
kandungan zat,
cara penggunaanpengolahan, masa simpancara penyimpanan dan lain-lain
dari suatu produk Anonim
b
, 2012. Keterangan pada label sekurang-kurangnya memuat :
a. Nama produk
b. Daftar bahan yang digunakan
c. Berat bersih
d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau pelaku usaha
yang memasukkan ke dalam wilayah RI. e.
Kode produksi f.
Tanggal, bulan, tahun, daluwarsa Anonim
c
, 2012
Kemasan dan Label dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.
Gambar 4.4 a. Keripik kemangi Gambar 4.5 b. Labelling
commit to user
B.
Analisis Sensori Kerpik Kemangi
Uji organoleptik ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap keripik kemangi yang dibuat dengan konsentrasi yang
berbeda. Uji organoleptik didasarkan pada kegiatan pengujian rasa oleh panelis yang tugasnya mengamati, menguji, dan menilai secara
organoleptik. Jadi pengujian sensoris atau organoleptik mempunyai pengertian dasar melakukan suatu kejadian yang melibatkan pengumpulan
data-data, keterangan-keterangan atau catatan mekanis dengan tubuh jasmani sebagai penerima. Uji organoleptik ini menggunakan tiga formulasi
yang berebeda, yaitu formulasi 1 penambahan tepung tapioka, formulasi 2 penambahan tepung beras, formulasi 3 penambahan campuran tepung beras
dan tepung tapioka. Dalam uji organoleptik produk keripik kemangi ini menggunakan metode uji kesukaan dan uji ranking. Pada metode uji
skesukaan umumnya digunakan untuk mengetahui bahwa produk tersebut bisa diterima atau tidak dan dapat membantu dalam penetapan formulasi
yang paling tepat untuk mendapatkan selera konsumen dipasaran. Metode uji ranking nilai yang diberikan panelis tidak sama dan secara langsung
memberikan tingkat kesukaan formulasi yang paling tepat.
Tabel 4.2. Hasil Analisis Sensori Terhadap Uji Skoring
Sampel Rasa Warna Aroma
Over all Keripik dengan tepung tapioka
3.60
a
3.43
a
3.83
a
3.50
a
Keripik dengan tepung beras 4.50
b
4.60
c
4.27
a
4.57
b
Keripik dengan tepung beras dan tapioka 3.90
a
3.97
b
3.90
a
3.97
c
Skala nilai : 1 = tidak suka 2 = kurang suka
3 = agak suka 4 = suka
5 = sangat suka
Dari tabel 4.2. dapat diketahui bahwa keripik kemangi dengan pemakaian tepung tapioka, tepung beras, campuran tepung beras dan
tapioka, nilai rerata yang berbeda-beda. Dari hasil uji statistik dapat diketahui bahwa konsentrasi penambahan jenis-jenis tepung pada keripik
kemangi memberikan pengaruh terhadap penerimaan konsumen. Hasil analisis sensori terhadap uji skoring dapat dilihat pada Tabel 4.2
commit to user
1. Rasa
Rasa dapat diketahui dengan indera perasa. Dari tabel 4.2 pada uji kesukaan untuk penambahan tepung beras beda nyata dengan
penambahan tepung tapioka dan campuran antara tepung beras dan tepung tapioka, sedangkan dengan penambahan tepung tapioka dan
campuran tepung beras dengan tapioka tidak beda nyata. Dari hasil tabel 4.2 dengan parameter rasa dapat diambil kesimpulan yaitu dengan
penambahan dengan formulasi penambahan tepung beras yang paling disuka karena rasa keripik dengan penambahan tepung beras memiliki
rasa kemangi yang paling kuat. Perbedaan rasa antara keripik satu dengan yang lain disebabkan oleh penambahan tepung sehingga
memberikan pengaruh beda nyata terhadap penerimaan keripik kemangi yang dihasilkan.
2. Warna
Warna menjadi atribut yang paling penting, walaupun suatu produk bernilai gizi tinggi, enak apabila warna kurang menarik bagi
konsumen maka produk tersebut akan kurang diminati. Dari tabel 4.2 pada uji kesukaan 3 keripik mengalami beda nyata Dari tabel 4.2 hasil
uji kesukaan diambil kesimpulan untuk keripik yang paling disukai warna dengan penambahan tepung beras warna keripik lebih menarik
dibandingkan dengan penambahan tepung tapioka dan campuran tepung beras dan tapioka. Warna pada keripik dipengaruhi oleh penambahan
tepung, selain itu proses produksi juga mempengaruhi warna yang dihasilkan.
3. Aroma
Aroma sebagai segala sesuatu yang dapat diamati dengan indera pembau. Dari tabel 4.2 pada uji skoring untuk ke 3 produk mengalami
tidak beda nyata. Dari hasil tabel 4.2 untuk keripik yang paling disukai aromanya yaitu dengan penambahan tepung beras. Pada tabel 4.2 hasil
uji skoring ke 3 produk menagalami tidak beda nyata. Perbedaan aroma
commit to user
antara keripik satu dengan yang lain pengaruh penambahan tepung dan indera pembau dari panelis.
