3.2.4. Uji Insektisida
3.2.4.1. Serangga Uji
Alat yang digunakan untuk pengambilan serangga uji adalah pisau untuk mengambil buah kakao yang dihinggapi serangga uji berupa kutu
putih. Toples untuk wadah buah kakao beserta kutu putihnya, kain kassa untuk menutup bagian atas toples. Bahan yang diambil berupa
kutu putih kakao P. minor beserta buah kakao sebagai pakan dari desa Banjar Alam Pardasuka, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu.
3.2.4.2. Media Uji
Alat yang digunakan untuk persiapan media uji adalah pisau untuk mengambil buah kakao. Plastik untuk wadah buah kakao yang sudah
diambil. Bahan yang disiapkan yaitu buah kakao T. cacao yang diambil dari desa Pardasuka, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten
Pringsewu.
3.2.4.3. Bioassay
Alat yang digunaakan untuk bioassay yaitu toples untuk perendaman dan wadah media uji. Kain kasa untuk penutup toples. Kuas dan jarum
pentul untuk membantu memindahkan dan meletakkan serangga uji pada media uji.
Bahan yang digunakan untuk bioassay yaitu ekstrak polar metanol dan air serbuk daun gamal, hama penghisap buah kakao P. minor betina
yang sudah diaklimatisasi selama 1 hari sebelum perlakuan, buah kakao T. cacao yang masih muda sebagai media uji.
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Pembuatan Serbuk Daun Gamal
Daun gamal diunduh dan diseleksi yang masih segar, selanjutnya dikering anginkan selama 7-10 hari sampai benar-benar kering. Daun gamal yang
sudah kering dibawa ke laboratorium untuk digiling sampai menjadi serbuk dan dibungkus plastik dalam keadaan vacum lalu disimpan dalam ruang
tertutup agar tidak terjadi kontaminan sampai saatnya digunakan.
3.3.2. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Golongan Flavonoid
Daun gamal dimaserasi menggunakan beberapa pelarut untuk memisahkan senyawa-senyawa yang terkandung didalamnya, sehingga dapat diketahui
jenis senyawa yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati. Metanol dan air merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses maserasi
senyawa organik bahan alam Susanti dkk., 2012.
3.3.2.1. Ekstrak Metanol
Sebanyak 500 gram serbuk daun gamal dimaserasi menggunakan pelarut Hexana sebanyak 1.500 ml. Maserasi dengan pelarut hexana dilakukan
selama 1x24 jam kemudian dipisahkan antara filtrat dan endapan. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali ulangan yang bertujuan untuk menarik senyawa-
senyawa nonpolar yang terkandung pada daun gamal.
Setelah itu endapan dimaserasi menggunakan pelarut DCM sebanyak 1.000 ml. Maserasi dengan pelarut DCM dilakukan selama 1x24 jam sebanyak 3
kali ulangan dengan tujuan senyawa-senyawa nonpolar dan semi polar dapat terangkat.
Selanjutnya untuk mendapatkan ekstrak polar metanol endapan dimaserasi menggunakan pelarut metanol sebanyak 1.200 ml. Maserasi dengan pelarut
metanol dilakukan selama 1x24 jam dengan 8 kali ulangan hingga tidak ada lagi senyawa-senyawa organik yang dapat ditarik.
Filtrat metanol selanjutnya dievaporasi hingga tidak ada lagi kandungan metanolnya. Sebanyak 500 ml hasil evaporasi filtrat metanol dipekatkan
dengan metode rekristalisasi menggunakan freeze dryer selama 72 jam hingga membentuk ekstrak kasar dalam bentuk pasta.
Ekstrak kasar metanol diKLT menggunakan plat KLT selulose 5x2 cm, dengan larutan identifikasi CeSO
4
10 dan H
2
SO
4
15 dengan perbandingan 1:1. Eluen yang digunakan yaitu DCM dan metanol dengan perbandingan 4:1.
Selanjutnya untuk pemurnian ekstrak metanol dilakukan dengan cara fraksinasi menggunakan Kromatografi Kolom KK Amberlite XAD-4.
Sebanyak 5 gram Amberlite XAD-4 dicuci dengan aquades dan dimasukkan kedalam KK hingga benar-benar tidak ada gelembung udara. Selanjutnya
Amberlite XAD-4 dicuci dengan aquades pH 2 sebanyak 100 ml dan pH 5 sebanyak 100 ml. Sebanyak 1 gram ekstrak kasar metanol diencerkan dengan
metanol 20 lalu masukkan ke kolom. Masukkan metanol 20 sebanyak 100 ml kedalam kolom. Hasil fraksinasi dipisahkan berdasarkan warna dan
berdasarkan volume 30 ml kedalam botol. Selanjutnya masukkan metanol 25 , 30 40, 50, 75, dan 100 dengan cara dan metode fraksinasi
yang sama.
