Return On Asset ROA Return On Equity ROE

1. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot resiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut. 2. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot resiko masing-masing pos rekening tersebut. 3. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + aktiva administratif. 4. Rasio modal bank dapat dihitung dengan cara membandingkan antara modal bank modal inti + modal pelengkap dan totalATMR.

2.2.2 Return On Asset ROA

Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti 2002: 74 sebagai berikut yaitu “Return On AssetROA adalah rasio yang mengukur seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan”. Sedangkan menurut Lukman Syamsudin 2002: 63 mengatakan bahwa “Return On Asset ROA adalah merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan” Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas dengan menggunakan pengukuran Return On Asset ROA merupakan alat untuk mengetahui sejauhmana perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Jadi, semakin tinggi ratio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan Adapun Return On Asset ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: x 100 Dari rumus diatas maka dapat dikatakan bahwa faktor yang menentukan tingkat Return On Asset adalah jumlah laba bersih sebelum pajak dan jumlah total aktiva. Jika jumlah laba bersih sebelum pajak yang didapat perusahaan tinggi sementara jumlah total aktiva perusahaan rendah maka tingkat Return On Asset akan tinggi. Namun sebaliknya apabila jumlah laba bersih sebelum pajak yang didapat perusahaan rendah sementara jumlah total aktiva perusahaan tinggi makatingkat Return On Asset akan rendah. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004, ROA bank yang sehat ditetapkan minimal 1,25 dan semakin tinggi rasio ini maka bank tersebut semakin baik.

2.2.3 Return On Equity ROE

Return On Equity ROE merupakan bagian dari rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen Syahyunan, 2004:83. Semakin besar persentase ROE yang dimiliki perusahaan maka semakin besar dan efektif kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. ROE diukur dengan membandingkan antara laba bersih terhadap ekuitas yang dimiliki selama periode yang ditentukan . Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti 2007: 74, “Return On Equity merupakan rasio untuk mengukur seberapa banyak keuntungan laba yang menjadi hak pemilik modal sendiri.” Sedangkan menurut Susan Irawaty 2006:61,“Return On Equity atau yang sering disebut dengan rate of return on net worth, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut.” Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan, bahwa Return On Equity adalah rasio yang digunakan oleh para investor untuk melihat sejauhmana perusahaan dapat memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Atau dengan kata lain, dengan Return On Equity ROE yang tinggi, perusahaan memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi para pemegang saham. Menurut Susan Irawaty 2006;61, Return On Equity ROE dapat dirumuskan sebagai berikut: x 100 Dari rumus diatas maka dapat dikatakan bahwa faktor yang menentukan tingkat Return On Equity adalah jumlah laba bersih setelah pajak dan jumlah total modal sendiri. Jika jumlah laba bersih yang didapat perusahaan tinggi sementara jumlah total modal sendiri perusahaan rendah maka tingkat Return On Equity akan tinggi. Namun sebaliknya apabila jumlah laba bersih yang didapat perusahaan rendah sementara jumlah total modal sendiri perusahaan tinggi makatingkat Return On Equity akan rendah. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004, batas bawah rasio ROE Bank yang sehat adalah berkisar antara 5 sampai 12,5 dan semakin tinggi rasio ini maka bank tersebut semakin baik.

2.3 Economic Value Added EVA

Dokumen yang terkait

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVESIONAL Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Bank Konvesional Dengan Analisis Rasio Keuangan CAR, ROA, ROE, NIM, LDR, Dan NPL.

0 2 14

PENDAHULUAN Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Bank Konvesional Dengan Analisis Rasio Keuangan CAR, ROA, ROE, NIM, LDR, Dan NPL.

0 0 8

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVESIONAL Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Bank Konvesional Dengan Analisis Rasio Keuangan CAR, ROA, ROE, NIM, LDR, Dan NPL.

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Car, Roa, Roe Dan Eva Pada Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia

0 0 20

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Car, Roa, Roe Dan Eva Pada Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia

0 0 9

Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Car, Roa, Roe Dan Eva Pada Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia

0 0 8

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP ROE PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 1 19

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP ROE PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 12

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP ROE PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 13

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP ROE PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 22