Pelaksanaan Penyuluhan dan Sosialisasi Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PELAKSANAAN PENYULUHAN DAN SOSIALISASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK UNTUK MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMAMEDAN BELAWAN Oleh :

NAMA : SITI HUTAMI NIM : 122600032

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan LaporanTugas Akhir ini yang diberijudul “Pelaksanaan Penyuluhan dan Sosialisasi Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan” dengan baik,guna memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam Laporan Tugas Akhir ini penulis akan memberikan penjelasan mengenai penyuluhan dan sosialisasi, bentuk penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan di dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, serta kendala yang dihadapi dalam oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan-kekurangan baik dalam hal penyajian materi maupun bahasa penyampaian. Oleh karena itu dengan segala hormat dan setulus hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kesehatan dan lindungan kepada penulis hingga saat ini.

2. Bapak Dr. Badarudin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(3)

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si. selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Arlina SH, M.Hum. selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis kearah yang lebih sempurna.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff pegawai Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu, mendidik dan membimbing penulis selama perkuliahan.

7. Segenap pimpinan, staff dan karyawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian serta membantu Penulis selama penelitian.

8. Kepada Tax Center yang telah menyempatkan waktu sebagai tempat berdiskusi, baik tentang perkuliahan maupun hal lain.

9. Teristimewa kepada kedua Orangtua yang sangat penulis cintai dan banggakan terkhususnya kepada Ayahanda Pridharma Hardyanto, SE Dan Ibunda Isnaeni Damanik yang menjadi motivator penulis selama ini, yang telah banyak mendoakan, mendidik,membimbing serta memberikan dukungan


(4)

penuh kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

10. Kepada Kakanda Siti Widya Ramadhani A.Md dan Siti Alawiyah Hardyanto A.Md atas dukungan dan doa yang tak ada hentinya untuk penulis.

11. Kepada keponakan kecil ku pemberi semangat, Bilqis Alyssa dan Abangda Angga Pratomo atas dukungannya kepada penulis.

12. Buat teman-teman Administrasi PerpajakanTax A 2012, terimakasih atas dukungan dan bantuan kalian semua selama ini.

13. Dan semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mohon kritik, saran dan masukan baiknya demi perkembangan positif bagi penulis.

Akhir kata penulismengucapkan terima kasih, semoga proposal inibermanfaatbagipembaca.

Medan, Juni 2015


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang PKLM ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 6

C. Uraian Teoritis ... 8

D. Ruang Lingkup PKLM ... 12

E. Metode PKLM ... 12

F. Metode Pengumpulan Data ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM... 17

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan ... 17

B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Belawan ... 18

C. Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Belawan ... 19

D. Struktur Organisasi KPP Pratama Medana Belawan ... 21

E. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi KPP Pratama Medan Belawan ... 24


(6)

BAB III GAMBARAN DATA PKLM ... 32

A. Pengertian Penyuluhan Perpajakan ... 32

B. Tujuan Penyuluhan Perpajakan ... 36

C. Metode Penyuluhan Perpajakan ... 38

D. Teknik Penyuluhan Perpajakan ... 43

E. Penyuluh Perpajakan ... 45

F. Materi Penyuluhan ... 47

G. Sarana Pendukung Penyuluhan ... 47

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 49

A. Mekanisme Pelaksanaan Penyuluhan Perpajakan... 49

1. Mekanisme Pelaksanaan Penyuluhan Perpajakan ... 49

2. Wajib Pajak yang menjadi target penyuluhan ... 54

3. Kegiatan Penyuluhan Perpajakan ... 55

4. Strategi Kegiatan Penyuluhan Perpajakan ... 66

5. Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Berdasarkan Unit Kerja ... 67

B. Data Pelaksanaan Penyuluhan dan Sosialisasi Perpajakan ... 68

1. Data Tenaga Penyuluh ... 68

2. Data Pelaksanaan Penyuluhan dan dan Sosialisasi Perpajakan ... 70

3. Data WP terdaftar dan Data Penerimaan SPT Tahunan pada tahun berjalan .. 70


(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74 B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Penerimaan pajak merupakan sumber APBN yang paling besar kontribusinya bagi pembiayaan negara. Tetapi banyak masyarakat yang belum menyadari akan pentingnya pajak dan pada kenyataanya masih banyak Wajib Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya sampai pada jatuh tempo. Untuk itu diperlukan peranan penyuluhan guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak sebagai kewajiban warga negara. Hal ini tertuang didalam Pasal 2 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-03/PJ/2013 Tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan yang menyatakan bahwa penyuluhan perpajakan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perpajakan, serta mengubah perilaku masyarakat Wajib Pajak agar semakin paham, sadar, dan peduli dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.

Peranan penyuluhan ini jelaslah merupakan tugas penting, tujuannya bukan saja untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak dan penerimaan pajak dari tahun ke tahun, tetapi yang terutama adalah meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak dikalangan masyarakat agar pajak yang dibayarkannya sesuai dengan tuntutan masyarakat terhadap pembangunan ekonomi pada khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya.


(9)

Kontribusi masyarakat melalui pembayaran pajak digunakan oleh pemerintah untuk membiayai pembangunan fasilitas-fasilitas umum, seperti membiayai fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, transportasi, memberi gaji Pegawai Negeri Sipil dan banyak hal lainnya yang ditujukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat umum. Oleh karena itu pajak sangat penting bagi pemerintah untuk mensukseskan pembangunan.Dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat 2A Setiap warga Negara Indonesia diwajibkan untuk membayar pajak. Pentingnya peranan pajak dalam kehidupan bernegara tertuang dalam definisi pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan UU No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang menyatakan bahwa pajak digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan di jelaskan bahwa sistem perpajakan yang berlaku di indonesia adalah Self Assesment. Hal ini berarti wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, menyetor dan melaporkan kewajiban perpajakannya sedangkan aparat pajak berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap wajib pajak.Sebagai konsekuensi logis dari Self Assesment System tersebut maka wajib pajak harus memahami ketentuan-ketentuan pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Untuk berjalannya sistem ini memerlukan sarana-sarana penunjang dibidang penyuluhan seperti fasilitas penyuluhan dan media massa yang sangat diperlukan untuk memperluas materi-materi penyuluhan kepada masyarakat. Dengan meningkatnya kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya,


(10)

maka penerimaan Negara dapat terus meningkat sehingga target penerimaan dari sector pajak dapat tercapai.Dalam realitas pelaksanaan Self Assesment System masih terdapat kendala mengingat tidak semua wajib pajak menyadari dan mampu memahami ketentuan-ketentuan pajak yang berlaku.Kemungkinan masalah yang dapat terjadi adalah kurangnya tenaga penyuluh sehingga penyuluhan yang dilakukan tidak merata yang mengakibatkan tidak semua masyarakat dapat penyuluhan tersebut misalnya ketidaktahuan masyarakat disebabkan penyuluhan yang dilakukan fiskus belum optimal dan walaupun sudah dilakukan penyuluhan oleh fiskus sesuai dengan ketentuan yang ada, tetapi belum membuat masyarakat paham dengan materi-materi yang disampaikan.Hal ini wajar mengingat latar belakang pendidikan dan penerimaan informasi masing-masing wajib pajak berbeda-beda. Untuk wajib pajak yang tingkat pemahamannya sudah memadai mengenai pajak, maka Self Assesment

System tidak begitu bermasalah, namun bila terjadi sebaliknya maka akan

berpengaruh negatif dalam pelaksanaan perpajakan.

Mengingat sebagian besar wajib pajak masih belum memahami pajak serta aturan – aturan perpajakan maka peranan penyuluhan sangat penting. Dengan adanya penyuluhan ini maka diharapkan masyarakat semakin sadar tentang kewajibannya sebagai warga negara yaitu dalam hal membayar pajak.

Pemerintah memang telah melakukan beberapa penyuluhan perpajakan di kantor-kantor pelayanan perpajakan dan kantor penyuluhan perpajakan itu sendiri. Namun, pada prakteknya, penyuluhan yang telah dilakukan tersebut belum berjalan


(11)

secara optimal.Hal ini terindikasi dari masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak.yang tercermin dari beberapa fakta berikut.

1. Jumlah wajib pajak terdaftar dibanding jumlah penduduk Republik Indonesia masih sangat sedikit.

2. Kepatuhan wajib pajak terdaftar untuk melaksanakan kewajiban perpajakan masih sangat rendah.

3. Tingginya upaya-upaya penghindaran pajak oleh masyarakat di hampir semua lapisan tanpa ada perbedaan pelaku baik yang menyangkut kapasitas intelektual, status sosial, maupun kemampuan ekonomi.

Penyuluhan melalui kantor-kantor pelayanan pajak sebenarnya masih belum bisa dibilang efektif.Penyuluhan perpajakan sebagai suatu sistem penyampaian informasi dan bimbingan perpajakan merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan sistem self assessment agar masyarakat tergugah dan sadar untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Proses penyuluhan perpajakan dalam jangka waktu panjang diharapkan dapat membuat wajib pajak sadar membayar pajak. Dengan proses sosialisasi yang optimal diharapkan akan membuat masyarakat sadar untuk membayar pajak, serta memiliki kepatuhan dan komitmen moral terhadap kewajiban perpajakannya.

Dalam pelaksanaan penyuluhan perpajakan, aparat pajak selaku fiskus perlu memperhatikan berbagai unsur yang terkait dalam penyuluhan tersebut yaitu petugas pajak, kondisi masyarakat yang disuluh, materi penyuluhan, metode penyuluhan


(12)

serta sarana penunjang yang digunaakan dalam penyuluhan tersebut. Bila salah satu faktor tidak sesuai maka sasaran dari penyuluhan tersebut akan sulit dicapai.

