2.3.2 Jenis Dokumen Grey Literature
Pada umumnya jenis-jenis dokumen grey literature tidak dapat dipinjamkan dan hanya boleh di baca di tempat saja. Skripsi, tesis, disertasi,
laporan penelitian dan pidato pengukuhan merupakan beberapa contoh dokumen grey literature. Purwono 2009, 14 menjelaskan bahwa grey literature
merupakan jenis dokumen yang sulit ditemukan sebagai berikut: Grey Literature = literatur kelabu = unconventional literature = non
conventional literature = literatur nonkomersial, jenis dokumen yang sukar atau tidak mungkin ditemukan di pasaran bahkan perpustakaan atau
perpustakaan tidak semua memiliki, misalnya: prosiding seminar, laporan penelitian, disertasi, naskah-naskah kerjasama, kertas kerja pertemuan
ilmiahseminar, terbitan peerintah. Hal ini dikarenakan jumlah cetakanterbitannya sangat terbatas.
Dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi 2004, 55 disebutkan jenis-jenis grey literature sebagai berikut :
1. Skripsi, tesis, disertasi. 2. Makalah seminar, simposium, konferensi, dan sebagainya.
3. Laporan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 4. Laporan lain-lain, pidato pengukuhan, dan sebagainya.
5. Artikel yang dipublikasikan oleh media massa 6. Publikasi internal kampus
7. Majalah atau bulletin kampus
Dari kedua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dokumen literatur abu- abu grey literature terdiri dari karya ilmiah dan non ilmiah yang dihasilkan oleh
suatu institusi akademik, lembaga pemerintah, pusat penelitian, perhimpunan, lembaga atau asosiasi lainnya berupa makalah seminar, laporan penelitian, skripsi,
tesis, disertasi, terbitan pemerintah, pidato pengukuhan guru besar dan lain sebagainya.
2.3.3 Elemen Grey Literature yang terdapat pada Repository
Banyak Institutional Repository sebuah universitas yang di desain dengan menggunakan Dublin Core, karena kemudahan dan fleksibel untuk dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan masing-masing institusi. Pada awalnya di tahun 1995, Dublin Core terdiri dari 15 elemen seperti
yang dikatakan oleh Baker 2009, 4 sebagai berikut
Universitas Sumatera Utara
Simple enough for non-experts to understand a “library catalog card” for Web objects. Elements:
1. Identifier 2. Title
3. Creator 4. Contributor
5. Publisher 6. Subject
7. Description 8. Coverage
9. Format 10. Type
11. Date 12. Relation
13. Source 14. Rights
15. Language
Berdasarkan penjelasan Baker di atas maka dapat diketahui bahwa pada tahun 1995 terdapat 15 element pada Dublin Core, yaitu Judul Utamatambahan
dari karya ilmiah, pengarang, pihak yang terlibat pembuatan karya ilmiah, pokok bahasan karya ilmiah, nomor identifikasi, keterangan tentang isi dari karya ilmiah,
badan yang mempublikasikan karya ilmiah, tanggal penciptaan, jenis karya ilmiah, informasi bentuk fisik, rujukan, bahasa, hubungan sumber informasi karya
ilmiah, cakupan batasan dan informasi hak cipta. Namun pada tahun 2000, element pada Dublin Core mengalami
perkembangan. Seperti yang di sebutkan oleh Baker 2009, 13 mengenai perkembangan elemen pada Dublin Core adalah sebagai berikut:
1 Abstract
2 Access rights
3 Alternative
4 Audience
5 Available
6 Bibliographic citation
7 Conforms to
8 Created
9 Date accepted
10 Date copyrighted
11 Date submitted
12 Education level
13 Extent
14 Has format
15 Has part
16 Has version
17 Is format of
18 Is part of
19 Is referenced by
20 Is replaced by
21 Is required by
22 Issued
23 Is version of
24 License
25 Mediator
26 Medium
27 Modified
28 Provenance
29 References
30 Replaces
31 Requires
32 Rights holder
33 Spatial
34 Table of contents
35 Temporal
36 Valid
Universitas Sumatera Utara
2.4 Repository