9
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pembelajaran IPA Terpadu
IPA atau sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-
gejala alam Balitbang, 2007a. Mempelajari konsep-konsep IPA tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga diperlukan adanya metode
ilmiah yang terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah sehingga bisa membentuk nilai dan sikap ilmiah. Jadi, pada hakikatnya IPA memiliki empat
unsur utama Balitbang, 2007b yaitu : 1
produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum 2
proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan
eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan
3 aplikasi: penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari 4
sikap: rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar, sains bersifat open ended. Pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran
yang bersifat menyeluruh atau holistik. Pendekatan ini menempatkan siswa dalam posisi
sentral, siswa sebagai peserta didik yang aktif, terutama dalam keterampilan berpikir. Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem yang
memungkinkan peserta didik baik secara individual ataupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik,
bermakna, dan otentik Widodo, 2010. Menurut Fogarty sebagaimana dikutip oleh Nuroso dan Siswanto
2010 tiga model pembelajaran terpadu yang sesuai untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA di tingkat pembelajaran pendidikan di Indonesia meliputi
model keterhubungan connected, model jaring laba-laba webbed, dan model keterpaduan integrated, penjelasan ketiga model keterpaduan dapat dilihat pada
Tabel 2.1 di bawah ini: Tabel 2.1. Model keterpaduan IPA
Model Karteristik
Kelebihan Keterbatasan
Model Keterhubungan
connected Menghubungkan
antar konsep, topik,
keterampilan, ide yang satu dengan
yang lain tetapi masih dalam
lingkup satu bidang studi.
Peserta didik akan lebih
mudah menemukan
keterkaitan karena masih
dalam lingkup satu bidang
studi. Model ini
kurang Menampakkan
keterkaitan
interdisiplin.
Model jaring laba-laba
Webbed Dimulai dengan
menentukan tema yang kemudian
dikembangkan subtemanya
dengan memperhatikan
kaitannya dengan disiplin ilmu atau
bidang studi lain. - Tema yang
familiar membuat
motivasi belajar meningkat.
- Memberikan
pengalaman berpikir serta
bekerja interdisipliner.
Sulit menemukan
tema.
Model Karteristik
Kelebihan Keterbatasan
Model Keterpaduan
integrated Dimulai dengan
Identifikasi konsep,
keterampilan, sikap
yang overlap pada beberapa disiplin
ilmu atau beberapa bidang studi.
Tema berfungsi sebagai konteks
pembelajaran. Hubungan antar
bidang studi jelas
terlihat melalui kegiatan
belajar. - Fokus kegiatan
belajar, mengabaikan
target. penguasaan
konsep - Menuntut
wawasan luas guru.
Sumber: Nuroso Siswanto, 2010 Prinsip-prinsip penyusunan tema dalam pembelajaran terpadu menurut
Trianto 2007 yaitu tidak terlalu luas, namun dapat digunakan untuk memadukan banyak
bidang studi; bemakna, tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal untuk belajar selanjutnya; menyesuaikan dengan
tingkat psikologis peserta didik; pengembangan tema harus mampu mewadahi sebagian minat peserta didik; mempertimbangkan peristiwa-
peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar; menyesuaikan dengan kurikulum yang berlaku; mempertimbangkan
ketersediaan sumber belajar. Melalui pembelajaran IPA terpadu, siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Oleh karena itu, siswa terlatih untuk
dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh, bermakna, dan aktif.
2.2 Pengembangan LKS