Fraksi- fraksi yang sudah didapat dianalisis KLT dan dikelompokkan berdasarkan warna dan hasil KLT yang didapat lalu dievaporasi. Hasil
evaporasi dianalisis KLT kembali hingga didapatkan fraksi aktif kaya flavonoid yang dapat digunakan untuk Bioassay.
Kandungan senyawa flavonoid pada ekstrak daun gamal dapat dilihat dari analisis KLT dengan pelarut visualisasi yaitu SeSO
4
10 dalam akuades, AlCl
3
5 dalam metanol 95, 1 NaOH 2M dalam metanol dan H
3
BO
3
jenuh dalam metanol dan untuk menentukan struktur dapat menggunakan analisis spektroskopis.
3.3.2.2 . Ekstrak Air
Sebanyak 500 gram serbuk daun gamal dimaserasi menggunakan pelarut Hexana sebanyak 1.500 ml. Maserasi dengan pelarut hexana dilakukan
selama 1x24 jam kemudian dipisahkan antara filtrat dan endapan. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali ulangan yang bertujuan untuk menarik senyawa-
senyawa nonpolar yang terkandung pada daun gamal.
Setelah itu endapan dimaserasi menggunakan pelarut DCM sebanyak 1.000 ml. Maserasi dengan pelarut DCM dilakukan selama 1x24 jam sebanyak 3
kali ulangan dengan tujuan senyawa-senyawa nonpolar dan semi polar dapat terangkat.
Selanjutnya untuk mendapatkan ekstrak polar metanol endapan dimaserasi menggunakan pelarut metanol sebanyak 1.200 ml. Maserasi dengan pelarut
metanol dilakukan selama 1x24 jam dengan 8 kali ulangan hingga tidak ada lagi senyawa-senyawa organik yang dapat ditarik. Setelah maserasi
menggunakan metanol dilanjutkan dengan meserasi menggunakan air. Endapan sisa penyaringan ekstrak metanol direndam menggunakan aquades
sebanyak 1.200 ml selama 1x24 jam dengan 6 kali pengulangan hingga didapatkan filtrat air yang mengandung senyawa-senyawa polar.
Sebanyak 500 ml filtrat air serbuk daun gamal dipekatkan dengan metode rekristalisasi menggunakan freeze dryer selama 72 jam hingga didapat
ekstrak kasar air dalam bentuk pasta.
Ekstrak kasar air diKLT menggunakan plat KLT selulose 5x2 cm dengan larutan identifikasi CeSO
4
10 dan H
2
SO
4
15 dengan perbandingan 1:1. Eluen yang digunakan yaitu DCM dan metanol dengan perbandingan 4:1.
Ekstrak kasar air selanjutnya dihidrolisis. Sebanyak 2,5 gram dimasukkan kedalam erlenmeyer, ditambahkan HCl sebanyak 7,5 ml dan metanol
sebanyak 5 ml. Selanjutnya dipanaskan pada suhu 60
o
C selama ± 1 jam hingga ikatan glukosida benar-benar terputus.
Selanjutnya ekstrak yang sudah dipanaskan disaring dan diambil sebanyak 1,5 ml dan dimasukkan kedalam corong pisah kemudian ditambahkan 1,5 ml
NaCl dan 3 ml etil asetat, lalu dikocok dan diekstraksi. Hasil ekstraksi menunjukkan dua fase, yaitu fase air dan fase etil asetat. Fase air berwarna
kekuningan sedangkan fase asetat berwarna kecoklatan. Pada fase air terdapat endapan berupa kristal.
Selanjutnya hasil hidrolisis dipantau dengan KLT. Kandungan senyawa flavonoid pada ekstrak daun gamal dapat dilihat dari analisis KLT dengan
pelarut visualisasi yaitu SeSO
4
10 dalam akuades, AlCl
3
5 dalam metanol 95, 1 NaOH 2M dalam metanol dan H
3
BO
3
jenuh dalam metanol.
Hasil hidrolisis yang sudah dianalisis KLT selanjutnya dibioassay terhadap kutu putih pada tanaman kakao dengan konsentrasi 0, 0,015, 0,030,
0,045, dan konsentrasi 0,060 serta dilakukan uji spektroskopis untuk menentukan panjang gelombang sebagai penentu senyawa golongan
flavonoid.