Aparat penyuluh merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan penyuluhan karena kualitas dan kuantitasnya harus memadai, metode penyuluhan yang cocok dan tepat untuk masyarakat dan didukung fasilitas yang memadai, mengingat sebagian besar wajib pajak tinggal dipedesaan yang tingkat pengetahuan dan penerimaan informasinya masih rendah, maka penyuluh perpajakan perlu memakai strategi yang tepat, agar pelaksanaan dapat berjalan lancar dan membuahkan hasil yang ditandai dengan meningkatnya kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Bila seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan penyuluhan perpajakan yang optimal, bukan tidak mungkin masyarakat Indonesia menjadi sadar, patuh, dan taat pajak.Dengan demikian, penerimaan pajak negara Indonesia dapat menjadi maksimal sehingga pembangunan negara dapat berjalan dengan baik yang berimplikasi pada kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Indonesia.

Adapun yang menjadi latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini mengingat bahwa seharusnya tamatan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) adalah merupakan tenaga kerja yang terampil, siap pakai dan tenaga yang ahli dibidang perpajakan. Untuk itu, Dalam kegiatan PKLM ini diharapkan mahasiswa dapat menganalisa masalah serta mencari tahu alternatif pemecahan yang dihadapi mengenai penyuluhan dan sosialisasi perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak.


(13)

Berdasarkan masalah diatas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang “PELAKSANAAN PENYULUHAN DAN SOSIALISASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK UNTUK MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Setiap kegiatan yang dilakukan tentu memiliki tujuan dalam mempersiapkan mahasiswa sebagai tenaga kerja yang terampil, siap pakai, profesional dan tenaga yang ahli dibidang perpajakan. Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk kegiatan dan mekanisme pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan di KPP Pratama Medan Belawan.

2. Untuk mengetahui data pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi yang telah dilakukan oleh KPP Pratama Medan Belawan.

3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh KPP Pratama Medan Belawan dalam melakukan kegiatan penyuluhan dan sosialisasi perpajakan. Adapun manfaat yang dapat diambil dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah sebagai berikut:


(14)

1) Bagi Mahasiswa

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan khususnya tentang Penyuluhan dan Sosialisasi di bidang Perpajakan.

b. Dapat membandingkan serta menerapkan konsep teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.

c. Mengetahui tata cara dan prosedur pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

d. Mengetahui bagaimana bentuk kendala atau hambatan yang akan dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan sosialisasi perpajakan.

e. Membantu meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan mendapatkan pengalaman kerja.

2) Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

a. Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, sehingga instansi tersebut dapat mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan ilmu pengetahuan dilembaga pendidikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

b. Untuk membantu dalam mensosialisasikan pelayanan penyuluhan perpajakan. c. Hasil dari proposal ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan


(15)

d. Untuk menambah ide dan gagasan untuk perbaikan sistem kerja yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan.

3) Bagi Universitas Sumatera Utara

a. Untuk meningkatkan kerja sama antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. b. Untuk memperkenalkan sumber daya Universitas Sumatera Utara khususnya

mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

c. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak

Pajak memiliki berbagai definisi, yang pada hakikatnya mempunyai pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan para ahli adalah sebagai berikut:

a. Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro, SH.

Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan jasa timbal secara langsung yang dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Resmi, 2008:2)


(16)

b. Menurut Prof.Dr.Adriani

Pajak merupakan iuran masyarakat kepada Negara yang dapat dipaksakan dan terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut Peraturan Undang-Undang dengan tidak mendapat imbalan kembali yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Resmi, 2008:2) 2. Dasar Hukum pengertian Pajak

Pengertian Pajak menurut Pasal 1, Undang-Undang No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

3. Pengertian Wajib Pajak

Wajib pajak sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2007Pasal 1 adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

4. Pengertian Penyuluhan dan Sosialisasi Perpajakan

Menurut Setiana. L. (2005) Penyuluhan adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan.

Perkembangan penyuluhan telah diartikan dengan berbagai pemahaman menurut Mardikanto (2005), sebagai berikut:


(17)

(1) Penyuluhan sebagai penyebarluasan informasi/inovasi; (2) penyuluhan sebagai proses penerangan;

(3) penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku; (4) penyuluhan sebagai proses pendidikan;

(5) penyuluhan sebagai rekayasa sosial;

(6) penyuluhan sebagai proses pemasaran social; (7) penyuluhan sebagai proses perubahan sosial;

(8) penyuluhan sebagai proses pemberdayaan masyarakat; (9) penyuluhan sebagai proses komunikasi pembangunan.

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-03/PJ/2013 Tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan Pasal 1 angka (1) pengertian penyuluhan perpajakan adalah suatu upaya dan proses memberikan informasi perpajakan kepada masyarakat, dunia usaha, dan lembaga pemerintah maupun non-pemerintah.

MenurutPeraturan Direktorat Jenderal Pajak PER-03/PJ/2013 Pasal 2 Tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan menyatakan penyuluhan perpajakan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perpajakan, serta mengubah perilaku masyarakat Wajib Pajak agar semakin paham, sadar, dan peduli dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.

Kesadaran masyarakat tentang hak dan kewajiban perpajakannya harus terus dilakukan karena beberapa alasan, antara lain:


(18)

1) Program ekstensifikasi yang terus menerus dilakukan Direktorat Jenderal Pajak diperkirakan akan menambah jumlah Wajib Pajak Baru yang membutuhkan penyuluhan/sosialisasi,

2) Tingkat kepatuhan Wajib Pajak terdaftar masih memiliki ruang yang besar untuk ditingkatkan,

3) Upaya untuk meningkatkan jumlah penerimaan pajak dan meningkatkan besarnya Tax Ratio,

4) Peraturan dan kebijakan di bidang perpajakan bersifat dinamis.

Dalam rangka mencapai tujuannya, maka kegiatan penyuluhan dan sosialisasi perpajakan dibagi kedalam tiga fokus, yaitu kegiatan sosialisasi bagi calon Wajib Pajak, bagi Wajib Pajak baru, dan sosialisasi perpajakan bagi Wajib Pajak Terdaftar. Kegiatan penyuluhan dan sosialisasi perpajakan dapat dilakukan dengan dua cara

sebagai berikut. 1. Penyuluhan dan Sosialisasi langsung, merupakan kegiatan penyuluhan dan

sosialisasi perpajakan yang berinteraksi langsung dengan Wajib Pajak atau calon Wajib Pajak.

2. Penyuluhan dan Sosialisasi tidak langsung, merupakan kegiatan penyuluhan dan sosialisasi perpajakan kepada masyarakat dengan tidak atau sedikit melakukan interaksi dengan peserta. Contohnya melalui siaran radio, televise atau media massa.


(19)

5. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Di dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini penulis membatasi ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak antara lain :

1) Bentuk kegiatan pelaksanaan serta mekanisme penyuluhan dan sosialisasi perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

2) Data pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

3) Kendala-kendala dalam pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

6. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dengan metode yang digunakan, maka tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut PKLM ini, mulai dari pengajuan judul, penentuan judul, penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, mencari bahan untuk membuat proposal, serta konsultasi dengan dosen pembimbing.


(20)

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui sumber bacaan seperti: buku perpajakan, Undang-undang perpajakan, artikel ilmiah maupun literatur yang akan berhubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

3. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini penulis meninjau secara langsung kondisi tempat pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

4. Pengumpulan Data

Pada tahap ini penulis mengumpulkan data melalui dua cara yaitu data primer dan sekunder.

a. Data primer adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak yang berkompeten dan menguasai objek kajian Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku, undang-undang dan referensi ilmiah.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data atau keterangan mengenai Pelaksanaan Penyuluhan Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.


(21)

7. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Daftar pertanyaan ( interview guide)

Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan langsung kepada para pegawai yang berhubungan dengan masalah yang dibahas atau bertanya langsung kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan data primer dan informasi tentang pelaksanaan Penyuluhan Perpajakan.

2. Daftar Dokumentasi (Optional guide)

Studi dokumentasi dengan mempelajari buku dan atau literatur, hasil-hasil penelitian, meminta dokumen atau data-data pendukung yang berhubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

8. Sistematika Penulisan

Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pembahasan dalam laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, maka penulis menyajikan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam Bab ini penulis menjelaskan secara singkat latar belakang yang menjadi pemikiran dalam pemilihan judul. Bab ini berisikan latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang lingkup Praktik Kerja


(22)

Lapangan Mandiri, Metode pengumpulan data dan Sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA

LAPANGAN MANDIRI

Dalam Bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Struktur organisasi, Uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran mengenai pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam Bab ini penulis menjelaskan data yang berkaitan teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai pelaksanaan penyuluhan perpajakan yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada Bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai pelaksanaan penyuluhan perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.


(23)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini disimpulkan uraian-uraian dari bab-bab sebelumnya dan saran yang mungkin dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.


(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 yang kemudian diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan dengan surat keputusan Menteri Keuangan Nomor : 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 dan dengan adanya modernisasi di lingkungan DJP, maka sejak tanggal 27 Mei 2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawanyang merupakan gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa), yang akan melayani PPh, PPN, PBB, BPHTB, serta melakukan pemeriksaan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan. Dengan diadakannya modernisasi perpajakan oleh pihak Kementerian Keuangan maka KKP Pratama Medan Belawan tidak lagi memungut PBB dan BPHTB.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan berkedudukan di jalan Yos Sudarso KM.8,2 Tanjung Mulia Medan yang meliputi 4 kecamatan yang terdiri dari 23 kelurahan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah.Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas


(25)

melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak tidak langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai Direktorat Jenderal Pajak. Tetapi lebih jauh dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktik-praktik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut:

a. VISI

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan

integritas dan profesionalisme yang tinggi.