4. Kesuluruhan Overall
Keseluruhan overal didefinisikan sebagai sesuatu dari keseluruhan baik dari indera penglihatan, indera perasa, indera pembau,
maupun yang digunakan untuk mendeteksi secara kesuluruhan warna, rasa, dan aroma Kandeda, 1999. Dari tabel 4.2 ke 3 produk
mengalami beda nyata. Dari hasil tabel 4.2 untuk keripik yang paling disukai adalah keripik dengan penambahan tepung beras karena dilihat
dari segi rasa, aroma, warna lebih baik dari pada formulasi lainya. Perbedaan overall antara keripik satu dengan yang lain adalah
perbedaan variasi penambahan tepung. Hasil analisis sensori terhadap
uji ranking dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3
Hasil Analisa Sensori Terhadap Uji Ranking
Sampel Rasa Warna Aroma
Over all Keripik dengan tepung tapioka
2.57
c
2.10
b
2.17
a
2.03
a
Keripik dengan tepung beras 1.40
a
1.50
a
1.73
a
1.47
b
Keripik dengan tepung beras dan tapioka 2.03
b
2.40
b
2.10
a
2.03
c
Skala nilai : 1 = nilai yang paling disukai ke 1 2 = nilai tingkat kesukaan ke 2
3 = nilai tingkat kesukaan ke 3
1. Rasa
Rasa dapat diketahui dengan indera perasa. Dari tabel 4.3 uji ranking hasilnya beda dengan uji skoring ke 3 produk mengalami beda
nyata. Dapat diketahui dari tabel 4.3 bahwa pada uji ranking yang memliki tingkat kesukaan nomor 1 yaitu dengan penambahan tepung beras.
Perbedaan rasa antara keripik satu dengan yang lain disebabkan oleh penambahan tepung sehingga memberikan pengaruh beda nyata terhadap
penerimaan keripik kemangi yang dihasilkan.
commit to user
2. Warna
Warna menjadi atribut yang paling penting, walaupun suatu produk bernilai gizi tinggi, enak apabila warna kurang menarik bagi konsumen
maka produk tersebut akan kurang diminati. Pada tabel 4.3 hasil uji ranking dengan penambahan tepung beras beda nyata dengan penambahan
tepung tapioka dan campuran tepung beras dan tapioka. Dari tabel 4.3 hasil uji ranking dapat diambil kesimpulan warna keripik yang paling
disukai adalah dengan penambahan tepung beras. Warna pada keripik dipenagruhi oleh penambahan tepung, selain itu proses produksi juga
mempengaruhi warna yang dihasilkan. 3.
Aroma Aroma sebagai segala sesuatu yang dapat diamati dengan indera
pembau. Dari hasil tabel 4.3 dapat diketahui pada penambahan tepung beras yang paling disukai aromnya dari pada lainya. Perbedaan aroma
antara keripik satu dengan yang lain pengaruh penambahan tepung dan indera pembau para panelis.
4. Kesuluruhan Overall
Keseluruhan overal
didefinisikan sebagai
sesuatu dari
keseluruhan baik dari indera penglihatan, indera perasa, indera pembau, maupun yang digunakan untuk mendeteksi secara kesuluruhan warna, rasa,
dan aroma Kandeda, 1999. Pada tabel 4.3 hasilnya sama degan uji skoring ke 3 produk mengalami beda nyata. Dan dari hasil tabel 4.3
keripik yang paling disukai adalah keripik dengan penambahan tepung beras. Perbedaan overall antara keripik kemangi dengan yang lain adalah
perbedaan variasi penambahan tepung. Dari hasil uji skoring dan uji ranking maka dapat disimpulkan keripik
dengan penambahan tepung beras merupakan keripik yang paling disukai panelis dari segi warna, rasa, kerenyahan dan overall. Oleh karena itu pemasaran keripik
kemangi kedepanya sudah memiliki gambaran tentang selera konsumen terhadap produk ini. Karena keripik secara umum sudah banyak dipasaran, maka dengan
commit to user
adanya diversifikasi yang baru mampu diterima dipasaran. Selain itu uji organoleptik juga membantu untuk membantu untuk mengetahui seperti apa selera
konsumen dipasaran yang ada dalam hal ini telah diwakili oleh panelis.
C. Analisis Kimia Keripik Kemangi
Pada awalnya keripik kemangi di buat dari beberapa formulasi antara lain dengan penambahan tepung beras, tepung tapioka dan campuran
tepung beras dengan tapioka setelah melaui uji skoring dan uji ranking akhirnya formulasi yang terpilih adalah Penambahan tepung beras karena di
tinjau dari warna, rasa, aroma dan kesukaan para konsumen. Analisis kimia yang diuji pada produk keripik kemangi melalui
analisis betakaroten. Hasil analisis kimia produk keripik dengan
penambahan tepung beras hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4.