3.3.3. Bioassay Fraksi yang Didapat 3.3.3.1. Bioassay Fraksi Aktif Terhadap Hama
Planococcus minor
Setiap senyawa yang ditemukan pada tahapan fraksinasi dilakukan bioassay terhadap hama kutu putih P. minor dan media uji yang
digunakan adalah buah kakao T. cacao tempat P. minor hidup. Hal ini dilakukan untuk menapis senyawa aktif insektisida. Bioassay yang
dilakukan adalah uji mortalitas dengan pengaruh residu residual effect. Uji residu dilakukan dengan merendam media uji dengan 5 taraf
tingkatan konsentrasi 0, 0,015, 0,030, 0,045 dan 0,060 selama 10 menit, 10 ekor serangga uji P. minor betina yang sudah
diaklimatisasi selama 1 hari sebelum perlakuan diletakkan pada media uji dan dipelihara pada waadah uji.
Pengamatan mortalitas serangga uji dilakukan pada 12, 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan. Presentase kematian untuk setiap ekstrak akan
dianalisis dengan program analisis probit EXE untuk menentukan hubungan konsentrasi dengan kematian serangga. Larutan uji dikatakan
efektif bila larutan tersebut memberikan nilai LC
50
≤ 5 Prijono, 2005. Percobaan ini dilakukan masing-masing 3 kali ulangan.
3.3.3.2. Penentuan Struktur Senyawa Murni Aktif
Setelah diperoleh fraksi aktif dan efektif sebagai insektisida senyawa flavonoid dianalisis dengan menggunakan metoda KLT. Isolat murni
selanjutnya diujikan ke organisme target yakni P. minor pada skala laboratorium bioassay. Selanjutnya senyawa murni aktif dan efektif
yang diperoleh dianalisis strukturnya dengan metoda spektroskopis, UV-Vis. Cara kerja mulai dari persiapan sampel, pembuatan ekstrak
dan bioassay untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan alir.
3.3.3.3. Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan analisis probit untuk menentukan nilai LC
50
, uji Anara dan uji lanjut dengan Tukey
’
s digunakan untuk menentukan larutan yang efektif sebagai insektisida
nabati.
3.4. Diagram Alir Penelitian
Gambar 7. Bagan Alir Penelitian “Daya Insektisida, Jenis, dan Struktur Isolat Murni
Ekstrak Polar Serbuk Serbuk Daun Gamal Gliricidia maculata Hbr. Terhadap Kutu Putih Planococcus minor Maskell Pada Tanaman Kakao
Theobroma cacao L. ”
Analisis Spektroskopis Penentuan struktur senyawa murni aktif dari ekstrak yang efektif
Didapat jenis dan struktur isolat murni yang efektif mematikan dan mengendalikan hama kutu putih pada tanaman kakao
Pengambilan daun gamal Pembuatan serbuk daun gamal
Daun segar Dikering angin 7-10 hari
Digiling Pembuatan isolat murni ekstrak
polar serbuk daun gamal
Bioassay Perendaman media uji masing-masing pada ponsentrasi 0, 0,015,
0,030, 0,045 dan 0,060selama 10 menit lalu kering anginkan 10 seragga uji diletakkan pada media uji
Pengamatan pada 12, 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan, LC
50
Uji insektisida
Serangga uji Imago P. minor betina
n = 150, r = 3 Aklimatisasi 1 hari
Media uji Buah kakao muda
n = 15, r =3
Senyawa aktif ekstrak metanol imurnikan dengan KK AmberliteXAD-4 dan KLT Senyawa aktif dan efektif ekstrak air dimurnikan dengan metode hidrolisis
Bioassay isolat murni terhadap P. minor pada skala laboratorium
Gambar 8. Bagan alir isolasi dan penentuan senyawa murni ekstrak polar metanol dan air serbuk daun gamal Gliricidia maculata Hbr.
Ekstrak metanol Heksana
DCM Metanol
Fraksinasi dengan KK AmberliteX AD- 4 dan dipantau dengan metoda KLT
Fraksi kaya flavonoid Bioassay fraksi kaya
flavonoid
Fraksi aktif
Isolat murni dan aktif Ekstrak air
Heksana DCM
Metanol Air
Freeze dryer
Endapan FE Filtrat FA
Kristalisasi Fase kaya
flavonoid Bioassay ekstrak air
Analisis Spektroskopis
Isolat murni dan aktif Kristal
Isolat murni Isolat murni
Analisis Spektroskopis Didapat jenis dan senyawa flavonoid yang efektif mematikan kutu
putih
Hidrolisis Bioassay ekstrak kasar
Evaporasi dan Freeze dryer
Refraksinasi Bioassay ekstrak kasar
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.