Dalam rangka mensosialisasikan sasaran pencapaian penerimaan pajak, diperlukan sarana pendukung yang harus di persiapkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan secara lebih handal. Beberapa sarana pendukung tersebut antara lain adalah peningkatan etika dan moral aparat, penyempurnaan bank data,


(26)

penyusunan strategi yang tepat, peningkatan kerjasama dengan pihak ketiga yang terkait dan perbaikan sistem informasi yang akurat.

b. MISI FISKAL

Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang

kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan

dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.

EKONOMI

Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa

dengan kebijakan perpajakan yang meminimalkan distorsi.

POLITIK

Mendukung proses demokratisasi bangsa.

KELEMBAGAAN

Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi

perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.

c. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri dari 4 kecamatan yaitu:

1. Kecamatan Medan Labuhan 2. Kecamatan Medan Marelan 3. Kecamatan Medan Deli 4. Kecamatan Medan Belawan.


(27)

Keempat kecamatan diatas berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Belawan b. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Medan Barat d. Sebelah Barat berbatasan dengan Sunggal

Berdasarkan data dari Kantor Statistik Kotamadya Medan, wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan mempunyai luas 107,58 KM2 (10.758 Ha) yang terdiri dari 4 kecamatan dan meliputi 23 kelurahan.

Pengelompokan Mapping berdasarkan wilayah:

1) Wilayah administrasi, meliputi: Kecamatan, Kelurahan

2) Wilayah ekonomi, meliputi: Kawasan industri, Kawasan pemukiman, Kawasan jalan protokol, Kawasan pelabuhan, Kawasan perikanan, Kawasan pergudangan.

Mapping wilayah administrasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan: a) Medan Labuhan (Waskon I)

b) Medan Marelan (Waskon II) c) Medan Deli (Waskon III) d) Medan Belawan (Waskon IV)


(28)

D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan Di setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi untuk menggambarkan secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjalankan perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas, dan wewenang setiap anggota. Tujuannya adalah untuk pencapaian kerja dalam organisasi yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.

Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan adalah menggunakan jenis struktur “line and staff organization” atau gabungan dari jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi bukan jenis pajak.

Organisasi yang berada di KPP Pratama Medan Belawan bertujuan untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan teratur dan penuh tanggung jawab, sehingga tujuan yang di inginkan dapat tercapai dengan hasil yang baik dan maksimal.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dipimpin oleh seorang kepala, yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak.Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan membawahi seksi/sub.bagian umum, dan kelompok jabatan fungsional.Setiap seksi dipimpin oleh kepala sub.bagian umum/kepala seksi dan dibantu oleh Account Representative (AR) dan pelaksana. Adapun sub.bagian umum, seksi dan kelompok fungsional di KPP Pratama Medan Belawan adalah sebagai berikut:


(29)

1) Sub. Bagian Umum 2) Seksi Pelayanan

3) Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan 4) Seksi Pemeriksaan

5) Seksi Penagihan 6) Seksi Ekstensifikasi

7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1 8) Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2 9) Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3 10) Seksi Pengawasan dan Konsultasi 4 11) Kelompok Jabatan Fungsional 1 12) Kelompok Jabatan Fungsional 2

Berikut merupakan struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama MedanBelawan:


(30)

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN

Struktur organisasi dan kepala setiap seksi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dapat dilihat pada Lampiran I.

KEPALA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN

SEKSI FUNGSIONAL II SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN

INFORMASI PERPAJAKAN

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI I

SEKSI PELAYANAN SEKSI PENGAWASAN DAN

KONSULTASI II

SEKSI PEMERIKSAAN SEKSI PENGAWASAN DAN

KONSULTASI III

SEKSI PENAGIHAN SEKSI PENGAWASAN DAN

KONSULTASI IV

SEKSI EKSTENSIFIKASI

PERPAJAKAN SEKSI FUNGSIONAL I


(31)

E. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi KPP Pratama Medan Belawan

Uraian dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama diatur didalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan menyelenggarakan fungsi:

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pertambangan, Perkebunan dan Perhutanan.

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

4. Penyuluhan perpajakan.

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak. 6. Pelaksanaan ekstensifikasi.

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak. 10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

11. Pembetulan ketetapan pajak. 12. Pelaksanaan administrasi kantor.


(32)

Dalam melaksanakan fungsinya, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan menyelenggarakan tugas-tugas pokok sebagai berikut:

1. Kepala Kantor Tugas Kepala KPP:

a. Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak sebagai bahan penyusunan rencana strategi kantor wilayah

b. Mengkoordinasi penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu

c. Mengkoordinasi pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman (MoU) sesuai arahan kepala kantor wilayah.

d. Mengkoordinasi rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

e. Mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

f. Mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil penghitungan ketetapan pajak.

g. Mengkoordinasi pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan, mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan, mengkoordinasi pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan PPh dan


(33)

pembayaran masa PPN/PPnBM dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

2. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor.

Tugas Kepala Sub Bagian Umum:

a. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat – surat serta pelaksanaan tugas bendaharawan.

b. Mendistribusikan surat – surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan pengiriman surat- surat keluar kepada instansi yang terkait.

c. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin. d. Memberi nasehat dan menegakkan disiplin kepada pegawai.

e. Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai. 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( PDI )

Tugas Seksi PDI :

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan. b. Penyajian informasi perpajakan.

c. Perekaman dokumen perpajakan.

d. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan. e. Pelayanan dukungan teknis komputer. f. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling.


(34)

4. Seksi Pelayanan

Tugas Seksi Pelayanan :

a. Menetapkan penerbitan produk hukum perpajakan. b. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan.

c. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan ( SPT ) serta penerimaan surat lainnya.

d. Memberikan penyuluhan perpajakan. e. Melaksanakan registrasi wajib pajak.

f. Memungut fiskal luar negeri di pelabuhan Belawan. 5. Seksi Penagihan

Tugas Seksi Penagihan:

a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, memproses permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak.

b. Melakukan Penerbitan Surat Tagihan, Surat Paksa, Surat Perintah melakukan penyitaan.

c. Melakukan Penyitaan, usulan lelang dan Penagihan lainnya.

Di seksi penagihan terdapat beberapa orang Juru Sita Pajak yang telah mendapat pendidikan khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak. Adapun tugas Juru Sita Pajak:

a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPSS). b. Memberitahukan Surat Paksa


(35)

c. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan (SPMP).

d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan. Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus memakai pakaian Juru Sita Pajak dan memperlihatkan kartu tanda pengenal kepada penanggung pajak .

6. Seksi Pemeriksaan

Tugas Seksi Pemeriksaan:

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan. b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak sertaadministrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Ekstensifikasi

Tugas Seksi Ekstensifikasi :

a. Melakukan pengamatandan penggalian potensi perpajakan. b. Pendataan obyek dan subyek pajak.

c. Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan. 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Tugas Seksi Pengawasan dan Konsultasi :

a. Melakukan Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak terdaftar.

b. Memberikan Bimbingan / himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan.


(36)

c. Penyusunan Profil wajib pajak. d. Menganalisis kinerja wajib pajak.

e. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan banding.

Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi dibagi berdasarkan domisili / tempat tinggal / wilayah tempat wajib pajak terdaftar.

1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I ( WASKON I ) a) Kelurahan Kampung Besar.

b) Kelurahan Martubung. c) Kelurahan Sei Mati

d) Kelurahan Pekan Labuhan. e) Kelurahan Tangkahan. f) Kelurahan Nelayan Indah.

2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II ( WASKON II ) a) Kelurahan Labuhan Deli

b) Kelurahan Rengas Pulau I. c) Kelurahan Terjun.

d) Kelurahan Tanah 600. e) Kelurahan Paya Pasir. f) Kelurahan Rengas Pulau II g) Mabar (200 Besar)


(37)

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III ( WASKON III ) a) Kelurahan Tanjung Mulia.

b) Kelurahan Tanjung Mulia Hilir. c) Kelurahan Mabar.

d) Kelurahan Kota Bangun. e) Kelurahan Titi Papan. f) Kelurahan Mabar Hilir.

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV ( WASKON IV ) a) Kelurahan Sicanang.

b) Kelurahan Belawan Bahari. c) Kelurahan Belawan Bahagia. d) Kelurahan Belawan I.

e) Kelurahan Belawan II. f) Kelurahan Bagan Deli.

Catatan: WP bendaharawan Berada di Pengawasan Seksi Wakson IV 9. Fungsional Pemeriksa dan Penilai

Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama.Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.


(38)

F. Deskripsi pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan Jumlah sumber daya manusia di lingkungan KPP Pratama Medan Belawan berjumlah 79 orang yang terdiri dari pegawai sebanyak 78 orang pegawai dan 1 kepala kantor.