Hasil Analisis Keripik Kemangi. Analisis
Hasil analisis kerpik
Betakaroten Kadar air
0,00058 ppm. 6,06
Kandungan betakaroten pada keripik kemangi sangat kecil dikarenakan pada saat ekstraksi, yaitu pada tahap persiapan analisis,
betakaroten pada keripik kemangi tidak terekstraksi secara optimal sehingga masih ada betakaroten yang tidak terekstraksi. Betakaroten yang berhasil
diekstraksi lalu dianalisis. Karena jumlahnya hanya sedikit sehingga kadar betakaroten yang terukur hasilnya juga kecil. Selain itu betakaroten
merupakan senyawa alami yang tingkat ketidak jenuhannya sangat tinggi sehingga sangat mudah rusak karena proses pemanasan. Betakaroten akan
rusak selama proses penggorengan makin tinggi suhu dan makin lama waktu penggorengan yang diberikan maka akan semakin banyak zat warna yang
rusak Desrosier, 1988. Jadi penyebab utama kerusakan betakaroten pada keripik kemangi ini adalah pada proses penggorengan menggunakan minyak
dengan suhu 180
o
-200
o
C.
commit to user
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang
sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi kenampakan, tekstur, dan rasa bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan
ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk
berkembangbiak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan. Makin rendah kadar air, makin lambat pertumbuhan mikroorganisme dan bahan
pangan tersebut dapat tahan lama. Sebaliknya makin tinggi kadar air dalam bahan, makin cepat mikroorganisme berkembangbiak sehingga proses
pembusukanakan berlangsung lebih cepat Winarno, 2002. Dari Tabel 4.2 dapat diketahui hasil analisis kimia kadar air terhadap keripik kemangi dengan
penambahan tepung beras diperoleh hasil 6,06. Apabila dibandingkan dengan SNI Nomor 01-4280-1996 tentang keripik paru maksimal kadar air
4 . Sedangkan di keripik kemangi memiliki kadar air 6,06 . Jadi kadar air dalam keripik kemangi belum memenuhi SNI.
D. Analisis Ekonomi
Dalam satu kali produksi diasumsikan produksi dari industri keripik kemangi menghasilkan 100 kemasan dengan menyesuaikan
karyawan dan hari kerja selama 25 hari. Jadi kapasitas produksi dalam satu bulan untuk keripik kemangi sebanyak 2.500 kemasan. Analisis ekonomi
digunakan untuk mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan produk keripik kemangi.
1. Biaya Tetap Fixed Cost
Biaya tetap adalah biaya produksi yang selama satu periode kerja tetap jumlahnya. Biaya ini tergantung dari jumlah produk yang
dihasilkan dan jumlah kerja suatu alat atau mesin. Biaya Tetap Tabel 4.5.
merupakan hasil penjumlahan dari Biaya Usaha Tabel 4.6., Biaya PenyusutanDepersiasi Tabel 4.7., Biaya Amortisasi Tabel 4.8., Biaya
Pajak dan Asuransi
.
commit to user
a. Biaya Usaha
Tabel 4.5 . Biaya Usaha
Uraian Rpbulan
Gaji pemimpin Rp. 2.000.000,- bulan 1 0rang Gaji karyawan Rp. 1.000.000,-bln, 1 orang untuk 2 karyawan
2.000.000 2.000.000
Biaya Promosi Rp. 1.200.000,-th 100.000
Biaya Administrasi Rp. 100.000,-bln 100.000
Jumlah 6.600.000
b. Biaya PenyusutanDepersiasi P-SN
Tabel 4.6. Biaya PenyusutanDipersiasi
Uraian Jumlah
Rp Satuan
Harga P Rp
Nilai sisa S
N Deprisiasi
Rpth Deprisiasi
Rpbl Timbangan 1
300.000 300.000
30.000 4
67.500 5.625
Sealer Kompor gas
Pengaduk 1
1 1
250.000 300.000
3.000 250.000
300.000 3.000
30.000 30.000
4 2
1 55.000
135.500 3.000
4.583,33 11.250
250 Sendok
2 2.000
4.000 1
4.000 333,33
Wajan 2
50.000 100.000
2 50.000
4.166,66 Baskom
2 10.000
20.000 5
4.000 333,33
Solet 3
5.000 15.000
1 15.000
1.250 Pengaduk
Pisau 4
2 1.000
4.000 4.000
8.000 1
1 4000
8.000 333,33
666,66 Serok
3 5.000
15.000 1
15.000 1.250
Jumlah 1.019.000
360.500 30.041,66
c. Biaya Amortisasi
Tabel 4.7. Biaya Amortisasi
Harta tak bewujud Rpbulan
Perijinan Rp 1.200.000,- selama 2 th 20.000
Sewa Bangunan Rp 2.400.000,- untuk 1 th Dana sosial
200.000 100.000
Jumlah 220.000,-00
commit to user
d. Bunga pinjaman bank
Bunga pinjaman bank = 2 x Pembelian alat + Total biaya produksi = 2 x 1.019.000 + 14.962.602
= 319.632,04
Tabel 4.8. Total Biaya Tetap Fixed Cost
Komponen Biaya Tetap Rpbulan
Biaya Usaha 6.600.000
Biaya PenyusutanDepresiasi 30.041,67
Biaya Amortisasi 220.000
Dana Sosial Bunga pijaman bank
100.000 419.632
Jumlah 7.269.674
2. Biaya Tidak Tetap Variable Cost