Ekstrak metanol dan ekstrak air serbuk daun gamal G. maculata memiliki daya insektisida terhadap kutu putih P. minor pada tanaman kakao
T. cacao. 2.
Ekstrak metanol dan ekstrak air serbuk daun gamal mengandung senyawa flavonoid jenis flavon dan struktur jenis senyawanya terdiri dari kerangka
struktural 2-fenil-1,4-benzopiron.
5.2. Saran
Ekstrak metanol dan ekstrak air serbuk daun gamal dengan konsentrasi 5 sudah efektif dalam mematikan hama kutu putih. Disarankan untuk peneliti
selanjutnya penelitian dilakukan terhadap serangga uji yang berbeda dan untuk uji KLT sebaiknya visualisasi dilakukan juga dibawah sinar UV.
DAFTAR PUSTAKA
Afriyorawan. 2013. Karakterisasi senyawa Flavonoid Hasil Isolasi Ekstrak Metanol Daun Gamal Gliricidia maculata. Skripsi. Universitas Lampung.
Lampung. Badan Litbang Pertanian. 2011 a. Manfaat Biji Kakao Untuk Kesehatan. PBTP
Sulawesi Tenggara. Badan Litbang Pertanian. 2011 b. Daun Gamal Gliricidia sepium Obat Scabies
Pada Kambing. Sinar Tani. Edisi 30 Maret-5 April 2011 No.3399 Tahun XLI.
BBPP, Balai Besar Pelatihan Peternakan. 2015. Daun Gamal Obat Scabies Pada Kambing
. http:bbppbatu.bppsdmp.pertanian.go.id . Diakses 17 September
2015 pukul 15.52 WIB. Brybrook, D., Solutions, V. 2012. Mealybug Management. Australian
Goverment Grape and Wine Research and Development Corporation. http:www.gwrdc.com.au. Diakses 1 Juni 2015, pukul 14.09 WIB.
Direktorat Pakan Ternak. 2012. Limbah Kakao Sebagai Alternatif Pakan Ternak. http:www.ditjennak.pertanian.go.id. Diakses 10 Mei 2015, pukul 13.04
WIB. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Pengenalan Pestisida.
http:www.ditjenbun.pertanian.go.id. Diakses 28 September 2015, pukul 13.56 WIB.
Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan. 2002. Gliricidia sepium Jacq. Steud. Informasi Singkat Benih.
http:www.dephut.go.idinformasi.rrlGliricidiasepim.pdf. Diakses 7 Mei 2015, pukul 12.49 WIB.
Elevitch, C. R Francis, J. K. 2006. Gliricidia sepium gliricidia Fabaceae legume family. Spesies Profiles For Pasific Island Agroforestry.
www.traditionaltree.org. Diakses 7 Mei 2015, pukul 12.26 WIB. Francis, A. W., Kairo, M.T.K., Roda, A.L. 2012. The passionvine mealybug,
Planococcus minor Maskell Hemiptera: Pseudococcidae. University of Florida.
Gafur, M. A., Isa, I., Bialangi, N. 2014. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Dari Daun Jamblang Syzygium cumini. Skripsi. Jurusan
Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo .
Ghasemzadeh, A. Ghasemzadeh, N. 2011. Flavonoids and phenolic acids: Role and biochemical activity in plants and human. Journal of Medicinal Plants
Research Vol. 531, pp. 6697-6703. Available online at http:www.academicjournals.orgJMPR, ISSN 1996-0875 ©2011
Academic Journals DOI: 10.5897JMPR11.1404. Iran.
Harborne, J. B. Williams, C. A. 2000. Advances in Favonoid research since 1992. Phytochemistry 55 2000 481-504.
Joker. 2002. Gliricidia sepium Jacq. Steud. Danidia Forest Seed Centre. Denmark.
Kementerian Pertanian, Ditjen Peternakan Keswan. 2009. Keunggulan Gamal Sebagai Pakan Ternak. BPTU Sembawa. Sumatera Selatan.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta. Koswara, S. 2006. Manajemen Pengendalian Hama Dalam Industri Pangan.
eBookPangan.com. http:tekpan.unimus.ac.idwp. Diakses 9 Mei 2005, pukul 01.14 WIB.