Adapun perincian sebaran jumlah pegawai di KPP Pratama Medan Belawan adalah sebagai berikut :

Grafik 2.1 Sebaran Pegawai Berdasarkan Jabatan

Sumber: KPP Pratama Medan Belawan

0 5 10 15 20 25 30 35

Kepala Kantor Kepala Seksi/subbag Account Representative Kelompok Fungsional Pelaksana

Kepala Kantor Kepala Seksi/subbag

Account Representative

Kelompok

Fungsional Pelaksana


(39)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Pengertian Penyuluhan Perpajakan

Penyuluhan memegang peranan penting dalam pelaksanaan Self Assesment

System yang dijalankan saat ini, karena wajib pajak yang akan berperan aktif dalam

memenuhi hak dan kewajiban perpajakannya secara mandiri, karena dalam realitasnya pelaksanaan Self Assesment Stystem masih terdapat kendala mengingat tidak semua wajib pajak menyadari dan mampu memahami ketentuan-ketentuan pajak yang berlaku dalam memenuhi kewajibannya dibidang perpajakan. Mulai tahun 2008 pemerintah terus berusaha untuk meningkatkan penerimaan pajaknya melalui dua cara. Cara yang pertama, Intensifikasi pemungutan pajak yaitu pajak yang diarahkan sebagai upaya meningkatkan penerimaan dari sumber pajak yang telah ada.Dan kedua, ekstensifikasi yaitu upaya pemerintah meningkatkan penerimaan pajak dengan jalan memperluas basis pajak. Kedua cara ini baru berhasil apabila didukung oleh administrasi pajak yang baik dan tingginya tingkat kesadaran dari masyarakat akan kewajibannya. Dengan dilakukannya penyuluhan dan sosialisasi perpajakan maka diharapkan tingkat kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya semakin tinggi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “Penyuluh” berasal dari kata suluh yang berarti barang yang di pakai untuk media penerangan atau obor. Sedangkan penyuluh adalah orang yang bertugas memberikan penerangan atau


(40)

penunjuk jalan. Sehingga makna arti dalam kata penyuluhan yaitu suatu proses atau cara yang dilakukan oleh seorang penyuluh untuk memberikan penerangan atau informasi kepada orang lain dari semula yang tidak tahu menjadi tahu dan yang tahu menjadi lebih tahu.

Penyuluhan dalam arti umum berarti ilmu sosial yang mempelajari sistem dan perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih sesuai dengan apa yang diharapkan. Penyuluhan adalah proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan semua

stakeholders, melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan

perilaku pada diri setiap individu dan masyarakatnya untuk mengelola kegiatan yang semakin produktif dan efisien, demi terwujudnya kehidupan yang baik, dan semakin sejahtera secara berkelanjutan. Ada beberapa para ahli yang nendefinisikan pengertian penyuluh diantaranya yaitu:

1. Penyuluhan menurut Ban (1990).

Penyuluhan merupakan sebuah intervensi sosial yang melibatkan penggunaan komunikasi informasi secara sadar untuk membantu masyarakat membentuk pendapat mereka sendiri dan mengambil keputusan dengan baik. 2. Penyuluhan menurut Margono Slamet (2000).

Margono menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyuluhan adalah untuk memberdayakan masyarakat. Memberdayakan berarti memberi daya kepada yang tidak berdaya dan atau mengembangkan daya yang sudah


(41)

dimiliki menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat yang bersangkutan. Margono menekankan esensi penyuluhan sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah mulai lazim digunakan oleh banyak pihak sejak Program Pengentasan Kemiskinan pada awal dasawarsa 1990-an. Penyuluhan pembangunan sebagai proses pemberdayaan masyarakat, memiliki tujuan utama yang tidak terbatas pada terciptanya “better-farming,

better business, dan better living, tetapi untuk memfasilitasi masyarakat

(sasaran) untuk mengadopsi strategi produksi dan pemasaran agar mempercepat terjadinya perubahan-perubahan kondisi sosial, politik dan ekonomi sehingga mereka dapat (dalam jangka panjang) meningkatkan taraf hidup pribadi dan masyarakatnya.

3. Penyuluhan menurut Mardikanto (1987)

Penyuluhan sebagai proses komunikasi pembangunan, penyuluhan tidak sekadar upaya untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, tetapi yang lebih penting dari itu adalah untuk menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

4. Penyuluhan menurut Slamet (1994)

Istilah penyuluhan pada awal kegiatannya disebut dan dikenal sebagai

Agricultural Extension. Tujuan yang sebenarnya dari penyuluhan adalah

terjadinya perubahan perilaku sasaran nya. Dengan demikian, penyuluhan dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) di kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau, mampu


(42)

melaksanakan perubahan-perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan/keuntungan dan perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat yang ingin dicapai.

5. Penyuluhan menurut Sapoetro

Kunci pentingnya penyuluhan di dalam proses pembangunan didasari oleh kenyataan bahwa pelaksana utama pembangunan adalah masyarakat kecil yang umumnya termasuk golongan ekonomi lemah, baik lemah dalam permodalan, pengetahuan, dan keterampilannya, maupun lemah dalam hal peralatan dan teknologi yang diterapkan. Disamping itu, mereka juga seringkali lemah dalam hal semangatnya untuk maju dalam mencapai kehidupan yang lebih baik.

Penyuluhan tidak menciptakan ketergantungan, tetapi harus mampu mendorong semakin terciptanya kreativitas dan kemandirian masyarakat agar semakin memiliki kemampuan untuk berswakarsa, swadaya, swadana, dan swakelola bagi terselenggaranya kegiatan-kegiatan guna tercapainya tujuan, harapan, dan keinginan-keinginan masyarakat sasarannya.Penyuluhan yang dilaksanakan harus selalu mengacu kepada terwujudnya kesejahteraan ekonomi masyarakat dan peningkatan harkatnya sebagai manusia.

Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak NOMOR: PER-03/PJ/2013 Tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan Pasal 1 ayat (1) yang dimaksud dengan Penyuluhan Perpajakan adalah suatu upaya dan proses memberikan informasi


(43)

perpajakan kepada masyarakat, dunia usaha, dan lembaga pemerintah maupun non-pemerintah. Penyuluhan perpajakan merupakan suatu sistem penyampaian informasi, konsultasi, dan bimbingan secara berkesinambungan kepada masyarakat guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan anggota masyarakat tersebut untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajibannya.

B. Tujuan Penyuluhan Perpajakan

Perlu disadari bahwa peranan penyuluhan sesungguhnya sangat fundamental. Optimalisasi peranan penyuluhan perpajakan adalah bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagainmana diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945 yaitu membangun suatu masyarakat khususnya masyarakat wajib pajak yang cerdas, jujur, patriotik dan benar-benar menyadari peranannya di dalam pembangunan bangsa dan negara.Mewujudkan hal tersebut bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi sesuatu yang sulit dan penuh tantangan.Membangun masyarakat sadar pajak pada hakekatnya adalah membangun masyarakat sadar hukum.Keberhasilan membangun masyarakat sadar pajak sangat bergantung kepada kualitas intelektual masyarakat serta patriotisme masyarakat itu sendiri.Rasa cinta tanah air pada sebagian masyarakat Indonesia dewasa ini nampaknya mengalami depresi dengan munculnya ancaman disintegrasi bangsa.Keadaan demikian merupakan tantangan tersendiri yang makin mempersulit pelaksanaan fungsi Direktorat Jenderal Pajak di Lapangan.Dalam melakukan program penyuluhan harus dilaksanakan secara konsisten dan terus


(44)

menerus dalam jangka waktu yang panjang agar menimbulkan rasa sadar dari masyarakat itu sendiri.

Suatu pernyataan tentang kebijaksanaan yang dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan kegiatan secara konsisten merupakan prinsip penyuluhan.Setiap penyuluh dalam melaksanakan kegiatannya harus berpegang teguh pada prinsip penyuluhan.Tanpa berpegang pada prinsip-prinsip yang sudah disepakati, seorang penyuluh (apalagi administrator penyuluhan) tidak mungkin dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Bertolak dari pemahaman penyuluhan sebagai salah satu sistem pendidikan, maka penyuluhan memiliki prinsip-prinsip:

1. Mengerjakan, artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk mengerjakan/ menerapkan sesuatu. Karena melalui “mengerjakan” mereka akan mengalami proses belajar (baik dengan menggunakan pikiran, perasaan, dan ketram-pilannya) yang akan terus diingat untuk jangka waktu yang lebih lama.

2. Akibat, artinya kegiatan penyuluhan harus memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau bermanfaat. Sebab, perasaan senang/puas atau tidak-senang/kecewa akan mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti kegiatan belajar/ penyuluhan dimasa masa mendatang.

Penyuluhan sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat telah lazim digunakan oleh banyak pihak sejak Program Pengentasan Kemiskinan pada awal dasawarsa


(45)

1990-an. Penyuluhan pembangunan sebagai proses pemberdayaan masyarakat, memiliki tujuan utama yang tidak terbatas pada terciptanya “better-farming, better

business, dan better living. (Mardikanto,1993)

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor:PER-03/PJ/2013 Tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan Pasal 2 menyatakan Penyuluhan Perpajakan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perpajakan, serta mengubah perilaku masyarakat Wajib Pajak agar semakin paham, sadar, dan peduli dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya. Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Penyuluhan Perpajakan harus dilaksanakan dengan memperhatikan Metode Penyuluhan, Teknik Penyuluhan, Materi Penyuluhan, Penyuluh, dan Sarana Pendukung Penyuluhan.

C. Metode Penyuluhan Perpajakan

Metode adalah cara yang sistematis untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan. Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-03/PJ/2013 TentangPedoman Penyuluhan Perpajakan Pasal 3, Metode Penyuluhan adalah cara kerja teratur dan sistematis yang digunakan untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan penyuluhan agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Setiap orang belajar lebih banyak melalui cara yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dalam menangkap pesan yang diterimanya, ada yang cukup


(46)

dengan mendengar saja, atau melihat dan juga ada yang harus mempraktikkan dan kemudian mendistribusikannya.

Penggunaan kombinasi dari berbagai metode penyuluhan akan banyak membantu mempercepat proses perubahan. Penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak metode penyuluhan yang akan digunakan, akan lebih banyak perubahan yang terjadi dalam diri individu. Pengalaman penelitiaan di negara- negara berkembang menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara tahapan adopsi seseorang dengan pendekatan yang harus dilakukan, karena ada perbedaan kecepatan seseorang dalam mempelajari sesuatu.Sekelompok orang mungkin telah sampai pada tahap mencoba sesuatu hal yang baru sehingga mereka ingin mempraktikkannya. Teteapi dilain pihak bisa terjadi, hanya sampai pada tahap ,menyadari dan atau berminat. Oleh karena itu, penggunaan kombinasi berbagai metode penyuluhan akan lebih efektif.

Menurut Pendapat Mounder metode penyuluhan digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan berdasarkan jumlah sasaran yang dapat di capai:

1. Metode berdasarkan pendekatan perseorangan. Dalam metode ini, penyuluhan berhubungan dengan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara pororangan. Yang termasuk ke dalam metode ini adalah: Anjangsana, surat-menyurat, Kontak informal, Undangan, Hubungan telepon, Magang.


(47)

2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok. Dalam hal ini, penyuluh berhubungan dengan sekelompok orang yang menyampaikan pesannya. Beberapa metode pendekatan kelompok antara lain: Ceramah dan diskusi, Rapat, Demonstrasi, Temu karya, Temu lapang, Perlombaan, Pemutaran slide, Penyuluhan kelompok lainnya.

3. Metode berdasarkan pendekatan massal. Metode ini dapat menjangkau sasaran yang lebih luas (massa). Beberapa metode yang termasuk dalam golongan itu, antara lain: Rapat umum, Siaran melalui media massa, Penerbitan visual, Pemutaran film.

Hal ini bertujuan untuk menyajikan materi penyuluhan dengan cara lebih menarik, sehingga dapat dipergunakan untuk penyuluhan bagi anggota masyarakat yang masih awam dalam masalah yang disampaikan.

Sedangkan para ahli yang lain menggolongkan metode berdasarkan teknik komunikasi dan berdasarkan indra penerimaan sasaran. Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

1. Metode penyuluhan langsung. Artinya para petugas penyuluhan, langsung bertatap muka dengan sasaran.

2. Metode penyuluhan tidak langsung. Dalam hal ini pesan yang disampaikan tidak secara langsung dilakaukan oleh penyuluh tetapi melalui perantara atau media. Misalnya siaran melalui radio atau televisi dan penyebaran bahan tercetak.


(48)

Adapun penggolongan metode berdasarkan indera penerima dibagi menjadi tiga golongan yaitu:

1. Metode yang dilaksanakan dengan jalan memperhatikan. Pesan yang diterima melalui indra penglihatan. Misalnya penempelan poster, pemutaran film dan pemutaran slide.

2. Metode yang disampaikan melalui indra pendengaran. Misalnya sosialisasi melalui siaran perpajakan melalui radio dan hubungan telepon setara alat-alat audiotif lainnya.

3. Metode yang disampaikan, diterima oleh sasaran melalui beberapa macam indra secara kombinasi. Misalnya Siaran melalui televisi (didengar dan dilihat) dan lain sebagainya.

Dalam melaksanakan kegiatannya, penyuluhan menerapkan suatu cara atau metode tertentu yang harus dilakukan (Wiriatmaja,1973) yaitu :

1. Pengenalan keadaan, gambaran atau situasi sebelum melaksanakan kegiatan penyuluhan, penyuluh harus terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Mempersiapkan dirinya sendiri untuk jadi penghubung/komunikator atau penyuluh yang baik.

2) Mengenal daerah kerjanya termasuk perihal masyarakat (sasaran), kebudayaan, dan masalah-masalahnya dalam lingkup perpajakan.


(49)

2. Perencanaan (Planning), agar tujuan penyuluhan dapat tercapai dengan baik, perlu disusun suatu rencana tentang jalannya kegiatan-kegiatan. Yang termasuk dalam rencana tersebut adalah yang dikenal dengan istilah 4 W dan 1 H, yaitu :

• Apa yang harus dilakukan (What)

• Di mana dilakukannya (Where)

• Kapan melakukannya (When)

• Siapa yang melakukan (Who)

• Bagaimana melakukannya (How)

Untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan penyuluhan, maka di dalam perencanaan tersebut, perlu disusun hal-hal sebagai berikut :

a. Program, yaitu suatu pernyataan yang dikeluarkan untuk menimbulkan pengertian dan perhatian mengenai suatu kegiatan. Lebih jelasnya program berisi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa perlu dilakukan.

b. Rencana Kerja, yaitu suatu acara kegiatan-kegiatan yang disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan pelaksanaan program secara efisien yang menyangkut tentang bagaimana, kapan, di mana, dan siapa.

c. Kalender kerja, yaitu suatu rencana kerja yang disusun menurut urutan waktu kegiatan.


(50)

D. Teknik Penyuluhan Perpajakan

Teknik Penyuluhan menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor:PER-03/PJ/2013 Tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan Pasal 3, adalah keahlian untuk membuat atau melakukan sesuatu untuk melaksanakan penyuluhan yang efektif, diantaranya teknik komunikasi massa, pembuatan Materi Penyuluhan, dan presentasi yang baik.

Pengertian tentang teknik penyuluhan harus dikuasai oleh setiap petugas penyuluhan dakam setiap kegiatannya, agar penyampain materi penyuluhan dapat efektif dalam menjangkau sasaran khalayak.

Didalam proses komunikasi, bahwa unsur “arus balik” merupakan aspek yang sangat penting untuk mengukur sejauh mana pesan komunikasi mendapatkan reaksi atau respon dari khalayak sasaran. Bila pesan komunikasi kita memperoleh tanggapan dari khalayak, maka dapat dikatakan bahwa apa yang kita sampaikan itu telah mencapai sasaran karena pesan yang diterimanya dapat dimengerti dan dipahami. Mengerti diartikan sebagai “dapat menangkap secara reseptif apa yang diterima”, sedangkan yang dimaksud dengan Memahami adalah “dapat menangkap secara reflektif”, artinya seseorang dapat menerima pesan dapat mengerti pesan yang diterimanya dan mengetahui hubungannya dengan hal-hal lain.

Oleh karena itu, agar pesan dapat dipahami dan dimengerti komunikan, maka diperlukan keterampilan dan atau keahlian tertentu didalam mengelola


(51)

komunikasi.Dengan kata lain seseorang komunikator harus menguasai teknik-teknik komunikasi dalam kegiatan penyuluhan.

Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam penyuluhan yang selanjutnya dapat disebut sebagai teknik penyuluhan adalah sebagai berikut:

1) Teknik Komunikasi Informatif

Teknik Komunikasi Informatif merupakan proses penyampaian pesan yang sifatnnya “memberi tahu” atau memberikan penjelasan kepada orang lain. Komunikasi ini dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis, misalnya melalui papan pengumuman, pertemuan-pertemuan kelompok dan juga media massa. Karena sifatnya yang informatif, maka arus penyuluhan yang terjadi adalah searah(one way

communication).Oleh karena itu penggunaan teknik komunikasi informatif dalam

kegiatan penyuluhan biasanya harus bertujuan ingin menyampaikan sesuatu seperti keterangan-keterangan tertentu yang dianggap penting diketahui oleh khalayak atau masyarakat luas. Misalnya dalam hal ini seorang petugas penyulahan memberikan keterangan tentang tata cara pembayaran PBB kepada wajib pajak dan sebagainya. Dalam komunikasi ini, pihak komunikan dapat merasa “puas” karena bertambahnya pengetahuan.

2) Teknik Komunikasi Persuasi

Istilah “persuasi” atau dalam bahasa inggris “persuation” berasal dari kata latinpersuasio, yang secara harfiah berarti hal membujuk, hal mengajak atau


(52)

meyakinkan. Teknik komunikasi persuasi merupakan teknik yang bukan hanya sekedar memberi tahu, tetapi mengandung tujuan agar orang yang dihadapinya itu melakukan sesuatu kegiatan atau tindakan.Komunikasi persuasi mengandung unsur-unsur: upaya mempengaruhi, mengubah sikap, melalui pesan lisan dan tertulis dan dilakukan secara sadar. Dengan demikian, maka persuasi merupakan suatu tindakan psikologis yang dilakukan secara sadar melalui media untuk tujuan perubahan sikap.

Pada umumnya komunikasi persuasif bertujuan mengubah perilaku, kepercayaan dan sikap seseorang dengan memanfaatkan data dan fakta psikologis maupun sosiologi dari komunikan yang hendak dipengaruhinya, sehingga bersedia melakukan tindakan tertentu sesuai dengan keinginan komunikator.

Komunikasi persuasif ini dilakukan dengan secara langsung atau tatap muka, karena komunikator mengharapkan tanggapan/respon khusus dari komunikan. Contohnya adalah penyuluhan dengan cara menumbuhkan rasa takut terhadap sanksi perpajakan apabila tidak membayar pajak (proses psikologis) dan memaparkan peran penting pajak terhadap negara dan pembangunan masyarakat.

E. Penyuluh Perpajakan

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor:PER-03/PJ/2013 Tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan Pasal 3 menyatakan Penyuluh adalah pegawai Direktorat Jenderal Pajak atau bukan pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang ditugaskan secara resmi oleh unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk menyampaikan Materi Penyuluhan kepada peserta/penerima penyuluhan.