Kumar, S., Pandey, A. K. 2013. Chemistry and Biological Activities of flavonoids.The Scientific Word Journal. Vol.2013.Article ID 162750,16
pages. India. Marais, J.P.J., Vours, B. D., Dixon, R.A., Ferreira, D. 2006. The
Stareochemistry of Flavonoids.Springer Science.ISBN-10 0-387-28821. United Dtates of America. America.
Martin, J. L., Mau, R.F.L. 2007. Mealybug. Department of Entomology. Honolulu-Hawai.
Nazli, R., Sohail,T., Nawab, B., Yaqeen, Z. 2011. Antimicrobial Property Of Gliricidia Sepium Plant Extract. Journal Agriculture Resource. Vol 24
No.1-4. Pakistan. Neldawati, Ratnawulan, dan Gusnedi. 2013.
Analisis Nilai Absorbansi Dalam Penentuan Kadar Flavonoid UntukBerbagai Jenis Daun Tanaman Obat.
Pillar Of Physics, Vol. 2. Oktober 2013, 76-83 Nukmal, N., Widiastuti, E.L., Sumiyani, E. 2009. Uji Efikasi Ekstrak Daun
Gamal Gliricidia maculata Terhadap Imago Hama Bisul Dadap Quadrastichus erythrinae. Prosiding Seminar Nasional XX dan Kongres
Biologi Indonesia XIV. Malang 24 -25 Juli 2009.
Nukmal, N., Utami,N., Suprapto. 2010. Skrining Potensi Daun Gamal Gliricidia maculata Hbr. Sebagai Insektisida Nabati. Laporan Penelitian
Hibah Strategi Unila. Universitas Lampung. Nukmal, N., Utami, N., Pratami, G. D. 2011. Isolasi Senyawa Flavonoid Dari
Ekstrak Air Serbuk Daun Gamal Gliricidia maculata Dan Uji Toksisitasnya Terhadap Hama Kutu Putih Pepaya Paracoccus marginatus.
Prosiding Penelitian Hibah Strategi Unila. Universitas Lampung. 2010.
Orwa, C., Mutua, A., Kindt, R. , Jamnadass, R., Anthony, S. 2009. Agroforestry Database 4.0 : Gliricidia sepium.
http:www.worldagroforestry.orgsitestreedbstreedatabases.asp. Diakses 10 Mei 2015, pukul 16.09WIB.
Pratami,G. D. 2011. Isolasi Senyawa Flavonoid Dari Ekstrak air Serbuk Daun Gamal Gliricidia maculata Dan Uji Toksisitasnya Terhadap Hama Kutu
Putih Pepaya Paracoccus marginatus. Skripsi. Universitas lampung. Lampung.
Puspitasari. 2008 .Uji Sitotoksik Ekstrak Petroleum Eter Herba Bandotan Ageratum Conyzoides L. Terhadap Sel T47d Dan Profil Kromatografi
Lapis Tipis. http:eprint.ums.ac.id. Diakses 16 Juli 2016, Pukul 11.32 WIB.
Prijono, D. 2005. Pemanfaatan dan Pengembangan Pestisida Nabati. Makalah Seminar Ilmiah. Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Universitas lampung. Raini, M. 2007. Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat Keracunan
Pestisida. Media Litbang kesehatan Vol. XVII.No.3.Departemen Kesehatan. Jakarta.
Rohyami, Y. 2008. Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah Mahkota Dewa Phaleria macrocarpa Scheff Boerl. Jurnal
Penelitian Pengabdian dppm.uii.ac.id. Yogyakarta. Selawa, W., Runtuwene, M. R. J., Citraningtyas, G. 2013. Kandungan
Flavonoid Dan Kapasitas Antioksidan Total Ekstrak Etanol Daun Binahong [Anredera cordifoliaTen.Steenis.]. Jurnal Ilmiah Farmasi
– UNSRAT Vol. 2 No. 01 ISSN 2302 - 2493 . Manado.
Siregar, A. Z. 2007. Kakao yang Nikmat Sulit Dirawat. Repository. Universitas Sumatera Utara. Medan. Diakses 08 April 2015, pukul 14.30.
Siswanto Karmawati, E. 2012. Control Of Cocoa Main Pest Conomorpoha cramerella And Helopeltis spp. Using Botanical Pesticide And Biological
Agents. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Perspektif Vol. 11 No. 2. ISSN: 1412 - 8004. Hlm 103 - 99. Bogor.