(53)

Terlaksananya tujuan penyuluhan yang efektif sangat berpengaruh dari bagaimana penyuluh memberikan pelaksanaan penyuluhan. Peranan penting penyuluh dalam pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi perpajakan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penyuluh berperan penting dalam memberikan jalan kepada para wajib pajak untuk mendapatkan informasi tentang suatu materi yang di suluhkan. 2. Penyuluh berfungsi sebagai penyampai, pengusaha, atau penyesuai program

nasional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh para wajib pajak.

3. Penyuluh memberikan pendidikan dan bimbingan yang berkelanjutan kepada para wajib pajak berarti penyuluh tidak akan berhenti karena yang diinginkan adalah tujuan dapat terwujud dengan baik, maju, serta tangguh sesuai dengan perkembangan zaman.

4. Penyuluh harus bekerjasama dengan masyarakat, dan bukannya berkerja untuk masyarakat. Kehadiran penyuluh bukan sebagai penentu atau pemaksa, tetapi ia harus mampu menciptakan suasana dialogis dengan masyarakat dan mampu menumbuhkan, menggerakkan, serta memelihara partisipasi masyarakat.

F. Materi Penyuluhan

Dalam pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi perpajakan kepada wajib pajak, penyuluh memerlukan materi penyuluhan yang tepat. Materi penyuluhan harus tepat dan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh wajib pajak. Menurut Peraturan


(54)

Direktur Jenderal Pajak Nomor:PER-03/PJ/2013 Tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan Pasal 3 Materi Penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang disampaikan oleh Penyuluh kepada peserta/penerima penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan perpajakan, materi penyuluhan perlu diklasifikasi sesuai dengan tingkat pendidikan, usia peserta penyuluhan dan profesi wajib pajak yang disuluh. Contohnya jika memberikan penyuluhan kepada mahasiswa USU tentu materi yang diberikan berbeda dengan materi penyuluhan yang diberikan kepada karyawan di suatu perusahaan. Jika materi penyuluhan yang diberikan tepat maka penyuluhan pun akan tepat sasaran pula.

G. Sarana Pendukung Penyuluhan

Sarana pendukung penyuluhan menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor:PER-03/PJ/2013 Tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan Pasal 3 adalah sarana yang dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Sarana pendukung penyuluhan juga berperan penting dalam mengoptimalkan kegiatan penyuluhan perpajakan. Sarana pendukung ini merupakan fasilitas atau alat-alat maupun perlengkapan yang mendukung kelancaran proses kegiatan penyuluhan. Contohnya berupa brosur, leaflet perpajakan, OHP untuk memaparkan materi slide dan lain sebagainya.

Sarana pendukung lainnya adalah ketersediaan ruangan yang memadai untuk peserta yang disuluh (apabila ada kelas pajak), toilet yang nyaman, kotak saran dan mobil penyuluhan sebagai penyebaran informasi langsung kepada masyarakat dan


(55)

sebagai media penyebaran brosur atau leaflet mengenai perpajakan kepada masyarakat.


(56)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Mekanisme pelaksanaan serta bentuk kegiatan penyuluhan dan sosialisasi perpajakan pada KPP Pratama Medan Belawan

1. Mekanisme Pelaksanaan Penyuluhan Perpajakan

Dalam melaksanakan penyuluhan perpajakan, setiap unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak mengikuti tahapan Manajemen Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan yang meliputi:

1.1 Perencanaan Kegiatan a. Pengertian

Perencanaan Kegiatan adalah tahap awal dalam Manajemen Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan yang didahului dengan melakukan Analisis Kebutuhan Penyuluhan (AKP). AKP bertujuan untuk mempelajari kesenjangan (gap) antara kondisi (pengetahuan perpajakan) yang diinginkan dengan yang sebenarnya dan menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengurangi kesenjangan (gap) tersebut.

b. Pemilik Proses

Pemilik proses adalah Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) atau Tim Penyuluhan Perpajakan.


(57)

c. Prosedur Kerja

1) menetapkan tujuan kegiatan penyuluhan perpajakan;

2) melakukan pemetaan profil Wajib Pajak yang akan disuluh (Calon Wajib Pajak, Wajib Pajak Baru, atau Wajib Pajak Terdaftar);

3) menentukan target peserta kegiatan penyuluhan perpajakan; 4) menentukan tema/topik kegiatan penyuluhan perpajakan;

5) menentukan indikator keberhasilan kegiatan penyuluhan perpajakan. d. Ouput

Output kegiatan ini berupa rencana pelaksanaan kegiatan penyuluhan perpajakan dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV.A.

1.2 Pengorganisasian Kegiatan a. Pengertian

Pengorganisasian Kegiatan adalah tahapan dalam Manajemen Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan yang meliputi penentuan tempat, waktu, penyuluh, materi penyuluhan, dan sarana pendukung kegiatan penyuluhan perpajakan yang dituangkan dalam sebuah kertas kerja (session plan).

b. Pemilik Proses

Pemilik proses adalah KP2KP atau Tim Penyuluhan Perpajakan. c. Prosedur Kerja

1) menentukan tempat, waktu, penyuluh, materi dan sarana pendukung kegiatan penyuluhan perpajakan;


(58)

2) membuat check list kelengkapan kegiatan penyuluhan perpajakan; 3) menyusun session plan berdasarkan lembar AKP;

4) melakukan koordinasi dengan pihak terkait tentang kesiapan kegiatan penyuluhan perpajakan;

5) mempersiapkan rencana cadangan apabila terjadi perubahan session plan. d. Output

Output kegiatan ini berupa check list dan session plan dengan contoh sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV.B dan IV.C.

1.3 Pelaksanaan Kegiatan a. Pengertian

Pelaksanaan kegiatan adalah kegiatan pada saat penyuluhan perpajakan dilaksanakan.

b. Pemilik Proses

Pemilik proses adalah KP2KP atau Tim Penyuluhan Perpajakan. c. Prosedur Kerja

1) melaksanakan pre-test;

2) menyampaikan materi penyuluhan; 3) melaksanakan post-test;

4) membagikan kuesioner kepada peserta untuk memperoleh masukan dari peserta terkait pelaksanaan kegiatan penyuluhan perpajakan. Isi kuesioner sekurang-kurangnya membuat penilaian atas:


(59)

• fasilitator;

• materi penyuluhan;

• metode penyuluhan;

• waktu dan tempat pelaksanaan;

• sarana pendukung penyuluhan.

Contoh formulir pre-test/post test dan kuesioner penyuluhan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV.D. dan IV.E. Formulir tersebut dapat dilakukan penyesuaian bentuk/isi berdasarkan kebutuhan data dan informasi untuk keperluan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan penyuluhan perpajakan dari tiap unit kerja.Pembagian kuesioner ini tidak dilakukan pada peserta kegiatan penyuluhan yang masih duduk pada bangku SMP/sederajat kebawah.

d. Output

Output kegiatan ini berupa pelaksanaan kegiatan penyuluhan perpajakan yang efektif.

1.4 Pemantauan (Monitoring), Evaluasi, dan Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan a. Pengertian

1. Pemantauan (monitoring) Pelaksanaan Kegiatan adalah tahapan dalam Manajemen Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan yang dilakukan selama proses pelaksanaan kegiatan penyuluhan perpajakan untuk memastikan kegiatan penyuluhan perpajakan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.


(60)

2. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan adalah tahapan dalam Manajemen Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan yang dilakukan setelah berakhirnya kegiatan penyuluhan perpajakan dalam rangka mengetahui ketercapaian tujuan kegiatan penyuluhan perpajakan yang telah ditetapkan. 3. Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan adalah tahapan dalam Manajemen

Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan berupa penuangan hasil kegiatan pemantauan (monitoring) dan evaluasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan perpajakan dalam bentuk laporan hasil evaluasi kegiatan penyuluhan perpajakan yang sekurang-kurangnya memuat:

1) indikator keberhasilan kegiatan penyuluhan perpajakan;

2) realisasi (hasil pre-test, post-test, dan survei berupa kuesioner); 3) kesimpulan dan rekomendasi.

b. Pemilik Proses

Pemilik proses adalah KP2KP atau Tim Penyuluhan Perpajakan c. Prosedur Kerja

1) melakukan kompilasi data pemantauan (monitoring), pre-test, post-test, dan survei berupa kuesioner;

2) melakukan analisis atas data pemantauan (monitoring), pre-test, post-test, dan survei berupa kuesioner;


(61)

d. Output

Output kegiatan ini berupa Laporan Kegiatan Penyuluhan (LKP) dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV.F.

2. Wajib Pajak Yang Menjadi Target Penyuluhan

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-03/PJ/2013 tanggal 20 Februari 2013 tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan, kegiatan Penyuluhan Perpajakan dikelompokkan dalam tiga fokus yaitu Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Calon Wajib Pajak, Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Wajib Pajak Baru, dan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Wajib Pajak Terdaftar. Adapun yang dimaksud dengan:

1) Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Calon Wajib Pajak adalah kegiatan Penyuluhan Perpajakan bagi Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia dan/atau Badan yang bertempat kedudukan di Indonesia yang memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan perpajakan dan belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Calon Wajib Pajak dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu:

a. Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Calon Wajib Pajak Masa Depan adalah kegiatan Penyuluhan Perpajakan bagi setiap Warga Negara


(62)

Indonesia yang sedang menempuh pendidikan meliputi pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang belum terdaftar sebagai Wajib Pajak.

b. Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Calon Wajib Pajak Potensial adalah kegiatan Penyuluhan Perpajakan bagi Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif yang belum memiliki NPWP.

2) Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Wajib Pajak Baru adalah kegiatan Penyuluhan Perpajakan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan sejak terdaftar sampai dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dan/atau melakukan pembayaran/penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) atau Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pertama kali dengan Surat Setoran Pajak.

3) Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Wajib Pajak Terdaftar adalah kegiatan Penyuluhan Perpajakan bagi Wajib Pajak yang telah terdaftar selain Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Calon Wajib Pajak dan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Wajib Pajak Baru.

3. Kegiatan Penyuluhan Perpajakan

a. Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Calon Wajib Pajak.

Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Calon Wajib Pajak dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:


(63)

1. Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Calon Wajib Pajak Masa Depan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan dilakukan baik melalui jalur formal maupun non-formal dengan memperhatikan model pendekatan pengajaran yang paling tepat kepada para calon Wajib Pajak masa depan.

2. Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Calon Wajib Pajak Potensial Kegiatan Penyuluhan Perpajakan dapat dilakukan antara lain melalui kerja sama dengan kelompok ekonomi, perkumpulan usaha, kelompok masyarakat dan komunitas lainnya. Kegiatan Penyuluhan Perpajakan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) memanfaatkan data calon Wajib Pajak antara lain berupa data dari pihak ketiga, data hasil Sensus Pajak Nasional untuk kategori subjek pajak yang belum terdaftar sebagai Wajib Pajak, yaitu data dengan kategori Non-Registrant (NR) dan data lain yang dimiliki atau diperoleh Direktorat Jenderal Pajak;

2) mengolah data untuk mendukung Manajemen Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan;

3) dalam setiap surat imbauan untuk mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP yang dikirim kepada calon Wajib Pajak potensial, agar menyertakan sarana penyuluhan berupa leaflet/booklet/buku perpajakan yang relevan.


(64)

b. Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Wajib Pajak Baru

Penyuluhan bagi Wajib Pajak Baru dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Seksi Pelayanan

• Dalam hal Wajib Pajak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP secara langsung di Kantor Pelayanan Pajak/KP2KP:

1) Petugas Pendaftaran Wajib Pajak memberikan starter kit NPWP, penjelasan singkat tentang hak dan kewajiban Wajib Pajak serta informasi mengenai penyelenggaraan kelas pajak, dan memberikan formulir Surat Pernyataan Telah Menerima Penjelasan Singkat Tentang Hak dan Kewajiban Perpajakan. Contoh publikasi kelas pajak adalah sebagaimana ditetapkan dalam lampiran IV.H, sedangkan formulir Surat Pernyataan Telah Menerima Penjelasan Singkat Hak dan Kewajiban Perpajakan sebagaimana telah ditetapkan dalam lampiran IV.I

2) Petugas Pendaftaran Wajib Pajak mengimbau Wajib Pajak untuk mengikuti kelas pajak dengan memberikan formulir pendaftaran kelas pajak sebagaimana ditetapkan dalam lampiran IV.J. atau melakukan pendaftaran secara online apabila unit kerja telah membuka pendaftaran melalui situ

3) Petugas Pendaftaran Wajib Pajak mengarahkan Wajib Pajak yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut kepada petugas help desk;

4) dalam hal pendaftaran NPWP dilakukan oleh orang yang menerima kuasa khusus dari Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri untuk


(65)

memperoleh NPWP, penjelasan singkat tentang hak dan kewajiban Wajib Pajak disampaikan kepada orang yang menerima kuasa khusus tersebut untuk diteruskan kepada Wajib Pajak.

• Dalam hal Wajib Pajak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP melalui Sistem e-registration, kegiatan Penyuluhan Perpajakan dilaksanakan dengan cara mengirimkan starter kit NPWP, informasi mengenai penyelenggaraan kelas pajak, formulir pendaftaran kelas pajak dan sarana penyuluhan berupa leaflet/booklet/buku perpajakan bersamaan dengan pengiriman kartu NPWP. Terhadap Wajib Pajak ini dianggap sudah menerima penjelasan singkat tentang hak dan kewajiban perpajakan.

Catatan: Dalam rangka menciptakan tertib administrasi, Petugas Pendaftaran Wajib Pajak menyampaikan secara harian daftar nominatif Wajib Pajak baru yang mendaftarkan diri baik secara langsung di KPP/KP2KP maupun melalui Sistem e-registration yang sudah divalidasi ke Seksi Ekstensifikasi Perpajakan sebagai data untuk melakukan Triple One.

2. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

• Kegiatan Penyuluhan Perpajakan dalam periode satu tahun setelah Wajib Pajak terdaftar. Periode ini merupakan periode pembinaan bagi Wajib Pajak baru untuk meningkatkan pengetahuan perpajakan Wajib Pajak.


(66)

a. Triple One : Triple One adalah kegiatan Penyuluhan Perpajakan yang dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu: satu minggu, satu bulan, dan satu tahun setelah Wajib Pajak terdaftar.

1.

(1) petugas menelpon Wajib Pajak untuk menanyakan pelayanan atas proses pendaftaran NPWP dan memastikan kartu NPWP beserta kelengkapannya telah diterima;

Satu minggu setelah Wajib Pajak terdaftar

(2) petugas menanyakan kepada Wajib Pajak apakah sudah memahami hak dan kewajiban perpajakannya. Apabila Wajib Pajak menyatakan belum memahami, petugas menawarkan kepada Wajib Pajak untuk mengikuti kelas pajak bagi Wajib Pajak Baru;

(3) kegiatan ini dilaksanakan paling lambat pada hari kerja akhir minggu berikutnya setelah Wajib Pajak terdaftar. Contoh: Wajib Pajak yang terdaftar pada tanggal 9 Januari 2013, maka petugas menelpon Wajib Pajak tersebut paling lambat pada tanggal 18 Januari 2013;

(4) apabila dalam jangka waktu satu minggu setelah terdaftar, Wajib Pajak baru telah menyampaikan SPT atau melakukan pembayaran atau penyetoran PPh atau PPN dengan SSP, maka kegiatan edukasi dan/atau pembinaan perpajakan menjadi tanggung jawab Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon).


(67)

2.

(1) petugas menelpon kembali Wajib Pajak untuk menanyakan kartu NPWP dan kelengkapannya telah diterima apabila pada telepon yang pertama Wajib Pajak belum menerimanya;

Satu bulan setelah Wajib Pajak terdaftar

(2) petugas menanyakan apakah Wajib Pajak sudah memahami hak dan kewajiban perpajakan serta telah memenuhi kewajiban perpajakannya tersebut;

(3) petugas menanyakan apakah Wajib Pajak mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya;

(4) apabila Wajib Pajak menyatakan belum memahami hak dan kewajiban perpajakan serta mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, petugas menawarkan kembali agar Wajib Pajak mengikuti kelas pajak;

(5) kegiatan ini dilaksanakan paling lambat pada hari kerja akhir bulan berikutnya setelah Wajib Pajak terdaftar. Contoh: Wajib Pajak yang terdaftar pada tanggal 9 Januari 2013, petugas menelpon Wajib Pajak tersebut paling lambat pada tanggal 28 Februari 2013;

(6) apabila dalam jangka waktu satu bulan setelah terdaftar, Wajib Pajak baru telah menyampaikan SPT dan/atau melakukan pembayaran atau penyetoran PPh atau PPN dengan SSP,


(68)

kegiatan edukasi dan/atau pembinaan perpajakan menjadi tanggung jawab Seksi Waskon.

3.

(1) petugas menelpon Wajib Pajak untuk menanyakan pemenuhan kewajiban perpajakannya;

Satu tahun setelah Wajib Pajak terdaftar

(2) petugas menanyakan apakah Wajib Pajak mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Apabila Wajib Pajak menyatakan mengalami kesulitan, petugas menawarkan kembali agar Wajib Pajak untuk mengikuti kelas pajak;

(3) kegiatan ini dilaksanakan paling lambat pada hari kerja akhir bulan tahun berikutnya setelah Wajib Pajak terdaftar. Contoh: Wajib Pajak yang terdaftar pada tanggal 9 Januari 2013, petugas menelepon Wajib Pajak tersebut paling lambat pada tanggal 28 Februari 2014.

Dalam melaksanakan kegiatan Triple One, Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menuangkan hasil kegiatan tersebut dalam Lembar Kerja Pengawasan Penyuluhan Wajib Pajak Baru dengan format sebagaimana ditetapkan dalam lampiran IV.K.

b. Kelas Pajak : Penyelenggaraan kelas pajak dilaksanakan oleh Tim Penyuluhan Perpajakan atau KP2KP secara reguler dengan pengaturan sebagai berikut:


(69)

1) dilaksanakan setiap bulan pada minggu I dan II;

2) untuk kelas pajak minggu I, peserta kelas pajak merupakan Wajib Pajak baru yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak domisili dengan tema hak dan kewajiban Wajib Pajak;

3) dalam kelas pajak minggu I, setiap peserta diberikan buku Hak dan Kewajiban Wajib Pajak;

4) untuk kelas pajak minggu II, peserta kelas pajak terbuka bagi masyarakat Wajib Pajak yang telah ber-NPWP, tidak terbatas hanya bagi Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak domisili dengan tema yang ditentukan oleh unit kerja;

5) pendaftaran kelas pajak dapat dilakukan secara langsung ke unit kerja melalui telepon, atau secara online apabila unit kerja telah membuka pendaftaran melalui situs

6) pedoman pembuatan kelas pajak melalui mekanisme publishing organization pada situs www.pajak.go.id dapat diunduh melalui http://p2humas pada menu materi penyuluhan perpajakan dan/atau Portal Perpustakaan Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat


(70)

• Kegiatan Penyuluhan Perpajakan pada periode setelah satu tahun setelah Wajib Pajak terdaftar.

1) Kegiatan Penyuluhan Perpajakan bagi Wajib Pajak yang telah menyampaikan SPT dan/atau melakukan pembayaran atau penyetoran PPh dan/atau PPN dengan SSP dilakukan dengan:

a) pengalihan tanggung jawab pelaksanaan kegiatan edukasi dan/atau pembinaan perpajakan dari Seksi Ekstensifikasi ke Seksi Waskon; b) pemberitahuan kepada Wajib Pajak bahwa asistensi perpajakan yang

selama ini ditangani oleh Seksi Ekstensifikasi Perpajakan untuk selanjutnya akan ditangani oleh Account Representative pada Seksi Waskon dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV.L.

2) Kegiatan Penyuluhan Perpajakan bagi Wajib Pajak yang belum menyampaikan SPT dan/atau belum melakukan pembayaran atau penyetoran PPh dan/atau PPN dengan SSP dilakukan dengan melakukan penyuluhan di bidang penegakan hukum perpajakan.

3. Tata cara kegiatan Penyuluhan Perpajakan sebagaimana dimaksud pada angka 2 (Seksi Ektensifikasi) hanya berlaku bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak (PKP), sedangkan kegiatan edukasi dan/atau pembinaan perpajakan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi dan


(71)

Badan sebagai PKP dan Bendahara Pemerintah langsung dilakukan oleh Seksi Waskon.

4. Tata cara kegiatan Penyuluhan Perpajakan sebagaimana dimaksud pada angka 2.a. dilakukan oleh Seksi Ekstensifikasi Perpajakan paling lama sampai dengan dua tahun setelah Wajib Pajak terdaftar.

5. Dalam hal pendaftaran NPWP dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak selain Kantor Pelayanan Pajak Pertama, kegiatan Penyuluhan Perpajakan sebagaimana dimaksud pada angka 2 dilakukan oleh Seksi Pelayanan.

6. Dalam hal pendaftaran NPWP dilakuan melalui Pemberi Kerja atau Bendahara Pemerintah, kegiatan Penyuluhan Perpajakan dilakukan dengan:

a. memberikan starter kit NPWP dan penjelasan singkat tentang hak dan kewajiban Wajib Pajak serta informasi mengenai penyelenggaraan kelas pajak kepada Pemberi Kerja atau Bendahara; Contoh publikasi kelas pajak adalah sebagaimana ditetapkan dalam lampiran IV.H;

b. mengimbau untuk mengikuti kelas pajak dengan memberikan formulir pendaftaran kelas pajak sebagaimana ditetapkan dalam lampiran IV.I atau secara online apabila unit kerja telah membuka pendaftaran melalui situs

c. Pemberi Kerja atau Bendahara Pemerintah berkewajiban untuk menyampaikan penjelasan singkat tentang hak dan kewajiban Wajib


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah dijelaskan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Mekasnisme pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi perpajakan sudah diatur

didalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-03/PJ/2013 Tentang Pedoman Penyuluhan dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-05/PJ/2013Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan.

2. Kegiatan Penyuluhan Perpajakan dikelompokkan dalam tiga fokus yaitu

Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Calon Wajib Pajak, Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Wajib Pajak Baru, dan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Wajib Pajak Terdaftar.

3. Kegiatan Penyuluhan Perpajakan terbagi atas 3 yaitu:

1) Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Calon Wajib Pajak.

Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Calon Wajib Pajak dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:

a. Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Calon Wajib Pajak Masa Depan.


(2)

2) Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Wajib Pajak Baru

Penyuluhan bagi Wajib Pajak Baru dilakukan dengan cara sebagai berikut:

6. Seksi Pelayanan

• Dalam hal Wajib Pajak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP

secara langsung di Kantor Pelayanan Pajak/KP2KP:

• Dalam hal Wajib Pajak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP

melalui Sistem e-registration

 Dalam hal pendaftaran NPWP dilakuan melalui Pemberi Kerja atau

Bendahara Pemerintah 7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

• Kegiatan Penyuluhan Perpajakan dalam periode satu tahun setelah

Wajib Pajak terdaftar a. Triple One : b. Kelas Pajak

• Kegiatan Penyuluhan Perpajakan pada periode setelah satu tahun

setelah Wajib Pajak terdaftar.

3) Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Bagi Wajib Pajak Terdaftar

Kegiatan Penyuluhan Perpajakan bagi wajib Pajak Terdaftar dilakukan dengan cara sebagai berikut:


(3)

b. menyelenggarakan kelas pajak, seminar, workshop atau kegiatan Penyuluhan Perpajakan langsung lainnya

c. menyertakan sarana penyuluhan berupa leaflet/booklet/buku perpajakan

dalam setiap surat imbauan dan/atau surat pemberitahuan yang dikirimkan kepada Wajib Pajak Terdaftar yang sesuai dengan isi surat imbauan dan/atau surat pemberitahuan tersebut

4. Jumlah tenaga penyuluh yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Belawan adalah berjumlah 8 orang yang dibagi per-team untuk mempermudah pembagian kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan. Dalam pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi perpajakan sejak 1 Januari 2015, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan telah melaksanakan penyuluhan sebanyak 8 kali (Januari 2015 – Juni 2015). Target penyuluhan dan sosialisasi perpajakan yang dilaksanakan KPP Pratama Medan Belawan dalam tahun 2015 ini adalah sebanyak 26 kegiatan. Namun yang terealisasikan sampai pertengahan Juni 2015 adalah sebanyak 12 kegiatan.

5. Melihat Data Wajib Pajak Terdaftar dan Data Penerimaan SPT Tahunan Pada

Tahun Berjalan, tingkat kepatuhan wajib pajak yang rendah dapat dilihat dari rendahnya realisasi penyampaian SPT PPh oleh wajib pajak. Tingkat kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan yang masih kurang dan masih harus didukung lagi dengan melakukan penyuluhan dan sosialisasi perpajakan jangka panjang.


(4)

6. Adapun kendala yang dihadapi oleh tenaga penyuluh dalam pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi perpajakan di KPP Pratama Medan Belawan adalah:

• Kurangnya tenaga penyuluh yang dimiliki oleh KPP Pratama Medan

Belawan dalam menyampaikan materi penyuluhan.

• Masyarakat kurang berminat untuk mengikuti kelas pajak, maupun diskusi

umum mengenai perpajakan yang dilaksanakan oleh KPP Pratama Medan Belawan.

• Penyebaran brosur maupun leaflet perpajakan yang kurang menarik tidak

terlalu mempengaruhi masyarakat untuk taat pajak.

• Masih banyak wajib pajak yang terdaftar wajib SPT bersikap acuh dan

tidak menyadari akan hak dan kewajiban perpajakannya. Akibatnya, realisasi kepatuhan tidak memenuhi target yang diharapkan.

B. Saran

1. Berhasil tidaknya suatu penyuluhan sangat ditentukan oleh petugas penyuluh,

untuk itu disarankan kepada KPP Pratama Medan Belawan untuk menambah jumlah tenaga penyuluh. Bertambahnya jumlah tenaga penyuluh akan sebanding dengan wilayah kerja Medan Belawan yang luas dan dapat menambah frekuensi penyuluhan serta dapat menambah kuantitas peserta yang disuluh.

2. Metode yang diberikan penyuluh kadangkala terasa monoton, hal ini karena


(5)

audio-visual seperti pemutaran film atau video tentang perpajakan penulis sarankan untuk ditingkatkan frekuensi metodenya. Karena biasanya masyarakat lebih cepat menangkap hal-hal yang dianggap menarik.

3. Teknik penyampaian dalam menyampaikan materi penyuluhan sebaiknya

diselingi dengan hiburan atau permainan yang mengasah otak agar peserta yang disuluh tidak merasa bosan dengan penyampaian materi.

4. Sasaran penyuluhan perpajakan tidak mencakup semua lapisan masyarakat

sehingga dapat dimungkinkan tingkat kesadaran masyarakat belum dapat meningkat secara optimal. hal ini dikarenakan kurang tercakupnya seluruh masyarakat dalam program penyuluhan dan sosialisasi ini baik masyarakat awam, masyarakat wajib pajak yang terdaftar maupun dari dunia pendidikan sebagai sasaran utama penyuluhan. Penyuluhan hanya dilakukan kepada wajib pajak yang berminat saja dan jika ada event tertentu.

5. Diperlukan ide-ide baru dalam penyampaian materi perpajakan. Seperti

membuat suatu media audio-visual yang menarik agar dapat dilihat dan dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat. Contohnya membuat suatu kartun pendek tentang manfaat pajak untuk bangsa, atau kartun yang menceritakan bagaimana sanksi yang diterima oleh wajib pajak jika tidak taat pajak. Hal ini mungkin membutuhkan kerjasama dari pihak lain dalam pembuatan projek film kartun, namun bukan tidak mungkin masyarakat akan tergugah kesadarannya dalam memenuhi hak dan kewajibannya dalam perpajakan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Resmi, Siti. 2008. Perpajakan Teori dan Kasus.Jakarta: Salemba Empat.

Undang-Undang dan Peraturan:

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan UU No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-03/PJ/2013 Tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-05/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan

Sumber Internet:


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pelaksanaan PenyuluhanDalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib PajakUntuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1 72 67

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 70 56

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

2 44 65

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

1 49 74

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

1 37 33

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

2 61 59

Pelaksanaan Penyuluhan dan Sosialisasi Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

0 0 7

Pelaksanaan Penyuluhan dan Sosialisasi Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

0 0 16

Pelaksanaan Penyuluhan dan Sosialisasi Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

1 4 15

Pelaksanaan Penyuluhan dan Sosialisasi Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

0 0 1